Sie sind auf Seite 1von 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu perusahaan yang ingin terjun di usaha bisnis, tentunya haruslah mampu
mengetahui ilmu mengenai Manajemen. Jika suatu usaha dapat dimajamen atau dikelola
dengan baik sebagaimana yang akan dicapai suatu perusahaan, haruslah mengerti mengenai
“Analisis Manajemen”.
Analisis manajemen ini sangat berpengaruh langsung di dalam suatu perusahaan. Yang
dimaksud dengan “Analisis Manajemen” adalah analisis yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam bisnis. Suatu perusahaan jika sistem manajemennya dapat
dirancang dengan sebaik mungkin, dan laksanakan oleh pekerja dengan semaksimal mungkin
maka perusahaan tersebut pasti dapat berjalan dengan sukses. Kemudian di dalam “Analisis
Manajemen” ini, ada yang ditunjuk oleh perusahaan yang biasa disebut dengan” Orang Kunci”,
adalah orang yang memiliki pengaruh dan kekuasaan yang besar di perusahaan. Misalnya,
pendiri perusahaan, penyandang dana/ modal terbesar yang menjadi icon di suatu perusahaan.
Namun ada kriteria jika ingin menjadi “Orang Kunci” di suatu perusahaan antara lain,
mempunyai karakter, pengalaman, pengetahuan, image, dan kredibilitas.
Adapun fungsi manajemen yaitu: Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Leading (Kepemimpinan), dan Controling ( Pengendalian). Jika suatu
perusahaan dapat menerapkan fungsi dengan baik maka semua aktifitas yang ada di
perusahaan akan dapat berjalan dengan sukses. Namun jika suatu perusahaan tidak mampu
menerapkan fungsi manajemennya tersebut maka aktifitas perusahaannya akan tidak berjalan
dengan baik sesuai target dalam perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Aspek Manajemen?
2. Apa yang dimaksud dengan Analisis Manajemen?
3. Apa saja fungsi di dalam Manajemen?
4. Apa saja masalah yang sering terjadi dalam sistem Manajemen?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu aspek manajemen
2. Untuk memahami apa saja analisis manajemen yang di dalamnya terdapat berbagai hal
yang diperlukan dalam aspek manajemen
3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja fungsi dari manajemen.
4. Untuk mengetahui masalah yang sering terjadi dalam sistem manajemen.

D. Visi dan Misi

1. Mampu memahami aspek manajemen beserta tujuannya dalam studi kelayakan bisnis
2. Mampu memahami analisa manajemen serta penerapannya dalam bisnis kewirausahaan
3. Mampu memahami fungsi di dalam manajemen
4. Mampu memahami masalah yang timbul dalam sistem manajemen dan penyelesainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aspek Manajemen


Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis Kuno management, yang memiliki arti
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal.
Pengertian manajemen menurut James A.F. Stoner adalah suatu perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta
penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu
usaha. Karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa
didukung dengan manajemen yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan.
Tujuan studi aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan
implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana
bisnis dapat dinyatakan layak, atau sebaliknya.

