Sie sind auf Seite 1von 10

3

Efektivitas Terapi Psikoedukasi dan Terapi Murattal Terhadap Kecemasan Pasien


Preoperasi Fraktur di Ruang Perawatan Bedah Rsud Raden Mattaher Jambi

Effectiveness of Psychoeducation and Murattal Therapy on Anxiety of


Preoperative Fracture Patient in Ruang Perawatan Bedah Raden Mattaher Jambi
Hospital

Diah Merdekawati1)Sagiran2)Azizah Khoiriyati3)

1) Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


2) Bagian Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3) Bagian Magister Keperawatan Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

ABSTRACT

Fracture is a break of continuity of bone and cartilage tissue caused by injury


or trauma. Fracture treatments are konservasif and operating based on the severity
of fracture and mental attitude of the patient. Fracture patients who underwent
surgery at the Raden Mattaher Jambi Hospital in 2012 (January-October) is 157, 36
patients get delay surgery becaused increase in blood pressure, pulse and body
temperature is always changing as a result of anxiety. Therapy can be used to reduce
the anxiety are psychoeducation and murattal.
This research is a quasi-experiment with form nonequivalent control group
design that aims to analyzing the effectiveness of psychoeducation and murattal
therapy on anxiety of preoperative fracture patient in Ruang Perawatan Bedah
Raden Mattaher Jambi Hospital 2013. Sample as many as 35 respondents. The
research instrument was Rate Hamilton Anxiety Scale (HARS) and using statistical
tests Repeated Anova.
This research shows that a decline in the level of anxiety before and after the
intervention given that the biggest difference is the respondent given murattal
therapy, the difference was found in 3 interventions measures through. Comparison
of anxiety of preoperative fracture patients with murattal therapy and interventions
to a room have a large difference.
Murattal therapy can be used to decline the anxiety of preoperative fracture
patient in Raden Mattaher Jambi Hospital. The next research can analyze about
physiology symptom and factors that cause anxiety.

Keywords: Anxiety, Fracture, Psychoeducation and Murattal


4

ABSTRAK

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan


yang disebabkan oleh cedera atau trauma. Penanganan fraktur dapat dilakukan
secara konservasif dan operasi sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap
mental pasien. Penderita fraktur yang menjalani operasi di RSUD Raden Mattaher
Jambi tahun 2012 (Januari-Oktober) sebanyak 157, penundaan operasi sebanyak 36
pasien karena terjadi peningkatan tekanan darah dan nadi serta suhu tubuh yang
selalu berubah akibat dari kecemasan. Terapi yang dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan yaitu psikoedukasi dan murattal.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperiment dengan bentuk
nonequivalent control group design yang bertujuan untuk menganalisis efektifitas
terapi psikoedukasi dan terapi murattal terhadap kecemasan pasien preoperasi
fraktur di Ruang Perawatan Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013.
Sampel penelitian ini sebanyak 35 responden. Instrumen penelitian yaitu Hamilton
Anxiety Rate Scale (HARS) dan menggunakan uji statistik Repeated Anova.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan dari
sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan selisih yang terbesar yaitu pada
responden yang diberikan terapi murattal, perbedaan didapatkan pada semua
pengukuran melalui 3 intervensi. Perbandingan kecemasan pasien preoperasi
fraktur dengan terapi murattal dan intervensi sesuai ruangan memiliki perbedaan
yang paling besar.
Terapi murattal dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pasien
preoperasi fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi. Sebaiknya, dilakukan
penelitian lanjutan tentang gejala fisiologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan pasien preoperasi fraktur.

