Sie sind auf Seite 1von 14

Majalah Sriwijaya, Volume XVI No.

8, Desember 2009 ISSN: 0126-4680

KARAKTERISTIK IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus) ASIN DURI LUNAK


DENGAN KOMBINASI METODE PENGGARAMAN-PRESS COOKE DAN PENGERINGAN (P-3)

Rinto, Parwiyanti
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
email: rinto_thi@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of the research was to study the characteristic of sepat rawa (Trichogaster trichopterus)
presto salted fish with the low salt content at different drying. The research used the Factorial Randomized Block
Designed which was arranged factorial with two factors of treatment and three times replication. The factors
were salt concentration (5%, 10%, 15%, and 20%) and different drying (sun shine, oven at 60 oC and oven at
70oC). The parameters were chemical characteristic (water content, salt content, protein content, and fat
content), and sensory characteristics (color, odor, taste, texture and appearance). The result showed that different
salt concentration, different drying method and both interaction had significantly effected on water content, salt
content, protein content, and fat content. The water content average were 11.14% to 29.37%, the salt content
were 4.28% to 15.42%, protein content were 48.13% to 7.58%. Fat content were 17.30% to 25.86%. The
sensory average for hedonic analyze were 1.48 to 2.36 of color, 1.56 to 4.48 of odor, 1.2 to 2.48 of taste, 1.28 to
2.64 of texture, and 1.6 to 2.4 of appearance. The best treatment presto salted fish was at salt concentration
(5%) and drying oven (60oC).

Keywords : presto salted fish

I. PENDAHULUAN yang semakin asin dan juga berbahaya bagi orang-


orang yang menderita darah tinggi (hipertensi).
A. Latar Belakang Penggunaan kadar garam yang rendah (<10%)
Kabupaten Ogan Ilir memiliki potensi menyebabakan ikan rusak (busuk dan ulatan) selama
perikanan yang cukup besar. Luas perairan rawa 36% pengeringan. Selain itu, ikan sepat yang tergolong
dari luas wilayah keseluruhan (2600km2) serta adanya ikan berdaging tipis mempunyai duri yang
Sungai Ogan yang melintasi Kabupaten Ogan Ilir, menggangu saat dikonsumsi. Sehingga perlu dicari
menghasilkan berbagai jenis ikan, beberapa cara yang dapat membuat ikan asin dengan kadar
diantaranya yaitu ikan sepat, tambakan, gabus, betok, garam rendah dan mudah dikonsumsi (tidak
dan lele. Ikan sepat merupakan komoditi yang selalu terganggu oleh keberadaan duri).
dipasarkan setiap hari di Pasar Inderalaya. Hal ini Proses pengolahan dengan menggunakan
dikarenakan tangkapan ikan sepat melimpah di panci tekan (press cooker) juga merupakan salah satu
Wilayah Kabupaten Ogan Ilir. cara yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan,
Selama ini, untuk mengantisipasi kerusakan terutama ikan bandeng presto. Pengolahan ikan
atau kemunduran mutu ikan sepat yang tidak habis menggunakan press cooker dapat mengurangi kadar
dijual, dilakukan penggaraman dan pengeringan yang air dan melunakan tulang ikan (ikan duri lunak),
menghasilkan ikan asin. Proses penggaraman dan sehingga selain ikan lebih awet juga lebih mudah
pengeringan dapat mengawetkan ikan karena dikonsumsi. Namun, ikan duri lunak tidak dapat
menghambat kegiatan enzimatis dan mikroorganisme disimpan lama seperti ikan asin. Ikan duri lunak
pembusuk pada ikan. hanya dapat tahan selama 4-6 hari pada suhu kamar.
Semakin tinggi kadar garam yang digunakan Oleh Karena itu dalam penelitian ini dikaji
akan menyebabkan ikan semakin awet dengan diversifikasi metode pengolahan dengan
penampakan (tekstur) yang menarik, namun hal ini menggabungkan antara pengolahan menggunakan
akan mengurangi minat konsumen karena rasa ikan penggaraman, pres cooke dan pengeringan pada ikan

522
sepat. Dari penelitian ini diharapkan menghasilkan 3. Ikan selanjutnya disusun dalam sarangan
ikan sepat asin yang berduri lunak dan walupun autoclave,pengukusan dilakukan selama 60 menit
dengan tekanan 1,5 atm, kemudian diangkat dan
menggunakan penggaraman yang berkadar rendah, ditiriskan.
ikan asin dapat bertahan lebih lama. 4. Ikan yang telah ditiriskan kemudian dikeringkan
sesuai dengan perlakuan.
B. Tujuan Penelitian
C. Parameter Pengamatan
Tujuan penelitian ini adalah Parameter yang diamati dalam penelitian ini
a. Memperoleh ikan sepat asin yang berkadar meliputi analisa kimia (kadar air dengan
menggunakan metode oven, kadar garam dengan
garam rendah (<10%).
metode Kohman, kadar protein dgn metode Mikro-
b. Memperoleh ikan sepat asin yang berduri lunak Kjeldahl, dan kadar lemak dengan metode soxhlet),
sehingga lebih mudah dan aman untuk dan analisa sensoris dengan menggunakan ui hedonik
dikonsumsi. yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan
kenampakan.

