Sie sind auf Seite 1von 4

Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kesatuan yang utuh dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang terdiri dari:


1. Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya atau periode anggaran untuk suatu
tahun tertentu, mulai dari 1 Januari – 31 Desember.
2. Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara
utuh dalam dokumen anggaran.
3. Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya.
4. Asas kesatuan, menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.
5. Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara, khususnya pengelolaan
keuangan negara harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
6. Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam pengelolaan
keuangan negara. Oleh karena itu, sumber daya manusia di bidang keuangan negara
harus profesional, baik di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di
lingkungan Pengguna Anggaran/Barang.
7. Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Penyelenggara Negara, serta teralokasinya sumber daya yang tersedia
secara proporsional terhadap hasil yang akan dicapai.
8. Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan
keuangan negara dalam setiap tahapannya, baik dalam perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggung-jawaban, maupun hasil
pemeriksaan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.
9. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, artinya
pemeriksaan atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah dilakukan
oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
APBN negara memiliki sifat luas, jangkauannya makro sehingga memiliki banyak fungsi
yang bisa di tinjau dari sisi mana pun. Berikut adalah ulasannya :

1. Fungsi alokasi
Dana yang ada dalam APBN bisa di pakai untuk mengatur dana yang ada dari seluruh
pendapatan negara pada pos pos belanjaan yang berguna untuk mengadakan barang-barang
serta berbagai jasa public yang sudah beroperasi. Selain itu juga berguna untuk pembiayaan
adanya pembangunan yang bersifat milik pemerintah

2. Fungsi distribusi
Berguna untuk mencapai sama rasa dan sama rata antar wilayah dan daerah, sehingga kelas
social dan geps antara rakyat satu dengan lainnya akan terkurangi. Selain itu, dana juga di
gunakan untuk kepentingan bersama seperti pembangunan sarana pemerintahan yang
nantinya akan kembali ke tangan rakyat dalam bentuk lain, misalnya subsidi, beasiswa, dana
pension, serta yang lainnya. Bentuk dana dari bagian ini akan bersifat seperti payment
transfer, yakni pengalihan pembiayaan yang berasal dari satu sector ke pada sector lainnya.

3. Fungsi stabilitas
Sedangkan di tinjau dari fungsi stabilitas negara, seperti ketika terjadi ketidak seimbangan
antara masyarakat yang bersifat ekstrem karena pengaruh globalisasi, maka pemerintahlah
yang akan menangani. Yakni dengan mengembalikan melalui intervensi sehingga keadaan
akan kembali ke posisi semula atau normal. Kemudian APBN dalam menjaga stabilitas juga
termasuk sebagai alat yang berguna untuk mencegah jika nantinya terjadi inflasi dan deflasi
negara yang tinggi.

4. Fungsi Regulasi
APBN yang sudah ada dan di laksanakan berguna sebagai alat yang mampu mendorong
kebutuhan ekonomi negara, yang mana dalam jangka akhirnya bisa meningkatkan
kemakmuran rakyat. Bagaimana caranya? Yakni dengan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang ada di dalam masyarakat.
5. Fungsi pengawasan
Dana APBN yang di jalankan oleh pemerintah juga berguna sebagai bentuk pengawasan. Hal
ini berkaitan dengan control pihak legislative pada pihak eksekutif mengenai dana yang di
gunakan karena banyak politik luar negeri Indonesia yang menggunakan APBN. Sebab jika
perhitungan dana yang keluar tidak sesuai dengan anggaran yang sudah di rencanakan, di
khawatirkan terjadi korupsi.

6. Fungsi perencanaan
Perencanaan yang berguna untuk mengatur dan merencanakan dana yang akan di gunakan ke
depannya. Rencana ini di gunakan pula sebagai acuan nantinya negara ke depan akan
berfokus pada bagian mana. Misalnya saja ingin lebih memajukan bagian pendidikan, maka
pemerintah bisa mencanangkan anggaran beasiswa lebih besar dari sebelumnya.

7. Fungsi otorisasi
Kewenangan pemerintah mengalokasikan sumber daya sesuai dengan apa yang sudah di
rencanakan saat tahun itu. Maka jika tahun 2015, pemerintah akan membuat anggaran dana
sesuai dengan tahun 2016, yang mana seluruh hak dan kewenangannya berdasarkan apa yang
sudah di tulis di APBN tahun 2016.

8. Pedoman pemerintah
Sedangkan dalam sisi menejemen, APBN yang sudah ada menjadi pedoman pemerintah
ketika hendak menyusun APBN untuk tahun ke depannya. Bagaimana yang di rasa harus di
kurangi sumber dananya, dan bagian mana yang sebaiknya mendapatkan perhatian khusus
jadi di lakukan penambahan dana. Pedoman ini di harapkan agar alokasi dana yang ada bisa
di tingkatkan efektifitasnya.

9. Tolak ukur pemerintah


Kemudian pemerintah bisa mengukur seberapa pas strategi dan kebijakan yang sudah di
ambil. Pengalokasian dana ini bisa menjadi barometer apakah sekiranya dana yang sudah di
anggarkan mendapatkan tempat yang sesuai dengan kebutuhan negara atau belum. Bisa juga
di rencanakan untuk tahun-tahun ke depannya agar lebih baik dan lebih maju.
Penggolongan pajak berdasarkan lembaga pemungutannya di Indonesia dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah.

A. PAJAK PUSAT
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Meterai
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P-3

B. PAJAK DAERAH
1. Pajak Propinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor ;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;
d. Pajak Air Permukaan;.
e. Pajak Rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir. h. Pajak Air Tanah
i. Pajak sarang Burung Walet j. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) perdesaan dan perkotaan
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)

Asas penyusunan dibagi 3,yatu:


 Kemandirian artinya pembelanjaan oleh Negara bertumpu pada kemamapuan
Negara,apabila penerimaan dalam negeri meningkat maka pinjaman luar negeri hanya
sebagai pelengkap.
 Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.
 Penajaman prioritas pembangunan artinya pembelanjaan dalam APBN harus
mengutamakan pembangunana disektor-sektor yang lebih bermanfaat.

Das könnte Ihnen auch gefallen