Sie sind auf Seite 1von 16

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan informasi yang bisa dipakai

untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai


profitability, resiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-
pihak yang berkepentingan.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Analisis laporan keuangan adalah menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi


unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun
data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:


1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu
laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan
suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan
teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah
dikenal dalam dunia bisnis.
Beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan:

1. Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan pada harga
perolehan.
2. Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif metode
akuntansi (misal metode FIFO, LIFO, rata-rata persediaan).
3. Upaya perbaikan barang kali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk
memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan nampak bagus.
4. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang
bergerak pada beberapa bidang usaha (industri).
5. Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang berkaitan
dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka panjang.
6. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan:

1. Analis harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan


dalam waktu 5 - 6 tahun.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Oleh karena itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang
dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dipakai sebagai pembanding.
Alternatif lain dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain sejenis
yang menjadi leader dalam industri.
3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan
hati-hati adalah penting. Diskusi dan pertanyaan-pertanyaan melengkapi laporan
keuangan, mis : strategi perusahaan, ekspansi dll merupakan bagian integral yang
harus dimasukkan dalam analisis.
4. Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Mis. Analisis penurunan
penjualan disertai analisis perkembangan market share akan memberikan pandangan
baru mengapa penjualan bisa menurun.

ANALISIS COMMON-SIZE

Analisis Common Size adalah analisis dengan pembacaan data-data keuangan untuk
beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu). Analisis common size perusahaan
dianalisa dengan melihat trend yang muncul. Analisis common-size dihitung dengan
menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan posisi keuangan (neraca) menjadi proporsi dari
total aset. Disamping itu Analisis common-size dihitung dengan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi menjadi proporsi dari total penjualan.

ANALISIS RASIO
Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-
angka di dalam atau antara laporan laba-rugi dan laporan posisi keuangan. Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan
atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio sebagai pembanding yang digunakan sebagai standard.
Dalam menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua
macam pendekatan, yaitu :

 Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi


dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui
apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau
berada dibawah rata-rata industri.
 Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan
jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode
lainnya. Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan
rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami
kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan
''(trend)'' dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini perusahaan
akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.

Menurut Mamduh M. Hanafi Analisis rasio bisa dikelompokan dalam lima macam kategori:
1. Rasio likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dan membiayai operasinya sehari-hari.
2. Rasio aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat
aktivitas aset.
3. Rasio solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjangnya.
4. Rasio profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
5. Rasio pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan.

Berdasarkan sumber datanya maka analisis rasio dapat dibedakan antara lain:

1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yang tergolong dalam kategori ini adalah
semua rasio yang datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio,
acid test ratio.
2. Rasio-rasio Laporan rugi-laba (income statement ratios) yaitu angka-angka rasio yang
dalam penyusunannya datanya diambil dari Laporan Rugi-Laba, misalnya gross profit
margin, net operating margin, operating ratio.
3. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratios) ialah semua angka rasio yang datanya
berasal dari neraca dan dari laporan rugi-laba, misalnya tingkat perputaran persediaan
(inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receivable turn over), dsb.

RASIO LIKUIDITAS

Rasio likuiditas mengukur likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva
lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. Dua rasio likuiditas yang digunakan
adalah:

Aktiva Lancar
1). Rasio Lancar =
Utang Lancar

Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar ada sekian kalinya hutang jangka
pendek. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi, sedangkan
rasio yang tinggi menunjukkan kelebihan aset lancar, yang akan mempunyai pengaruh
yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.

Aktiva Lancar−Persediaan
2). Rasio quick =
Utang Lancar

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-


kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan
memerlukan waktu yang relatip lama untuk direalisir menjadi uang kas dan
menganggap piutang dapat segera direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya
mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Angka yang terlalu tinggi untuk
rasio quick menunjukkan indikasi kelebihan kas dan piutang, sedangkan angka yang
terlalu kecil menunjukkan resiko likuiditas yang lebih tinggi.

Aktiva Lancar−Persediaan−Piutang+Efek
3). Cash Ratio =
Kewajiban Lancar

Rasio ini mengukur kemampuan kas dan surat berharga/setara kas untuk menutup
utang lancar.

RASIO AKTIVITAS

Rasio ini melihat pada beberapa aset kemungkinan menentukan berapa tingkat aktivitas
aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat
penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada
aktiva-aktiva tersebut. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran
dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen
aset. Empat rasio yang digunakan adalah:

1). Rata-rata Umur Piutang

Penjualan 365 hari


Perputaran Piutang = Rata-rata Umur Piutang=
Piutang Perputaran Piutang

Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume
penjualan kredit. Rasio perputaran piutang akan menunjukkan posisi piutang dan
taksiran waktu pengumpulannya. Angka rata-rata piutang yang terlalu tinggi
menunjukkan kemungkinan tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya,
angka yang terlalu rendah bisa jadi merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu
ketat, dan ini akan menurunkan penjualan dari yang seharusnya bisa dimanfaatkan.