C. Manfaat Penelitian D. Analisis Statistik


Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini Data yang diperoleh diolah menggunakan
adalah adanya diversifikasi produk ikan sepat statistik parametrik dan non parametrik. Data hasil
sehingga dapat membantu mengatasi permasalahan analisis kimia diolah dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang
melimpahnya ikan sepat dan beberapa kekurangan dianalisis dengan keragaman (Ansira) 5% dan akan
pada ikan sepat asin. diuji lanjut dengan uji BNJ, sedangkan data hasil
sensoris (hedonik) meliputi warna, aroma, rasa,
II. METODE PENELITIAN tekstur dan kenampakan diolah dengan metode
Friedman connover.
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial dengan dua perlakuan dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Secara A. Sifat Kimia
rinci perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1. Kadar Air
1. Konsentrasi garam (A)
A1 : 5 % dari berat ikan (500 g) Rata-rata nilai kadar air ikan sepat rawa asin
A2 : 10 % dari berat ikan (500 g) presto berkisar antara 11,14% sampai 29,37%. Kadar
A3 : 15 % dari berat ikan (500 g) air tertinggi terdapat pada perlakuan A4T3 (ikan asin
A4 : 20 % dari berat ikan (500 g) dengan konsentrasi garam 20% pada pengeringan
oven suhu 70oC) sedangkan yang terendah adalah
2. Pengeringan (T) perlakuan A1T1 (ikan asin dengan konsentrasi garam
T1 : Sinar matahari (lama pengeringan 3 hari) 5% pada pengeringan sinar matahari). Rata-rata nilai
T2 : Pengeringan di dalam oven pada suhu 600C kadar air yang diperoleh pada penelitian ini disajikan
(lama pengeringan 6 jam 30 menit) pada Gambar 1.
T3 : Pengeringan di dalam oven pada suhu 700C Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa
(lama pengeringan 5 jam) perlakuan perbedaan konsentrasi garam, metode
pengeringan, dan interaksi antara kedua perlakuan
B. Cara Kerja memberikan pengaruh nyata (P > 0,05) terhadap
kadar air ikan sepat rawa asin presto pada taraf uji
Cara kerja pembuatan ikan asin sepat presto 5%. Hasil uji lanjut BNJ pengaruh perbedaan
adalah sebagai berikut : konsentrasi garam disajikan pada Tabel 1.
1. Ikan dibersihkan dari sisik, insang dan isi perut,
lalu dicuci bersih dan ditiriskan kemudian
ditimbang sebanyak 500 g.
2. Ikan yang telah ditimbang, dilumuri garam sesuai
dengan perlakuan, kemudian didiamkan selama
24 jam.

523
35
Tabel 2. Uji lanjut BNJ perbedaan metode
29.37f pengeringan terhadap kadar air ikan
30 26.6e
23.33d
25.71e sepat rawa asin presto
Kadar air (%,bb)

25 21.96d
18.52c
Metode pengeringan Rerata kadar air BNJ0,05 (A) = 0,76
20 17.36c
14.42b 15.57b 14.54b T2 (oven suhu 60oC) 15,97 a
15 12.44a
11.14a T1 (sinar atahari) 18,65 b
10
T3 (oven suhu 70oC) 23,12 c
5

0
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3 Pada proses pengeringan, temperatur udara dan
Perlakuan waktu pengeringan berpengaruh terhadap laju
pengeringan bahan yang dikeringkan. Pada
Gambar 1. Nilai kadar air (%, bb) pengeringan matahari proses penguapan berjalan
Keterangan : lambat dan mengakibatkan pengeringan tidak merata
A1 : Konsentrasi Garam 5% sehingga menyebabkan hanya sebagian air saja yang
T1 : Pengeringan Sinar Matahari dapat teruapkan terutama dibagian permukaan
A2 : Konsentrasi Garam 10% sedangkan dibagian dalam masih memiliki
T2 : Pengeringan oven suhu 60oC kandungan air yang cukup tinggi. Sedangkan pada
A3 : Konsentrasi Garam 15% pengeringan oven proses pengeringan dapat berjalan
T3 : Pengeringan oven suhu 70oC lebih cepat dimana faktor yang berhubungan dengan
A4 : Konsentrasi Garam 20% pengering seperti suhu, kecepatan aliran udara
pengering, dan kelembapan udara dapat diatur
sedemikian rupa sehingga proses pengeringan dapat
Tabel 1. Uji lanjut BNJ konsentrasi garam terhadap berjalan dengan cepat.
kadar air ikan sepat rawa asin presto Bila temperatur yang digunakan terlalu tinggi
Konsentrasi Garam Rerata kadar air NJ0,05 (A) = 0,91 akan menghasilkan panas yang berlebihan dan dapat
A1 (5%) 12,71 a merusak sifat bahan yang disebut case hardening
A2 (10%) 17,32 b yaitu bagian luar (permukaan) dari bahan sudah
A3 (15%) 22,42 c kering sedangkan bagian dalam masih basah.
A4 (20%) 24,53 d Temperatur yang tinggi pada permukaan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf menyebabkan bagian luar cepat kering dan keras,
yang sama pada kolom yang sama berarti akibatnya terjadi penghambatan penguapan air dari
berbeda tidak nyata dalam bahan (Buckle et al., 1987). Hasil uji lanjut
BNJ pengaruh interaksi perlakuan perbedaan
Hasil uji lanjut BNJ perbedaan konsentrasi konsentrasi garam dan pengeringan disajikan pada
garam A1 (konsentrasi garam 5%) berbeda nyata Tabel 3.
dibandingkan konsentrasi garam lainnya terhadap
nilai kadar air ikan sepat rawa asin presto yang Tabel 3. Uji lanjut BNJ interaksi perbedaan
dihasilkan. Ikan sepat asin presto dengan perlakuan konsentrasi garam dan pengeringan
konsentrasi garam yang tinggi memiliki kadar air terhadap kadar air ikan sepat asin presto
yang lebih tinggi dibandingkan ikan sepat asin presto Perlakuan Rerata kadar air BNJ0,05 (A) = 1,57
dengan perlakuan konsentrasi garam yang rendah. A1T1 11,14 a
Hal ini dikarenakan pada perlakuan konsentrasi A1T2 12,44 a
garam yang tinggi mengakibatkan air yang ada A2T1 14,42 b
didalam daging ikan akan sulit untuk keluar karena A1T3 14,54 b
terikat kuat oleh garam. Selain itu juga tingginya A2T2 15,57 b
kadar air dikarenakan garam bersifat higroskopis A3T2 17,36 c
sehingga akan menarik air dari lingkungan luar A4T2 18,52 c
bahan. Aktivitas garam dalam menarik air ini erat A2T3 21,96 d
kaitannya dengan peristiwa plasmolisis, dimana air A3T1 23,33 d
akan bergerak dari konsentrasi garam rendah ke A4T1 25,71 e
konsentrasi garam tinggi karena adanya perbedaan A3T3 26,60 e
tekanan osmosis (Widyani dan Suciaty, 2008). A4T3 29,37 f

Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa


perlakuan A1T1 (konsentrasi garam 5% pada
pengeringan sinar matahari) berbeda tidak nyata
dengan perlakuan A1T2 (konsentrasi garam 5% pada
pengeringan oven suhu 60oC), tetapi berbeda nyata

524
dengan perlakuan lainnya. Kadar air tertinggi sepat rawa asin presto. Selama proses penggaraman,
terdapat pada ikan sepat rawa asin dengan perlakuan terjadi penetrasi garam dalam tubuh ikan dan
A4T3 (konsentrasi garam 20% pada pengeringan keluarnya cairan dalam tubuh ikan karena perbedaan
oven suhu 70oC). Kadar air pada ikan sepat rawa asin konsentrasi. Bersamaan dengan keluarnya cairan
presto ini masih memenuhi SNI ikan asin kering dalam tubuh ikan, partikel garam akan memasuki
yang telah ditetapkan. Dimana kadar air ikan sepat tubuh ikan sehingga konsentrasi garam dalam tubuh
rawa asin berkisar antara 11,14%-29,37%, sedangkan ikan akan meningkat dan akan berhenti sama sekali
pada SNI kadar air maksimal adalah 40%. Menurut setelah terjadi keseimbangan (Adawyah, 2007).
Wiranatakusumah dalam Aisyah (2003), tingkat Pada perlakuan A1 dan A2 hampir semua garam yang
kadar air yang rendah pada bahan makanan dapat ditambahkan terserap kedalam tubuh ikan, sedangkan
mencegah kerusakan secara mikrobiologis, enzimatis pada perlakuan A3 dan A4 garam tidak dapat
dan kimiawi sehingga dapat memperpanjang masa semuanya terserap ke dalam tubuh ikan. Hal ini
simpannya. dikarenakan pada perlakuan A3 sudah tercapai titik
jenuh sehingga tidak semua partikel garam dapat
2. Kadar Garam masuk kedalam tubuh ikan.
Rata-rata nilai kadar garam ikan sepat rawa
Tabel 5. Uji lanjut BNJ perbedaan metode
asin presto berkisar antara 4,28% sampai 15,42%.
pengeringan terhadap kadar garam ikan
Kadar garam tertinggi terdapat pada perlakuan A4T3
sepat rawa asin presto
(ikan asin dengan konsentrasi garam 20% pada
pengeringan oven suhu 70oC) sedangkan yang Met.pengeringan Rerata kadar garam BNJ0,05 (A) = 0,4
terendah adalah perlakuan A1T3 (ikan asin dengan T2 (oven suhu 60oC) 9,81 a
konsentrasi garam 5% pada pengeringan oven suhu T3 (oven suhu 70oC) 9,83 a
70oC). Rata-rata nilai kadar garam yang diperoleh T1 (sinar atahari) 10,30 b
pada penelitian ini disajikan pada Gambar 2.
Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa
perlakuan pengeringan T2 (pengeringan oven suhu
18
16
15.42g 60oC) dan T3 (pengeringan oven suhu 70oC) berbeda
14 13ef 13.18f tidak nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T1
Kadar garam (%,bb)

12.34e
12 10.88d 10.46cd (pengeringan sinar matahari) terhadap kadar garam
10.14cd 9.75c 9.87c
10 ikan sepat rawa asin presto. Ikan sepat rawa asin
8
5.44b
presto dengan perlakuan pengeringan menggunakan
6 5ab

