Sie sind auf Seite 1von 12

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Mata Ajar: Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

DISUSUN OLEH :

LULUK RAHMAWATI

20101440116054

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2018/2019
SYOK HIPOVOLEMIK

A. DEFINISI
Syok hipovolemik adalah penyebab syok yang sering terjadi pada
anak-anak. Hilangnya volume dapat menurunkan preload yang
menyebabkan penurunan curah jantung, tekanan darah serta gangguan
perfusi jaringan (Ramdani B., 2016).
Secara patofisiologis syok merupakan gangguan hemodinamik
yang menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi
jaringan (Hadisman, 2013)
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana
terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan
beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat
dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. (Dewi & Rahayu, 2010)

B. ETIOLOGI
Syok Hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat
dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini
dapat terjadi akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma
darah. Kekurangan volume darah sekitar 15-25% biasanya akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik, sedangkan defisit
volume darah lebih dari 45% umumnya fatal.
Syok setelah trauma biasanya jenis hipovolemik yang disebabkan
oleh perdarahan (internal atau eksternal) atau karena kehilangan cairan
ke dalam jaringan kontusio atau usus yang memgembang, kerusakan
jantung dan paru-paru dapat juga menyongkong masalah ini secara
bermakna. Syok akibat kehilangan cairan berlebih juga timbul pada
pasien luka bakar yang luas (Caterio, Jeffry M., Kahan, Scott, 2010).
Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok yang terdiri dari :
1. Perdarahan
a) Eksternal
Kehilangan darah karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh di sebabkan oleh trauma tembus atau trauma tumpul.
Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung
kehilangan darah yang besar. Misalnya fraktur humerus
menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur
menampung 1000-1500 mi perdarahan.
b) Internal
1) Hematom supkapsular hati
2) Aneurisma aorta pecah karena kelainan pembuluh darah
3) Perdarahan gastrointestinal
4) Perlukaan berganda
2. Kehilangan Plasma
a) Luka bakar luas
b) Pankreatitis
c) Deskuamasi kulit
d) Sindrom Dumping
e) DHF
f) Peritonitis
g) Obstruksi Ileus
3. Kehilangan Cairan Ekstrsseluler
a) Muntah (vomitus)
b) Dehidrasi
c) Diare
d) Terapi diuretik yang sangat agresif
e) Diabetes Inspidius
f) Infusiensi Adrenal
C. PATOFISIOLOGI
Syok hipovolemik atau status syok akibat dari kehilangan volume
cairan sirkulasi (penurunan volume darah), dapat diakibatkan oleh
berbagai kondisi yang secara bermakna menguras volume darah
normal, plasma, atau air. Patologi dasar, tanpa memperhatikan tipe
kehilangan cairan yang pasti, dihubungkan dengan defisit volume
atau tekanan cairan sirkulasi aktual. Penurunan volume cairan
sirkulasi menurunkan aliran balik vena, yang mengurangi curah
jantung dan karenannya menurunkan tekanan darah. Penurunan
curah jantung disebabkan oleh penurunan volume preload walaupun
terdapat kompensasi peninggian resistansi vaskuler, vasokonstriksi dan
takikardia. (Dewi, Rismala. 2013)
Kegagalan sirkulasi menyebabkan hantaran oksigen (DO ) ke
jaringan berkurang diikuti dengan penurunan tekanan oksigen parsial
(pO ). Pada saat terjadi penurunan pO sampai pada titik kritis, maka
fosforilasi oksidatif yang bergantung pada oksigen akan menggeser
metabolisme, dari aerob menjadi anaerob, sehingga kadar laktat darah
meningkat dan menyebabkan terjadinyaasidosis laktat. Hantaran
oksigen dipengaruhi oleh kandungan oksigen darah arteri (CaO ) dan
curah jantung (CO) sesuai dengan persamaan berikut (Dewi, Rismala.
2013) : Curah jantung pada anak sangat tergantung pada detak jantung
(HR) dibandingkan dengan isi sekuncup (SV) karena miokard
belum matang. Pada saat tubuh kehilangan volume intravaskular
lebih dari 10% akan terlihat beberapa usaha tubuh untuk
mengembalikan fungsi kardiovaskular dan volume darah dengan
mekanisme kompensasi yang melibatkan respon neurohumoral,
kemoreseptor, dan endokrin. Berdasarkan proses patofisiologi tersebut
syok terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase kompensasi, dekompensasi, dan
ireversibel. (Dewi, Rismala. 2013)
Berbeda dengan gambaran klinis pada dewasa, pada anak
hipotensi merupakan keadaan yang sudah terlambat, sehingga
sangat diperlukan kecurigaan yang cukup besar dari para klinisi serta
pemeriksaan fisik yang terarah agar dapat mendiagnosis syok pada
fase awal (Dewi, Rismala.2013).
Berdasarkan penyebabnya, syok hipovolemik dibagi menjadi 2
yaitu hemoragik (perdarahan masif) dan non hemoragik
(kehilangan cairan tubuh) (Ramdani B., 2016).
Penyebab syok hipovolemik yang sering terjadi pada anak
meliputi (Ramdani B., 2016) :
1. Diare (Penyebab paling umum pada anak)
2. Muntah
3. Kehilangan darah internal atau eksternal
4. Luka bakar derajat III (lebih dari 30%)
5. Dehidrasi berat
6. Diuresis osmotik, seperti pada kasus ketoasidosis diabetik
7. Hilang ke rongga ketiga : pergeseran cairan ke ruang interstisial
(biasanya pada kasus ileus obstruktif).

D. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis pada syok hipovolemik meliputi sebagai berikut
(Ramdani B., 2016):
1. Takipnea : menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi untuk
asidosis metabolik ; pernapasan tanpa bantuan
2. Takikardia, denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi
sempit, pengisian ulang kapiler lambat, hipotensi
3. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak,
diaforetik terutama pada ekstemitas
4. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai
sopor)
5. Oligouria
E. PATHWAY

Hipovolemia absolut Hipovolemia relatif


(Seperti: Infeksi Virus Dengue)

Terbentuk komplek antigen-antibodi

Mengaktivasi sistem komplemen

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)

Melepaskan histamin
Permeabilitas membran meningkat
Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi

 Kekurangan volume cairan

Berkurangnya volume
sirkulasi

Sroke volume menurun

Cardiac output menurun

 Penurunan curah jantung


F. KOMPLIKASI
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan
alveolus kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan
kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan
berlebihan jenjang koagulasi.

G. DATA PENUNJANG
1. Kimia Serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin
2. DPL dan profil koagulasi
3. AGD (Analisa Gas Darah) dan Oksimetri nadi
4. Pemeriksaan curah jantung
5. Laktat Serum
6. Urinalisis dengan berat jenis, osmoralitas, dan elektrolit urin
7. EKG
(Nurarif, Amin & Kusuma, Hadi. 2014)

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian Primer
1) Airway
Penilaian kepatena jalan nafas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing.
Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas
tambahan seperti snoring.
2) Breathing
Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan
otot bantu pernapasan retraksi dinding dada, adanya sesak
napas. Palpasi pengenbangan paru, auskultasi suara napas,
kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing
dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang
volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan.
Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit,
dan nadi.
4) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
Gejala-gejala syok seperti kelemahan, penglihatan kabur,
dan kebingungan. Nyeri dada, perut, atau punggung
mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
5) Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan
apakah pasien mengalami cidera tertentu.

b) Pengkajian Sekunder
Menurut Horne (2010)
1) Penampilan umum (GCS)
2) Riwayat Penyakit/Pengkajian SAMPLE (sign and
Symptom, Allergies, Medications, Past Illnes, Last Meal,
Event leading to injury illness)
3) Pengkajian Nyeri (PQRST)
4) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala meliputi pusing, kelemahan, keletihan,
sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental,
konstipasi, oliguria.
5) Pengkajian Fisik
Pada pemgkajian ini dapat dilakukan inspeksi dan
didapatkan hasil takipnea dan hiperventilasi, pada
pemeriksaan secara palpasi didapatkan hasil kulit dingin,
berkeringat dan saat di auskultasi didapatkan takikardi dan
nadi lemah halus. Selain itu secara umum hasil pengkajian
akan di dapati penurunan tekana darah, peningkatan
frekuensi jantung, turgor kulit menjadi buruk, lidah kering
dan kasar, mata cekung, vena leher kempes, peningkatan
suhu, dan penurunan berat badan akut. Pasien syok
hipovolemik akan tampak pucat, hipotensi terlentang dan
oliguria.
6) Pengkajian Perubahan pada Hipovolemi
Hipovolemia Ringan Hipovolemia Sedang Hipovolemia Berat
Anoreksia Hipotensi Ortostatik Hipotensi Berbaring
Keletihan Takikardi Nadi cepat dan
lemah
Kelemahan Penurunan CVP Oliguria
Penurunan Haluaran Kacau mental,
Urine stupor, koma

