Sie sind auf Seite 1von 9

Rangkuman Keterampilan Klinik Dasar

Obstetric & Ginekologi

I.Asuhan Antenatal Care (ANC)

1. Jadwal kunjungan
Pemeriksaan antenatal care (ANC) yang lengkap adalah: K1, K2, K3, K4.
Minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal care hingga usia kehamilan 28 minggu,
sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu, dan dua kali kunjungan
antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.

2. Standar 7T
- Timbang berat badan
- Tekanan darah
- Tetanus toxoid
- Tinggi fundus uteri
- Tablet besi
- Tes laboratorium
- Temu wicara

3. Cara pengukuran tinggi fundus uteri


Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan dengan menggunakan alat pengukur
(pita atau pelvimeter). Dimulai dari meletakan alat pengukur diatas abdomen, dan diukur
mulai dari batas atas simphisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut
diletakan mengikuti kurve fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s
(McDonald’s rule). Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan
memasuki trisemester kedua dan ketiga.

Rumus McDonald’s
Usia kehamilan (hitungan bulan) = TFU (cm) x 2/7 (atau + 3,5)
Usia kehamilan (hitungan minggu) = TFU (cm) x 8/7

Gambar 1 : cara pemeriksaan TFU (tinggi fundus uteri)


Pemeriksaan Leopold (I-IV)

- Leopold I : untuk mengetahui apa yang ada dibagian fundus.


- Leopold II : untuk mengetahui dimana letak punggung bayi, dan letak bagian-bagian
kecil (ekstremitas) pada janin.
- Leopold III : untuk mengetahui jenis persentasi janin.
- Leopold IV : untuk mengetahui dimana letak ujung kepatal janin.

NOTE : Leopold I-III dilakukan dengan posisi pemeriksa menghadap ke arah kepala
pasien, sedangkan untuk pemeriksaan Leopold IV dilakukan dengan posisi pemeriksa
menghadap ke arah kaki pasien.

4. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)


HPHT dilakukan untuk mengetahui prakiraan kapan akan terjadinya partus (persalinan).

Rumus : Hari + 7, Bulan – 3, Tahun + 1


II. Mind mapping “Perdarahan kehamilan”

Perdarahan

P.Antepartum P.Postpartum

Obstetric Non-obstetric

1. Gestose muda: - Coitus 1. Perdarahan dari tempat


- Abortus - Trauma implantasi:
- Kehamilan ektopik - Varikositis - Hipotoni / atonia uteri
- Sisa plasenta
- Mola hidatidosa - Carcinoma,
2. Gestose tua: Polip & Erosi. 2. Laserasi/robekan
- Solusio plasenta - Episiotomy
- Plasenta previa - Robekan pada perineum,
- Laserasi jalan lahir Vagina, dan Serviks.
- Vasa previa. - Rupture uteri
3. Akibat gangguan
“Koagulasi”.
Perdarahan pada kehamilan muda

Perdarahan pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian: Abortus, Kehamilan
ektopik, dan Mola hidatidosa.

I. Abortus  kehamilan <20 minggu atau berat janin <500 gram.


- Abortus spontan : tanpa tindakan, terjadi ssecara langsung atau spontan.
- Abortus provokatus : sengaja dilakukan, dibagi menjadi:
 Abortus provokatus kriminalis
 Abortus provokatus medisinalis.

Etiologi :
- Factor genetic
- Kelainan congenital ( anomaly ductus mulleri, septum uterus, uterus bikornis,
inkompetensi serviks uteri, mioma uteri)
- Autoimun
- Defek factor internal
- Infeksi
- Hematologic
- Lingkungan

Klasifikasi :
- Abortus iminens  abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai dengan adanya perdarahan pervaginum, ostium uteri masih
tertutup, hasil konsepsi (janin) masih baik dlam kandungan.
Penanganan : penderita diminta untuk melakukan tirah baring samapai perdarahan
berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi
tambahan hormone progesterone atau derivatnya untuk mencegah terjadinya
abortus.