4
4.28a
sinar matahari memiliki kadar garam yang lebih
2 tinggi dibandingkan dengan perlakuan pengeringan
0 menggunakan oven pada suhu 60oC dan 70oC. Hal
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3
ini dikarenakan pada pengeringan menggunakan
Perlakuan
oven, suhu yang digunakan lebih tinggi dibandingkan
Gambar 2. Nilai kadar garam (%, bb) dengan pengeringan menggunakan sinar matahari.
Pada suhu yang lebih tinggi garam akan lebih mudah
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa larut dalam air sehingga menyebabkan larutan garam
perlakuan perbedaan konsentrasi garam, metode akan lebih banyak keluar dari dalam tubuh ikan
pengeringan, dan interaksi antara kedua perlakuan ketika proses pengeringan dan menyebabkan kadar
memberikan pengaruh nyata (P > 0,05) terhadap garamnya menjadi berkurang. Berkurangnya kadar
kadar garam ikan sepat rawa asin presto pada taraf uji garam selain dipengaruhi oleh suhu juga dipengaruhi
5%. Hasil uji lanjut BNJ pengaruh perbedaan oleh lamanya waktu pengeringan. Hasil uji lanjut
konsentrasi garam disajikan pada Tabel 4. BNJ pengaruh interaksi perlakuan perbedaan
Tabel 4. Uji lanjut BNJ perbedaan konsentrasi garam konsentrasi garam dan pengeringan disajikan pada
terhadap kadar garam ikan sepat rawa asin Tabel 6.
presto
Konsentrasi Garam Rerata kadar garam
BNJ0,05 (A) = 0,46
A1 (5%) 4,91 a
A2 (10%) 10,36 b
A3 (15%) 10,78 b
A4 (20%) 13,87 c

Hasil uji lanjut BNJ perbedaan konsentrasi


garam 5% (A1) berbeda nyata dibandingkan
konsentrasi garam lainnya terhadap kadar garam ikan

525
Tabel 6. Uji lanjut BNJ interaksi perbedaan pengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kadar protein ikan
konsentrasi garam dan pengeringan sepat rawa asin presto pada taraf uji 5%. Hasil uji
terhadap kadar garam ikan sepat asin lanjut BNJ pengaruh perbedaan konsentrasi garam
Perlakuan Rerata kadar garam BNJ 0,05 (A) = 0,76 disajikan pada Tabel 7.
A1T3 4,28 a Tabel 7. Uji lanjut BNJ perbedaan konsentrasi garam
A1T1 5,00 ab terhadap kadar protein ikan sepat rawa asin
A1T2 5,44 b presto
A2T3 9,75 c Konsentrasi Garam Rerata kadar protein BNJ0,05 (A) = 2,68
A3T3 9,87 c
A3T2 10,14 cd A4 (20%) 51,91 a
A2T2 10,46 cd A3 (15%) 53,83 a
A2T1 10,88 d A2 (10%) 57,60 b
A3T1 12,34 e A1 (5%) 61,96 c
A4T1 13,00 ef Hasil uji lanjut BNJ perbedaan konsentrasi
A4T2 13,18 f garam A4 (konsentrasi garam 20%) tidak berbeda
A4T3 15,42 g nyata dengan A3 (konsentrasi garam 15%) tetapi
berbeda nyata dengan A2 (konsentrasi garam 10%)
Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa dan A1 (konsentrasi garam 5%) terhadap kadar garam
perlakuan A1T1 (konsentrasi garam 5% pada ikan sepat rawa asin presto serta begitupun
pengeringan sinar matahari) berbeda tidak nyata sebaliknya. Semakin tinggi konsentrasi garam yang
dengan perlakuan A1T3 (konsentrasi garam 5% pada diberikan maka semakin rendah kadar proteinnya.
pengeringan oven suhu 70oC) dan perlakuan A1T2 Hal ini dikarenakan pada perlakuan konsentrasi
(konsentrasi garam 5% pada pengeringan oven suhu garam yang tinggi akan menyebabkan protein yang
60oC). Kadar garam tertinggi terdapat pada perlakuan larut dalam larutan garam kuat dan protein yang
A4T3 (konsentrasi garam 5% pada pengeringan oven larut dalam air akan keluar bersamaan dengan
suhu 60oC) yaitu sebesar 15,42%. Kadar garam yang keluarnya air ketika proses penggaraman.
tinggi dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat Menurut Rahayu et al., (1992), bahwa sifat dari
didalam bahan tersebut. Astawan (2005) menyatakan protein miofibril adalah larut dalam air dan dapat
mineral dari bahan dapat larut kedalam air pada saat larut dalam larutan garam kuat (NaCl). Hasil uji BNJ
pemanasan, sehingga kadarnya menjadi berkurang. pengaruh metode pengeringan disajikan pada
Tabel 8.
3. Kadar Protein
Tabel 8. Uji lanjut BNJ perbedaan metode
Rata-rata nilai kadar protein ikan sepat rawa pengeringan terhadap kadar protein
asin presto berkisar antara 48,13% sampai 67,58%. ikan sepat rawa asin presto
Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan A1T1 Met.pengeringan Kadar protein BNJ0,05 (A) = 0,91
(ikan asin dengan konsentrasi garam 5% pada T2 (oven suhu 60oC) 50,49 a
pengeringan sinar matahari) sedangkan yang terendah T3 (oven suhu 70oC) 57,43 b
adalah perlakuan A4T2 (ikan asin dengan konsentrasi T1 (sinar atahari) 61,04 c
garam 20% pada pengeringan oven suhu 60oC).
Rata-rata nilai kadar protein yang diperoleh pada Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa
penelitian ini disajikan pada Gambar 3. perlakuan pengeringan T2 (pengeringan oven suhu
60oC) berbeda nyata dengan perlakuan pengeringan
80 T3 (pengeringan oven suhu 70oC) dan perlakuan
70
67.58c
66.51c 66.16c T1(pengeringan sinar matahari) terhadap kadar
Kadar Protein (%,bk)

