Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh :
Abstrak
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.......................................................... 3
D. Metode Analisis................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A. Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)................ 5
B. Penyerapan Tenaga Kerja UMKM.................................................... 7
C. Pengembangan UMKM Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi
Daerah............................................................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................ 14
A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ...............................................16
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara
berkembang pada umumnya mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan
pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata dinikmati oleh
masyarakat, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan
kemampuan antar daerah, dan menciptakan struktur perekonomian yang
seimbang. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan
ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan
dari pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi melibatkan sumber daya
manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan.
Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain
menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus
atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat
pengangguran. Adanya kesempatan kerja bagi penduduk akan memberikan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kuncoro, 2004).
Salah satu cara untuk memperluas penyerapan tenaga kerja adalah
melalui pengembangan sektor industri. Peranan industri dalam perekonomian
nasional maupun penyerapan tenaga kerja, tidak hanya industri-industri besar
namun juga industri kecil. Dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan peranan
industri kecil sangat dominan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan
adanya industri kecil dapat menampung tenaga kerja yang tidak terserap dan
tersisihkan dari persaingan kerja, karena umumnya industri kecil tidak
membutuhkan banyak klasifikasi untuk tenaga kerjanya.
Pertumbuhan ekonomi nasional sangat ditentukan oleh dinamika
perekonomian daerah, sedangkan perekonomian daerah pada umumnya
ditopang oleh kegiatan ekonomi berskala kecil dan menengah. Unit usaha
yang masuk dalam kategori Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
merupakan urat nadi perekonomian daerah dan nasional. Jumlah UMKM
1
mencapai sekitar 99% dari populasi unit usaha, serta menampung lebih dari
92% jumlah tenaga kerja. Dari tingkat pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
5,0 %, UMKM menyumbang laju pertumbuhan sekitar 3,0 %, lebih tinggi dari
pada laju pertumbuhan usaha besar. Dari data awal ini menunjukkan betapa
strategisnya pengembangan koperasi dan UMKM.
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha
yang tangguh di tengah krisis ekonomi. Saat ini sekitar 99% pelaku ekonomi
mayoritas adalah pelaku usaha UMKM yang terus tumbuh secara signifikan
dan menjadi sektor usaha yang mampu menjadi penopang stabilitas
perekonomian nasional. UMKM makin tahan banting dan tetap optimistis di
tengah krisis. Ketika terjadi krisis global pelaku UMKM tetap bergerak.
Pemerintah telah memberikan upayaupaya pemberdayaan berupa
kebijakan, program dan kegiatan untuk semakin menguatkan sektor UMKM
ini. Namun upaya pemberdayaan tersebut belum memberikan hasil yang
maksimal dan membawa daya ungkit (leverage) yang kuat bagi para pelaku
UMKM pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
Pada tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap penciptaan devisa
nasional. Melalui ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,75
triliun atau 28,49% yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp. 183,76 triliun
atau 20,17% dari total nilai ekspor non migas nasional (www.bps.go.id).
Selanjutnya pada tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap total PDB nasional
adalah sebesar Rp. 1.165,26 triliun atau 58,33%.
Kemudian pada tahun 2008, UMKM mampu menyerap tenaga kerja
sebesar 90.896.270 orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja yang
ada. Jumlah ini meningkat sebesar 2,43% atau 2.156.526 orang dibandingkan
tahun 2007. Perkembangan UMKM di Indonesia masih terhambat sejumlah
persoalan antara lainUMKM lemah dalam segi permodalan dan segi
manajerial (kemampuan manajemen, produksi, pemasaran dan sumber daya
manusia); serta masalah yang muncul dari pihak pengembang dan pembina
UMKM, misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran, tidak adanya
monitoring dan program yang tumpang tindih antar institusi.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan persoalan diatas maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah :
1. Bagaimanakah pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)?
2. Bagaimanakah penyerapan tenaga kerja UMKM?
3. Bagaimanakah pengembangan UMKM dalam upaya pemberdayaan
ekonomi daerah?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui
apakah pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat mengurangi tingkat
pengangguran.