B. Analisis Manajemen
Analisis aspek manajemen adalah analisis yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam bisnis. Beberapa hal yang diperlukan dalam aspek manajemen
adalah :
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan menunjukkan tugas, jenjang dan rentang kendali
perusahaan beserta tanggung jawabnya. Struktur organisasi merujuk pada bagaimana kegiatan
dilakukan, dibagi, dikelompokkan ke dalam hubungan antara manajer dan karyawan, manajer
dengan manajer, dan karyawan dengan karyawan. Secara formal, struktur organisasi
dibedakan menjadi tiga cara yaitu : menurut fungsi, menurut produk/pasar, dan dalam bentuk
matrix.
Menurut fungsi yaitu suatu bentuk organisasi dimana kekuasaan pimpinan dilimpahkan
kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan
tertentu.
Menurut produk/ pasar yaitu jenis organisais ini membagi tugasnya dalam dimensi
produk artinya sebuah garis kordinasi atau kelompok koordinasi terbagi atas jenis produk yang
dihasilkan oleh organisasi tersebut.
Menurut matriks disebut juga organisasi manajemen proyek yaitu organisasi dimana
penggunaan struktur organisasi menunjukkan dimana para spesialis yang mempunyai
ketrampilan di masing-masing bagian dari kegiatan perusahaan dikumpulkan lagi menjadi satu
untuk mengerjakan suatu proyek yang harus diselesaikan.
b. Orang kunci
Orang kunci adalah orang yang memiliki pengaruh dan kekuasaan yang besar di
perusahaan misalnya pendiri perusahaan, penyandang dana/modal terbesar, seseorang yang
menjadi icon di perusahaan tersebut. Karakteristik orang kunci di perusahaan adalah :
1. Karakter
Karakter orang kunci dapat diketahui melalui reputasi, daftar riwayat hidup,
kegemaran (hoby), dan melalui teman atau orang yang tergantung dalam komunitasnya.
2. Pengalaman
Pengalaman orang kunci dapat diketahui melalui banyaknya varian
kasus/pekerjaan/bisnis yang pernah ditangani.
3. Pengetahuan
Pengetahuan orang kunci diketahui melalui latar belakang pendidikannya. Selain itu
dapat mengetahui melalui pengalaman kerja yang dimiliki dan berbagai short course
yang diikuti. Semakin banyak short course dan semakin tinggi jenjang pendidikan,
maka semakin baik pengetahuan yang dimiliki.
4. Image
Image orang kunci diketahui melalui reputasi yang dimiliki di kalangan komunikasi
dan warga di sekitar tempat tinggalnya atau pada masyarakat secara umum.
5. Kredibilitas
Kredibilitas orang kunci diketahui melalui teman, komunitas bisnis, tetangga dan
informasi bank.

C. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen yang dilakukan adalah planning, organizing, leading, dan controlling.
1. Planning
Planning (perencanaan) ialah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[6] Manajemen perlu
membuat perencanaan berkaitan dengan produk, pemasaran, produksi, keuangan, sumber daya
manusia dan strategik. Berdasarkan kurun waktunya, perencanaan dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a. Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan dengan kurun waktu kurang dari satu
tahun. Perencanaan jangka pendek terjadi pada tiap bidang/divisi perusahaan.
Perencanaan ini lebih konkret dan lebih rinci, lebih terukur dan jelas sasaran yang
harus dicapai termasuk dalam hal penggunaan sumber daya, metode pelaksanaan serta
waktu mulai dan selesai tiap-tiap kegiatan tersebut.
b. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan dengan kurun waktu antara satu
sampai lima tahun. Perencanaan jangka menengah terjadi pada tiap bidang/devisi
perusahaan.
c. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang adalah perencanaan dengan kurun waktu lebih dari lima
tahun yang berkaitan dengan strategi perusahaan. Misalnya meningkatkan pangsa pasar
perusahaan sebesar 10%. Rencana-rencananya masih berbentuk garis-garis besar yang
bersifat sangat strategis dan umum. Perencanaan ini tidak dapat langsung dipakai
sebagai pedoman kerja, sehingga masih perlu dijabarkan dalam bentuk perencanaan
jangka menengah.
Berdasarkan levelnya, perusahaan meliputi :
a. Perencanaan strategi
Perencanaan strategik perusahaan dilakukan oleh manajemen puncak yaitu direksi.
Perencanaan strategik adalah pengolahan sumber daya untuk mencapai tujuan strategik
perusahaan. Untuk melaksanakan strategi harus pula disusun program kerja yang rinci,
mencakup kegiatan yang harus dilakukan, kapan harus dimulai, kapan harus selesai, dan siapa
yang harus bertanggung jawab serta sumber daya manusia yang diperlukan.
b. Perencanaan taktis
Perencanaan taktis dilakukan oleh manajemen menengah dan tingkat bawah.
Perencanaan ini merupakan bagian dari perencanaan strategik.
c. Perencanaan operasional
Perencanaan operasional dilakukan oleh manajemen menengah dan level bawah untuk
mengoperasionalkan kegiatan harian perusahaan.
2. Organizing
Organizing (Pengorganisasian) adalah proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau
pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara
tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam
bidangnya masing-masing.
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokkan menjadi
manajer puncak, manajer tingkat menengah dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan
dengan bentuk piramida dimana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada
puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas.
1. Manajemen lini pertama (First line management)
Dikenal dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan
paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang
terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer
shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen atau mandor (foreman).
Mereka bertanggung jawab atas satu unit kerja dan diharapkan mampu menyelesaikan
tugas dengan tujuan jangka pendek yang sesuai dengan rencana tingkat menengah dan
atas.
2. Manajemen tingkat menengah (Middle management)
Tugas middle manager adalah mengawasi beberapa unit kerja dan menerapkan rencana
sesuai dengan tujuan dan tingkatan yang lebih tinggi. Selanjutnya mereka melaporkan
hasil pekerjaannya kepada tingkat yang lebih tinggi. Beberapa contoh middle
management antara lain klinik suatu rumah sakit, dekan pada suatu universitas,
manajer devisi, manajer pabrik, manajer cabang penjualan. Posisi middle manager
berada antara top management dengan first line management, mereka menjadi
jembatan antara top management dan middle managementr.
3. Manajemen puncak (Top management)
Istilah yang sering digunakan bagi manajer yang berada pada tingkatan ini, antara lain
chief executive officer, chief operative operating, president, and vice president. Top