60 55.99b 54.1b
52.14ab
55.17b 54.91b
53.5b
protein ikan sepat rawa asin presto. Semakin tinggi
51.11ab 50.61a
50 48.13a
suhu pemanasan dan lamanya waktu pemanasan
40 menyebabkan protein menjadi terdenaturasi.
30 Rendahnya kadar protein disebabkan karena pada saat
20
dikeringkan protein yang larut dalam air dan protein
10
yang larut dalam larutan garam akan hilang ketika
0
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3 proses pengeringan berlangsung. Pemanasan akan
Perlakuan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga
kemampuan mengikat airnya menurun (Widyani dan
Gambar 3. Nilai kadar protein (%, bk) Suciaty, 2008). Hasil uji lanjut BNJ pengaruh
interaksi perlakuan perbedaan konsentrasi garam dan
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pengeringan disajikan pada Tabel 9.
perlakuan metode pengeringan, konsentrasi garam
dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan

526
Tabel 9. Uji lanjut BNJ interaksi perbedaan pengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kadar lemak ikan
konsentrasi garam dan pengeringan sepat rawa asin presto pada taraf uji 5%. Hasil uji
terhadap kadar protein ikan sepat asin lanjut BNJ pengaruh perbedaan konsentrasi garam
presto disajikan pada Tabel 10.
Perlakuan Rerata kadar protein BNJ 0,05 (A) = 4,66
A4T2 48,13 a Tabel 10. Uji lanjut BNJ perbedaan konsentrasi
A3T2 50,61 ab garam terhadap kadar lemak ikan sepat rawa
A2T2 51,11 ab asin presto
A1T2 52,14 ab Konsen. Garam Rerata kadar lemak BNJ0,05 (A) = 1,87
A4T3 53,50 b A4 (20%) 18,60 a
A4T1 54,10 b A3 (15%) 20,19 b
A3T3 54,91 b A2 (10%) 21,21 b
A2T3 55,17 b A1 (5%) 22,81 c
A3T1 55,99 b
A1T3 66,16 c Hasil uji lanjut BNJ perbedaan konsentrasi
A2T1 66,51 c garam A4 (konsentrasi garam 20%) berbeda nyata
A1T1 67,58 c dengan semua perlakuan lainnya. Perlakuan A3
(konsentrasi garam 15%) tidak berbeda nyata dengan
Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa perlakuan A2 (konsentrasi garam 10%) tetapi berbeda
perlakuan A4T2 (konsentrasi garam 20% pada nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A1
pengeringan oven suhu 60oC) berbeda tidak nyata (konsentrasi garam 5%) berbeda nyata dengan semua
dengan perlakuan A3T2 (konsentrasi garam 15% perlakuan lainnya terhadap kadar lemak ikan sepat
pada pengeringan oven suhu 60oC), A2T2 rawa asin presto serta begitupun sebaliknya. Hal ini
(konsentrasi garam 10% pada pengeringan oven suhu ditunjukkan dengan semakin tinggi konsentrasi garam
60oC) dan A1T2 (konsentrasi garam 5% pada yang diberikan maka menyebabkan kadar lemaknya
pengeringan oven suhu 60oC), tetapi berbeda nyata menjadi rendah. Semakin tinggi konsentrasi garam
dengan semua perlakuan lainnya. Kadar protein akan mengakibatkan kadar airnya semakin banyak
tertinggi terdapat pada ikan sepat rawa asin dengan sehingga akan menyebabkan terjadinya hidrolisis
perlakuan A1T1 (konsentrasi garam 5% pada lemak. Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang
pengeringan matahari). menggunakan H2O sebagai pemecah suatu
persenyawaan termasuk inversi gula, saponifikasi
lemak dan ester, serta pemecahan protein
4. Kadar Lemak (Kuswurj, 2008).
Rata-rata nilai kadar lemak ikan sepat rawa
Tabel 11. Uji lanjut BNJ perbedaan metode
asin presto berkisar antara 17,30% sampai 25,86%.
pengeringan terhadap kadar lemak ikan
Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan A1T2
sepat rawa asin presto
(ikan asin dengan konsentrasi garam 5% pada
pengeringan oven suhu 60oC) sedangkan yang Met.pengeringan Kadar lemak BNJ0,05 (A) = 1,62
terendah adalah perlakuan A4T1 (ikan asin dengan T1 (sinar matahari) 18,45 a
konsentrasi garam 20% pada pengeringan sinar T3 (oven suhu 70oC) 21,13 b
matahari). Rata-rata nilai kadar lemak yang diperoleh T2 (oven suhu 60oC) 22,36 b
pada penelitian ini disajikan pada Gambar 4.
Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa
perlakuan pengeringan T2 (pengeringan oven suhu
30
25.86c 60oC) dan T3 (pengeringan oven suhu 70oC) tidak
25 23.15bc
22.36b 22.69bc berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
Kadar Lemak (%,bk)