- Abortus insipiens  abortus yang mengancam, ditandai dengan pendaratan


serviks, dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi (janin) masih
berada didalam kavum dan dalam proses pengeluaran, penderita merasa mulas
dan perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks. Penanganan :
segera dilakukan tindakan evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan
kuretase bila perdarahan banyak. Jika usia kehamilan >12 minggu kuretase harus
hati-hati, bila perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital kemudian disusul
dengan tindakan kuretase sambil diberikan uretonika

- Abortus kompletus  seluruh hasil konsepsi (janin) telah keluar dari kavum uteri.
Penanganan : pengelolahan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun
pengobatan. Biasanya hanya diberikan roboransia atau hematenik bila keadaan
pasien memerlukan.
- Abotus inkompletus  hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, tetapi masih
ada sisa yang tertinggal. Penanganan : pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia
atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Penangan
pasien harus diawli dengan perhatian tyerhadap keadaan umumdan mengatasi
gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase.

- Missed abortion  embrio/ fetus telah meninggal dalam kandungan. Penanganan


: evakuasi/pengeluaran (kuretase). Pada kehamilan <12 minggu tindakan evakuasi
dapat dilakukan secara langsung. Bila umur kehamilan >12 minggu atau <20
minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan
kanalis servikalis.

- Abortus habitual  abortus spontan yang terjadi ≥3 kali berturut-turut.

- Abortus infeksiosus, abortus septic abortus yang disertai dengan infeksi pada
alat genitalia.

- Kehamilan anembrionik ( Blighted ovum)  kehamilan patologi dimana mudigah


tidak terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk.

II. Kehamilan ektopik


Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang pertumbuhan sel telur tidak
menempel pada dinding endometrium kavum uteri. 95% berada di saluran telur (tuba
fallopi).

Klasifikasi :
1. Kehamilan tuba (pars.ampularis, pars.ismika, pars.fimbriae, dan pars.interstitial)
2. Kehamilan ektopik lain (di serviks, ovarium, atau abdominal)
3. Kehamilan intraligament (jumlahnya sangat sedikit)
4. Kehamilan heterotopik  kehamilan ganda  satu janin menempel di kavum
uteri dan yang lainnya merupakan kehamilan ektopik.
5. Kehamilan ektopik bilateral (jaranga)

Etiologi :
1. Factor tuba
- Adanya peradangan atau infeksi pada tuba  lumen tuba menyempit
- Hipoplasia uterus dan tuba berkelok-kelok
- Endometriosis tuba dan divertikel saluran tuba
- Tumor saluran tuba
2. Factor abnormalitas dari zigot
- Pertumbuhan zigot terlalu cepat dan besar
3. Factor ovarium
4. Factor hormonal
- Pil KB (yang hanya mengandung progesterone)  perlambatan gerakan tuba.
5. Factor lain
- Pemakaian IUD  peradangan dapat timbul pada endometrium, dan endosalping.
- Factor usia dan rokok.

Patologi  keadaan patologi akibat kehamilan ektopik


1. Hasil konsepsi mati dan diresorbsi
2. Abortus (abortus tubaria)
3. Rupture dinding tuba

Gambaran klinik
- Pada kehamilan tuba  tidak khas
- Gejala hamil muda  nyeri  abortus tuba dan rupture tuba
- Dapat terlihat pada USG  kehamilan intra atau ekstrauterin
- Perdarahan pervaginum  kematian dan terlepasnya desisua
- Amenorea
- Nyeri bagian serviks  usaha menggerakan serviks, atau yang disebut nyeri
goyang atau yang biasa disebut slinger pijn (bahasa belanda).

III. Mola hidatidosa


Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang perkembangannya tidak
wajar,dimana tidak ditemukan janin dan vili korialis mengalami perubahan 
degenerasi hidropik.

Makroskopik : berupa gelembung- gelembung putih, transparan, berisi cairan, ukuran


berfariasi antara 1-2 cm.

Mikroskopik : edema stroma vili, tidak ditemukan pembulu darah pada vili, dan
proliferasi sel-sel trofoblas.

