Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
Rendi Aji Ariawan
22010117210006
Penguji, Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
besar yang berjudul Seorang Bayi Perempuan Usia 5 Bulan dengan
Bronkopneumonia dan Moderate Chronic Malnutrition, Laporan kasus ini disusun
untuk memenuhi syarat menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Omega Mellyana, Sp.A(K) sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan
waktu dan membimbing penulis.
2. dr. Fajar Yuniftiadi sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan,
petunjuk, serta kritik yang membangun dalam penyusunan kasus ini.
3. Bayi M, serta keluarga, atas kesediaan, kejasama, dan partisipasi sebagai pasien di
dalam penyusunan kasus besar ini.
4. Orang tua, keluarga dan teman-teman yang telah memberikan bantuan maupun
dukungan kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak.
Semoga laporan kasus besar ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien secara komprehensif dan holistik berdasarkan data yang diperoleh
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta kepustakaan serta
mengetahui prognosis penyakit pasien.
1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar agar
dapat mendiagnosis dan mengelola pasien dengan tepat dan komprehensif, serta
mengetahui prognosis penyakit.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Orangtua
Nama ayah : Tn. S
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Buruh
Gambar 1. Pedigree
11
2. Riwayat Persalinan
P1A0
No Kehamilan dan kelahiran Usia Keadaan saat ini
Perempuan, aterm, SC di RS
Tugu, berat bayi lahir 2600
Dirawat di
1. gram, panjang lahir 46 cm, 5 bulan
C1L1 kamar 7
langsung menangis (+), kuning
(-)
Riwayat Makan dan Minum
0 – 5 bulan : ASI ad libitum (menyusu 12x/hari, @5 menit)
Kesan: ASI eksklusif, MP ASI dan makanan kualitas kurang, kuantitas kurang
Perkembangan :
Motorik Kasar : anak sudah bisa duduk tanpa berpegangan
Motorik Halus : anak mulai meraih benda-benda disekitarnya
Bahasa : anak sudah bisa menoleh ke suara
Sosial : anak dapat meraih mainan
Kesan : berdasarkan milestone, perkembangan motorik kasar, halus,
bahasa, dan sosial sesuai usia.
Total Skor 10 0
21
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba di sela iga IV 2 cm medial linea
medioclavicula sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat,
thrill (-)
Perkusi : Tidak diperiksa
Auskultasi : bunyi jantung I murni, bunyi jantung II murni, bising (-),
gallop (-), thrill (-)
Abdomen
Inspeksi : cembung, venektasi (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : bising usus (+), normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
23
Anggota Gerak
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cap.refill <2” <2”
Clubbing Finger -/- -/-
Cutis marmorata -/- -/-
Muscle wasting -/- -/-
ASI ad libitum ~ ~ ~
Pemeriksaan
Hematologi
Hematologi Paket
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Keterangan
rujukan
Hemoglobin 9,3 g/dl 9.50-12.50
Hematokrit 29,8 % 32-44
Eritrosit 9,3 10^6/uL 3.1-5.1
MCH 25,7 Pg 24.00-34.00
MCV 82,7 fL 83-100
MCHC 31,2 g/dl 29.00-36.00
Leukosit 12 10^3/uL 6-17.5
Trombosit 209 10^3/uL 150-400
RDW 15,9 % 11.60-14.80
MPV 11,2 fL 4.00-11.00
Gambaran Darah
25
Hitung Jenis
Eosinofil 1 % 2–5
Basofil 0 % 0–4
Batang 1 % 2–5
Segmen 37 % 45-75
Limfosit 55 % 20 – 40
Monosit 6 % 5 – 15
Leukosit Estimasi jumlah normal, bentuk besar (+), limfosit teraktivasi (+)
LED
LED 1 jam 59
LED 2 jam 93
KIMIA KLINIK
Hasil Satuan Nilai rujukan
Glukosa Sewaktu 87 Mg/dl 80-160
Ureum 16 Mg/dl 15-39
Kreatinin 0.65 Mg/dl 0.60-1.30
Calcium 2.0 Mmol/L 2.12-2.52
Elektrolit
Natrium 142 Mmol/L 136-145
Kalium 3.5 Mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 106 Mmol/L 9.8-107
BB ideal 4,8 Kg
Cairan Kalori Protein
400 cc (120 (2,2 g/ kgBB)
Kebutuhan 24 Jam
kkal/kgBB) 10,56 g
580 kkal
D5 ½ NS 120 cc 11,0 kkal -
ASI ad libitum ~ ~ ~
2.9 Prognosis
Kebiasaan sehari-hari
Asuh
Ayah bekerja sebagai buruh, ibu tidak bekerja.Perawatan pasien sehari-hari
oleh ibu dan ayah pasien dibantu dengan nenek pasien.Bila sakit, penderita dibawa
berobat ke Puskesmas atau praktek dokter di dekat rumah.
Asih
Kasih sayang berasal dari orang tua. Anak menghabiskan banyak waktu
dengan ibu nya.