manajer bertanggung jawab terhadap perusahaan secara keseluruhan. Tugas mereka
adalah menetapkan tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan secara umum, yang
kemudian akan diterjemahkan lebih spesifik oleh manajer dibawahnya. Contohnya
membuat kebijakan mengenai rencana perluasan pasar (expantion), kebijakan
mengenai kesejahteraan karyawan, dan menetapkan besarnya penjualan yang akan
dicapai.
Empat tahapan yang dilakukan untuk membuat keputusan berkaitan dengan pengorganisasian
adalah :
a. Menentukan devision of work. Pekerjaan dibagi menjadi beberapa bagian yang dapat
dilakukan secara individu atau kelompok.
b. Menetukan departemen yang akan melakukan pekerjaan.
c. Menentukan hierarki yang akan menunjukkan kepada siapa laporan dibuat.
d. Menentukan mekanisme yang akan mengintregrasikan kegiatan departemen dan
monitoring efektifitas integrasi. Proses ini disebut dengan koordinasi.
3. Leading
Leading adalah fungsi manajemen yang mengacu pada kepemimpinan, membangun
iklim kerja yang sehat dan dinamis, dan menyediakan kesempatan untuk menculnya motivasi
kerja serta membangun komunikasi yang efektif. Leading akan mendukung sumber daya
manusia melaksanakan perencanaan dengan taktis sehingga tujuan bisnis akan tercapai.
Kepemimpinan yang efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh. Menurut
Chapman yang dikutip Dale Timpe, lima landasan kepemimpinan yang kokoh adalah :
- Cara berkomunikasi
- Pemberian motivasi
- Kemampuan memimpin
- Pengambilan keputusan
- Kekuasaan yang positif.
Selanjutnya seorang pemimpin dapat diektahui melalui cirri-cirinya. Untuk ciri yang umum
menurut Rodger D.Collons seperti yang dikutip Dale Timpe adalah sebagai berikut:
- Kelancaran berbahasa
- Kemampuan untuk memecahkan masalah
- Kesadaran akan kebutuhan
- Keluwesan
- Kecerdasan
- Kesediaan menerima tanggung jawab
- Ketrampilan social
- Kesadaran akan diri dan lingkungan.
Berbagai teori kepemimpinan , motivasi, dan komunikasi yang efektif digunakan
dalam fungsi leading, seperti kepemimpinan transaksional, transformasional, dan kharismatik,
teori motivasi X dan Y, dan teori Motivasi Maslow. Teori tersebut dapat digunakan bersama
teori yang lain untuk mencapai tujuan perusahaan.
4. Controlling
Controlling (Pengendalian) adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan
tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan,
maka akan segera dikendalikan. Pengendalian membantu manajer untuk melakukan
monitoring terhadap efektifitas perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan.
Fungsi pengendalian mencakup internal, control, internal audit, pengawasan, anggaran,
pengawasan administratif, dan inspeksi mendadak di proses produksi atau jasa serta audit yang
dilakukan auditor publik.
Jenis pengendalian :
Terdapat berbagai jenis pengendalian dalam manajemen. Salah satunya adalah jenis
pengendalian yang memfokuskan pada masukan-pengolahan-keluaran (input-process-output)
a. Metode Pengendalian Pendahuluan
Memerlukan berbagai standar kualitas dan kuantitas yang layak dari berbagai masukan
(input) seperti material, keuangan, modal dan sumber daya manusia. Informasi
membantu manajer dalam menentukan apakah berbagai sumber data tersebut
memenuhi berbagai standar.
b. Metode Pengendalian Bersamaan (Concurrent Controls)
Memerlukan standar perilaku, kegiatan dan pelaksanaan dari kegiatan secara layak.
Sumber informasi utama bagi pengendalian ini adalah hasil observasi
penyelia.tindakan korektif ditujukan kepada perbaikan kualitas dan kuantitas sumber
daya dan operasi.
c. Metode Pengendalian Umpan Balik (Feedback Controls)
Memerlukan standar kuantitas dan kualitas yang layak dari keluaran (output). Namun
tidak seperti metode pengendalian pendahuluan dan bersamaan, focus dari tindakan
korektif adlaah bukan pada standar keluaran yang ditetapkan, melainkan para manajer
mengambil tindakan korektif untuk memperbaiki masukan dan operasi.
Pengendalian diperlukan karena :
a. Menciptakan kualitas yang lebih baik
b. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
c. Untuk menciptakan siklus yang lebih cepat
d. Untuk memfasilitasi delegasi dan teamwork
D. Permasalahan

