Sie sind auf Seite 1von 11

3.

KHAUF

A. Devinisi khauf
Secara etimologi, khauf berasal dari bahasa arab yang berarti
ketakutan. Dalam KBBI, khauf adalah kata benda yang memiliki arti
ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir sendiri merupakan kata
sifat yang bermakna takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang
belum diketahui dengan pasti. Sedangkan takut adalah kata sifat
yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi
sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Jadi khauf
berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang
belum diketahui dengan pasti.
Adapun secara terminologi, sebagaimana diuraikan dalam kamus
tasawuf, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada
Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau khawatir
kalau-kalau Allah tidak senang padanya. Khauf timbul karena
pengenalan dan cinta kepada Allah yang mendalam sehingga ia
merasa khawatir kalau Allah melupakannya atau takut kepada
siksa Allah.
Menurut Imam Qusyairy, “takut kepada Allah berarti takut terhadap
hokum-Nya.” Menurutnya khauf adalah masalah yang berkaitan
dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya
merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang dicintai sirna.
Dan realita demikian hanya terjadi di masa depan.
Menurut Sayyid Ahmad bin Zain al-Habsyi, “khauf adalah suatu
keadaan yang menggambarkan resahnya hati karena menunggu
sesuatu yang tidak disukai yang diyakini akan terjadi dikemudian
hari.”
Ibn Jalla’ berkata bahwa orang tidak dikatakan takut karena
menangis dan megusap air matanya, tetapi karena takut melakukan
sesuatu yang mengakibatkan ia disiksa karenanya.
Ibnu Khabiq berkata, “Makna khauf menurutku adalah berdasarkan
waktunya, yaitu takut yang tetap ada pada Allah saat ia dalam
keadaan aman.” Menurutnya, orang yang takut adalah seorang
yang lebih takut akan dirinya sendiri dari pada hal-hal yang
ditakutkan syaitan.
Imam Qonadi berkata, “Alamat dari pada khauf adalah ia tidak
menyakitkan dirinya dengan banyak angan.” Sebagian Arifin
berkata, “Alamat khauf yaitu beku dan layunya hati dari
kesenangan.”
Al-Falluji berpendapat bahwa khauf adalah suatu bentuk
kegelisahan ketika seseorang memperkirakan sesuatu yang ia
benci akan menimpanya.
Khauf berbeda dengan khasyyah dan haibah. Khauf merupakan
salah satu syarat iman dan hukum-hukumnya, khasyyah adalah
salah satu syarat pengetahuan, sedangkan haibah adalah salah
satu syarat pengetahuan makrifat. Khasyyah merupakan ketakutan
yang hanya diperuntukkan bagi Allah. Khasyyah adalah
kekhawatiran yang disertai pengagungan, dan biasanya itu terjadi
karena tahu dengan apa yang ia takutkan. Khasyyah lebih khusus
daripada khauf, karena khasyyah hanya dimiliki oleh orang alim
yang mengetahui Allah.
Haibah lebih tinggi lagi dari khasyyah, haibah berarti ketakutan
yang terhormat, ketakutan dalam menghadapi keagungan Allah.
Menurut Syekh Abu Ali ad-Daqqaq, ketiga ketakutan tersebut
merupakan tahapan khauf.
Sedangkan menurut Abu al-Qasim al-Hakim khauf ada dua jenis,
yaitu rahbah atau gentar dan khasyyah. Orang yang merasa gentar
mencari perlindungan dengan cara lari ketika takut, tetapi orang
yang merasa khasyyah akan berlindung kepada Allah.
Khasyyah di dalam al-Quran diantaranya disebutkan dalam surah
al-Bayyinah ayat 7-8 dan surah al-Nisa ayat 77.
Huzn (kesedihan), qabdh (kesempitan), insyaq (kecemasan), dan
kesyukuran adalah keadaan yang dinisbatkan kepada khauf.
Semua itu termasuk jenis-jenis khauf.
Sikap khauf tidak akan hilang dalam diri seorang mukmin, karena
apabila imannya kuat amalnya menjadi baik. Bahkan apabila iman
sudah makin sempurna dan amal makin baik, pasti khauf akan
semakin besar. Jika hati seseorang menyaksikan kedekatan dengan
Allah sebagai tuan yang penuh dengan kewibawaan, keagungan
(haibah) dan kekuasaannya, maka hal itu akan mendatangkan
perasaan takut (khauf) dan malu yang menggetarkan.
Menurut al-Tusi, Khauf terbagi menjadi tiga macam, khauf Ajillah,
khauf Ausat, dan khauf ‘Ammah. Khauf ajillah sebagaimana firman
Allah bahwa khauf disandingkan dengan iman
Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Said al-Kharraj, “Saya tidak
sepakat tentang makna khauf pada sebagian ahli makrifat,
merekapun memberi tahu bahwa mereka amat suka seandainya
melihat seorang yang tahu kedudukan khauf di hadapan Allah.” Ia
pun melanjutkan, “Sesungguhnya kebanyakan orang yang takut,
lebih takut atas dirinya sendiri dari pada Allah, takut itu pun bisa
menjadi syafaat dari siksa Allah yang ditakutinya dan akhirnya
beramal dengan ikhlas karena Allah.”

