Sie sind auf Seite 1von 61

LAPORAN KASUS BESAR

SEORANG BAYI PEREMPUAN USIA 5 BULAN DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DAN MODERATE CHRONIC MALNUTRITION

Diajukan guna melengkapi tugas


Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Oleh :
Rendi Aji Ariawan
22010117210006

Penguji : dr. Omega Mellyana, Sp.A (K)


Pembimbing : dr. Fajar Yuniftiadi

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Rendi Aji Ariawan


NIM : 22010117210006
Fakultas : Kedokteran Umum
Judul : Seorang Bayi Perempuan Usia 5 Bulan dengan
Bronkopneumonia dan Moderate Chronic Malnutrition
Bagian/SMF : Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang
Penguji : dr. Omega Mellyana, Sp.A(K)
Pembimbing : dr. Fajar Yuniftiadi

Semarang, Februari 2018

Penguji, Pembimbing,

dr. Omega Mellyana, Sp.A(K) dr. Fajar Yuniftiadi


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
besar yang berjudul Seorang Bayi Perempuan Usia 5 Bulan dengan
Bronkopneumonia dan Moderate Chronic Malnutrition, Laporan kasus ini disusun
untuk memenuhi syarat menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Omega Mellyana, Sp.A(K) sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan
waktu dan membimbing penulis.
2. dr. Fajar Yuniftiadi sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan,
petunjuk, serta kritik yang membangun dalam penyusunan kasus ini.
3. Bayi M, serta keluarga, atas kesediaan, kejasama, dan partisipasi sebagai pasien di
dalam penyusunan kasus besar ini.
4. Orang tua, keluarga dan teman-teman yang telah memberikan bantuan maupun
dukungan kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak.
Semoga laporan kasus besar ini dapat bermanfaat.

Semarang, Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... 2
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................... 5
1.2 TUJUAN .......................................................................................... 7
1.3 MANFAAT ....................................................................................... 8
BAB II. LAPORAN KASUS .......................................................................... 9
2.1 IDENTITAS PENDERITA .............................................................. 9
2.2 DATA DASAR ................................................................................ 9
2.3 DATA KHUSUS .............................................................................. 14
2.4 PEMERIKSAAN FISIK .................................................................. 21
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................... 24
2.6 DAFTAR MASALAH ...................................................................... 28
2.7 DIAGNOSIS ..................................................................................... 29
2.8RENCANA PEMECAHAN MASALAH.......................................... 29
2.9 PROFIL TEMPAT TINGGAL PASIEN .......................................... 33
BAB III.PEMBAHASAN ............................................................................... 36
3.1 PNEUMONIA................................................................................... 36
3.2 MALNUTRISI BERAT .................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 78
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkhopneumonia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan


mortalitas pada bayi dan balita, terutama di negara berkembang. Penyakit ini
bertanggungjawab terhadap sekitar 18% penyebab kematian anak-anak di seluruh
dunia, utamanya di negara-negara yang akses kesehatannya masih sangat minim dan
terbatas. Insidensi bronkopneumonia ditemukan paling tinggi pada kelompok anak di
bawah usia 5 tahun. Data secara global menunjukkan bahwa insidensi
bronkhopneumonia di negara berkembang pada anak di bawah usia 5 tahun mencapai
0,28 episode per anak per tahunnya, dibandingkan dengan di negara maju hanya 0,05
episode per anak per tahunnya.1

Setiap tahunnya, pneumonia selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar di


fasilitas kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2013, prevalensi pneumonia pada pada
bayi adalah 18,5%. Sebesar 15,5% kematian bayi disebabkan oleh pneumonia. Hal ini
menjadikan pneumonia menjadi penyebab kematian bayi kedua setelah diare
(25,2%).2
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di
negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita.6
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-
duanya. Cara interpretasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badan terhadap
panjang badan, berat badan terhadap umur, dan panjang badan terhadap umur
menurut baku Z-score.7
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak perempuan usia 5 bulan
dengan bronkopneumonia dan moderate chronic malnutrition.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien secara komprehensif dan holistik berdasarkan data yang diperoleh
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta kepustakaan serta
mengetahui prognosis penyakit pasien.

1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar agar
dapat mendiagnosis dan mengelola pasien dengan tepat dan komprehensif, serta
mengetahui prognosis penyakit.
7

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Penderita


Nama penderita : An. TA
Umur : 5 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kelurahan Candi, Kecamatan Todanan, Blora
Agama : Islam
Tanggal masuk : 05 januari 2018
Tanggal keluar : 15 januari 2018
Bangsal : C1L1
No CM : C672924

Identitas Orangtua
Nama ayah : Tn. S
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Buruh

Nama ibu : Ny. S


Umur : 19 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2.2 Data Dasar


Anamnesis
Data didapatkan dari alloanamnesis dengan ibu pasien di C1L1 pada tanggal
09 Januari 2018 pukul 08.00 WIB dan dilengkapi dengan data dari rekam
medis.

Keluhan Utama : Nafas cepat


Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, anak batuk, batuk grok-
grok(+), dahak (+) sulit keluar, napas cepat, cekungan atau tarikan dinding
dada (-), ujung-ujung jari kebiruan (-). Anak demam bersamaan saat
munculnya batuk, ibu tidak mengukur suhu anak, kejang (-), keringat dingin
malam hari (-), frekuensi makan dan minum tidak menurun, muntah (-), pilek
(-), BAB cair (-) dan BAK dalam batas normal, nyeri (-), warna kuning jernih,
jumlah cukup, darah (-). Anak kelihatan kurang aktif dan rewel. Kemudian ibu
memberikan anak obat batuk sirup dan obat turun panas yang didapat dari
apotek. Kemudian panas sempat turun tetapi kembali naik dan batuk tidak
berkurang.
+ 5 hari sebelum masuk rumah sakit, anak tampak napas cepat (+).
Nafas cepat dirasakan terus menerus. Nafas cepat tidak dipengaruhi oleh
perubahan posisi maupun perubahan cuaca, tidak diperberat dengan aktivitas.
Tampak cekungan di dinding dada (+). Sesak disertai demam (+), mendadak
tinggi, terus menerus tetapi suhu tidak diukur oleh ibu pasien. Kejang (-), batuk
(+) tidak berkurang dari sebelumnya, rewel saat BAK, warna kuning jernih,
darah (-) dan BAB dalam batas normal, frekuensi 1x/hari, konsistensi lunak,
warna kekuningan, darah (-). Anak terlihat kurang aktif, menetek terputus-
putus (+), berkeringat (-) . Kemudian anak dibawa periksa ke RS di Pati dan di
rawat inap selama kurang lebih 5 hari. Karena tidak ada perbaikan, anak
dirujuk ke RSUP dr. Kariadi.
Saat di IGD RSDK, anak masih demam (+) suhu 38C, batuk (+) nafas
cepat (+) anak tampak kurang aktif. Pasien kemudian dipindahkan di bangsal
9

