Sie sind auf Seite 1von 5

Tugas Ujian 04.01.19- Adelaide Anne M.

U/ 1415142- Koass Mata minggu 5

Trauma Kimia

Tingkat keparahan dari trauma kimia beragam dari yang sepele sampai menyebabkan
kebutaan. Tersering diakibatkan kecelakaan kerja, namun dapat juga diakibatkan adanya
tindakan penyerangan. Dua per tiga total trauma kimia terjadi di tempat kerja sisanya di rumah.
Trauma kimia akibat basa dua kali lebih sering dibanding trauma kimia akibat asam, karena
larutan basa/alkali lebih banyak digunakan di tempat kerja dan di rumah.
Tingkat keparahan dari trauma kimia berhubungan dengan apa bahan kimianya,
seberapa luas area mata yang terkena, berapa lama durasi terpapar, dan ada tidaknya pengaruh
kerusakan termal. Basa dapat penetrasi lebih dalam daripada asam (dapat koagulasi protein
permukaan, membentuk lapisan protektor). Trauma basa banyak disebabkan amonia, sodium
hidroksida, dan lemon.
Bahan penyebab trauma kimia:
a. Asam : cuka, cairan pembersih, asam batre
b. Basa : amonia, cairan pemutih, lemon
c. Solvent/zat pelarut
d. Detergen
e. Bahan iritan

Mekanisme kerusakan akibat trauma basa:


Larutan basa  saponifikasi asam lemak membran sel  menghancurkan struktur membran
sel jaringan  sel cenderung mengeluarkan air dari sel  nekrosis
Efek trauma kimia akibat basa mengakibatkan penetrasi cairan lebih dalam ke jaringan.
Mekanisme kerusakan akibat trauma asam:
Larutan asam  koagulasi protein  pembentukan barrier yang mencegah penetrasi dalam ke
jaringan

Kerusakan akibat trauma kimia menyebabkan :


 Nekrosis epitel konjungtiva dan kornea, disertai gangguan dan oklusi pembuluh darah
limbus  hilangnya stem sel limbus  defek epitel kornea dengan perforasi dan ulkus
kornea steril  efek jangka panjang meliputi pembentukan symblepharon dan sikatrik
 Penetrasi lebih dalam  pemecahan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi
stroma kornea
 Penetrasi sampai ke COA  kerusakan iris dan lensa
 Kerusakan epitel siliaris  gangguan sekresi askorbat  penurunan produksi kolagen
dan perbaikan kornea
 Kasus berat terjadi hipotoni dan phtisis bulbi
Proses perbaikan :
 Perbaikan epitel dengan migrasi sel epitel dari stem sel limbus
 Kerusakan kolagen stroma  fagositosis oleh keratosit dan sintesis kolagen baru

Klasifikasi trauma kimia (menurut Roper-Hall)

Klasifikasi trauma kimia (menurut Thoft)


Derajat I : hiperemi konjungtiva disertai keratitis pungtata
Derajat II : hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea
Derajat III : hiperemi konjungtiva disertai nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea
Derajat IV : konjungtiva perilimbal nekrosis 50%

Terapi trauma kimia


Penatalaksanan trauma kimia harus dilakukan sesegera mungkin, bahkan sebelum dilakukan
pemeriksaan visus.
Penanganan emergensi :
1. Irigasi dengan banyak cairan namun dengan lembut menggunakan larutan saline/RL, dapat
digunakan air mengalir/air keran bila tidak ada selama 15-30 menit. Jangan gunakan cairan
asam untuk menetralkan cairan basa/alkali, maupun sebaliknya  reaksi asam-basa lebih
berbahaya dan menyebabkan cedera termal. Gunakan eyelid spekulum dengan anestesi topikal
sebelum dilakukan irigasi. Fornix superior dan inferiot harus di eversi dan diirigasi. IV tube
disambungkan dengan larutan irigasi cara terbaik untuk proses irigasi.
2. Tunggu 5-10 menit setelah irigasi selesai, periksa lagi pH di fornices dengan kertas lakmus.
Irigasi terus dengan dilakukan sampai pH netral. Volume cairan irigasi yang dibutuhkan untuk
mencapai pH netral beragam terhadap jenis cairan dan durasi kontak (8-10 liter).
3. Konjungtiva tarsalis di sapu halus dengan cottonbud lembab untuk menghilangkan benda
asing dari materi penyebab dan nekrosis konjungtiva, terutama pada kasus dimana pH tetap
abnormal. Pada kasus Eversi ganda kelopak mata penting untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan partikel di fornix, partikel kalsium hidroksida lebih mudah dihilangkan dengan
aplikasi cottonbud yang direndam EDTA.
4. Benda asing yang tertanam di konjungtiva, kornea, sklera, atau sekitar jaringan memerlukan
operasi debridement/pengangkatan.