31
Asah
Stimulasi mental diberikan oleh ayah, ibu. Pendidikan terakhir ayah adalah
SMA dan ibu adalah tamat SMA.
Lingkungan
Tempat tinggal pasien adalah rumah paman pasien yang terletak di desa
Todanan, Blora, Jawa Tengah. Luas rumah 5x16 m2. Rumah pasien lantai keramik,
terdapat 3 kamar tidur dan 1 dipan di luar kamar. Terdapat jendela di sisi depan
rumah. Terdapat ventilasi diatas pintu dan jendela, jendela jarang dibuka dan sirkulasi
udara hanya mengandalkan pintu yang terbuka. Terdapat ruang tamu dan dapur.
Dapur berada di dalam rumah dan letaknya di ruang belakang rumah dan tidak
dilengkapi jendela. Kamar mandi menggunakan kamar mandi sendiri, tempat
mencuci alat masak terpisah dengan kamar mandi. Keluarga menyapu rumah 1 kali
dalam sehari. Penghuni rumah berjumlah delapan orang, yaitu ayah, ibu, kakak, anak
dan paman beserta keluarganya. Ayah pasien seorang perokok aktif sejak remaja
kurang lebih 19 tahun. Dalam sehari ayah pasien menghabiskan satu bungkus rokok
dan semenjak punya anak, ayah pasien tidak pernah merokok di dalam rumah.
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran +/+ +/+
Ronkhi Basah halus +/+ +/+
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
12/01/201 S : demam (+), batuk (+) O2 nasal kanul aff.
8 O: Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
KU : sadar Inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
HR : 126x/menit P.O : Paracetamol ½ cth
(60mg) / 4-6 jam (bila
RR : 26x/menit
suhu ≥ 38oC)
Nadi : regular, isi tegangan cukup
Diet : ASI ad libitum, F100
T : 36,8OC
4x50ml
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran +/+ +/+
Ronkhi Basah halus +/+ +/+
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
13/01/201 S : demam (-), batuk (+) Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
8 O: inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
KU : sadar P.O : Paracetamol ½ cth
(50mg) / 4-6 jam (bila
HR : 118x/menit
suhu ≥ 38oC)
RR : 30x/menit
Diet : ASI ad libitum, F100
Nadi : regular, isi tegangan cukup
4x50ml
T : 37OC
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran -/- -/-
Ronkhi Basah halus -/- -/-
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
35
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
14/01/201 S : demam (-), batuk (+) Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
8 O: inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
KU : sadar P.O : Paracetamol ½ cth
(60mg) / 4-6 jam (bila
HR : 120x/menit
suhu ≥ 38oC)
RR : 28x/menit
Diet : ASI ad libitum, F100
Nadi : regular, isi tegangan cukup
4x50ml
T : 36,5OC
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran -/- -/-
Ronkhi Basah halus -/- -/-
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
15/01/201 S : demam (-), batuk (-) Aff infus
8 O: inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
KU : sadar P.O : Paracetamol ½ cth
(50mg) / 4-6 jam (bila
HR : 120x/menit
suhu ≥ 38oC)
RR : 30x/menit Diet : ASI ad libitum, F100
Nadi : regular, isi tegangan cukup 4x50ml
O
T : 36,6 C Boleh Pulang
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran -/- -/-
Ronkhi Basah halus -/- -/-
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
37
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Bronkopneumonia
Definite risk factors: malnutrisi, BBLR, ASI tidak eksklusif, imunisasi belum
dilakukan, polusi indoor.
Likely risk factors: kebiasaan merokok orang tua, defisiensi zinc, pengalaman
ibu sebagai pengasuh, dan keadaan komorbid lainnya (diare, asma, penyakit
jantung).
Possible risk factors: tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan menitipkan
anak di day-care, musim hujan (kelembaban), lokasi rumah di dataran tinggi
(udara dingin), defisiensi vitamin A, polusi outdoor.
metapneumovirus
Rhinovirus
6-18 tahun Streptococcus pneumoniae Influenza virus
Chlamydophila pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Mycobacterium tuberculosis
Uji serologis
Secara umum, uji serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis
infeksi bakteri tipik. Akan tetapi, untuk deteksi antigen virus dan bakteri
atipik peningkatan titer antibodi IgG dan IgM pada complement fixation
test dan ELISA dapat menjadi standar baku emas. Uji serologis juga tidak
dapat digunakan untuk memantau efektivitas dan perjalanan terapi.
X-photo thorax
43
3.2.Malnutrisi Berat
3.2.1 Definisi
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di
negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita.51
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa penyebab tak langsung seperti
kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit
infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu
ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan
faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi
47
3.2.2 Diagnosis
Cara interpretasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badan terhadap
panjang badan, berat badan terhadap umur, dan panjang badan terhadap umur
menurut baku Z-score.53 Selain itu penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :
a. Anamnesis untuk menilai masukan diet.
b. Pemeriksaan klinis dengan menilai ada tidaknya tanda-tanda kurang gizi
c. Pemeriksaan laboratorium dengan melihat kadar hemoglobin, protein dan
kolesterol.