B. Hadist dan ayat al-qur’an

Khauf (takut), adalah cambuk Allah yang di gunakan memicu


hamba-hamba-Nya kepada ilmu dan amal, supaya mereka dekat
dengan Allah. Ia adalah ungkapan tentang sakit dan terbakarnya
hati, karna khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenagkan
di masa mendatang. Khauf-lah yang mampu menahan angota-
angota tubuh dari mengerjakan kemaksiatan dan mengikatnya
dengan ketaatan. Khauf yang lemah akan mendorong seseorang
untuk lalai dan berani mengerjakan dosa, sedangkan berlebih-
lebihan dalam khauf akan menyebabkan semaggat dan
keputusasaan. Khauf kepada Allah adakalanya karna ma’rifatullah
(mengetahui Allah), mengetahui sifat-sifat-Nya, serta mengeatahui
bahwa bila Allah inggin membinasakan seluruh alam, Dia tidak
akan peduli, dan tidak akan bisa di halangi oleh siapa pun,
adakalanya karna banyaknya kesalahan hamba, karna
mengerjakan maksiat, dan terkadang karna keduanya sekaligus,
pengetahuaannya tentang aib dan kekurangan dirinya serta
kebesaran Allah, dan Allah tidak mebutuhkan hamba, dan Allah
tidak akan ditanya tentang berbagai tindakan-Nya, sementara
manusia akan ditanya, sesua dengan kekuatan khaufnya.

Dengan demikkian, orang yang paling takut kepada Tuhannya


adalah orang yang paling tahu dengan dirinya dan Tuhannya. Oleh
karna itu, Rasulallah saw bersabda, ‘’Demi Allah, sungguh aku
adalah orang yang paling tahu dengan Allah dan paling takut
kepada-Nya.’’(HR.Bukhari dan Muslim)

Dikatakan kepada Imam Asy-Sya’bi’, ‘’Hai orang yang alim,’’ dia


menjawab, ‘’Orang yang alim adalah orang yang paling takut
kepada Allah. Ini berdasarkan pada firman Allah,

Oleh karna itu dikatakan, ‘’Orang yang takut bukanlah orang yang
menagis dan mengusap kedua matanya, tetapi maksudnya adalah
orang yang menigalkan apa yang dikhawatirkan akan
menjerumuskannya kepada siksaan.’’

Ditanyakan kepada Dzunnun Al-Misyari, ‘’Kapan seseorang


dikatakan takut?’’ Dia menjawab, ‘’Bila dia memposisikan dirinya
pada posisi orang sakit yang mengkhawatirkan lemahnya sakit.’’

Abu Al-Qasim Al-Hakim berpesan: bila di tanyakan kepada anda,


apakah anda takut kepada Allah, maka anda tidak perlu
menjawabnya, jika anda menjawabnya dengan ‘’Ya’’, anda sudah
berdusta dan jika anda menjawabnya dengan ‘’tidak’’ anda telah
kafir.’’

Khau akan membakar syahwat dan keinginan terhadap perkara-


perkara yang haram, sehingga kemaksatan demi kemaksiatan yang
dia cintai akan berubah menjadi sesuatu yang paling dia benci,
sebagaimana madu menjadi sesuatu yang di benci oleh seorang
yang menginginkannya, jika dia tahu di dalamnya terdapat racun.