Terapi akibat trauma kimia


Ringan-Sedang
Tanda :
Defek epitel kornea dari pungtata sampai keratopati, hilang lapisan epitel fokal, seluruh epitel
terkelupas. Tidak ada area iskemik perilimbal yang signifikan terlihat. Defek epitel konjungtiva
fokal, kemosis, hiperemis, perdarahan, atau kombinasi dari edema ringan, reaksi COA, derajat
luka bakar 1 dan 2 bila terkena kulit periokular dengan atau tanpa hilangnya bulu mata.
Terapi :
1. Penatalaksanaan emergensi
2. Pertimbangkan siklopegik (cyclopentolate 1%/2%, homatropine 5% 2-3x sehari jika
didapatkan fotofobia, nyeri, inflamasi COA. Jika suspek iskemik limbus jangan berikan
fenilefrin  vasokonstriksi
3. Artificial tears sesering mungkin q1h bukan pada jam tidur
4. Steroid topikal (prednisolon asetat 1% 4dd) dengan antibiotik dalam seminggu walaupun
didapatkan defek epitel, terutama trauma basa
5. Anti nyeri (acetaminophen dengan atau tanpa codein) jika perlu
6. Jika TIO meningkat, acetazolamide 250mg PO 4dd, 500mg 2dd, methazolamide 25-50mg
2-3dd, kontrol potasium. Beta bloker topikal, timolol 0,5% 2dd. Alfa agonis harus dihindari
karena efek vasokontriksi.

Berat
Tanda :
Kemosis, edema kornea dan opasifikasi, sedang-berat reaksi COA, peningkatan TIO, luka
bakar derajat 3 dan 4 di kulit sekitar dan nekrotik retinopati lokal akibat penetrasi langsung
trauma alkali.
1. Penatalaksanaan emergensi
2. Debridemen jaringan nekrotik dengan benda asing
3. Siklopegik (cyclopentolate 1%/2%, homatropine 5% 2-3x sehari jika didapatkan fotofobia,
nyeri, inflamasi COA. Jika suspek iskemik limbus jangan berikan fenilefrin  vasokonstriksi
4. Antibiotik topikal (trimetropin.polymixin B atau fluoroquinolon tetes 4dd,
erythromycin/bacitracin oinment 4-9x sehari)
5. Steroid topikal (prednisolon asetat 1% atau dexamethasone 0,1% 4-9x sehari dengan
antibiotik konkruen, jika ada inflamasi kornea dapat menggunakan
tobaramycin/dexamethasone tetes atau oinment q1-2h.
6. Anti nyeri (acetaminophen dengan atau tanpa codein) jika perlu
7. Jika TIO meningkat, acetazolamide 250mg PO 4dd, 500mg 2dd, methazolamide 25-50mg
2-3dd, kontrol potasium. Beta bloker topikal, timolol 0,5% 2dd. Alfa agonis harus dihindari
karena efek vasokontriksi.
8. Artificial tears sesering mungkin q1h bukan pada jam tidur
9. Tetracyclines dan vit. C dapat mengurangi kolagenosis (doksisiklin 100mg PO 2dd).
Levofloxacin merupakan golongan antibiotik yang bersifat concentration dependent killing,
oleh karena itu daya bakterisidnya dapat ditingkatkan dengan meningkatkan dosisnya.
Levofloxacin memiliki Post Antimicrobial Effect selama 2-4,5 jam, antibiotik ini dapat
memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri selama 2-4,5 jam setelah pemberian. Sesuai
dosis pemakaian, tetes mata levofloxacin tetap diberikan selama 8 kali sehari satu tetes setiap
3 jam.

Das könnte Ihnen auch gefallen