C1L1 untuk evaluasi. Di bangsal anak dipasang infus D5 ½ NS 120/5 tpm,


dipasang NGT, mendapat injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam Paracetamol PO 60
mg tiap 4-6 jam (bila suhu ≥38 ºC). Anak masih lemas, kurang aktif, dan
menetek lemah.
Saat perawatan hari ke-1 di RSDK, anak batuk (+) berkurang ,demam
(+) suhu 38,5C, batuk (+), napas cepat (+), cekungan dinding dada (-), ujung-
ujung jari kebiruan (-), mual (-), muntah (-), anak mendapat asi semau anak
dengan menetek langsung dan lewat NGT. BAK dan BAB dalam batas normal.
Di bangsal anak dipasang infus D5 ½ NS 120/5 tpm, dipasang NGT, mendapat
injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam Paracetamol PO 60 mg tiap 4-6 jam (bila
suhu ≥38 ºC). Anak masih lemas, kurang aktif, dan menetek lemah.
Pada hari kedua mondok, dilakukan pemeriksaan anak di bangsal C1L1.
Saat itu anak masih batuk (+), napas cepat (+) berbunyi “grok-grok”, tarikan
dinding dada (+), demam (-) suhu 37°C. Anak kelihatan kurang aktif. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan respiratory rate 46 x/ menit, napas cuping
hidung (-), retraksi subcostal (-), retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-
), ronkhi basah halus (+/+) dan hantaran paru (+/+). Anak diberi terapi oksigen
nasal 2 lpm, mendapat injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam, paracetamol 60 mg/6
jam bila suhu ≥38 ºC. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, elektrolit
didapatkan hasil dalam batas normal.
Anak menjalani perawatan hari ketiga di bangsal, anak demam (+),
batuk (+), nafas cepat (-), BAB cair (-) dan BAK kuning jernih, normal. Anak
terlihat kurang aktif. Dari pemeriksaan fisik didapatkan respiratory rate
32x/menit, napas cuping hidung (-), retraksi subkostal (-), retraksi interkostal
(-), retraksi suprasternal (-), ronkhi basah halus (+/+), hantaran (-/-), wheezing
(-/-). Terapi oksigen dengan nasal kanul 2 lpm masih diberikan, saturasi O2
99%. Anak masih mendapat injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam dan
paracetamol 60 mg/6 jam bila suhu ≥38 ºC.
Saat ini anak menjalani perawatan hari keempat di bangsal, anak
demam (+), batuk (+) berkurang, nafas cepat (-), BAB cair (-) dan BAK
kuning jernih, normal. Anak terlihat kurang aktif. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan respiratory rate 36x/menit, napas cuping hidung (-), retraksi
subkostal (-), retraksi interkostal (-), retraksi suprasternal (-), ronkhi basah
halus (+/+), hantaran (+/+), wheezing (-/-). Terapi oksigen dengan nasal kanul
2 lpm masih diberikan, saturasi O2 98%. Anak masih mendapat injeksi
Ceftriaxon 300mg/24 jam dan paracetamol 60 mg/6 jam bila suhu ≥38 ºC.
Keadaan anaak masih lemas, kurang aktif, dan menetek lemah.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
Pasien pernah dirawat di RS dengan sakit DB

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga menderita batuk pilek disangkal
Riwayat keluarga menderita batuk lama disangkal
Riwayat keluarga menderita alergi disangkal

Gambar 1. Pedigree
11

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah penderita seorang lulusan SMA, bekerja sebagai buruh dengan
penghasilan Rp 2000.000 bulan, ibu penderita lulusan SMA dan tidak bekerja.
Keluarga menanggung dua orang anak. Biaya pengobatan menggunakan
pembiayaan JKN NON PBI
Kriteria Sosial Ekonomi menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
1. Jumlah anggota keluarga (4)
(skor : 0)
2. Luas lantai bangunan :
a.< 8 m2 per kapita
b. > 8 m2 per kapita
(skor: 0)
3. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas :
a.Tanah/bambu/kayu murahan
b.Semen/ keramik/ kayu berkualitas tinggi
(skor : 1)
4. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas :
a.Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah
b.Tembok/ kayu berkualitas tinggi
(skor : 1)
5. Fasilitas untuk buang air besar :
a.Bersama/ umum/ lainnya
b.Sendiri
(skor: 1)
6. Sumber air minum :
a.Sumur atau mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan
b.Air kemasan/ledeng/pompa/sumur atau mata air terlindungi
(skor : 1)
7. Sumber penerangan utama :
a.Bukan listrik
b.Listrik (PLN/non PLN)
(skor : 1)
8. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari :
a.Kayu/ arang/ minyak tanah
b.Gas/ listrik
(skor : 1)
9. Berapa kali dalam seminggu rumah tangga membeli daging/
susu/ayam :
a.Tidak pernah membeli/ satu kali
b.Dua kali atau lebih
(skor : 1)
10. Berapa kali sehari biasanya rumah tangga makan :
a.Satu kali/ dua kali
b.Tiga kali atau lebih
(skor : 1)
11. Berapa stel pakaian baru dalam setahun biasanya dibeli oleh/ untuk
setiap/ sebagian besar anggota keluarga :
a.Tidak pernah membeli/satu kali
b.Lebih dari satu kali
(skor : 0)
12. Apabila ada anggota keluarga yang sakit apakah mampu berobat ke
Puskesmas atau Poliklinik :
a. Tidak
b.Ya
(skor : 1)
13. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga :
13

a.Tidak bekerja/ pertanian padi/ palawija


b.Perkebunan/ peternakan/ perikanan/ industri/ perdagangan/
angkutan/ jasa lainnya
(skor : 1)
14. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga :
a.SD/ MI ke bawah/ SLTP
b. SLTA ke atas
(skor : 1)
15. Apakah keluarga memiliki barang-barang berikut yang masing-masing
bernilai paling sedikit Rp 500.000,- :
a. Tidak ada
b. Tabungan/ emas/ TV berwarna/ ternak/ sepeda motor/ kulkas
(skor : 1)
16. Apakah rumah tangga pernah menerima kredit UKM/ KUKM setahun
lalu?
a. Tidak
b. Ya
(skor: 0)
Jumlah skor : 12
Kriteria BPS: Jumlah skor <10 = miskin, jumlah skor ≥ 10 = tidak miskin.
Keluarga ini termasuk dalam keluarga tidak miskin menurut kriteria BPS.
Kesimpulan : Keluarga tidak miskin menurut BPS

2.3 Data Khusus


1. Riwayat Perinatal
 Riwayat Prenatal: Perawatan antenatal setiap bulan di bidan setelah usia 5
bulan, sebelumnya tidak tahu bila hamil, imunisasi TT (+ 1x saat menikah),
vitamin dan tablet Fe (+), riwayat minum jamu dan obat-obatan lain
disangkal. diabetes Mellitus (-), hipertensi (-) menjelang kelahiran. riwayat
perdarahan saat kehamilan (-), riwayat infeksi (-), riwayat foto rontgen saat
kehamilan (-).
 Riwayat Natal : Lahir bayi perempuan dari ibu G1P1A0 saat usia 18 tahun,
usia kehamilan aterm, lahir normal, ditolong dokter spesialis kandungan di
RS Blora, langsung menangis (+), kuning (+), biru (-). Berat bayi lahir 2600
gram, panjang lahir 46 cm, lingkar kepala ibu lupa.
 Riwayat Postnatal: dirawat 1 minggu setelah melahirkan, sering dirawat di
RS. ASI eksklusif (+).

2. Riwayat Persalinan
P1A0
No Kehamilan dan kelahiran Usia Keadaan saat ini
Perempuan, aterm, SC di RS
Tugu, berat bayi lahir 2600
Dirawat di
1. gram, panjang lahir 46 cm, 5 bulan
C1L1 kamar 7
langsung menangis (+), kuning
(-)
Riwayat Makan dan Minum
0 – 5 bulan : ASI ad libitum (menyusu 12x/hari, @5 menit)

Kesan: ASI eksklusif, MP ASI dan makanan kualitas kurang, kuantitas kurang

Riwayat Imunisasi Dasar dan Ulang


Imunisasi dilakukan di puskesmas, rutin sesuai jadwal.
Imunisasi Usia
- Hepatitis B 4x 0,2,3,4 bulan
- BCG 1x 1 bulan
15

- DPT 3x 2,3,4 bulan


- Hib 4x 2,3,4 bulan
- Polio 4x 1,2,3,4 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


 Pertumbuhan :
 Berat badan lahir : 2600 gram
 Panjang badan lahir : 46 cm
 Berat badan bulan lalu : 3,9 kg
 Berat badan sekarang : 4,0 kg
 Panjang badan sekarang : 56 cm
 Lingkar Kepala : 39 cm
Gambar 2. KMS anak perempuan
17

Gambar 3. Berat Badan Menurut Umur.

Gambar 4. Tinggi Badan Menurut Umur.


Gambar 5. BB/PB menurut umur.

Gambar 6. Lingkar kepala menurut umur.