7) Pengukuran Hemodinamik
Penurunan CVP, penurunan tekanan arteri pulmoner (TAP),
penurunan curah jantung, penurunan tekanan arteri rerata,
peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
8) Riwayat dan Faktor-Faktor Resiko
1) Kehilangan GI abnormal : muntah, diare, drainase
intestinal
2) Kehilangan kulit abnormal : diaforesis berlebihan
terhadap demam atau latihan, luka bakar, fibrosis sistik
3) Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik, diabetes
insipidus, dirusis oemotik, insufisiensi adrenal (misal
diabetes melitus tak terkontrol)
4) Spasium ke tiga atau perpindahan cairan plasma ke
intersisial : peritonitis, obstruksi usus, luka bakar, asites.
5) Hemoragi
6) Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2017)
a) Ketidakefektifasn pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru dan edema paru
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
darah aktif
c) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
dalam preload’
d) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan
perfusi ginjal

3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Pola nafas Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
tidak efektif tindakan keperwatan 2. Posisikan pasien
b.d selam 2x24 jam di untuk
penurunan harapkan pola nafas klien memaksimalkan
curah kembali efektif dengan ventilasi
jantung kriteria : 3. Catat pergerakam
1. Ststus respoirasi dada dan adanya
dalam batas normal retraksi
2. Klien tidak 4. Berikan alat bantu
mengeluh sesak pernafasan
nafas
3. Tidak ada tanda dan
gejala sianosis
2 Ketidakefek Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
tifan perfusi tindakan keperawatan 2. Gunakan prinsip
jaringan selama 2x24 jam aseptik untuk
perifer b.d diharapkan aliran perfusi kontrak dengan
penurunan perifer klien efektif yang pasien
aliran darah ditandai dengan : 3. Monitor adanya
perifer 1. Tekanan sistol dan tromboplebitis
diastol dalam rentang 4. Batasi gerakan pada
yang diharapkan ekstremitas
2. Mampu 5. Kolaborasi
menunjukkan pemberian obat
konsentrasi
3. Tidak ada ortostatik
hipertensi
3 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Mengevaluasi TTV
volume tindakan keperawatan 2. Evaluasi kebutuhan
cairan b.d selama 2x24 jam cairan
kehilangan diharapkan volume 3. Evaluasi kebutuhan
cairan cairan klien seimbang nutrisi
dengan kriteria hasil : 4. Penuhi kebutuhan
1. Balance cairan baik cairan dan elektrolit
2. TTV normal 5. Tingkatkan asupan
3. Tidak ada tanda nutrisi pasien
tanda dehidrasi 6. Kolaborasi
4. Elastisitas turgor pemberian obat
baik, mukosa bibir
lembab
DAFTAR PUSTAKA

Boughman & Diane, C. (2010). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari
Brunner & Suddart. Jakarta: EGC
Dewi, E, & Rahayu, S. (2010). Kegawatadaruratan Syok Hipovolemik. Solo: FIK
UMS
Dewi, Rismala. 2013. Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat Pada Anak.
Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok
Hipovolemik. Jurnal Kesehatan Andalas. 2(3), 1-5
Horne, M. M., & Swearingen P. L. (2010). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan
Asam Basa. Jakarta: EGC
NANDA International. (2017). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin & Kusuma, Hadi. 2014. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta. Mediaction.
Ramdani, B. Syok Hipovolemik pada Anak. 2016.
http://www.pustakadokter.com/2016/11/12/syok- hipovolemik-pada-
anak/. Diakses pada tanggal 1 Desember 2018.

Das könnte Ihnen auch gefallen