Malnutrisi akut berat (MAB) atau disebut juga gizi buruk akut, adalah keadaan
dimana seseorang anak sangat kurus, ditandai dengan BB/PB < -3SD dari median
WHO child growth standard, terlihat sangat kurus, atau didapatkan edema nutrisional,
dan pada anak umur 5-59 bulan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 110 mm.54
Kriteria diagnosis MAB: 54
1. Terlihat sangat kurus
2. Edema nutrisional
3. BB/TB < -3SD
4. LILA < 115 mm
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya.
Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya
pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan
anak yang sehat.
Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2
tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan yang
terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau terhenti, kenaikan
berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar
lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal
atau menurun, tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan
perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai
kelainan kulit dan rambut. Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang
berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan
penduduk.52
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe
marasmik-kwashiorkor. Tipe kwashiorkor ditandai dengan gejala tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh, perubahan
status mental, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu,
pembesaran hati, kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, cengeng dan rewel. Tipe marasmus
ditandai dengan gejala tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel,
kulit keriput, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas,
pantat kendur dan keriput. Tipe marasmik-kwashiorkor merupakan gabungan
beberapa gejala klinik kwashiorkor – marasmus.51
sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan
makanan formula 75 (F 75). Resomal dapat diberikan apabila anak
diare/muntah / dehidrasi, 2 jam pertama setiap ½ jam, selanjutnya 10 jam
berikutnya diselang seling dengan F75.
Tabel 15. Kebutuhan zat gizi fase stabilisasi Zat Gizi Stabilisasi (hari ke
1-7)
b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal
dan protein 2,9 gram.
Tabel 16. Kebutuhan zat gizi fase transisi
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak.
Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada
fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB ≥ 7 kg
diberi makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan
nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3
gram.8
51
Pada kasus ini, rencana untuk fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi adalah sebagai berikut:
a. Fase stabilisasi
Mengejar pertumbuhan
Kesan :
Cross sectional : Berat badan sangat kurang, perawakan sangat pendek,
gizi buruk, mikrosefal
Longitudinal : Undergrowth
55
BAB IV
RINGKASAN
masih mendapat injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam dan paracetamol 50 mg/6 jam bila
suhu ≥38 ºC. Keadaan anaak masih lemas, kurang aktif, dan menetek lemah.
Pada kasus ini, hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik mengarah ke penyakit
bronkopneumonia dengan klasifikasi severitas pneumonia berat. Dari hasil anamnesa
didapatkan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya pneumonia. malnutrisi sedang
kronik, status ekonomi kurang, ventilasi & sirkulasi udara ruangan yang kurang baik,
kepadatan hunian kamar memungkinkan untuk terjadinya pneumonia berulang.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan dari catatan medik, diketahui anak
mengalami demam, batuk dengan adanya retraksi dinding dada berat, tachypnea serta
adanya ronkhi basah halus dan hantaran pada seluruh lapang paru. Pada pemeriksan
penunjang x-foto thoraks juga didapatkan gambaran infiltrat pada parenkim paru
yang menunjang diagnosis bronkopneumonia.
Terapi pada kasus ini telah sesuai dengan rekomendasi WHO, yaitu rawat
inap, beri antibiotik, beri oksigen bila saturasi < 90 %, manajemen jalan napas, dan
terapi demam tinggi bila ada. Pemberian antibiotik pada pneumonia berat adalah
dapat menggunakan ampicillin dan gentamicin intravena untuk lini pertama atau lini
kedua menggunakan ceftriaxone. Antibiotik ini bekerja secara broad spectrum. Pada
kasus ini diberikan injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam. Pasien juga mendapat
paracetamol 50mg/4 jam yang diminum apabila masih demam.
Pasien juga dipantau untuk status gizinya karena didapatkan moderate chronic
malnutrition. Perlunya edukasi kepada orang tua tentang kecukupan gizi anak dan
pemantauan kenaikan berat badan setiap bulannya.
Saran :
Diperlukan sosialisasi dan edukasi mengenai bronkopneumonia, cara
pencegahan bronkopneumonia, yaitu dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Imunisasi juga merupakan preventif sehingga
ketepatan dan ketaatan orangtua membawa anak imunisasi perlu di perhatikan. Pada
anak curiga bronkopneumonia juga dilakukan edukasi kepada keluarga mengenai
tanda-tanda kegawatan agar orangtua tetap waspada terhadap keadaan umum anak.
Anak yang tampak sesak, napas cepat, cekungan dinding dada, batuk, agar segera
dibawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat. Diperlukan juga edukasi kepada orang
tua tentang kecukupan gizi anak dan pemantauan kenaikan berat badan setiap
bulannya.
59
DAFTAR PUSTAKA