19

Status gizi menurut kurva pertumbuhan


WAZ : - 4,77
HAZ : - 4,18
WHZ : -2,40 moderate
HC : - 2,36
Kesan :
Status gizi : moderate chronic malnutrisi, perawakan pendek, mikrosefal

 Perkembangan :
 Motorik Kasar : anak sudah bisa duduk tanpa berpegangan
 Motorik Halus : anak mulai meraih benda-benda disekitarnya
 Bahasa : anak sudah bisa menoleh ke suara
 Sosial : anak dapat meraih mainan
 Kesan : berdasarkan milestone, perkembangan motorik kasar, halus,
bahasa, dan sosial sesuai usia.

 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan Anak


Tabel . KPSP usia 6 bulan

1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat Ya Tidak


mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan
kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang
lain?

2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala Ya Tidak


dalam keadaan tegak clan stabil? Jawab TIDAK
bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri
atau ke dadanya.
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung Ya Tidak
jari bayi. (jangan meletakkan di atas telapak
tangan bayi). Apakah bayi dapat menggenggam
pensil itu selama beberapa detik?

4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia Ya Tidak


dapat mengangkat dada dengan kedua lengannya
sebagai penyangga seperti pada gambar?

5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira Ya Tidak


bernada tinggi atau memekik tetapi bukan
menangis?
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, Ya Tidak
dari telentang ke telungkup atau sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika Ya Tidak
melihat mainan yang lucu, gambar atau binatang
peliharaan pada saat ia bermain sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada Ya Tidak
benda kecil sebesar kacang, kismis atau uang
logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat
mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan Ya Tidak
agak jauh namun masih berada dalam jangkauan
tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua Ya Tidak
tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi
clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan
lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah
kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh
kembali seperti gambar sebelah kanan.

Total Skor 10 0
21

Interpretasi nilai KPSP : Jawaban YA=10 TIDAK=0


Kesan : Perkembangan anak tidak ada penyimpangan

2.4 Pemeriksaan Fisik


Hari rawat inap hari ke-4 tanggal 09 januari 2018 pukul 10.00 WIB di ruang
Bangsal C1L1 RSUP Dr. Kariadi. Seorang anak perempuan, usia 5 bulan 26 hari,
BB: 4 kg, PB: 56 cm.
Keadaan umum : Composmentis, GCS E4M6V5, nafas spontan regular
tampak sesak, tampak lemah kesan status gizi severe chronic malnutrition
Tanda vital :
Nadi : 132 x/menit regular isi tegangan cukup
RR : 36x/menit
Temperatur : 37,7°C (axilla)
Sa O2 : 98 % (dengan O2 nasal kanul 2 lpm)
Kepala
Lingkar Kepala : 40 cm, mikrosefal
Ubun-ubun Besar : belum menutup, tidak cekung
Wajah : dismorfik (-)
Mata : Cekung (-/-), konjungtiva palpebra anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), air mata (-/-), mata cowong(-/-)
Hidung : discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
Bibir : sianosis (-)
Mukosa : kering (-)
Mulut : gusi berdarah (-), sianosis (-)
Lidah : kotor (-), makroglossia (-)
Tonsil : tidak diperiksa
Leher : pembesaran limfonodi (-)
Kulit : sianosis (-), anemis (-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi subcostal (+/+),
retraksi epigastrial (-), retraksi suprasternal (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Depan Suara dasar: vesikuler + /+ | + /+
Belakang Wheezing -/- | -/- ronkhi basah halus+/+ |
+/+ hantaran +/+ | +/+

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba di sela iga IV 2 cm medial linea
medioclavicula sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat,
thrill (-)
Perkusi : Tidak diperiksa
Auskultasi : bunyi jantung I murni, bunyi jantung II murni, bising (-),
gallop (-), thrill (-)

Abdomen
Inspeksi : cembung, venektasi (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : bising usus (+), normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
23

Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih(-)

Kelenjar Getah Bening


Pembesaran nnll (-)

Anggota Gerak

Superior Inferior
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cap.refill <2” <2”
Clubbing Finger -/- -/-
Cutis marmorata -/- -/-
Muscle wasting -/- -/-

Kebutuhan nutrisi 24 jam


BB sekarang : 4 kg
BB ideal : 4,8 kg
Cairan Kalori Protein
400 cc (120 (2,2 g/ kgBB)
Kebutuhan 24 Jam
kkal/kgBB) 10,56 g
580 kkal
D5 ½ NS 120 cc 11,0 kkal -

ASI ad libitum ~ ~ ~

F75 8X50ml 400 cc 300 kkal 3,6 g


F100 4x50ml 200 cc 200 kkal 5,8 g
Total 720+ASI 511 kkal+ASI 9,4+ASI
%AKG 180%+ASI 88,1%+ASI 89%+ASI

Rute : Enteral, melalui NGT, peroral


Formula : D5 ½ NS5cc/jam, F75 8x50ml, F100 4x50ml,
ASI ad libitum
Monitoring : akseptabilitas diet, kenaikan BB/hari

2.5 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan
Hematologi

Hematologi Paket
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Keterangan
rujukan
Hemoglobin 9,3 g/dl 9.50-12.50
Hematokrit 29,8 % 32-44
Eritrosit 9,3 10^6/uL 3.1-5.1
MCH 25,7 Pg 24.00-34.00
MCV 82,7 fL 83-100
MCHC 31,2 g/dl 29.00-36.00
Leukosit 12 10^3/uL 6-17.5
Trombosit 209 10^3/uL 150-400
RDW 15,9 % 11.60-14.80
MPV 11,2 fL 4.00-11.00
Gambaran Darah
25

Hitung Jenis
Eosinofil 1 % 2–5
Basofil 0 % 0–4
Batang 1 % 2–5
Segmen 37 % 45-75
Limfosit 55 % 20 – 40
Monosit 6 % 5 – 15

GAMBARAN DARAH TEPI


Eritrosit Anisositosis ringan(normosit, mikrosit,, makrosit)
Poikilositosis ringan (ovalosit, pear shape )

Trombosit Estimasi jumlah trombosit normal


Clumping (+), didominasi bentuk normal, bentuk Giant (+)

Leukosit Estimasi jumlah normal, bentuk besar (+), limfosit teraktivasi (+)

LED
LED 1 jam 59
LED 2 jam 93
KIMIA KLINIK
Hasil Satuan Nilai rujukan
Glukosa Sewaktu 87 Mg/dl 80-160
Ureum 16 Mg/dl 15-39
Kreatinin 0.65 Mg/dl 0.60-1.30
Calcium 2.0 Mmol/L 2.12-2.52
Elektrolit
Natrium 142 Mmol/L 136-145
Kalium 3.5 Mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 106 Mmol/L 9.8-107

Hasil Penunjang Lain:

1. Urine Lengkap (05/01/2018)


- Kuning jernih
- Protein (-)
- Nitrit (-)
- Leukosit 3,4 (N)
- Eritrosit 2,3 (N)
- Mucus 0, yeast cell 0, bakteri 1,6

2. X foto thoraks AP-LAT

COR : CTR = 46%


Bentuk dan letak jantung normal
PULMO : Corakan vaskuler tampak meningkat
27

Tampak bercak pada perihiler kanan kiri dan retrocardial

Kesan : Cor tak membesar, Gambaran bronchopneumonia

3. Kultur Darah (04/01/2018)


Kesan : Tidak ada pertumbuhan kuman

2.6 Daftar Masalah


Tabel 3. Daftar Masalah
No Problem Aktif Tanggal
1 Batuk 09/01/2018
2 Nafas cepat 09/01/2018
3 Sesak 09/01/2018
4 Auskultasi paru: 09/01/2018
Ronkhi basah nyaring pada seluruh lapangan paru
dekstra et sinistra9
5 Berat badan menurun 09/01/2018
6 Bronkopneumonia 09/01/2018
7 Moderate Chronic Malnutrition 09/01/2018
8 Anemia normositik normokromik 09/01/2018