D. Manfaat
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan perekonomian, secara teoritis yaitu hasil makalah ini dapat
dipergunakan sebagai bahan untuk memperluas wawasan dalam hal efektivitas
pengembangan UMKM untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, secara
praktis, hasil makalah ini akan bermanfaat bagi pelaku ekonomi UMKM,
efektivitas pengembangan UMKM untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan bagi peneliti, makalah ini memberikan pengetahuan yang
sangat berarti dalam memahami secara mendalam, serta memberikan
ketrampilan dalam melakukan analisis terhadap berbagai masalah yang
berkenaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
Adapun Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
antara lain:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang dan berkadilan;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan Kemampuan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah menjadi sistem usaha yang tangguh dan mandiri;
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
6
sebanyak itu, maka UMKM merupakan usaha yang padat tenaga kerja
dibanding usaha skala besar yang hanya menyerap 4% dari total angkatan
kerja.
Pekerja di sektor UMKM pada umumnya tidak memiliki skill dan
pendidikan yang tinggi. Dengan daya serap sektor UMKM terhadap suplai
angkatan kerja yang sangat besar dan memiliki fleksibilitas yang tinggi
terhadap ketersediaan kualitas tenaga kerjanya, maka UMKM diharapkan
dapat berperan mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan data, bahwa sektor UMKM
memiliki keunggulan komparatif dalam hal penyerapan tenaga kerja, maka
selain mensejahterakan pelakunya, maka UMKM memiliki peran terhadap
penyerapan tenaga kerja sehingga dapat membantu pemerintah dalam
mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Berdasarkan komdisi empiris di masa lalu, tidak bisa dipungkiri bahwa
UMKM telah menjadi usaha penyelamat yang cukup efektif ketika
perekonomian mengalami keterpurukan pada tahun 1997. Ketika banyak
terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga berpotensi menyumbang
naiknya angka pengangguran, maka UMKM menjadi media usaha yang
efektif untuk menyerap tenaga kerja yang baru terkena PHK. Sehingga dapat
dikatakan bahwa jika UMKM mengalami keterpurukan maka kondisi ini bisa
mengisyaratkan tingkat pengangguran akan semakin melambung tinggi dan
peningkatan angka kemiskinan menjadi tidak tertahan. Hal ini memberi
gambaran betapa UMKM sudah seharusnya memperoleh perhatian yang lebih
dari pemerintah.
7
hanya memerlukan kejelian membaca dan menciptakan peluang serta
kemauan untuk mewujudkan peluang tersebut.
Kontribusi UMKM terhadap perekonomian (PDRB) sebesar 57% atau
setara dengan Rp 600 trilyun, sedangkan tahun 2014 mencapai 54,98% dengan
nilai PDRB mencapai Rp 1.100 trilliun. Oleh karena itu, peningkatan di sektor
UMKM akan berdampak strategis terhadap percepatan kemajuan
perekonomian. Pelaku UMKM di sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(PHR) memberi sumbangan sebesar 31,43%, industri pengolahan sebesar
26,31%, dan sektor pertanian sebesar 14,87%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh perkembangan UMKM terhadap perekonomian sangat besar.
Sumbangan UMKM melebihi separo nilai PDRB.
Produk UMKM meliputi hasil olahan makanan dan minuman,
kerajinan, souvenier, mebel, dll. Produk olahan makanan dan minuman
merupakan jenis produk terbanyak yang dihasilkan oleh pelaku usaha UMKM.
Tenaga kerja yang terserap di bidang usaha olahan makanan dan minuman
juga relatif banyak. Dengan kata lain, produk olahan makanan dan minuman
merupakan komoditas unggulan UMKM. Namun demikian, akses produk
olahan makanan dan minuman UMKM masih sulit menembus ritel modern,
karena alasan kualitas dan standardisasi produk. Pada tahun 2010, produk
olahan makanan dan minuman oleh UMKM yang masuk ke ritel modern
hanya sebesar 7%, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 18%.