19.42ab 21.38b 20.71b


19.82ab
20 18.59ab 18.49ab
17.3a
17.97ab T1 (pengeringan sinar matahari) terhadap kadar
15 lemak ikan sepat rawa asin presto. Salah satu sifat
10
lemak adalah apabila terkena panas yang terlalu lama
dapat mengakibatkan penurunan kadar lemak yang
5
banyak (Prabandari et al., 2006). Menurut Aitken dan
0
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3
Connel (1979) dalam Heruwati et al. (1996)
Perlakuan menyatakan bahwa pemanasan akan mengakibatkan
oksidasi lemak. Hasil uji lanjut BNJ pengaruh
Gambar 4. Nilai kadar lemak (%, bk) interaksi perlakuan perbedaan konsentrasi garam dan
pengeringan disajikan pada Tabel 12.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa
perlakuan metode pengeringan, konsentrasi garam
dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan

527
Tabel 12. Uji lanjut BNJ interaksi perbedaan 2.5 2.36c
konsentrasi garam dan pengeringan 2.16c

Skor hedonik terhadap warna


2.04bc
1.96bc
2 1.92bc 1.84b
terhadap kadar lemak ikan sepat asin 1.6ab 1.6a
1.8ab
1.72ab
1.48ab 1.56ab
presto 1.5

Perlakuan Rerata kadar lemak BNJ 0,05 (A) = 3,24 1


A4T1 17,30 a
0.5
A4T3 17,97 ab
A3T1 18,49 ab 0
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3
A2T1 18,49 ab Perlakuan
A1T1 19,42 ab
A4T2 19,82 ab Gambar 6. Nilai hedonik warna
A3T3 20,71 b
A3T2 21,38 b Dari gambar 6. dapat dilihat bahwa warna
A2T2 22,36 b yang dihasilkan pada perlakuan dengan sinar
A2T3 22,69 bc matahari paling tidak disukai oleh panelis, hal ini
A1T3 23,15 c dikarenakan warna ikan sepat rawa asin yang
A1T2 25,86 c dihasilkan berwarna agak kusam dibandingkan
dengan perlakuan pengeringan pada oven suhu 60oC
Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa dan 70oC. Pada umumnya, ikan yang dikeringkan
perlakuan A1T2 (konsentrasi garam 5% pada berubah warna menjadi coklat. Menurut Winarno
pengeringan oven suhu 60oC) berbeda tidak nyata (1992) reaksi antara senyawa organik dengan udara
dengan perlakuan A1T3 (konsentrasi garam 5% pada akan menghasilkan warna hitam, atau coklat gelap
pengeringan oven suhu 70oC) dan A2T3 (konsentrasi (reaksi oksidasi).
garam 10% pada pengeringan oven suhu 70oC). Adanya pemakaian suhu yang tinggi pada
Kadar lemak tertinggi terdapat pada ikan sepat rawa proses pengeringan menyebabkan perubahan warna
asin presto dengan perlakuan A1T2 (konsentrasi ikan sepat rawa presto yang dihasilkan cenderung
garam 5% pada pengeringan oven suhu 60oC ). menurun. Menurut Desrosier (1988), Yeo dan
Tingginya kadar lemak dipengaruhi oleh adanya Shibamoto (1991) dalam Ulfah (2009), bahwa suhu
perbedaan konsentrasi garam, cara pengeringan, dan tinggi menyebabkan reaksi pencoklatan dari gula dan
lamanya waktu pengeringan. Semakin rendah asam-asam amino (reaksi Maillard) makin meningkat
konsentrasi garam yang diberikan maka semakin yang berpengaruh terhadap warna dan flavor yang
tinggi kadar lemaknya, sedangkan penggunaan suhu tidak diinginkan pada bahan makanan.
pengeringan yang tinggi dan lamanya waktu
pengeringan akan menyebabkan kadar lemaknya 2. Aroma
menjadi rendah.
Hasil penilaian panelis terhadap aroma ikan
sepat rawa asin presto disajikan pada Gambar 7.
C. Sifat Sensori
Uji hedonik dilakukan oleh 25 orang panelis 2.5
2.2b 2.2b
Skor hedonik terhadap aroma

2.04b 2.08b 2.04b


semi terlatih yang melakukan penilaian terhadap ikan 2
1.92b
1.84ab
1.88ab
2b
1.76ab
1.84ab

sepat rawa asin presto meliputi warna, aroma, rasa, 1.56a


1.5
tekstur, dan kenampakan. Skala penilaian kesukaan
mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka 1

dengan skor 1 sampai 3. 0.5

0
1. Warna A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3

Perlakuan
Nilai tingkat kesukaan panelis berkisar antara
1,48 (tidak suka) sampai dengan 2,36 (suka). Hasil Gambar 7. Nilai hedonik aroma
perhitungan Friedman-Conover pada uji hedonik
warna ikan sepat rawa asin presto menunjukkan Hasil penilaian panelis terhadap aroma ikan
bahwa ikan sepat rawa asin presto dengan perlakuan sepat rawa asin presto berkisar antara 1,56 (tidak
A1T2 (konsentrasi garam 5% pada pengeringan oven suka) sampai 4,48 (suka). Penilaian tertinggi
suhu 60oC) berbeda tidak nyata dengan perlakuan diberikan panelis pada sampel A1T2 (konsentrasi
A2T2 (konsentrasi garam 10% pada pengeringan garam 5% pada pengeringan oven suhu 60oC) dan
oven suhu 60oC). Rata-rata penilaian panelis dan A2T3 (konsentrasi garam 10% pada pengeringan
terhadap rasa ikan sepat rawa asin dapat dilihat pada oven suhu 70oC) sedangkan penilaian terendah
gambar 6. diberikan pada sampel A1T1 (konsentrasi garam 5%
pada pengeringan sinar matahari).

