Sie sind auf Seite 1von 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan
status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan
posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 60 % pelayanan
rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.

Menurut Mugiarti (2016) Pelayanan rumah sakit adalah pelayanan


keperawatan yang dalam pengelolaan pelayanan keperawatan harus
mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh karena pelayanan
keperawatan menentukan baik buruknya citra rumah sakit. Untuk
mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan visi
dan misi rumah sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang
merupakan suatu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan organisasi. Di dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan
manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pelayanan keperawatan merupakan faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit yang berfokus pada

1
komponen 5M (Man, Money, Material, Method, Machine). Oleh karena itu
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
seoptimal mungkin.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
bagaiman konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi
pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga
keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata
nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan
adanya manajemen yang baik.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut
untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan
yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan
manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat
ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang
harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Sistem pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di
RS PKU Muhammadiyah Sruweng berdasarkan Metode Moduler, Metode
moduler yaitu metoda modifikasi keperawatan tim-primer, yang dicoba
untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui
penugasan modular.Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners).
Anggota memberikan asuhan keperawatan dibawah pengarahan dari
pimpinan Modulnya,Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan
keperawatan terhadap 8-12 pasien, aktifitas tim sebagai suatu kesatuan
mempunyai pandangan yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien.
Keuntungan dari metode ini adalah:
1) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok

2
2) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif
3) Membaiknya kontinyuitas dan koordinasi asuhan
4) Meningkatnya kepuasaan pasien
5) Biaya efektif
Kerugian dari metode ini adalah:
1) Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi
pasien yang tidak diharapkan
2) Dierlukan pengalaman dan ketrampilan ketua tim
3) Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat
Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial peserta didik
keperawatan selain mendapatkan materi manajemen keperawatan juga
melakukan praktek langsung di lapangan. Mahasiswa Program Profesi
Ners, melakukan praktek Stase Manajemen Keperawatan di RS PKU
Muhammadiyah Sruweng untuk mengaplikasikan manajemen
keperawatan dengan arahan pembimbing lapangan dan pembimbing
akademik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti program profesi stase managemen keperawatan
selama 1 bulan di ruang Chamdani B RS PKU Muhammadiyah
Sruweng, diharapkan mahasiswa mampu mengelola pelayanan dan
asuhan keperawatan serta bimbingan praktik klinik keperawatan
diruang rawat inap dengan menggunakan ketrampilan manajemen dan
kepemimpinan dalam keperawatan, untuk dapat mencapai pelayanan
dan asuhan serta bimbingan praktik klinik keperawatan yang
profesional dan berkualitas tinggi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti program profesi stase managemen keperawatan
mahasiswa diharapkan mampu :

3
Melaksanakan praktik manajemen dalam keperawatan di ruang
rawat inap yang meliputi aspek pelayanan dan asuhan serta bimbingan
praktik klinik keperawatan.
a) Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data
masalah dalam pengorganisasian asuhan keperawatan
b) Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
c) Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
d) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di
ruangan
e) Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan
f) Mengidentifikasi masalah yang terjadi
g) Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah
h) Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan
i) Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Mahasiswa Ners Stikes Muhammadiyah Gombong melaksanakan
praktek keperawatan manajemen di ruang Chamdani B dengan waktu
pelaksanaan dimulai pada 12 November 2018 sampai dengan 08
Desember 2018.

D. Metodologi / Cara Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk
identifikasi masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh semua mahasiswa profesi Ners Stikes
Muhammadiyah Gombong untuk memperoleh data kondisi fisik
ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan yang langsung
dilakukan ke pasien.

4
2. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh mahasiswa profesi Ners Stikes
Muhammadiyah Gombong kepada kepala ruangan, perawat primer dan
perawat pelaksana untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi
pasien baru dan pelayanan pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa profesi Ners Stikes
Muhammadiyah Gombong untuk pengumpulan data mengenai
karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan,
manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket yang dibagikan oleh mahasiswa kepada perawat untuk
mengetahui kepuasan kerja dan angket untuk pasien yang digunakan
untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan,
penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model Praktik
Keperawatan Profesional.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Asuhan Keperawatan


Manajemen merupakan proses bekerja dengan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan
pengorganisasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan melalui
kerja orang lain, yang mencerminkan keharmonisan organisasi. Arah
yang harus dicapai ditetapkan melalui misi, filosofi dan tujuan
organisasi. Proses managemen meliputi kegiatan mencapai tujuan
organisasi melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian sumber-sumber daya manusia, fisis dan teknologi.
Managemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen
operasional yang merencanakan, mengatur dan mengarahkan
karyawan untuk memberikan pelayanan keperawatan dengan baik
pada pasien, dengan memerlukan suatu standar yang akan digunakan
baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut.
1. Pengertian Manajemen

Manajemen keperawatan menurut Nursalam ( 2002 ) merupakan


suatu pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan
dikelola dengan menjalankan empat fungsi menajemen antara lain
perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.kekempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan
keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang
mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan
berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan dimasa depan, karena tuntutan profesi
dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan

6
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi.