Gejala dan tanda :


- Mual, muntah, pusing  lebih hebat dari kehamilan biasanya
- Perkembangannya lebih pesat dibandingkan kehamilan normal
- Perdarahan  gejala utama, antara usia gestasi 12-14 minggu
- Preeklamsia  hanya saja pada mola, preeklamsi dirasakan atau didapat lebih
awal atau pada awal-awal masa kehamilan.
- Emboli paru
- Adanya kista lutein

Diagnosis :
- Amenorea, perdarahan pervaginum, vetus yang lebih besar dari yang seharusnya,
tidak ditemukan tanda balotemen dan detak jantung janin.
- Pemeriksaan kadar hCG  hCG meningkat pada hari ke 100
- USG  gambarannya khas :
1. Berupa badai salju (snowflakepattern)
2. Sarang lebah (honey comb)
- Keluarnya gelembung mola
- Mola parsial  ada pertumbuhan janin kecil ditambah jaringan mola yang
memenuhi sebagian kavum uteri.
Pengelolahan :
1. Perbaikan keadaan umum
- Pemberian transfuse darah  untuk anemia dan syok
2. Pengeluaran jaringan mola (ada 2 cara):
- Vakum kuretase
- Histerektomi
3. Pemeriksaan tindak lanjut
- Untuk mencegah keganasan setelah mengalami mola hidatidosa
- hCG harus normal setelah 8 minggu pasca evakuasi
- pengawasan selama 1 tahun  tidak boleh hamil dulu.

IV. Plasenta previa


Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trisemester ketiga dan yang
terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat,
dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mengakibatkan atau
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa.

Definisi :
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
(OUI).

Klasifikasi :
1. Plasenta previa totalis atau komplit adadalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uterin internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2cm dari ostium uterin internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal.

Etiologi :
- Belum diketahui pasti
- Vaskularisasi desidua yang tidak memadai
- Akibat proses radang atau atrofi
- Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim bekas operasi sesar, kerokan,
miomektomi berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium, yang semuanya dapat dapat dipandang sebagai factor resiko
terjadinya plasenta previa.
Patofisiologi :
Pada usia kehamilan yang lanjut (umumnya pada trimester ketiga dan mungkin lebih
awal)  terbentuknya segmen bawah rahim  tapak plasenta akan mengalami
pelepasan  melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim  plasenta
yang berimplantasi ditempat tersebut mengalami laserasi  akibat dari pelepasan
pada desidua sebagai tapak plasenta atau pada waktu serviks mengalami pendataran
(effacement) dan membuka (dilatation)  ada bagian tapak plasenta yang terlepas 
terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu: dari ruang intervillus
dari plasenta.

Gambaran klinik :
- Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah : perdarahan uterus keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri.
- Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas.
- Pada plasenta letak rendah  perdarahan baru terjadi pada saat persalinan
- Perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solution plasenta.

Diagnosis :
- Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut biasanya
menderita: plasenta previa atau solution plasenta.
- Double set-up examination  pasien dipersiapkan didalam kamar operasi,
dilakukan periksa dalam (vaginal toucher/VT) dalam lingkungan disinfektan
tingkat tinggi (DTT) secara hati-hati dengan dua jari yaitu jari telunjuk dan jari
tengah merabah forniks posterior untuk mendapat kesan ada atau tidaknya
bantalan antara jari dengan bagian terbawah janin. Perlahan jari-jari digerakan
menuju pembukaan serviks untuk meraba jaringan plasenta. Kemudian jari-jari
digerakan mengikuti seluruh pembukaan untuk mengetahui derajat atau klasifikasi
plasenti previa.
- Banyak rumah sakit sudah jarang melakukan double set-up examination 
adanya USG (transabdominal ultrasonografi, transvaginal ultrasonografi,
transperineal sonografi)
- MRI  kalah praktis dari USG.
V. Vasa previa
Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin berada di dalam selaput
ketuban dan melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampaii ke dalam
insersinya di tali pusat.

VI. Solusio plasenta


Terdapat beberapa istilah untuk penyakit ini yaitu solusio plasenta, abruption
placentae, ablation placentae, dan accidental hemorrhage.

Definisi :
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni: sebelum anak lahir.

Klasifikasi :

Das könnte Ihnen auch gefallen