528
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa ikan kenampakan, tekstur, serta cita rasa makanan
sepat rawa asin presto dengan perlakuan A1T2 (Winarno, 1992).
(konsentrasi garam 5% pada pengeringan oven suhu
60oC) berbeda nyata dengan perlakuan A1T1 4. Tekstur
(konsentrasi garam 5% pada pengeringan matahari)
tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil penilaian panelis terhadap rasa ikan sepat
Pemanasan akan mempengaruhi gugus SH yang akan rawa asin presto disajikan pada Gambar 9.
menyebabkan flavor yang tidak dikehendaki
(Widyani dan Suciaty, 2008). Aroma/bau merupakan 3
hasil dari respon indera pencium yang diakibatkan 2.64d

Skor hedonik terhadap tekstur


2.5
oleh menguapnya zat-zat sedikit larut dalam lemak 2.12c
1.88c
pada suatu produk makanan ke udara sehingga dapat 2 1.8bc
1.64bc 1.64bc
1.76bc 1.84c
1.76bc
1.52ab
direspon oleh indera pencium, yaitu hidung, dan 1.5 1.28a
1.36ab

dikenali oleh sistem tubuh sebagai bau/aroma tertentu


1
(Winarno, 1997).
0.5

0
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3
3. Rasa Perlakuan

Hasil penilaian panelis terhadap rasa ikan sepat Gambar 9. Nilai hedonik tekstur
rawa asin presto disajikan pada Gambar 8.
Hasil penilaian panelis terhadap tekstur yang
3 2.84e dihasilkan produk ikan sepat rawa asin presto
diketahui berkisar antara 1,28 sampai 2,64. Peilaian
Skor hedonik terhadap rasa

2.5 2.36d
2.24d

1.88c
2.04cd rasa tertinggi diberikan panelis pada sampel A1T2
2 1.8c 1.8c 1.8c 1.76bc
1.52b
1.4ab
(konsentrasi garam 5% pada pengeringan oven suhu
1.5 1.2a 60oC) sedangkan penilaian rasa terendah diberikan
1 pada sampel A3T3 (konsentrasi garam 15% pada
0.5 pengeringan oven suhu 70oC). Adanya pemakaian
0 suhu yang tinggi pada proses pengeringan akan
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3 menyebabkan terjadinya case hardening sehingga
Perlakuan teksturnya akan menjadi keras dan tidak disukai oleh
panelis. Pada pengeringan menggunakan sinar
Gambar 8. Nilai hedonik rasa
matahari, kandungan proteinnya lebih tinggi
Hasil penilaian panelis terhadap rasa yang dibandingkan dengan pengeringan menggunakan
dihasilkan produk ikan sepat rawa asin presto oven sehingga mengakibatkan teksturnya menjadi
diketahui berkisar antara 1,2 sampai 2,84. Peilaian keras. Pada bahan yang banyak mengandung protein
rasa tertinggi diberikan panelis pada sampel A1T2 pada umumnya mempunyai tekstur keras
(konsentrasi garam 5% pada pengeringan oven suhu (Widyani dan Suciaty, 2008).
60oC) sedangkan penilaian rasa terendah diberikan Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa ikan sepat
pada sampel A4T3 (konsentrasi garam 20% pada rawa asin presto dengan perlakuan A1T2 (konsentrasi
pengeringan oven suhu 70oC). Hasil uji lanjut garam 5% pada pengeringan oven suhu 60oC)
menunjukkan bahwa ikan sepat rawa asin presto berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dari
dengan perlakuan A1T2 (konsentrasi garam 5% pada perbedaan penilaian ini diketahui bahwa panelis lebih
pengeringan oven suhu 60oC) berbeda nyata dengan menyukai sampel ikan sepat rawa asin dengan
perlakuan lainnya. perlakuan A1T2 (konsenrasi garam 5% pada
Dari perbedaan penilaian ini diketahui bahwa pengeringan oven suhu 60oC).
panelis lebih menyukai sampel ikan sepat rawa asin
dengan perlakuan A1T2 (konsenrasi garam 5% pada 5. Kenampakan
pengeringan oven suhu 60oC). Hal ini dikarenakan
ikan sepat asin dengan perlakuan A1T2 memiliki rasa Hasil penilaian panelis terhadap kenampakan
yang tidak terlalu asin. Semakin rendah konsentrasi yang dihasilkan produk ikan sepat rawa asin presto
garam yang ditambahkan maka makin disenangi oleh diketahui berkisar antara 1,6 sampai 2,4. Peilaian
panelis akan rasa yang tidak terlalu asin. Selain itu rasa tertinggi diberikan panelis pada sampel A4T3
pada ikan sepat rawa asin dengan perlakuan A1T2 (konsentrasi garam 20% pada pengeringan oven suhu
memiliki kadar air yang rendah dibandingkan dengan 70oC) sedangkan penilaian rasa terendah diberikan
perlakuan lainnya sehingga rasa yang dihasilkan tidak pada sampel A4T2 (konsentrasi garam 20% pada
terlalu asin. Air merupakan komponen penting dalam pengeringan oven suhu 60oC). Hasil penilaian
bahan makanan karena air dapat mempengaruhi