No Problem Pasif Tanggal


1. Sosial ekonomi kurang 09/01/2018

2.7 Diagnosis Kerja


1. Bronkopneumonia
2. Moderate Chronic Malnutrition

2.8 Rencana Pemecahan Masalah


Initial plan:
1. Bronkopneumonia dd/bacterial, viral
Diagnosis : S : -
O : foto thorax, pemeriksaan sputum ( pengecatan gram,
jamur + kultur )
Terapi : Oksigenasi via nasal canul 2 lpm
Infus D51/2 NS 72/3/3 tpm mikro
inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital, tanda distress respirasi
Edukasi :
 Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa keluhan-keluhan yang diderita anak
adalah akibat bronkhopneumonia, yaitu penyakit infeksi saluran pernapasan,
tepatnya pada paru, yang disebabkan oleh bakteri
 Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa saat ini telah dilakukan
penangananan baik secara obat-obatan maupun suportif dengan pemberian
oksigen untuk mengatasi infeksi pada anak dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya
 Menjelaskan kepada keluarga pasien agar segera melaporkan kepada perawat
atau dokter yang bertugas apabila pada anak didapatkan tanda-tanda sesak napas
yang berat seperti napas anak yang cepat, adanya napas cuping hidung, dan
perut atau rongga dada anak terlihat cekung saat menarik napas. Juga
memperhatikan apakah ada tanda-tanda kebiruan pada ujung-ujung jari dan kaki
yang menandakan anak kekurangan oksigen
 Mengedukasi keluarga pasien posisi tubuh pasien yang baik dan menepuk-nepuk
punggung pasien agar sputum mudah keluar.
 Mengedukasi keluarga pasien bahwa faktor resiko di rumah sebisa mungkin
harus dihilangkan yaitu kebiasaan merokok ayah pasien, di mana akibatnya
tidak baik untuk kesehatan keluarga di rumah terutama kesehatan dan
pertumbuhan anak saat ini.
29

 Menjelaskan prosedur pemeriksaan sputum pada anak

2. Moderate chronic malnutrition


Diagnosis : S : -

O : Albumin, GDS, profil lipid, status antropometri


Terapi : Dietetik
Kecukupan nutrisi 24 jam

BB ideal 4,8 Kg
Cairan Kalori Protein
400 cc (120 (2,2 g/ kgBB)
Kebutuhan 24 Jam
kkal/kgBB) 10,56 g
580 kkal
D5 ½ NS 120 cc 11,0 kkal -

ASI ad libitum ~ ~ ~

F75 8X50ml 400 cc 300 kkal 3,6 g


F100 4x50ml 200 cc 200 kkal 5,8 g
Total 720+ASI 511 kkal+ASI 9,4+ASI
%AKG 180%+ASI 88,1%+ASI 89%+ASI

Rute : Enteral, melalui NGT, peroral


Formula : D5 ½ NS 5cc/jam, F75 8x50ml, F100 4x50ml
Monitoring : akseptabilitas diet, kenaikan BB/hari
Edukasi :- Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang status
gizi anak
- Menjelaskan bahwa gizi buruk merupakan faktor resiko
terjadinya bronkopneumonia berulang
- Mengingatkan kepada orang tua untuk memantau
tumbuh kembang anak.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa saat ini
kondisi gizi anak buruk sehingga asupan makanannya
perlu ditingkatkan untuk meningkatkan berat badan anak
menjadi ideal.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk memantau
status gizi anak setiap bulannya, minimal dengan
mengetahui berat badan anak, agar tetap mengalami
peningkatan sesuai berat badan yang ideal.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa gizi yang
baik akan membantu meningkatkan daya tubuh dan
secara tidak langsung membantu tubuh untuk melawan
berbagai sumber penyakit.

2.9 Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

Kebiasaan sehari-hari
Asuh
Ayah bekerja sebagai buruh, ibu tidak bekerja.Perawatan pasien sehari-hari
oleh ibu dan ayah pasien dibantu dengan nenek pasien.Bila sakit, penderita dibawa
berobat ke Puskesmas atau praktek dokter di dekat rumah.
Asih
Kasih sayang berasal dari orang tua. Anak menghabiskan banyak waktu
dengan ibu nya.
31

Asah
Stimulasi mental diberikan oleh ayah, ibu. Pendidikan terakhir ayah adalah
SMA dan ibu adalah tamat SMA.

Lingkungan
Tempat tinggal pasien adalah rumah paman pasien yang terletak di desa
Todanan, Blora, Jawa Tengah. Luas rumah 5x16 m2. Rumah pasien lantai keramik,
terdapat 3 kamar tidur dan 1 dipan di luar kamar. Terdapat jendela di sisi depan
rumah. Terdapat ventilasi diatas pintu dan jendela, jendela jarang dibuka dan sirkulasi
udara hanya mengandalkan pintu yang terbuka. Terdapat ruang tamu dan dapur.
Dapur berada di dalam rumah dan letaknya di ruang belakang rumah dan tidak
dilengkapi jendela. Kamar mandi menggunakan kamar mandi sendiri, tempat
mencuci alat masak terpisah dengan kamar mandi. Keluarga menyapu rumah 1 kali
dalam sehari. Penghuni rumah berjumlah delapan orang, yaitu ayah, ibu, kakak, anak
dan paman beserta keluarganya. Ayah pasien seorang perokok aktif sejak remaja
kurang lebih 19 tahun. Dalam sehari ayah pasien menghabiskan satu bungkus rokok
dan semenjak punya anak, ayah pasien tidak pernah merokok di dalam rumah.

2.10 Catatan Kemajuan


Tabel 8. Catatan kemajuan

Tanggal Keadaan Klinis Program terapi/tindakan


10/01/201 S : demam (+), batuk (+) O2 nasal kanul 2 lpm
8
O: Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
KU : sadar inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
HR : 1x16/menit P.O : Paracetamol ½ cth
(60mg) / 4-6 jam (bila
RR : 28x/menit
suhu ≥ 38oC)
Nadi : regular, isi tegangan cukup
Diet : ASI ad libitum, F100
O
T : 37,7 C
4x50ml
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (+)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran +/+ +/+
Ronkhi Basah halus +/+ +/+
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
11/01/201 S : demam (-), batuk (+) O2 nasal kanul 1 lpm
8 O: Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
KU : sadar inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
HR : 112x/menit P.O : Paracetamol ½ cth
(60mg) / 4-6 jam (bila
RR : 30x/menit
suhu ≥ 38oC)
Nadi : regular, isi tegangan cukup
Diet : ASI ad libitum, F100
T : 36,7OC
4x50ml
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
33

minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran +/+ +/+
Ronkhi Basah halus +/+ +/+
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
12/01/201 S : demam (+), batuk (+) O2 nasal kanul aff.
8 O: Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
KU : sadar Inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
HR : 126x/menit P.O : Paracetamol ½ cth
(60mg) / 4-6 jam (bila
RR : 26x/menit
suhu ≥ 38oC)
Nadi : regular, isi tegangan cukup
Diet : ASI ad libitum, F100
T : 36,8OC
4x50ml
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran +/+ +/+
Ronkhi Basah halus +/+ +/+
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
13/01/201 S : demam (-), batuk (+) Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
8 O: inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
KU : sadar P.O : Paracetamol ½ cth
(50mg) / 4-6 jam (bila
HR : 118x/menit
suhu ≥ 38oC)
RR : 30x/menit
Diet : ASI ad libitum, F100
Nadi : regular, isi tegangan cukup
4x50ml
T : 37OC
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran -/- -/-
Ronkhi Basah halus -/- -/-
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
35

A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
14/01/201 S : demam (-), batuk (+) Inf. D5 ½ NS 120/5 ml / jam
8 O: inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
KU : sadar P.O : Paracetamol ½ cth
(60mg) / 4-6 jam (bila
HR : 120x/menit
suhu ≥ 38oC)
RR : 28x/menit
Diet : ASI ad libitum, F100
Nadi : regular, isi tegangan cukup
4x50ml
T : 36,5OC
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran -/- -/-
Ronkhi Basah halus -/- -/-
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
15/01/201 S : demam (-), batuk (-) Aff infus
8 O: inj Ceftriaxon 300mg/24 jam
KU : sadar P.O : Paracetamol ½ cth
(50mg) / 4-6 jam (bila
HR : 120x/menit
suhu ≥ 38oC)
RR : 30x/menit Diet : ASI ad libitum, F100
Nadi : regular, isi tegangan cukup 4x50ml
O
T : 36,6 C Boleh Pulang
SpO2 : 98%
mata : anemis -/- , cowong (-/-)
Hidung : nafas cuping -/-
mulut : sianosis (-), bibir kering -/-
thorak : simetris, retraksi subcostal (-)
minimal
cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : SD Vesikuler +/+ +/+
ST hantaran -/- -/-
Ronkhi Basah halus -/- -/-
wheezing -/- -/-
abdomen : datar, supel, BU (+)
hepar dan lien tidak teraba
Ekstrimitas : akral hangat +/+ +/+
sianosis -/- -/-
A:
Bronkopneumonia
Moderate Chronic Malnutrition
37