Kata Kunci: Kecemasan, Fraktur, Psikoedukasi dan Murattal

Pendahuluan
5

Saat ini penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak


dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) telah menetapkan dekade ini (2000-2010) telah menjadi
dekade tulang dan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas menyebabkan fraktur, menurut WHO
juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya1. Penanganan fraktur
dapat dilakukan dengan secara konservasif dan operasi sesuai dengan tingkat
keparahan fraktur dan sikap mental pasien2. Pasien yang akan menjalani
pembedahan umumnya akan mengalami masalah psikososial yaitu perasaan cemas
dan takut. Ketakutan dan kecemasan yang sangat berlebihan, akan membuat klien
menjadi tidak siap secara emosional untuk menghadapi pembedahan, dan akan
menghadapi masalah praoperatif seperti tertundanya operasi karena tingginya
tekanan vena jugularis, denyut nadi perifer, dan mempengaruhi palpasi jantung3.
Banyak teknik yang dikembangkan untuk menurunkan gejala dari anxietas4. Saat
ini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk menangani
kecemasan ataupun nyeri5.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi psikoedukasi dan
terapi murratal terhadap kecemasan pasien preoperasi fraktur di Ruang Perawatan
Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi. Instrumen penelitian yang digunakan
sebelum dilakukan intervensi terapi psikoedukasi dan terapi murratal dengan
Hamilton Anxiety Rate Scale (HARS). Intervensi dilakukan dengan menggunakan
alat berupa kaset murratal dan leaflet.

Review Literatur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh cedera, trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa
trauma langsung dan tidak langsung. Operasi adalah tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani6. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur
meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (Open reduction and internal
6

fixation/ORIF). Sasaran pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi


dengan mengembalikan gerakan, stabilitas, mengurangi nyeri dan disabilitas2.
Pasien dengan masalah medis yang serius sebelum operasi, tanda-tanda
fisiologis seperti denyut jantung meningkat, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
dapat menunjukkan kecemasan. Praoperasi merupakan puncak kecemasan yang
memprovokasi dan dapat memburuk jika pasien menunggu lebih lama dari yang
direncanakan7.
Pendekatan kognitif pada anxietas merupakan dasar dari teori asumsi yang
dikemukakan pertama kali dimana anxietas merupakan keadaan emosional yang
berhubungan dengan suatu ancaman. Proses kognitif penting untuk
mempertimbangkan termasuk penilaian dan asumsi yang berkenaan pada situasi
yang khusus dan aturan-aturan yang menghasilkan problem situasi4. Pendidikan
kesehatan preoperatif adalah memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang prosedur preoperatif, intraoperatif dan post operatif melalui percakapan,
diskusi, audiovisual dan demonstrasi3.
VAK (Visual Audio Kinestetik) adalah persepsi, preferensi model
pembelajaran yang mengkategorikan pembelajaran dengan preferensi sensorik8.
Media yang dapat digunakan pada visual yaitu gambar, diagram, demonstrasi,
display, handout, film, leaflet, flip-chart, dan lain-lain. Auditori melibatkan transfer
informasi melalui mendengarkan melalui kata yang diucapkan dari diri sendiri atau
orang lain. Kinestetik melibatkan pengalaman fisik seperti menyentuh, merasa,
memegang, melakukan dan latihan9.
Bentuk terapi yang dapat dilakukan bedasarkan model VAK adalah terapi
psikoedukasi dan terapi murattal. Pada model visual dapat diberikan terapi
psikoedukasi. Psikoedukasi adalah sebuah modalitas treatment yang disampaikan
oleh professional, yang mengintegrasikan dan mensinergikan antara psikoterapi
dan intervensi edukasi10. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang
bersifat edukasi dan pragmatic11. intervensi psikoedukasi dapat menurunkan
simptom masalah kesehatan mental, khususnya dapat menurunkan kecemasan dan
depresi10. Intervensi ini dapat bervariasi dari pengiriman bahan pasif' seperti leaflet
tunggal, email atau website informasi12. Elemen rencana yang akan dilakukan
7