529
panelis terhadap tekstur ikan sepat rawa asin presto 4. Kombinasi perlakuan penggaraman, press
disajikan pada Gambar 10. cooked dan pengeringan dapat menghasilkan
ikan sepat asin duri lunak yang berkadar garam
Skor hedonik terhadap kenampakan

3
2.4a
rendah dan berduri lunak.
2.5 2.24b 2.2b 2.2b
2b 2.08b 2b 2.08b

2 1.8ab 1.8ab
1.64a 1.6a
a. Saran
1.5
Pembuatan ikan asin duri lunak sebaiknya
1
menggunakan penggaraman 5% dengan pengeringan
0.5
menggunakan oven pada suhu 60oC. Perlu dikaji
0 umur simpan ikan sepat asin duri lunak dengan
A1T1 A2T1 A3T1 A4T1 A1T2 A2T2 A3T2 A4T2 A1T3 A2T3 A3T3 A4T3
berbagai pengemas dan metode penyimpanan.
Perlakuan

Gambar 10. Nilai hedonik kenampakan


DAFTAR PUSTAKA
Kenampakan dari suatu produk pangan dilihat
dari keseragaman produk yang dihasilkan, dari
Adwyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan.
ukuran atau bentuk serta warna produk pangan.
Bumi Aksara. Jakarta.
Kenampakan merupakan parameter organoleptik
yang penting karena pertama kali dilihat oleh
Aitken, A dan J.J. Connel 1979 dalam Heruwati, S.
konsumen. Pada umumnya konsumen memilih
1996. Pengaruh Pemindangan dan Pengemasan
makanan yang memiliki kenampakan yang menarik
Hampa Udara terhadap Kadar Asam Lemak
(Soekarto, 2000).
Omega-3 Ikan Pindang. Jurnal Penelitian
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa ikan sepat
Perikanan Indonesia. Vol.II No.4.
rawa asin presto dengan perlakuan A1T2 (konsentrasi
garam 5% pada pengeringan oven suhu 60oC)
Arsyad, H. 1990. Penuntun Pengolahan Ikan. PD
berbeda nyata dengan perlakuan A4T3, A4T2, dan
Mahkota. Jakarta.
A4T1, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Dari perbedaan penilaian ini diketahui bahwa
Astawan, M. 2005. Pempek Nilai Gizi Kapal
panelis lebih menyukai sampel ikan sepat rawa asin
selam Paling Tinggi.
dengan perlakuan A1T2 (konsen garam 5% pada
http//www.kesehatan/news/htm. Diakses
pengeringan oven suhu 60oC). Hal ini disebabkan
tanggal 8 desember 2008.
pada perlakuan A1T2 memiliki warna dan bentuk
yang menarik.
BPS. 2007. Sumatera Selatan dalam Angka.
Propinsi Sumatera Selatan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet G.H., dan
M.Wootton. 1987. Ilmu Pangan diterjemahkan
A. Kesimpulan
oleh Hari Purnomo dan Adiono. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Kesimpulan dari penelitin ini adalah:
1. Kombinasi perlakuan penggaraman, press Kuswurj, R. 2008. Proses Hidrolisis dan Aplikasinya
cooked dan pengeringan dapat menghasilkan pada Industri. (online) www. Ana7or.net.tc.
ikan sepat asin duri lunak. Diakses pada tanggal 8 Mei 2009.
2. Perlakuan perbedaan kosentrasi garam dan Rahayu, E.S. 2000. Bakteri Asam Laktat dan
pengeringan (sinar matahari dan oven) Fermentasi Tradisional Indonesia Nilai Gizi
berpengeruh nyata terhadap mutu ikan asin yang dan Kajian Manfaatnya. Kumpulan Jurnal
Widya Karya Nasional Khasiat Makanan
dihasilkan baik kadar air, kadar garam, dan mutu Tradisional.
sensoris (warna, rasa, tekstur dan kenampakan)
3. Perlakuan terbaik berdasarkan parameter sensoris Rahayu WP., Ma'oen S, Suliantari, Fardiaz S. 1992.
Teknologi Fermentasi Produk Perikanan.
(warna, tekstur dan kenampakan) yaitu ikan asin
Depdikbud. Dirjen Dikti. PAU Pangan dan
dengan penggaraman 5% dan pengeringan Gizi. IPB. Bogor.
dengan oven 60oC.

530
Ray, B. 2001. Dasar-Dasar Mikrobiologi Pangan.
Alih Bahasa: Rindit Pambayun dan Rahmad
Hari Purnomo. Jurusan Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.

Soekarto, S. 2000. Metodelogi Penelitian


Organoleptik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widyani, R dan Suciaty, T. 2008. Prinsip


Pengawetan Pangan. Swaganti Press. Cirebon.

Winarno, F.G. 1992. Pangan, Gizi, Teknologi dan


Consumen. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Yeo, H and T. Shibamoto. 1991 dalam Ulfa, N.


2008. Masa Simpan Bandung Presto dengan
Penambahan Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L.). [kripsi]. Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya.

531
532
533
534
535

Das könnte Ihnen auch gefallen