Syahwat akan terbakar oleh rasa khauf, angota-angota tubuhnya


mepunyai tatakerama dan adab, di hatinya akan lahir kekhusyuan,
rasa hina dan rendah, dia akan di tinggalkan oleh kesombongan,
dendam, iri, dan dengki. Bahkan dia semakin fokus dan
konsenterasi, karna khaufnya dan perhatian kepada akibat dan
sangsinya, sehingga dia tidak lagi konsentrasi terhadap yang lain
dan tidak punya kesibukan selain muraqabah (merasa diawasi
Allah), muhasabah, mujahadah (sungguh-sungguh mengolah batin),
menghemat nafas dan pandangan, mengengkan nafsu berbagai
macam, langkah kaki dan perkataan lisa, keadaannya seperti
keadaan orang yang berada dalam cengkeraman kuku-kuku
binatang buas, dia tidak tahu, bebarapa detik saja dai lalai, maka
binatang buas itu akan memangsanya, atau dia akan emncoba
untuk mengalahkanya, dia pasti akan binasa diterkam binatang
buas. Lahir dan batinya selalu sibuk dengan apa yang
dikhawatirkanya dan tidak ada tempat dalam dirinya untuk
melakukan yang lain, inilah keadaan orang yang dikuasai oleh
rasa khauf.

Keutamaan Khauf

Untuk orang-orang yang takut, Allah Azza wa Jalla menghimpun


petunjuk, rahmat, ilmu, dan ridha. Firmana Allah,

‫ت َولَ َّما‬
ََ ‫س َك‬
َ َ‫عن‬
َ ‫سى‬
َ ‫ب ُمو‬ َ َ‫ح أ َ َخ َذَ الغ‬
َُ ‫ض‬ ََ ‫ِل َر ِِّب ِهمَ ُهمَ ِللَّذِينََ َو َرح َمةَ ُهدَى نُس َخ ِت َها َو ِفي األل َوا‬
ََ‫يَر َهبُون‬
‘’dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-
orang yang takut kepada Tuhannya.’’ (Al-A’raf:154)
َ ِ َّ‫ب الن‬
ََ‫اس َو ِمن‬ َِ ‫َللاَ يَخشَى ِإنَّ َما َكذَ ِلكََ أَل َوانُ َهُ ُمختَ ِلفَ َواألن َع‬
َِِّ ‫ام َوالد ََّوا‬ ََّ َ‫ن العُلَ َما َُء ِعبَا ِد َِه ِمن‬ ََّ َ‫َغفُورَ َع ِزيز‬
ََّ ‫َللاَ ِإ‬

‘’Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-


Nya, hanyalah ulama.’’(Fatir:28)
َُ ‫ي أَبَدا فِي َها خَا ِلدِينََ األن َه‬
َ‫ار ت َحتِ َها ِمنَ تَج ِري َعدنَ َجنَّاتَُ َربِِّ ِهمَ ِعن َدَ َجزَ اؤُ هُم‬ ََ ‫ض‬ ََّ َ‫ِي ِل َمنَ ذَ ِلكََ َعن َهُ َو َرضُوا َعن ُهم‬
ِ ‫َللاُ َر‬ ََ ‫َربَّ َه ُ َخش‬

‘’Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya.


Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya.’’(Al-Bayyinah:8)

Allah menganjurkan agar selalu merasa takut (khauf) dan


menjadikannya sebagai salah satu syarat iman. Allah swt
berfirman,
َ ‫شي‬
‫طانَُ ذَ ِل ُك َُم ِإنَّ َما‬ َُ ‫ون تَخَافُوهُمَ فَال أَو ِليَا َء َهُ يُ َخ ِّ ِو‬
َّ ‫ف ال‬ َِ ُ‫ُمؤ ِمنِينََ ُكنتُمَ ِإنَ َوخَاف‬

‘’tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang


beriman’’(Ali-Imran:175)

Oleh karna itu, seorang mukmin tidak mungkin terlepas dari rasa
takut (khauf) meskipun masih lemah, dan kelemahan kekhaufnya,
tergantung pada kelemahan ma’rifat dan imannya. Rasulallah
bersabda, ‘’Orang yang menagis karna takut kepada Allah tidak
akan masuk neraka, hingga susu kembali ke tetek atau
kambingnya’’.(HR.Tirmidz)

Fudhail bin Iyadh berpesan, ‘’Siapa yang takut kepada Allah, maka
rasa takut (khauf) akan membimbingnya kepada berbagai
kebaikan.’’

Asy-Syibli berkata, ‘’Setiapkali aku takut kepada Allah, pasti aku


melihat sebuah pintu hikmah dan pelajaran.’’
Yahya bin Mu’adz berkata, ‘’Setiap orang mukmin yang
mengerjakan kemaksiatan, ia pasti akan mensikapinya dengan dua
cara: takut pada siksaan dan berharap ampunan.’’