2). Perputaran Persediaan

HPP 365 hari


Perputaran Persediaan = Rata-rata Umur Piutang =
Persediaan Perputaran Persediaan

Atau
Persediaan
Rata-rata Umur Persediaan =
HPP/365
Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti/dijual
dalam satu tahun. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam
memutarkan barang dagangannya, dan menunjukkan hubungan antara barang yang
diperlukan untuk menunjang/mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan.
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan
berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan.
Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-
manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.

Penjualan
3). Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap

Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada
harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau
berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan
pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17). Rasio ini berguna untuk mengevaluasi
kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan
pendapatan.Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva
tersebut.

Penjualan
4). Perputaran Total Aktiva =
Total Aktiva

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan
tertentu (Syamsuddin, 2009:19). Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang
berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan
apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar.

RASIO SOLVABILITAS

Rasio solvabilitas (leverage) merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Artinya berapa besar beban utang yang
ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa
rasio ini digunkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untukmembayar seluruh
kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi).
Pengukuran rasio solvabilitas, dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu :

1. mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk permodalan
2. melalui pendekatan rasio rasio laba rugi.
Manfaat rasio solvabilitas (leverage) :

1. untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak


lainnya.
2. untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajibanyang bersifat tetap.
3. untuk menganalisis keseimbangan antara lain aktiva khususnya aktiva khususnya
aktiva tetapdengan modal.
4. untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva
6. untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat
sekian kalinya modal sendiri.
Empat macam rasio yang digunakan adalah:

Total Utang
1). Rasio Total Utang Terhadap Total Aset =
Total Aset

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan kreditur. Semakin tinggi rasio ini
maka pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan
untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahan tidak mampu
menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Rasio yang tinggi berarti
perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi.
Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal
saham (return on equity atau ROE) dengan cepat dan sebaliknya.

Total Utang
2). Rasio Utang Terhadap Modal Saham =
Total Modal Saham
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio
ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman (kreditor)
dengan pemilik preusan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin besar rasio ini
maka akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar rasito yang
ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Sebaliknya semakin
rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan
semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jira terjadi kerugiaan atau
penyusutan terhadap nilai aktiva.
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
3). Times interest earned =
Bunga

Rasio ini mengukur seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk
menutup beban tetap bunga. Rasio yang tinggi menunjukkan situasi yang aman
meskipun menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan utang (penggunaan financial
leverage) perusahaan. Rasio yang rendah memerlukan perhatian dari fihak
manajemen.

EBIT + Biaya sewa


4). Fixed charge coverage =
Bunga + Biaya sewa

Rasio ini memperhitungkan sewa, meskipun sewa bukan utang, tetapi sewa
merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan utang (debt capacity)
perusahaan. Beban tetap mempunyai efek yang sama dengan beban bunga. Rasio ini
dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa (lease contract).

RASIO PROFITABILITAS

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas)


pada tingkat aset, penjualan, dan modal saham. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektifitas manajemen suatu perusahaan.
Manfaat Rasio Profitabilitas :

- Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
- Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
- Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
- Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
- Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
Tiga rasio yang digunakan adalah:

Laba bersih (EAT)


1). Net Profit margin =
Penjualan

Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan menghasilkan laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya
yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.
Laba bersih (EAT)
2). Return on invesment (ROI/ROA) =
Total aktiva
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang
berarti efisiensi manajemen.
Laba besih (EAT)
3). Return on equity (ROE) =
Modal saham
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Penjualan Neto−HPP
4). Gross Profit Margin =
Penjualan Neto

Rasio ini mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Gross
Profit Margin yang rendah dari rata-rata industri menunjukkan harga jual perusahaan
relatif lebih rendah atau HPP relatif lebih tinggi atau keduanya.

RASIO PASAR

Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relative terhadap nilai bukunya.
Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon
investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan rasio ini. Rasio pasar terdiri dari:

Harga pasar per lembar


1). Price earning ratio (PER) =
Earning per lembar (LPS)

Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilakn laba di masa yang akan dating. Kesedian para investor untuk
menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan
dengan peluang tingkatpertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi.
Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki
PER yang rendah pula (Prastowo 2005:96)
Deviden per lembar
2). Devidend yield =
Harga pasar saham per lembar

Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan
diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi
akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi,
maka dividend yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah.
Deviden per lembar
3). Rasio pembayaran deviden (Dividen Pay-out Ratio) =
Earning per lembar (LPS)

Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang
tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran
dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78),
semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan
perusahaan.
Harga Pasar per Lembar
4). Market to Book Value =
Nilai Buku per Lembar

Rasio ini akan menghasilkan nilai diatas satu karena nilai buku sebesar cost tidak
mencerminkan inflasi atau goodwwill. Dan nilai buku merupakan nilai historis dari
aset fisik perusahaan.