Didalam sebuah perusahaan atau organisasi, sebuah kesalahan adalah hal yang sering
terjadi. Kesalahan ini bisa terjadi di semua tingkatan dan juga dalam semua sisi, salah satunya
didalam sistem manajemen itu sendiri.
Kesalahan bisa menjadi sebuah sumber pembelajaran bagi setiap perusahaan atau
organisasi, namun dalam beberapa hal, kesalahan tersebut bisa dihindari sejak dini dan
menghindarkan sebuah perusahaan untuk mengalami masalah yang lebih besar dari yang
mereka bisa hadapi. Dengan mengenali kesalahan-kesalahan yang umum terjadi, diharapkan
para manajer atau para pemegang kebijakan bisa mengantisipasinya sejak dini.
Tidak bisa mendefinisikan tujuan yang ingin dicapai dengan jelas. Dalam sebuah
perusahaan, tujuan yang jelas akan menjadi tali penuntun bagi setiap orang sehingga bisa
melakukan pekerjaan atau tanggung jawab mereka dengan sebaik-baiknya. Namun, sering
ditemukan bahwa para pimpinan tidak bisa memberikan informasi yang jelas mengenai tujuan
yang ingin dicapai. Hal ini membuat para bawahan tidak bisa menentukan prioritas yang jelas
dan akhirnya mereka tidak bisa bekerja dengan maksimal
Melakukan rekruitmen yang tidak efektif. Wajah baru dalam setiap perusahaan
tentunya diharapkan bisa membawa tenaga, ide dan kemampuan baru ke dalam perusahaan
tersebut terutama saat beban kerja sedang banyak-banyaknya. Namun, hal ini tidak akan
tercapai bila proses rekruitmen dilakukan dengan tidak efektif atau terburu-buru. Hal seperti
ini justru akan menambah beban kerja karena semakin banyak orang yang perlu mendapat
perhatian lebih. Rekruitmen yang efektif adalah kuncinya sehingga hasil yang diharapkan bisa
tercapai
Penggunaan feedback yang kurang maksimal. Untuk meningkatkan efisiensi dan
performa kerja dari sebuah tim atau dari setiap karyawan, pemberian feedback sangatlah
diperlukan. Feedback yang dimaksudkan di sini bisa bersifat positif dan juga negatif.
Pemberian feedback ini harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari masalah yang
lebih besar untuk kesalahan yang terjadi atau bisa juga untuk meningkatkan moral dari seluruh
anggota tim untuk keberhasilan yang berhasil dicapai
Tidak mempercayai anggota tim yang lain. Dalam sistem manajemen sebuah
perusahaan, kepercayaan adalah salah satu hal krusial. Banyak pemimpin atau manajer yang
tidak mempercayai anggota tim atau bawahan mereka untuk melakukan sebuah pekerjaan
tertentu. Mereka berpikir bahwa tidak ada orang lain yang bisa mengerjakan pekerjaan itu
sebaik mereka dan pada akhirnya menolak untuk mendelegasikan orang lain untuk pekerjaan
tersebut. Hal ini akan berujung pada bertumpuknya masalah yang ada dan tidak bisa
diselesaikan sendirian. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hal ini terjadi.
Mendelegasikan orang lain untuk melakukan sebuah pekerjaan merupakan salah satu bentuk
kepercayaan dan juga salah satu teknik untuk menghindari bertumpuknya masalah.
Tidak mendengarkan. Hal ini adalah sebuah kesalahan yang umum dilakukan bukan
hanya dalam sistem manajemen sebuah perusahaan namun pada hampir semua aspek
pekerjaan. Seorang manajer hendaknya mau meluangkan waktu untuk mendengarkan nasihat,
saran, kritik ataupun pujian dari pihak yang lain termasuk dari bawahan mereka. Kemampuan
untuk mendengarkan dengan sungguh bisa menjadi suatu hal yang membedakan antara
kerjasama tim yang sukses dan tidak. Gagal untuk mendengarkan bisa menjadi sebuah tanda
bahwa seorang pimpinan tidak bisa menunjukkan penghargaan mereka terhadap orang lain.
Selain itu, para pemimpin melewatkan peluang besar yang mungkin berasal dari ide-ide
sederhana bawahan mereka
Tidak memahami motivasi atau hal yang mendorong setiap orang untuk memberikan
performa mereka yang terbaik. Tidak semua orang bekerja untuk mendapatkan penghasilan
yang layak. Beberapa dari mereka memiliki hal lain yang memotivasi mereka untuk bekerja
lebih baik dan hal inilah yang perlu dikenali dan dipahami. Menyediakan sebuah lingkungan
kerja yang mendukung akan membuat perbedaan dalam lingkungan kerja itu sendiri. Gagal
untuk mengenali motivasi apa yang mendorong para pekerja bisa berakibat buruk dan bisa
membuat karyawan yang potensial untuk mundur atau keluar dari perusahaan itu.
Sistem manajemen yang ada dalam sebuah perusahaan sangat mempengaruhi
produktivitas para karyawan. Sistem manajemen itu tidak hanya berkutat disekitar penggajian
para karyawan melainkan meliputi semua hal yang berkaitan dengan cara menjalankan sebuah
perusahaan.
BAB III
PENUTUP