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Bronkopneumonia

3.1.1. Definisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan inflamasi pada parenkim paru yang meliputi


alveolus dan bronkiolus terminal. Bronkopneumonia sendiri merupakan salah
satu bentuk dari pneumonia, yaitu inflamasi pada parenkim paru. Sebagian
besar Bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-
lain). Bronkopneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai dengan
batuk, sesak nafas, demam, ronki basah halus, dengan gambaran infiltrat pada
foto polos dada. 16

3.1.2. Faktor Risiko Bronkopneumonia

Individu dapat menderita penumonia atau bronkopneumonia merupakan


kombinasi beberapa faktor risiko yang meliputi faktor host, faktor lingkungan,
dan faktor infeksi itu sendiri. Kategori faktor risiko kejadian pneumonia pada
anak yang ditetapkan oleh WHO dibagi menjadi 3 yaitu: 16

 Definite risk factors: malnutrisi, BBLR, ASI tidak eksklusif, imunisasi belum
dilakukan, polusi indoor.
 Likely risk factors: kebiasaan merokok orang tua, defisiensi zinc, pengalaman
ibu sebagai pengasuh, dan keadaan komorbid lainnya (diare, asma, penyakit
jantung).
 Possible risk factors: tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan menitipkan
anak di day-care, musim hujan (kelembaban), lokasi rumah di dataran tinggi
(udara dingin), defisiensi vitamin A, polusi outdoor.

3.1.3. Etiologi Bronkopneumonia

Bakteri penyebab pneumonia berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien.16

Tabel 1. Etiologi bronkopneumonia/pneumonia berdasarkan umur


Usia Bakteri Virus
< 1 bulan Group B Streptococcus Cytomegalovirus
Escherichia coli
Other gram-negative enteric
bacteria
Listeria monocytogenes
2 bulan-1 Streptococcus pneumoniae Respiratory synctial
tahun Haemophilus influenza type b virus
Staphylococcus aureus Influenza virus
Pseudomonas aeruginosa Parainfluenza virus
Chlamydia trachomatis Adenovirus
Human
metapneumovirus
2-5 tahun Streptococcus pneumoniae Respiratory synctial
Haemophilus influenza type b virus
Mycoplasma pneumoniae Influenza virus
Mycobacterium tuberculosis Parainfluenza virus
Adenovirus
Human
39

metapneumovirus
Rhinovirus
6-18 tahun Streptococcus pneumoniae Influenza virus
Chlamydophila pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Mycobacterium tuberculosis

Berdasarkan tempat didapatkanya kuman, pneumonia diklasifikasikan


menjadi Community Acquired Pneumonia (CAP) dan Hospital Acquired
Pneumonia (HAP). CAP adalah pneumonia yang didapatkan di luar lingkungan
rumah sakit sedangkan HAP adalah pneumonia yang didapatkan setelah ≥ 48
jam masuk rumah sakit yang sebelumnya tidak memiliki gejala atau tanda
pneumonia saat masuk rumah sakit.16

3.1.4. Manifestasi Klinis Bronkopneumonia


Gejala klinis terkait Bronkopneumonia meliputi gejala infeksi umum
dan gejala spesifik gangguan respiratori. Gejala-gejala tersebut seperti:17
 Batuk
Batuk merupakan gejala yang didapatkan pada 76% pasien anak dengan
CAP. Batuk tanpa sputum tidak mengeksklusi kemungkinan
bronkopneumonia karena anak kesulitan mengeluarkan sputum.
 Demam
Didapatkan pada 88 – 96% kasus bronkopneumonia
 Tanda-tanda distres respiratori
Tanda-tanda yang dimaksud meliputi takipneu dan dispneu (retraksi dada,
napas cuping hidung, merintih, dan penggunaan otot-otot pernapasan
tambahan). Pada anak usia kurang dari 5 tahun, sensitifitas tanda takipneu
mencapai 74% dan spesifisitasnya 67%.
Tabel 2. Batas takipneu menurut WHO

Usia Batas takipneu (kali/menit)


0 – 2 bulan ≥60
2-11 bulan ≥50
1-4 tahun ≥40
≥ 5 tahun ≥30
Pada pemeriksaan fisik, dapat dijumpai tanda-tanda seperti:
 Ronkhi basah halus nyaring. Suara dasar vesikuler paru dapat menurun dan
lebih terdengar suara dasar bronkhial. Suara dasar bronkhial normal
terdengar di daerah interskapular dan di atas trakea. Saat terdengar di
lapangan perifer paru, merupakan tanda adanya eksudasi dan konsolidasi di
alveolar. Ronkhi basah (crackles) halus, sedang, atau kasar tergantung dari
besarnya bronkus yang terkena dan umumnya terdengar pada inspirasi.
Ronkhi basah halus biasanya terdapat pada bronkiolus dengan diameter
lumen kecil, dan lebih halus lagi berasal dari alveolus. Sifat ronkhi basah
halus ini dapat nyaring (oleh infiltrat) dan redup/tidak nyari (pada edema
paru)
 Mengi atau wheezing, pada individu tanpa demam, membuat diagnosis
pneumonia atipikal harus mulai dipertimbangkan. Mengi juga bisa dan
cukup sering didapatkan pada infeksi oleh virus, pada kurang lebih 30%
kasus.
41

Gambar 1. Klasifikasi dan Terapi Bronkopneumonia pada Anak. Tanda


bahaya: muntah persisten, kebingungan, letargi atau hilang kesadaran, stridor
saat tidak beraktivitas, severe malnutrition.18

3.1.5. Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia


Pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan pada kasus-kasus
bronkopneumonia meliputi: 1) pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse
oximetry, wajib dilakukan pada seluruh pasien dengan pneumonia karena
hasilnya akan menjadi dasar penilaian derajat beratnya penyakit dan keperluan
merujuk; 2) pemeriksaan laboratorium darah; 3) pemeriksaan mikrobiologi
untuk penentuan etiologi; 4) uji serologis, dan 5) foto rontgen thorax. 16,17
 Pemeriksaan laboratorium darah (darah perifer)
Pada Bronkopneumonia bakteri umumnya ditemukan leukositosis dengan
predominan PMN. Leukositosis hebat (>30000/mmk) hampir selalu
menunjukkan infeksi bakteri yang sudah sampai tahap bakteriemi dengan
risiko adanya komplikasi lebih tinggi. Sebaliknya, leukopenia
(<5000/mmk) menunjukkan prognosis yang lebih buruk.
Bronkopneumonia oleh karena infeksi virus, juga pada Bronkopneumonia
atipik, hasil laboratorium darah perifer bersifat tidak spesifik karena
semua panel umumnya berada dalam batas normal. Eosinofilia dapat
ditemukan pada kasus infeksi oleh Chlamydia pneumoniae. Selain
leukosit, kadang pada kasus bronkopneumonia dapat ditemukan anemia
ringan dan laju endap darah yang meningkat.
 Pemeriksaan mikrobiologi
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari swab
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, kultur darah, pungsi
pleura, atau aspirasi paru. Aspirasi cairan pleura memiliki nilai sensitifitas
mencapai 100% namun prosedur ini tergolong invasif. Apabila kultur
darah ditemukan bakteri positif, prosedur ini wajib dilanjutkan karena
akan memberikan informasi etiologi mikroorganisme dan resistansi
antibiotik.