Dalil-dali Khauf

Allah berfirman,

َ‫ُمش ِفقُونََ َر ِبِّ ِهمَ خَشيَ َِة ِمنَ ُهمَ الَّذِينََ ِإ َّن‬
ََ‫ت ُهمَ َوالَّذِين‬ َِ ‫يُؤ ِمنُونََ َر ِبِّ ِهمَ ِبآيَا‬
ََ‫يُش ِر ُكونََ ال ِب َر ِبِّ ِهمَ ُهمَ َوالَّذِين‬
ََ‫اجعُونََ َر ِبِّ ِهمَ ِإلَى أَنَّ ُهمَ َو ِجلَةَ َوقُلُوبُ ُهمَ آتَوا َما يُؤتُونََ َوالَّذِين‬
ِ ‫َر‬
َ‫عونََ أُولَئِ َك‬
ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬ َِ ‫سابِقُونََ لَ َها َو ُهمَ الخَي َرا‬
َ ُ‫ت ِفي ي‬ َ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena
takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman
dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak
mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera
untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang
yang segera memperolehnya. (Al-Mu’minun:57-61)
Tirmidz meriwayatkan dalam Jami-nya dari Aisyah ra bahwa dia
menceritakan,

‘’Aku menyai Rasulallah saw tentang ayat ini : Aapakah mereka


orang-orang yang meminum khamar, berbuat zinah, dan
melakukan pencurian?’’ Beliau menjawab, ‘’Tidak,, wahai putri ash-
shiddiq, tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat,
bersedekah, dan takut kalau amal mereka tidak diterima, mereka
itulah yang bersegera dalam kebaikan.’’

Abu Dzar menceritakan, dia berkata,

‘’Rasulallah saw membaca surah, ‘ Bukankah telah datang kepada


manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu merupakan
sesuatu yang dapat disebut Al-Insan:1-31….sampai akhir ayat.’
Rasulallah bersabda, ‘ Aku melihat sesuatu yang kamu lihat dan
mendengar sesuatu yang tidak kamu dengar: langit berteriak dan
dia memang pantas berteriak, di dalamnya setiap tempat yang
berjarak empat jari pasti didiami seorang malaikat yang
meletakkan dahinya bersujud kepada Allah, demi Allah, sekiranya
kamu melihat apa yang aku lihat tentu kamu akan sedikit tertawa
dan banyak menagis; tidak akan bersenag-senag dengan wanita
diatas kasur, dan tentu kamu akan pergi kejalanan untuk
merendahkan diri kepada Allah dan sungguh aku sangat ingin
menjadi sebatang pohon yang ditebang’’. (Shahih, tetapi Bukhari
tidak mengeluarkannya selain, ‘’Sekiranya kamu melihat apa yang
aku lihat tentu kamu akan sedikit tertawa dan banyak menagis’’
dalam Ar-Riqaq,XI/319 dan lainnya)

Maksud hadis diatas adalah: Andai kalian mengetahui apa yang


aku ketahuai berupa kebesaran Allah Azza wa Jalla dan azab-Nya
terhadap orang yang durhaka, kalian pasti akan menagis, sedih
dan takut akan apa yang menantimu dan kamu tidak akan perah
tertawa, kecuali sedikit (dalam kalimat ‘’sedikit tertawa’’) berarti
tidak ada, dan ia disimpulkan dari susunan kalimat.
Aisyah ra menceritakan, bila cuaca berubah dan angin mulai
bertiup, maka Rasulallah akan mundar-mandir dalam kamar dan
keluar masuk, semua itu adalah karna takut kepada azab Allah.’’
(HR.Bukhari)

Abdullah bin Syukhair berkata, ‘’Bila Rasulallah mulai shahlat,


maka akan terdengarlah dari dadanya suara seperti suara air yang
mendidih.’’(HR.Nasa’i, Abu Daud dan Tirmidz).

Siapa yang merenugkan keadaan para sahabat ra dan orang-orang


shaleh sesudah mereka dari generasi salaf umat ini, tentu dia akan
mendapati mereka paling serius dalam beramal dan paling takut
amal mereka tidak diterima, sementara kita, tanpa terkecuali,
menghimpun keteledoran dan kelalaian, bahkan perasaan aman
sekaligus. Misalnya Ash-Shiddiq ra berkata, ‘’Sungguh, aku sangat
senag jika aku menjadi sehelai rambut di tubuh seorang hamba
mukmin.’’ Jika mengerjakan shalat beliau seolah seperti sebatang
pohon, karna sking takutnya kepada Allah Azza wa Jalla. Uamar
bin Khatab ra membaca surah Ath-Thur hingga sampai

ََ َ‫عذ‬
ََّ ‫اب ِإ‬
ayat, ‫ن‬ ََ ِ‫َل َواقِعَ َرب‬
َ ‫ِّك‬
‘’Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi’’.(Ath-Thur:7)