A. Intisari
Dari materi tersebut mengenai “Analisis Manajemen” dapat disimpulkan antara lain :
a. Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu
usaha. Karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa
didukung dengan manajemen yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan.
b. Analisis aspek manajemen adalah analisis yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam bisnis. Beberapa hal yang diperlukan dalam aspek manajemen
adalah : Struktur Organisasi, Orang kunci atau yang mempunyai karakteristik (karakter,
pengalaman, pengetahuan, image, dan kredibilitas.
c. Adapun fungsi dari Manajemen ada empat yaitu, Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Leading (kepemimpinan), dan Controlling (pengendalian).
B. Studi Kasus Pembahasan
Dalam suatu perusahaan dibutuhkan adannya konflik, karena jika dalam suatu
perusahaan kurang memiliki konflik atau bahkan tidak memiliki konflik perusahaan tersebut
tidak akan memiliki kemajuan dan kurang nya motivasi agar perusahaan lebih berkembang
lagi. Jadi, untuk mengembangkan suatu perusahaan konflik di butuhkan terutama agar sistem
manajemennya dapat berkembang. Walaupun konflik terdengar lebih pada ke arah negatif,
tetapi sebenarnya konflik juga dapat bernilai positif jika konflik tersebut dapat diolah menjadi
suau pemikiran yang dapat berperan dalam memunculkan motivasi dalam suatu perusahaan
terutama dalam hal manajemen nya.
Contoh Studi Kasus 1:
Pada salah satu perusahaan jasa yang memiliki konflik dengan para pegawainya,
dimana manajemen perusahaan jasa tersebut membuat keputusan mengenai restrukturisasi
dan rencana perekrutan pegawai melalui pihak ketiga. Karena para pekerja tidak setuju dan
menolak rencana tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu akan menimbulkan banyak
pemecatan, maka terjadilah aksi mogok kerja yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan itu
sendiri. Sehingga manajemen perusahaan jasa tersebut memutuskan untuk tidak beroperasi
dalam waktu yang tidak bisa ditenukan. Perusahaan jasa ini juga mengatakan bahwa tidak
akan ada operasional sampai tercapainya penyelesaian atas konflik yang tengah terjadi dengan
para pekerja.
Seorang pemimpin di suatu perkantoran jelas berperan dalam mengatasi konflik
struktural dan konflik fungsi kerja yang terjadi di dalam manajemennya. Dimana seorang
pemimpin memiliki wewenang untuk memudahkan dalam pemecahan suatu masalah. Seorang
pemimpin juga harus dapat menghindari kesewenangan dalam situasi yang dapat berdampak
negatif. Dalam perkantoran seorang pemimpin sebaiknya dapat mengerti apa yang menjadi
tujuan dalam pencapaian perusahaan dengan menghargai anggota kelompok, memberikan
kesempatan bagi anggota kelompok untuk berpendapat. Karena yang menjadi efekifitas dalam
pengendalian dan mengelola konflik adalah pemimpin yang dapat menggunakan
kekuasaannya secara tepat.
Contoh Stusi Kasus 2:
Kerjasama antara kantor jasa A dan B, dimana dengan melakukan kerjasama antara
dua kantor jasa tersebut dapat menimbulkan konflik. Penggabungan dua organisasi ini harus
diselaraskan supaya dapat meminimalisir perbedaan-perbedaan yang ada. Selain latar belakang
budaya berbeda, salah satu penyebab munculnya konflik karena perbedaan nilai yang menjadi
patokan setiap orang dalam berperilaku. Permasalahan dari sisi lain pun juga dapat dilihat dari
hasil wawancara informan yang berasal dari ex kantor B, yang tidak memungkiri adanya
konflik interpersonal dalam perusahaan mereka. Di dalam budaya yang baru itu, setiap
karyawan dituntut untuk memberikan performa, integritas yang baik kepada perusahaan.
Dengan cara tersebut karyawan lebih peduli pada penetapan visi dan misi perusahaan.
Sebelumnya, pada kantor jasa B sudah membuat sebuah program atas penggabungan
sistem kerja, pendidikan dan budaya, sehingga menjadi sebuah sistem yang baru dengan
mengkolaborasikan dua sistem kerja yang lama tanpa mengesampingkan salah satu sistem
kerja perusahaan yang lain. Namun setelah melakukan penggabungan kantor (kerjasama) dari
masing-masing karyawan kantor, baik karyawan kantor A ataupun B terjadi persaingan
karyawan yang ingin mendapatkan posisi kerja dengan level yang lebih tinggi. Konflik itu
wajar adanya, manusia memiliki karakter dan ego yang berbeda-beda. Inilah yang
menyebabkan sering terjadinya konflik, entah interpersonal maupun konflik lainnya.