 Uji serologis
Secara umum, uji serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis
infeksi bakteri tipik. Akan tetapi, untuk deteksi antigen virus dan bakteri
atipik peningkatan titer antibodi IgG dan IgM pada complement fixation
test dan ELISA dapat menjadi standar baku emas. Uji serologis juga tidak
dapat digunakan untuk memantau efektivitas dan perjalanan terapi.
 X-photo thorax
43

Foto rontgen thorax pada Bronkopneumonia ringan tidak rutin dilakukan,


biasanya direkomendasikan pada Bronkopneumonia berat yang perlu
perawatan. Umumnya posisi yang digunakan hanyalah posisi AP, karena
posisi lateral tidak secara signifikan menambah spesifisitas dan
sensitivitas pemeriksaan. Secara umum, gambaran foto thorax dapat
meliputi:
a. Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corak bronkovaskular
(perivaskular dan peribronkial), peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
b. Infiltrat alveolar, merupakan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat hingga konsolidasi berbatas kurang
tegas, disertai air bronchogram, yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru
c. Konsolidasi umumnya terletak di lapangan bawah paru
d. Pembesaran hilus
e. Atelektasis lobar/segmental
Gambaran foto rontgen thorax dapat membantu mengarahkan
kecenderungan etiologi Bronkopneumonia. Penebalan peribronkial,
infiltrat interstitial merata, dan hiperinflasi cenderung dikaitkan dengan
virus. Infiltrat alveolar berupa konsolidasi segmen dan air bronchogram
sangat erat dikaitkan dengan bakteri.
Gambar 2. Foto Rontgen Thorax Pneumonia pada Anak.
Konsolidasi alveolar di lobus kiri bawah dan kanan bawah.
Mycoplasma pneumoniae pneumonia.17

3.1.6. Tatalaksana Bronkopneumonia


Pada umumnya, kebanyakan kasus anak dengan bronkopneumonia dapat
dirawat jalan (outpatient basis). Adapun beberapa indikasi rawat inap, yaitu:17,18
 Hipoksemia – saturasi oksigen < 92% pada bayi dan anak, PaO2 < 60
mmHg, PaCO2 > 50 mmHg, sianosis sentral
 Tanda-tanda pneumonia berat – sesak napas, takipneu (bayi > 60x/menit,
anak > 50x/menit), distres pernapasan (retraksi, grunting)
 Tanda-tanda dehidrasi, anak tidak mau minum/menetek
 Tanda-tanda sepsis/syok sepsis
 Bayi usia < 6 bulan
 Adanya kondisi komorbid, seperti: Penyakit Jantung Bawaan, defisiensi
sistem imun, displasia bronkopulmoner, fibrosis kistik, dan lain-lain
 Pneumonia yang disebabkan oleh agen patogen dengan virulensi tinggi,
contoh: bakteri MRSA
45

 Pernah rawat jalan sebelumnya namun pasien memburuk


 Ketidakmampuan keluarga untuk merawat di rumah
Pada pasien rawat inap dengan saturasi oksigen < 92%, terapi oksigen
harus diberikan dengan kanul nasal, head box, atau sungkup. Antipiretik dan
analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien. Nebulisasi
dengan 𝛽-2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance. Pasien harus diobservasi setidaknya 4 jam sekali.
Kondisi anak seharusnya akan membaik, terbukti dari evaluasi klinis dan
laboratoris, dalam 48-72 jam pertama setelah penanganan yang adekuat.
Kegagalan perbaikan mewajibkan pemeriksaan dan investigasi lebih lanjut
akan kecurigaan adanya komplikasi, mikroorganisme resisten, maupun
diagnosis alternatif.
Rekomendasi WHO untuk pemberian antibiotik pada pneumonia adalah:17,18
 Anak dengan pneumonia napas cepat (+), tanpa retraksi/ tanda bahaya
umum, diterapi dengan amoxicillin oral minimal 40
mg/kgBB/pemberian 2 kali sehari (80 mg/kgBB/hari) untuk 5 hari. Di
daerah dengan prevalensi HIV rendah, amoxicillin dapat diberikan
selama 3 hari. Bila gagal, rujuk ke fasilitas lanjutan untuk terapi lini ke
2.
 Anak usia 2-59 bulan yang sakit pneumonia dengan retraksi diterapi
amoxicillin oral minimal 40 mg/kgBB/pemberian 2 kali sehari untuk 5
hari.
 Anak usia 2-59 bulan dengan pneumonia berat harus diterapi ampicillin
(atau penicillin) dan gentamicin sebagai lini pertama.
- Ampicillin: 50mg/kgBB atau benzyl penicillin: 50.000 units per
kgBB (IM/IV) tiap 6 jam selama minimal 5 hari
- Gentamicin 7,5 mg/kgBB IM/IV 1 kali sehari minimal selama 5 hari
Ceftriaxone diberikan sebagai lini kedua bila lini pertama gagal atau
terdapat penyulit.
 Ampicillin (atau penicillin jika ampicillin tidak tersedia) ditambah
gentamicin atau ceftriaxone direkomendasikan sebagai antibiotik lini
pertama pada bayi yang terpapar dan terinfeksi HIV serta anak di bawah
usia 5 tahun dengan pneumonia retraksi (+) atau pneumonia berat.
Apabila lini pertama tidak berhasil, maka diberikan ceftriaxone saja
untuk pengobatan lini kedua.
 Kotrimoksosol empiris untuk suspek pneumonia Pneumocystis jirovecii
(PCP) direkomendasikan sebagai terapi tambahan untuk bayi yang
terpapar atau terinfeksi HIV yang berusia 2 bulan-1 tahun dengan
retraksi (+) atau pneumonia berat. Kotrimoksasol tidak
direkomendasikan pada anak usia lebih dari satu tahun dengan kondisi
yang sama.

3.2.Malnutrisi Berat
3.2.1 Definisi
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi
mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di
negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita.51
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa penyebab tak langsung seperti
kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit
infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu
ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan
faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi
47

buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan


kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas
sektor.52

3.2.2 Diagnosis
Cara interpretasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badan terhadap
panjang badan, berat badan terhadap umur, dan panjang badan terhadap umur
menurut baku Z-score.53 Selain itu penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :
a. Anamnesis untuk menilai masukan diet.
b. Pemeriksaan klinis dengan menilai ada tidaknya tanda-tanda kurang gizi
c. Pemeriksaan laboratorium dengan melihat kadar hemoglobin, protein dan
kolesterol.
Malnutrisi akut berat (MAB) atau disebut juga gizi buruk akut, adalah keadaan
dimana seseorang anak sangat kurus, ditandai dengan BB/PB < -3SD dari median
WHO child growth standard, terlihat sangat kurus, atau didapatkan edema nutrisional,
dan pada anak umur 5-59 bulan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 110 mm.54
Kriteria diagnosis MAB: 54
1. Terlihat sangat kurus
2. Edema nutrisional
3. BB/TB < -3SD
4. LILA < 115 mm

Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya.
Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya
pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan
anak yang sehat.
Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2
tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan yang
terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau terhenti, kenaikan
berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar
lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal
atau menurun, tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan
perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai
kelainan kulit dan rambut. Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang
berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan
penduduk.52
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe
marasmik-kwashiorkor. Tipe kwashiorkor ditandai dengan gejala tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh, perubahan
status mental, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu,
pembesaran hati, kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, cengeng dan rewel. Tipe marasmus
ditandai dengan gejala tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel,
kulit keriput, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas,
pantat kendur dan keriput. Tipe marasmik-kwashiorkor merupakan gabungan
beberapa gejala klinik kwashiorkor – marasmus.51

3.2.3 Tata Laksana Gizi Buruk


Pedoman tatalaksana penderita gizi buruk di rumah sakit dibagi menjadi 3
tahap yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi.
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap
dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi
stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil dan
49

sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan
makanan formula 75 (F 75). Resomal dapat diberikan apabila anak
diare/muntah / dehidrasi, 2 jam pertama setiap ½ jam, selanjutnya 10 jam
berikutnya diselang seling dengan F75.
Tabel 15. Kebutuhan zat gizi fase stabilisasi Zat Gizi Stabilisasi (hari ke
1-7)

b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal
dan protein 2,9 gram.
Tabel 16. Kebutuhan zat gizi fase transisi

c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak.
Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada
fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB ≥ 7 kg
diberi makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan
nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3
gram.8
51