Dia menagis dan tangisannya semakin menjadi-jadi hingga jatuh


sakit dan orang-orang membesuknya, dia berkata kepada putranya
sa’at sekarat, ‘’Celaka, letakan pipiku di tanah, siapa kiranay Allah
akan menurunkan Rahmat-Nya kepadaku.’’ Kemudia dia
menambahkan, ‘’Crlaka, jika Allah tidak mengampuniku hingga tiga
kali.’’ Lalu menghembuskan nafas yang terakhir. Sebelum itu beliau
membacakan ayat yang sama dalam wirid malamnya untuk
membuatnya takut, sesudah itu beliau tidak pernah keluar rumah
beberapa hari, hingga orang-orang menyangka bahwa dia sedang
sakit, ternyata di wajahnya ada dua garis hitam karna saking
seringnya menagis.
Ibnu Abbas berkata kepadanya, ‘’Allah telah mendirikan banyak
kota melalui dirimu, dan menaklukan banyak negeri dengan
tanganmu.’’ Dia menjawab, ‘’Sungguh aku sangat senag bila aku
selamat tanpa pahala maupun dosa.’’

Utsman bin Affan ra jika berdiri didekat kuburan dia menagis


hingga jengotnya basah, lalu berkata, ‘’Jika aku ada diantara surga
dan neraka dan aku tidak tahu kemana akan pergi, pasti aku akan
memilih menjadi debu sebelum aku tahu kemana aku akan
digiring.’’

Abu Darda ra. Berkata, ‘’Jika kamu mengetahui apa yang akan
kamu temui sesudah mati, pasti kamu tidak akan dapat menikmati
enaknya makanan, tidak akan merasakan enaknya minuman untuk
selama-lamanya, kamu tidak akan mesuk rumah untuk berteduh,
dan tentu kamu akan pergi kebukit-bukit sambil memukul dada dan
menagisi dirimu, dan sungguh aku ingin menjadi sebatang pohon
yang dipotong yang dimakan buahnya.’’

Bagian bawah mata Ibnu Abbas ra seperti tali sendal yang usang
karna bekas aliar air matanya.

Sesudah salam dalam shalat subuh dengan raut muka penuh


kesedihan sembari membalikan tangan, ‘Ali bin Abi Thalib berkata,
‘’Sungguh aku telah menyaksikan sahabat-sahabat Rasulallah,
namun sekarang aku tidak melihat sesuatu pun yang menyerupai
mereka, dulu mereka bangun tidur dengan rambut acak-acakkan,
wajah berdebu, dan diantara mata mereka ada seperti persendian
paha kambing, karna sebelum itu mereka menghabiskan malam
untuk bersujud dan ruku serta membaca kitab Allah dan
mempergilirkan dahi dan kaki mereka, dan jika bangun, mereka
mengigat Allah dalam keadaan miring seperti miringnya pohon
dihari bertiupnya angin kencang, mata mereka mencucurkan air
mata hingga membasahi pakaian, demi Allah, orang-orang
sekarang menghabiskan malam mereka untuk hal-hal yang
melalaikan.’’ Kemudia dia berdiri dan setelah itu tidak lagi pernah
terlihat tertawa hingga dibunuh oleh Ibnu Muljam dengan ditusuk.

Musa bin Mas’ud berkata, ‘’Bilamana kami duduk di Majlis Sufyan


seolah neraka mengepung kami, karna menyaksikan ketakutan dan
kesedihannya.’’

Ada seorang yang menggambarkan Hasan dengan mengatakan,


‘’Jika datang, Hasan seakan baru saja selesai mengubur sahabat
karibnya, jika duduk, seolah dia tawanan perintah pemengal
kepala, dan jika membicarakan neraka, seakan dia tidak tercipta
kecuali hanya untuknya.’’

Diriwayatkan, Zurarah bin Abi Auf menjadi imam shalat subuh, dia
jatuh pingsan dan meniggal ketika membaca firman Allah,

ِ ُ‫النَّاق‬
‫ورَ ِفي نُ ِق َرَ فَإِذَا‬
َ‫عسِيرَ يَومَ يَو َمئِ َذ فَذَ ِل َك‬
َ
‘’Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu
(datangnya) hari yang sulit.’’(Al-Muddatstsir:8-9)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, dia berpesan,


‘’Menagislah, jika tidak bisa mengis, maka berusahalah (pura-pura)
menagis, demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, jika salah
seorang diantara kalian mengetahui, pasti dia akan berteriak
sehabis suara, dan tentu dia akan shalat hingga patah tulang
shulbinya.’’

Das könnte Ihnen auch gefallen