ANALISIS DU PONT

Analisis Du Pont merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan


dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat
pengembalian (rate of return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan
menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh
perusahaan (Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan
Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih dan
perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan
dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih
dengan hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.

Profit Margin

ROA
Perputaran
Total Aktiva
ROE

1
Rasio
Modal
Saham ke
Rasio Total
Total Aset
Utang Ke
Totsl Aset

Sumber:

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim.2012.Analisis Laporan Keuangan Edisi keempat.


Yogyakarta:STIM YKPN

http://scribd.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Rasio_finansial

http://dwiermayanti.wordpress.com/2011/06/10/analisis-rasio-keuangan/

Harahap, Sofyan Syafri (2006) “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.”

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-aktivitas.html

http://oktafiaendah.wordpress.com/2014/04/05/analisis-common-size/

http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html

Munawir, S.Drs. 1986. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Yogyakarta: LIBERTY.

Kusumawati, Zulfa.2013.Manajemen Keuangan.


Informasi Umum
PT UNILEVER INDONESIA Tbk

PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods
(FMCG) terkemuka di Indonesia. Rangkaian produk Perseroan mencakup produk Home and
Personal Care serta Foods and Refreshment ditandai dengan brand-brand terpercaya dan
ternama di dunia. Kegiatan usaha Perseroan meliputi bidang produksi, pemasaran dan
distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti
susu, es krim, produk–produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari
buah.
Tahun 1933, Unilever didirikan dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. di daerah Angke,
Jakarta.
Tahun 1936, Margarin Blue Band dan sabun mandi Lux dipasarkan di Indonesia.
Tahun 1980, Nama perseroan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Presiden Direktur
berkewarganegaraan Indonesia pertama, Yamani Hasan, dilantik.
Tahun 1982, Unilever Indonesia menjadi perusahaan terbuka dan melepas saham ke publik
dengan mendaftarkan 15% saham di Bursa Efek Indonesia.
Tahun 1990, Mendirikan pabrik Personal Care di Rungkut, Surabaya. Memasuki bisnis teh
dengan mengakuisisi SariWangi.
Tahun 1992, Pabrik es krim Wall’s dibuka di Cikarang. Conello dan Paddle Pop muncul di
pasar.
Tahun 2000, Memasuki bisnis kecap dengan mengakuisisi Bango.
Tahun 2004, Mengakuisisi Knorr Indonesia dari Unilever Overseas Holding Ltd dan
menggabungkannya dengan Unilever Indonesia. Memindahkan pabrik produk perawatan
rambut dari Rungkut ke Cikarang.
Tahun 2008, Membangun pabrik perawatan kulit (Skin Care) terbesar se-Asia di Cikarang.
Memasuki bisnis minuman sari buah dengan mengakuisisi merek Buavita dan Gogo. SAP
diimplementasikan di seluruh Unilever Indonesia.
Tahun 2010, Memasuki bisnis permurnian air dengan meluncurkan Pureit.
Tahun 2012, Unilever Indonesia berhasil melipatgandakan bisnis dalam kurun waktu lima
tahun dan mencatat omset lebih dari 2 miliar euro.
Tahun 2013, Unilever Indonesia memperingati 80 tahun perjalanan Unilever Indonesia.
PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Periode yang berakhir 31 Desember 2013
(dalam Jutaan Rupiah)

Harga pasar per lembar Rp 26.000


1. PER = = = 37,08
Earning per lembar Rp 701

PER yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk sebanyak 37,08 kali. PER
tersebut menunjukkan perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi (mempunyai
prospek baik).
Harga Pasar per Lembar Rp 26.000
2. Price to Book Value = = = 46,60
Nilai Buku per Lembar Rp 558

PBV yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk sebesar 46,60. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki harga saham yang rendah namun tidak
menyebabkan inflasi.
Deviden per lembar Rp 330
3. Dividend Payout = = = 47,07
Earning per lembar Rp 701

Rasio pembayaran dividen yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk sebesar
47,07%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi.
Deviden per lembar Rp 330
4. Dividend Yield = = = 1,27%
Harga pasar saham per lembar Rp 26.000

PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk mempunyai dividend yield yang rendah sebesar
1,27%. Hal tersebut berarti perusahaan mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi,
sehingga dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali.
Aktiva Lancar Rp 5.862.939
5. Current Ratio = = = 0,70
Utang Lancar Rp 8.419.442