Tabel 17. Kebutuhan zat gizi fase rehabilitasi

Penatalaksanaan gizi buruk:


1) Mencegah dan mengatasi hipoglikemi.
Hipoglikemi jika kadar gula darah < 54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh
sangat rendah, kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin,
pucat. Pengelolaan berikan segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula
1 sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan
tiap 2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan
evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka
ulang pemberian cairan gula tersebut.
2) Mencegah dan mengatasi hipotermi.
Hipotermi jika suhu tubuh anak <35oC , aksila 3 menit atau rectal 1
menit. Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angin
dan bersih, sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung
tangan dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode
kanguru), cepat ganti popok basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu
rectal tiap 2 jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup
kepala, kaos kaki.
3) Mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution for
Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB
setiap 30 menit secara oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB
untuk 4-10 jam berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak
mau, feses yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam
4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu. Monitoring
tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah, pemberian cairan dievaluasi
jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis meningkat, jika anak
dengan oedem, oedemnya bertambah.
4) Koreksi gangguan elektrolit.
Berikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4- 0,6
mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal).
5) Mencegah dan mengatasi infeksi.
Antibiotik (bila tidak komplikasi : kotrimoksazol 5 hari, bila ada
komplikasi amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi
infeksi ( hipoglikemia atau hipotermi)
6) Mulai pemberian makan.
Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi dan
mencukupi kebutuhan energi dan protein. Prinsip pemberian makanan fase
stabilisasi yaitu porsi kecil, sering, secara oral atau sonde, energi 100
kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk
53

penderita marasmus, marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem


derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.
7) Koreksi kekurangan zat gizi mikro.
Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam
folat (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3
mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan,
vitamin A hari 1 (1 tahun 200.000 IU).
8) Memberikan makanan untuk tumbuh kejar.
Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100 yang
mengandung 100 kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga
dengan energi dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup
minyak dan protein.
9) Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang.
Mainan digunakan sebagai stimulasi. Macamnya tergantung kondisi,
umur dan perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi
psikologis, baik mental, motorik dan kognitif.
10) Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah.
Setelah BB/PB mencapai -1SD dikatakan sembuh, tunjukkan kepada
orang tua frekuensi dan jumlah makanan, berikan terapi bermain anak,
pastikan pemberian imunisasi boster dan vitamin A tiap 6 bulan.

Pada kasus ini, rencana untuk fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi adalah sebagai berikut:
a. Fase stabilisasi

Memberikan makanan awal agar kondisi anak stabil


 Segera beri larutan gula/ glukosa 10 % sebanyak 50ml atau F75
 Hangatkan tubuh anak
b. Fase transisi
Mempersiapkan anak untuk menerima cairan dan energi yang lebih besar
c. Fase rehabilitasi

Mengejar pertumbuhan

Bayi perempuan 5 bulan dengan BB = 4000 gram, PB = 56 cm


54
Klasifikasi status gizi menurut Standart Z- score
WAZ HAZ WHZ
<-3SD Severe Severe Severe
malnutrition malnutrition malnutrition
≥-3SD s/d <- Moderate Moderate Moderate
2SD Malnutrition Malnutrition Malnutrition
≥-2 SD s/d <-1 Mild Mild Mild
SD Malnutrition Malnutrition Malnutrition
≥-1 s/d <+1 Normal Normal Normal
≥+1 s/d <+2 Overweight
≥+2 Obese

Status gizi menurut z-score


WAZ : -4,77 SD
HAZ : -4,18 SD
WHZ : -2,40 SD
HC : -2,36 SD

Kesan :
Cross sectional : Berat badan sangat kurang, perawakan sangat pendek,
gizi buruk, mikrosefal
Longitudinal : Undergrowth
55

BAB IV
RINGKASAN

Telah dilaporkan seorang Seorang anak perempuan Usia 5 Bulan dengan


Bronkopneumonia, moderate chronic malnutrition
± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, anak batuk, batuk grok-grok(+),
dahak (+) sulit keluar, napas cepat, cekungan atau tarikan dinding dada (-), ujung-
ujung jari kebiruan (-). Anak demam bersamaan saat munculnya batuk, ibu tidak
mengukur suhu anak, kejang (-), keringat dingin malam hari (-), frekuensi makan dan
minum tidak menurun, muntah (-), pilek (-), BAB cair (-) dan BAK dalam batas
normal, nyeri (-), warna kuning jernih, jumlah cukup, darah (-). Anak kelihatan
kurang aktif dan rewel. Kemudian ibu memberikan anak obat batuk sirup dan obat
turun panas yang didapat dari apotek. Kemudian panas sempat turun tetapi kembali
naik dan batuk tidak berkurang.
+ 5 hari sebelum masuk rumah sakit, anak tampak napas cepat (+). Nafas
cepat dirasakan terus menerus. Nafas cepat tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi
maupun perubahan cuaca, tidak diperberat dengan aktivitas. Tampak cekungan di
dinding dada (+). Sesak disertai demam (+), mendadak tinggi, terus menerus tetapi
suhu tidak diukur oleh ibu pasien. Kejang (-), batuk (+) tidak berkurang dari
sebelumnya, rewel saat BAK, warna kuning jernih, darah (-) dan BAB dalam batas
normal, frekuensi 1x/hari, konsistensi lunak, warna kekuningan, darah (-). Anak
terlihat kurang aktif, menetek terputus-putus (+), berkeringat (-) . Kemudian anak
dibawa periksa ke RS di Pati dan di rawat inap selama kurang lebih 5 hari. Karena
tidak ada perbaikan, anak dirujuk ke RSUP dr. Kariadi.
Saat di IGD RSDK, anak masih demam (+) suhu 38C, batuk (+) nafas cepat
(+) anak tampak kurang aktif. Pasien kemudian dipindahkan di bangsal C1L1 untuk
evaluasi. Di bangsal anak dipasang infus D5 ½ NS 120/5 tpm, dipasang NGT,
mendapat injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam Paracetamol PO 50 mg tiap 4-6 jam (bila
suhu ≥38 ºC). Anak masih lemas, kurang aktif, dan menetek lemah.
Saat perawatan hari ke-1 di RSDK, anak batuk (+) berkurang ,demam (+)
suhu 38,5C, batuk (+), napas cepat (+), cekungan dinding dada (-), ujung-ujung jari
kebiruan (-), mual (-), muntah (-), anak mendapat asi semau anak dengan menetek
langsung dan lewat NGT. BAK dan BAB dalam batas normal. Di bangsal anak
dipasang infus D5 ½ NS 120/5 tpm, dipasang NGT, mendapat injeksi Ceftriaxon
300mg/24 jam Paracetamol PO 50 mg tiap 4-6 jam (bila suhu ≥38 ºC). Anak masih
lemas, kurang aktif, dan menetek lemah.
Pada hari kedua mondok, dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis anak di
bangsal C1L1. Saat itu anak masih batuk (+), napas cepat (+) berbunyi “grok-grok”,
tarikan dinding dada (+), demam (-) suhu 37°C. Anak kelihatan kurang aktif. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan respiratory rate 46 x/ menit, napas cuping hidung (-),
retraksi subcostal (-), retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-), ronkhi basah
halus (+/+) dan hantaran paru (+/+). Anak diberi terapi oksigen nasal 2 lpm, mendapat
injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam, paracetamol 50 mg/6 jam bila suhu ≥38 ºC. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah, elektrolit didapatkan hasil dalam batas normal.
Anak menjalani perawatan hari ketiga di bangsal, anak demam (+), batuk (+),
nafas cepat (-), BAB cair (-) dan BAK kuning jernih, normal. Anak terlihat kurang
aktif. Dari pemeriksaan fisik didapatkan respiratory rate 32x/menit, napas cuping
hidung (-), retraksi subkostal (-), retraksi interkostal (-), retraksi suprasternal (-),
ronkhi basah halus (+/+), hantaran (-/-), wheezing (-/-). Terapi oksigen dengan nasal
kanul 2 lpm masih diberikan, saturasi O2 99%. Anak masih mendapat injeksi
Ceftriaxon 300mg/24 jam dan paracetamol 50 mg/6 jam bila suhu ≥38 ºC.
Saat ini anak menjalani perawatan hari keempat di bangsal, anak demam (+),
batuk (+) berkurang, nafas cepat (-), BAB cair (-) dan BAK kuning jernih, normal.
Anak terlihat kurang aktif. Dari pemeriksaan fisik didapatkan respiratory rate
36x/menit, napas cuping hidung (-), retraksi subkostal (-), retraksi interkostal (-),
retraksi suprasternal (-), ronkhi basah halus (+/+), hantaran (+/+), wheezing (-/-).
Terapi oksigen dengan nasal kanul 2 lpm masih diberikan, saturasi O2 98%. Anak
57