C.Penyelesaian Studi Kasus


Penyelesaian Masalah Studi Kasus 1:
Konflik yang sudah terjadi bisa diselesaikan melalui perundingan. Cara ini dilakukan dengan
melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk menemukan suatu penyelesaian
maksimum yang menguntunngkan kedua belah pihak. Melalui perundingan kepentingan
bersama dipenuhi dan ditentukan penyelesaian yang paling memuaskan. Gaya perundingan
untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara:
a. Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapatkan suatu pengertian
b. Keterbukaan
c. Belajar empati, dengan melihat kondisi dan kecemasan orang lain sehingga didapatkan
pengertian mengenai orang lain
d. Mencari tema bersama, pihak-pihak yang erlibat dapat dibantu dengan cara mencari
tujuan-ujuan bersama
e. Menghasilkan alternatif, hal ini dilakukan dengan jalan mencari alernatif untuk
menyelesaikan persoalan yang diperselisihkan
f. Menanggapi berbagai alternatif, setelah ditemukan alternatif penyelesaian hendaknya
pihak-pihak yang terlibat dalam konflik mempelajari dan memberikan tanggapan
g. Mencari penyelesaian, sejumlah alternatif yang sudah dipelajari secara mendalam
dapat diperoleh suatu konsensus unuk menetapkan suatu penyelesaian
h. Membuka jalan buntu, dengan mengikutsertakan pihak ketiga yang berpengalaman
untuk menyelesaikan masalah
i. Mengikat diri kepada penyelesaian di dalam kelompok, setelah dihasilkan penyelesaian
yang disepakatim pihak yang terlibat dapat memperdebatkan dan mempertimbangkan
penyelesaian dan mengikatkan diri pada penyelesaian itu
j. Mengika seluruh kelompok, dengan penerimaan atas suatu penyelesaian dari pihak-
pihak yang terlibat konflik

Penyelesaian Masalah Studi Kasus 2:


Pada kantor jasa B manajemen konflik lebih memilih untuk meminimalisir konflik
yang ada, maka dari setiap divisi memilih cara untuk sering mengadakan pertemuan guna
mengakrabkan karyawan satu sama lain. Manajemen konflik lainnya adalah dengan
diadakannya Focus Group Discussion. Dalam Focus Group Discussion ini mengandung unsur
musyawarah dan mufakat juga, seperti pertemuan-pertemuan rutin yang diadakan guna
mencapai hasil yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Robbins & Judge (2008), konflik bersifat kontruktif ketika hal tersebut memperbaiki
kualitas keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong minat dan keinginahuan di
antara anggoa-anggota kelompok, menyediakan media atau sarana untuk mengungkapkan
masalah dan menurunkan ketegangan, serta menumbuhkan suasana yang mendorong evaluasi
diri dan perubahan. Konflik merupakan antidot untuk diskusi kelompok. Karena iu konflik
dapat mendorong diciptakan dan dikemukakannya ide-ide baru, mempromosikan peninjauan
ulang aas tujuan dan kegiatan kelompok, serta meningkatkan kemampuan kelompok itu untuk
menanggapi perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Endraswati, Hikmah. (2013). Studi Kelayakan Bisnis Islam. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Umar, Husein. (1997). Studi Kelayakan Bisnis Islam Edisi-2. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Jafar, Kasmir. (2003). Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.
L, Alfred. (2014). Pengantar Management. STAIN Salatiga.
Sumber Internet :
Harapah, Amalya Hanifah. “Aspek Manajemen Studi Kelayakan Bisnis”.
https://www.scribd.com/mobile/document/338992226/Aspek-Manajemen-Studi-Kelayakan-
Bisnis (diakses pada tanggal 2 Nopember 2017 pukul 09.23 p.m).
Kreben, Rinaldo. “Struktur Organisasi Berdasarkan Produk”.
http://longkok.blogspot.com/2012/02/struktur-organisasi-berdasarkan-produk.html
Indraswari. (2014). Manajemen Konflik di CIMB Niaga Cabang Yogyakarta. Jurnal Skripsi.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
DAFTAR KELOMPOK

No. Nama NPM Kelompok Leader


1. Yosua Ferdy Setiawan P. 08.2014.1.01605 7

2. Santi Budiasih 08.2014.1.01648 7 Yosua Ferdy


Setiawan P.
3. Dea Anisa Ramadhanti 08.2016.1.01713 7

Das könnte Ihnen auch gefallen