diantaranya tentang tanda dan gejala, proses alami penyakit, kemungkinan etiologi,
pemeriksaan dan tindakan diagnostik, perubahan gaya hidup yang diindikasikan,
pilihan terapi, hasil terapi yang diharapkan, efek samping pengobatan, strategi
terapeutik, respon koping adaptif, masalah kepatuhan potensial, tanda kewaspadaan
dini relaps, kebutuhan seimbang dan perawatan diri13.
Model audio dapat diberikan terapi murattal. Murattal adalah rekaman suara
Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Al-Qur’an)14. Ketika Al-
Quran dilantunkan akan terjadi proses pada pusat emosi manusia, yaitu pada sistem
limbik dan amigdala yang berhubungan secara timbal balik dengan lobus temporal,
bagian otak yang bertanggung jawab terhadap respon-respon spiritual dan mistis
manusia. Emosi yang positif akan memacu penguatan keyakinan religius dan
meningkatkan kontrol individu terhadap stressor. Hubungan timbal balik itu
direkam oleh hipokampus, maka pengalaman emosional dan religius itu dapat
membawa transformasi diri bagi yang mengalaminya15.
Bacaan surat Al-Qur’an yang terbaik adalah Al-Faatihah, karena intisari dari
Al-Qur’an adalah surat Al-Faatihah, dan pemahaman terhadap Al-Qur’an diawali
dengan pemahaman terhadap Al-Faatihah. Surat tersebut juga dapat digunakan
untuk mengurangi atau menurunkan kecemasan16. Surah lain yang memiliki
keutamaan atau manfaat dalam mengatasi cemas yaitu surah Al-Baqarah yang
memiliki beberapa ayat yang bermakna untuk mengatasi cemas. Makna yang
terdapat pada Al-Baqarah diantaranya “Allah dapat menyembuhkan penyakit” pada
ayat 186, “penyakit adalah cobaan perlu kesabaran” pada ayat 153 dan 155, dan
“jangan was-was, bimbang dan ragu” pada ayat 14717. Ayat 155 yang bermakna
tentang tes atau cobaan dan makna tentang pemecahan masalah serta sarana
memohon pertolongan terdapat pada ayat 45, 46 dan 15318. Ayat 107 bermakna
tentang pelindung dan penolong manusia adalah Allah, ayat 112 yang bermakna
tentang berserah diri kepada Allah, dan pada ayat 128 bermakna tentang taubat19.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperiment dengan bentuk
nonequivalent control group design yaitu dengan cara menambah kelompok control
dimana pada kelompok pertama diberikan perlakuan terapi psikoedukasi, kelompok
8

kedua diberikan perlakuan terapi murattal dan kelompok ketiga tidak diberikan
intervensi atau disesuaikan dengan protap ruangan (edukasi).

Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian menunjukkan, dari 35 responden sebanyak 24 (68,6%)
responden berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 22 (62,9%) responden dengan
pendidikan terakhir SMA dan responden memiliki style mekanisme koping visual
yaitu sebanyak 15 (42,9%), sebanyak 12 (34,3%) style kinestetik dan sebanyak 8
(22,9%) style kinestetik. Reponden yang memiliki style visual diberikan terapi
psikoedukasi, style audio diberikan murattal dan style kinestetik diberikan
intervensi sesuai protap ruangan (edukasi).
Sebelum diberikan intervensi, sebanyak 16 responden dengan tingkat
kecemasan sedang 10 (66,7%) responden diberikan terapi psikoedukasi, 1 (12,5%)
responden diberikan terapi murattal dan 5 (41,7%) responden diberikan edukasi
sesuai protap ruangan. Sesudah diberikan intervensi, 9 (60%) responden yang
diberikan terapi psikoedukasi, 6 (75%) responden yang diberikan terapi murattal
dan 7 (58,3%) responden yang diberikan edukasi sesuai protap ruangan.
Hasil uji statistik paired t test menunjukkan bahwa adanya penurunan tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan selisih yang terbesar
yaitu pada responden yang diberikan terapi murratal dengan perbedaan rerata 5,250
dan nilai significancy sebesar 0,000. Terapi psikoedukasi dapat menurunkan tingkat
kecemasan dengan selisih terbesar setelah murratal. Terapi psikoedukasi diberikan
kepada individu atau keluarga dengan gangguan psikologis, terutama untuk pasien
skizofrenia, depresi, ansietas, gangguan jiwa, gangguan makan, gangguan personal
dan dapat juga diberikan pada pasien yang menderita penyakit fisik. Psikoedukasi
merupakan alat terapi untuk menurunkan faktor resiko yang berhubungan dengan
perkembangan gejala perilaku20.

Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setoodeh
at all (2010) tentang “Effect of Pre-operative Psychoeducational Interventions on
Anxiety and Pain in Children Undergoing Tonsillectomy in Shiraz Southern Iran”
9

yang menyatakan adanya pengurangan kecemasan setelah dilakukan psikoedukasi.


Terdapat perbedaan pada hasil akhir pengukuran kecemasan. Kelompok yang
diberikan terapi psikoedukasi dengan nilai rerata 29,28 sedangkan kelompok
kontrol yang tidak diberikan terapi psikoedukasi memiliki nilai rerata kecemasan
38,35.
Hasil uji statistik Repeated Anova menunjukkan terdapat perbedaan kecemasan
diantara ke-3 intervensi yang dilakukan. Perbandingan kecemasan pasien
preoperasi fraktur dengan terapi murratal dan intervensi sesuai ruangan memiliki
perbedaan yang paling besar dengan nilai rerata 4,63.
Membaca Al-Quran mempengaruhi proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh
manusia sehingga dapat berfungsi aktif dan sempurna. Persenyawaan kimia gen
yang melibatkan ADN (Asam Deoksiribo Nukleat) dan ARN (Asam Ribo Nukleat)
mengatur kode-kode, kemudian diterjemahkan dalam bentuk hormon-hormon dan
enzim-enzim. Semuanya dapat dipengaruhi sekaligus menurunkan emosi
(temperamental) pada diri manusia secara kimiawi21.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sadeghi (2011) dengan
judul “Voice of Quran and health: A review of performed studies in Iran”. Hasil
penelitian menyatakan mendengarkan suara Quran mengurangi respon fisiologis
tubuh terhadap stres. Tingkat kecemasan berkurang pada pasien yang
mendengarkan suara dari Quran sebelum induksi anestesi.

Simpulan
Terjadi penurunan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan
intervensi dengan selisih terbesar yaitu pada responden yang diberikan terapi
murattal. Perbedaan didapatkan pada semua pengukuran melalui 3 intervensi yaitu
terapi psikoedukasi, terapi murattal dan sesuai protap ruangan (edukasi) dengan
nilai significancy kurang dari 0,05. Terapi murattal paling efektif untuk mengurangi
tingkat kecemasan pasien preoperasi fraktur.

Saran
10

Meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien preoperasi fraktur


khususnya pada tingkat kecemasan pasien guna mengurangi masalah fisiologis
pada pasien melalui terapi murattal dan terapi psikoedukasi. Penelitian lanjutan
yang dapat dilakukan terkait dengan pengurangan tingkat kecemasan yang lebih
spesifik yaitu dengan mengetahui masalah medis yang serius pada pasien sebelum
operasi yaitu tanda-tanda fisiologis seperti denyut jantung meningkat, tekanan
darah, dan tingkat pernapasan dapat menunjukkan kecemasan. Selain itu, akan
lebih baik jika diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien
preoperasi fraktur tersebut dengan membahas secara rinci kelima faktor kecemasan
yaitu pengetahuan, pengalaman pasien sebelumnya, biaya dan fasilitas, strategi
koping serta dukungan keluarga.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih saya ucapkan kepada:
Pembimbing pertama saya bapak Dr. dr. H. Sagiran, Sp. B, M.Kes dan
pembimbing kedua saya ibu Azizah Khoiriyati, S.Kep, Ns. M.Kep yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi dan penuh kesabaran
pada saat membimbing serta memberikan masukan sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada seluruh dosen Magister
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terutama kepada ibu Yuni
Permata Sari I, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB, CWCS selaku ketua Program Studi
Magister Keperawatan, serta bagian administrasi (mbak Ita dan Mas Arfan).
Terima kasih atas dukungan materil maupun non materil dan semangat yang
diberikan oleh Ketua dan seluruh civitas akademika STIKES Harapan Ibu Jambi
sehingga tesis ini dapat diselesaikan tanpa hambatan. RSUD Raden Mattaher Jambi
yang telah memberikan kesempatan dan bersedia untuk bekerja sama serta
memfasilitasi peneli dalam penggunaan ruangan untuk proses penelitian.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih saya haturkan kepada kedua orangtua dan
saudara saya yang selalu memberikan motivasi dan doa untuk kelancaran proses
pendidikan saya. Paling utama saya panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang
11