masih mendapat injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam dan paracetamol 50 mg/6 jam bila
suhu ≥38 ºC. Keadaan anaak masih lemas, kurang aktif, dan menetek lemah.
Pada kasus ini, hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik mengarah ke penyakit
bronkopneumonia dengan klasifikasi severitas pneumonia berat. Dari hasil anamnesa
didapatkan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya pneumonia. malnutrisi sedang
kronik, status ekonomi kurang, ventilasi & sirkulasi udara ruangan yang kurang baik,
kepadatan hunian kamar memungkinkan untuk terjadinya pneumonia berulang.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan dari catatan medik, diketahui anak
mengalami demam, batuk dengan adanya retraksi dinding dada berat, tachypnea serta
adanya ronkhi basah halus dan hantaran pada seluruh lapang paru. Pada pemeriksan
penunjang x-foto thoraks juga didapatkan gambaran infiltrat pada parenkim paru
yang menunjang diagnosis bronkopneumonia.
Terapi pada kasus ini telah sesuai dengan rekomendasi WHO, yaitu rawat
inap, beri antibiotik, beri oksigen bila saturasi < 90 %, manajemen jalan napas, dan
terapi demam tinggi bila ada. Pemberian antibiotik pada pneumonia berat adalah
dapat menggunakan ampicillin dan gentamicin intravena untuk lini pertama atau lini
kedua menggunakan ceftriaxone. Antibiotik ini bekerja secara broad spectrum. Pada
kasus ini diberikan injeksi Ceftriaxon 300mg/24 jam. Pasien juga mendapat
paracetamol 50mg/4 jam yang diminum apabila masih demam.
Pasien juga dipantau untuk status gizinya karena didapatkan moderate chronic
malnutrition. Perlunya edukasi kepada orang tua tentang kecukupan gizi anak dan
pemantauan kenaikan berat badan setiap bulannya.

Saran :
Diperlukan sosialisasi dan edukasi mengenai bronkopneumonia, cara
pencegahan bronkopneumonia, yaitu dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Imunisasi juga merupakan preventif sehingga
ketepatan dan ketaatan orangtua membawa anak imunisasi perlu di perhatikan. Pada
anak curiga bronkopneumonia juga dilakukan edukasi kepada keluarga mengenai
tanda-tanda kegawatan agar orangtua tetap waspada terhadap keadaan umum anak.
Anak yang tampak sesak, napas cepat, cekungan dinding dada, batuk, agar segera
dibawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat. Diperlukan juga edukasi kepada orang
tua tentang kecukupan gizi anak dan pemantauan kenaikan berat badan setiap
bulannya.
59

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Departemen Ilmu Kesehatan


Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011. p 144-147 .
2. World Health Organization. 2014. Revised WHO Classification and Treatment
of Childhood Pneumonia at Health Facilities. Evid Summ.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indoensia.
4. Supriyanto B. Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Sari Pediatr.
2006;8(2):100–6.
5. Libby, Peter. Braunwald’s Heart Disease : A Textbook of Cardiovascular
Medicine. Philadelphia : Saunders Elsevier; 2008. p 333-357 .
6. Nelson, Behrman, Kliegmann, dkk.Ilmu Kesehatan Anak 15th ed vol 2.
Jakarta: ECG; 2012. p 507-547 .
7. Müller MK. Malnutrition and Health in Developing Countries. CMAJAUG.
2005;173(3):279.
8. Hockenberry M. WD. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. Elsevier.
2013;725–6.
9. JC. P. Pneumonia no single definition. Cambridge Med Publ Wellingbrgh.
1995;(Community aquired pneumonia in children. International Forum
Series.):1–6.
10. Self WH, Grijalva CG, Zhu Y et al. Rates of emergency department visits due
to pneumonia in the United States. Acad Emerg Med. 2013;20(9):957–60.
11. Organization U& WH. Pneumonia: the forgotten killer of children.
2006;(UNICEF ⁄ WHO, New York.).
12. Bryce J, Boschi-Pinto C SK& BR. WHO estimates of the causes of death in
children. Lancet. 2005;(365):1147–52.
13. K M. Global burden of acute respiratory infections in children: implications for
interventions. Pediatr Pulmonol. 2003;(36):469–74.
14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013;
15. Kementerian Kesehatan RI. Pneumonia Balita. Bul Jendela Epidemiol. 2010;3.
16. Lassi ZS, Haider BA BZ. Zinc supplementation for the prevention of
pneumonia in children aged 2 months to 59 months. Cochrane Database Syst
Rev. 2010;12(12).
17. Yakoob MY, Theodoratou E, Jabeen A et al. Preventive zinc supplementation
in developing countries: impact on mortality and morbidity due to diarrhea,
pneumonia and malaria. BMC Public Heal [Internet]. 2011;11(Suppl 3.
Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/S3/S23
18. Chisti MJ, Tebruegge M, Vincente S La, Graham SM. Pneumonia in severely
malnourished children in developing countries – mortality risk , aetiology and
validity of WHO clinical signs : a systematic review. 2009;14(10):1173–89.
19. Sabie T, Curtis V. Handwashing and risk of respiratory infections: a quantative
systematic review. Trop Med Int Heal. 2006;11:258–67.
20. Bell DM and World Health Organization Writing G. Non-pharmaceutical
interventions for pandemic influenza, national and community measures.
Emerg Infect Dis. 2006;12:88–94.
21. Rajantie, J., Mertsola, J. & Heikinheimo, M. 2010. Lastentaudit. Duodecim.
Kariston kirjapaino Oy, Hämeenlinna. :206–7.
22. Siimes, M. & Petäjä, J. 2007. Lastentaudit. Kustannus oy Duodecim.
23. Hayes BL, George CM. Community-Acquired Pneumonia in Children. Am
Fam Physician 1;86(7)661-667. 2012;
24. Y. DS. Patophysiology of Community Acquired Pneumonia. Suppl to JAPI.
2012;60:7–9.
25. Arguedas AG, Stutman HR MM. Bacterial pneumonias. Saunders,
Philadelphia. 1990;(Edisi kelima.):371–94.
26. Torres A. ES. Nosocomial and Ventilator-Associated Pneumonia. Eur Respir
Mon. 2011;(7):53.
27. Y. DS. Patophysiology of Community Acquired Pneumonia. 2012;60: 7-9.
Suppl to JAPI. 2012;60:7–9.
28. Indonesia. IDA. Buku Ajar Respirologi Anak (Edisi Pertama). Badan Pene
Jakarta; 2012;
29. MM. DD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Badan Penerbit Univ Diponegoro.
2011;
30. P. L. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. Elsevier.
2005;Philadelph(4th ed.).
31. Nathan DG, Orkin SH, Oski FA GDN and O. Hematology of Infancy and
Childhood. Saunders. 2008;(7th ed. Philadelphia).
32. Krisnansari D. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala Heal. 2010;4:60–8.
33. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2008;
34. Pudjiadi S. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. 4th ed. FKUI. Jakarta; 2000.
35. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak 1st ed.
61

Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.

Das könnte Ihnen auch gefallen