Harapannya, paling tidak sebesar 30% produk olahan makanan dan minuman
ini dapat masuk ke ritel modern.
Beberapa produk UMKM telah mampu menembus pasar ekspor.
Namun demikian, masih banyak produk UMKM yang dijual di pasar lokal
menghadapi tantangan persaingan yang semakin ketat, tidak hanya dengan
antar produk sejenis yang dihasilkan UMKM, tetapi juga persaingan dengan
produk yang berasal dari impor.
Selain keunggulan komparatif di atas, sektor UMKM juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya: keterbatasan input, permodalan, proses
8
produksi yang masih menggunakan tehnologi terbatas, pemasaran, kualitas
dan daya saing yang rendah. Oleh karena itu, pemerintah daerah provinsi
harus terus mendukung upaya pengembangan UMKM melalui pemberdayaan
di semua aspek serta menciptakan situasi bisnis dengan persaingan yang lebih
sehat. Kebijakan ekonomi pemerintah daerah diarahkan ke upaya-upaya yang
berpihak kepada pelaku usaha UMKM melalui pemberdayaan di semua aspek.
Menurut Ginandjar Kartasasmita (1996), pemberdayaan ekonomi
rakyat adalah “Upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk
mengembangkan potensi ekonomi rakyat untuk meningkatkan produktivitas
rakyat sehingga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di
sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktivitasnya”. Dari berbagai
pandangan mengenai konsep pemberdayaan, maka dapat disimpulkan, bahwa
pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor
produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan
masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan
masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang
harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri,
maupun aspek kebijakannya.
Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak terlepas dari
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Terkait
dengan pemberdayaan masyarakat dalam memperluas kesempatan kerja, maka
dipengaruhi salah satunya oleh kebijakan pengembangan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM). Pengembangan UMKM terutama Usaha Kecil
Menengah (UKM), memiliki potensi yang strategis dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, mengingat pertumbuhan dan aktifnya sektor riil
yang dijalankan oleh UKM mampu memberikan nilai tambah bagi
masyarakat, yaitu tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok UKM dapat menjadi penyeimbang
pemerataan dan penyerapan tenaga kerja. Berkaitan dengan upaya
9
pemberdayaan ekonomi masyarakat, maka beberapa kegiatan pokok yang
dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM terhadap UKM antara lain:
1. Program pengembangan sistem pendukung usaha UKM - Kegiatan pokok
10
2. Pemberdayaan usaha skala mikro - Kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan melalui program ini, yaitu:
a. Peningkatan kesempatan dalam berusaha dengan penyediaan
kemudahan dan pembinaan teknis manajemen dalam memulai usaha,
perlindungan usaha, tempat berusaha wirausaha baru, dan penyediaan
skim-skim pembiayaan alternatif untuk usaha;
b. Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan perkoperasian serta
fasilitasi pembentukan wadah koperasi di daerah kantong-kantong
kemiskinan;
c. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan LKM dan
KSP di sektor pertanian dan perdesaaan antara lain melalui
pembentukan sistem jaringan antar LKM dan antara LKM dan bank;
d. Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui pendekatan
klaster di sektor agribisnis dan agroindustri disertai pemberian
kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk dengan cara
meningkatkan kualitas koperasi sebagai wadah organisasi untuk
meningkatkan skala ekonomi usaha dan efisiensi kolektif;
e. Memfasilitasi sarana usaha bagi usaha skala mikro, yang berlokasi di
sekitar tenda-tenda penampungan, dan pasar darurat yang pelaksanaan
dikoordinasikan oleh Departemen Perdagangan;
f. Peningkatan kredit skala mikro dan kecil serta peningkatan kapasitas
dan jangkauan pelayanan KSP/USP;
g. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan pengusaha
mikro dan kecil. (Wayan Suarja, 2007).