memberikan kesehatan, kesempatan, kemudahan-kemudahan dan kelancaran


hingga tesis ini dapat diselesaikan.

Daftar Pustaka
1. Craven, R.F, Hirnle, C.J. 2009. Fundamental of nursing; Human Health and
Function. Philadelphia: Lippincott.
2. Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajaran Keperawatan Medikel Bedah. Jakarta.
EGC.
3. Smeltzer C. Suzanne. 2008. Buku Ajaran Keperawatan Medikel Bedah
Terjemahan. Jakarta. EGC.
4. Sani, A. I. 2012. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Jakarta. Jelajah Nusa.
5. Tamsuri. 2007. Teknik Distraksi.
http://www.scribd.com/doc/37307079/TEKNIK-DISTRAKSI. Diakses 23
Desember 2011.
6. Sjamsuhidajat, R. & Jong. W. 2005. Buku Ajar Bedah Ed. 2, Jakarta. EGC.
7. Wakim, J, Stephani, S, & Cherry. Q,. 2010. The Efficacy of Music Theraphy.
Public Health Nursing, Hinary Research in Health. Vol. 25 (4), 226-232.
8. Lujan, H. L and Dicarlo, S.E. 2006. First-year medical students prefer multiple
learning styles. Journal of The American Physiological Society. Vol. 30 (1), 13-
16.
9. Kearsley, G. 2007. Visual, Auditory, Khinesthetic Learning Styles Model and
Free Self-test, Rapidbi Journal. Vol. 1, 1-16.
10. Cartwright, M. E. 2007. Psychoeducation Among Caregivers Of Children
Receiving Mental Health Services. Dissertation. Ohio. Graduate School of The
Ohio State University.
11. Stuart, Laraia. 2005. Prinsip dan Praktek Keperawatan Psikiatri Ed.8. Jakarta.
EGC.
12. Donker, T. et al. 2009. Psychoeducation for depression, anxiety and
psychological distress: a meta-analysis. BMC Medicine Journal. Vol. 7, 7-79.
13. Stuart,G. W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed. 5. Jakarta. EGC.
14. Purna. 2006. Murottal. http://purna.wordpress.com. Diakses 29 Desember 2011.
12

15. Pasiak, T. 2002. Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan Al-Qur’an.


Bandung: Mizan.
16. Al-Qarni, A. 2009. Tafsir Populer Al-Fatihaah, Al-Alaq dan An-Nas Ed. I. Solo.
Aqwam
17. Hawari, D. 2009. Psikometri: Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUI.
18. Haryanto, S. 2005. Psikologi Shalat. Yogyakarta. Mitra Pustaka.
19. Departemen Agama. 2010. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung.
Diponegoro.
20. Varcolis, E.M. 2006. Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing: A
Clinical Approach Ed.5. China. Elsevier Ink.
21. Makhdlori, M. 2007. Keajaiban Membaca Al-Qur’an. Yogyakarta: Diva Press.

Das könnte Ihnen auch gefallen