Setiap Rp 1 utang yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk maka akan
dijamin Rp 0,70 aktiva lancar.
Total Utang Rp 9.093.518
6. Debt to Equity = = = 2,14
Total Modal Sendiri Rp 4.254.670

PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk mempunyai Rp 2,14 modal sendiri yang akan
dijadikan jaminan keseluruhan utang.
Total Utang Rp 9.093.518
7. Leverage Ratio = = = 0,68
Total Aset Rp 13.348.188

PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk menggunakan dana dari kreditur sebesar 68%
dari total dananya sehingga setiap Rp 1 utang perusahaan dijamin oleh Rp 0,68 aset
perusahaan.
Penjualan Neto−HPP Rp 30.757.435 – Rp.14.978.947
8. GPM = = = 0,51
Penjualan Neto Rp 30.757.435

PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan 51% Laba kotor dari Rp 0,51
penjualan. Hal tersebut menunjukkan harga jual perusahaan relatif lebih tinggi atau
HPP relatif lebih rendah.
Penjualan Neto−HPP−Macam Biaya
9. Operating Profit Margin =
Penjualan Neto
30.757.435 – Rp.14.978.947 – Rp 8.656.745
= = 0,23
Rp 30.757.435

Laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan PT. UNILEVER
INDONESIA, Tbk sebesar 0,23 diperoleh dari penjualan. Rasio yang rendah
menunjukkan bahwa tingkat pengendalian biaya memerlukan perhatian khusus dari
manajemen.
Laba bersih (EAT) Rp 5.352.625
10. Net Profit Margin = = = 0,18
Penjualan Rp 30.757.435

Kemampuan PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk dalam menghasilkan laba setelah


pajak pada tingkat penjualan sebesar 0,18 atau 18%. Rasio yang rendah menunjukkan
tingkat penjualan yang dihasilkan perusahaan terlalu rendah untuk tingkat biaya
tertentu.
HPP Rp 14.978.947
11. Inventory Turnover = = = 7,19 kali
Persediaan Rp 2.084.331

Dalam satu tahun persediaan yang diiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
berputar 7,19 kali.
Penjualan Rp 30.757.435
12. Total Asset Turnover = = = 2,30 kali
Total Aktiva Rp 13.348.188

PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan penjualan berdasarkan total aktiva


yang dimiliki adalah sebanyak 2,30 kali dalam setahun.
Laba bersih (EAT) Rp 5.352.625
13. ROI = = = 40,10 %
Total aktiva Rp 13.348.188

Kemampuan PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan laba bersih pada total
aset yang dimilikinya adalah sebesar 40,10 %
Laba besih (EAT) Rp 5.352.625
14. ROE = = = 125,80%
Modal saham Rp 4.254.670

Kemampuan PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan laba bersih sebesar


125,80 % berdasarkan modal saham yang dimilikinya.

Kesimpulan:
Dari rasio-rasio tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari pihak investor yang cenderung bersifat tidak menyukai resiko (risk averse), maka
dalam rasio PER (Price Earning Ratio) dapat memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Sehingga para investor layak
untuk menanamkan sebagian sahamnya di PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk karena
perusahaan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dan dalam rasio dividen
yield, investor dapat meninjau pula sejauh mana keuntungan yang akan diperolehnya.
Hal ini berarti investor akan memperoleh tingkat pengembalian yang cukup
signifikan.
2. Dari pihak kreditur, dalam rasio Debt to Equity dan Leverage Ratio menunjukkan
akan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahan tidak mampu menutupi utang-utangnya. Hal tersebut
disebabkan perusahaan memiliki tingkat leverage yang tinggi sehingga mencerminkan
perusahaan cenderung menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Serta perusahaan
memiliki rasio Debt to Equity yang rendah, sehingga akan mengakibatkan semakin
tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi peminjam.
3. Dari pihak pemerintah, dalam rasio Net Profit Margin akan memperhitungkan laba
bersih yang disediakan bagi para investor, setelah liabilitas kepada kreditur berupa
pembayaran bunga terlunasi dan liabilitas kepada pemerintah berupa pajak sudah
terbayar. Sehingga menunjukkan perusahaan dapat memenuhi kewajibannya untuk
membayar pajak dengan tidak mengutamakan pembiayaan yang terlalu tinggi untuk
tingkat penjualan tertentu.

BAB 4
ANALISIS RASIO KEUANGAN

Disusun oleh KELOMPOK 9 :

Khusnul Kumala B200110156


Resi Intan Penatari B200110171

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGDI AKUNTANSI
2014

Das könnte Ihnen auch gefallen