Salah satu hal yang dapat mendukung berkembangnya
suatu UKM agar tercipta perekonomian yang kokoh adalah faktor modal.
Hingga saat ini faktor modal berupa kredit usaha masih diusahakan
pemerintah dan tercantum dalam kebijakannya. Seperti yang telah disebutkan
dalam kebijakan pemerintah di atas, pemerintah melakukan kegiatan pokok di
11
bidang permodalan di antaranya adalah memperluas, memperkuat, dan
memfasilitasi sumber-sumber pembiayaan serta meningkatkan kredit skala
mikro dan kecil. Dengan demikian, permodalan menjadi faktor yang penting
bagi kemajuan UKM dalam rangka menguatkan ekonomi nasional meskipun
dalam kenyataannya, beberapa pelaku UKM masih mengalami kesulitan
dalam memperoleh kredit tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah
Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan factor
terpenting dalam proses pembangunan.
1. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar Negara berkembang bertumpu kepada sumber daya
alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Sumber daya alam
yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut. 2. Faktor Ilmu Pengetahuan dan
2. Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola
kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-
mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada
akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
3. FaktorBudaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap
pembangunan ekonomi yang dilakukan. Faktor ini dapat berfungsi sebagai
pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga
menjadi penghambat pembangunan.
Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap
kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya
12
yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis,
egois, boros, KKN, dan sebagainya.
4. Sumber Daya Modal
Sumberdaya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. UMKM dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah.
Hal ini dapat dilihat dari omzet/ pendapatan per bulan seluruh
UMKM yang semakin berkembang dan maju. Omzet/pendapatan
seluruh UMKM yang diperoleh dari proses menjalankan usaha tiap
bulan membawa dampak positif terhadap peningkatan
kelangsungan hidup UMKM serta pendapatan daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa omzet/ pendapatan dari seluruh UMKM yang
ada menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan
perekonomian daerah.
b. Dengan munculnya UMKM di derah memberikan dampak positi
bagi upaya pengentasan kemiskinan melalui penyerapan tenaga
kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya penyerapan tenaga kerja
oleh seluruh UMKM. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja
berarti terjadi pengurangan terhadap tingkat pengangguran.
c. Dengan semakin banyak UMKM yang berdiri maka kebutuhan
akan tenaga kerja akan meningkat. Jika permintaan akan tenaga
kerja meningkat maka akan meningkat pula kesejahteraan
masyarakat melalui gaji/upah yang diterima. Hal ini berarti terjadi
pengurangan terhadap tingkat kemiskinan di derah. Sedangkan
penyerapan tenaga kerja oleh UMKM berdampak positif terhadap
pengurangan tingkat pengangguran.
B. Saran
Berdasarkan hasil pemabahasan dalam makalah ini maka penyusun
memberikan saran sebagai berikut:
1. UMKM adalah modal kekayaan daerah yang sangat berharga. Oleh karena
itu kelangsungan usaha UMKM ini hendaknya lebih diperhatikan oleh
14
pemerintah, terutama dalam hal pendanaan. Karena berdasarkan data
penelitian ini, UMKM mayoritas masih mengandalkan dana usaha dari
koperasi yang biasanya nominalnya kecil. Hanya 35% UMKM yang sudah
mendapatkan modal usaha dari bank. Untuk itu perlu dijalin kerja sama
antara pemerintah dengan UMKM dan pihak bank sebagai penyedia modal
agar UMKM semakin berkembang.
2. Perlu pembinaan-pembinaan terhadap UMKM yang ada oleh departemen
terkait agar UMKM dapat terus berkembang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Miller. J.C. dan J.N. Miller. 1991. Statistika Untuk Kimia Analistik. Bandung:
ITB.
16