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem


terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan
interaksi yang dipengaruhi oleh lingkungan. Sistem tersebut terdiri
dari enam elemen yaitu input, lingkungan, proses, output, control, dan
umpan balik ( feedback mechanism ).

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,


personel, peralatan, metode dan fasilitas. Proses dalam manajemen
keperawatan adalah kelompok menejer dari tingkat pengelola tertinggi
sampai terendah, yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian , pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh tenaga keperawatan. Output adalah hasil asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset. Control yang digunakan dalam proses
manajemen asuhan keperawatan termasuk budget dari bagian
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang
terstandar dan akreditasi. Mekanisme umpan balik berupa laporan
finasial, audit keperawatan serta survey kendali mutu.

Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain :


memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk
pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien,
dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawtan, memuaskan
bagi pasien dan tenaga keperawatan, serta aspek sosial dan ekonomi,
budaya dan agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik.

7
2. Fungsi Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses


keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, atau evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal
dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat
menentukan setepat mungkin dengan berdasar pada pengalaman
masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan
kesehatan di masa mendatang. (Marquis dan Huston, 2010).

a. Fungsi Perencanaan (planning)


Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan
yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana,
kapan dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi
dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan
pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu
kepada kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan
mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata
dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka
perencanaan yang matang sangat membantu dalam upaya
melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam

8
perjalanan kegiatan usaha keluaran yang tidak diharapkan.
Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa
kehilangan waktu dan efisiensi.
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai
bagaimanalangkah-langkah dari profesi keperawatan
dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana
mencapaitujuan.

Model perencanaan meliputi:


a. Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengauhi oleh
masalah dan kondisi yang ada.
b. Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan
dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan atau
perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan
dengan pekembangan masalah.
c. Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah
pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan
ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas, tedapat
pembatasan waktu perencanaan berlangsung, terdapat
indikator pencapaian target, risiko dan ketidakpastian jelas.
d. Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang
sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan

9
merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi
pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.

Perencanaan berdasarkan periode meliputi:


a. Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam
minggu atau bulan)
b. Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu
tahun)
c. Perencanaan jangka panjang (periode tahun
mendatang)
b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas


untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok
manager dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal,
yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi
(Swansburg, 2000).
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur
formal paling sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan
ukuran tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang
besar kemungkinan untuk berkembang melalui proses
evolusioner karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan dan jumlah pekerja yang mengerjakannya
ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan ke dalam tugas
khusus dan untuk mengatur pekerja yang terikat dalam tugas
yang sama ke dalam kelompok yang jelas menurut definisi
pekerja yang logis.
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masing-

10
masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi
pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
d. Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
e. Mengatur dan mengendalikan logistik unit
f. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
g. Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di
tempat kepada ketua tim
h. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
i. Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
j. Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Fungsi Pengarahan ( actuating)
Menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja.
Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah tetapi
harus dengan kesadaran sendiri dan termotivasi.
d. Fungsi Pengendalian (controlling)
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai
sesuai dengan rencana. Pengendalian juga berfungsi agar
kesalahan dapat segera diperbaiki.

11
3. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan,
pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan
penetapan struktur organisasi.Selama proses perencanaan, yang
dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah
menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi
dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji
sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada
dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya.
b. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan
waktu yang efektif.
c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang
efektif.
f. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan
arah dan pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan
organisasi.
g. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

4. Komponen Manajemen Keperawatan


a. Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personil, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengawasan

12
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga
mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
c. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d. Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai
upaya meningkatkan kualitas hasil. Kontrol dalam manajemen
keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran
yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuat
prosedur yang sesuai standard akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil
dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan
balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.

13
B. Sistem Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP))
1. Pengertian
Sistem MPKP merupakan suatu sistem (struktur,proses dan nilai
nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Ratna Sitorus & Yuli,
2006
Lima (50 elemen sub sistem MPKP :
a. Nilai –nilai profesional
Nilai ilai profesional yaitu meliputi:
1) Nilai intelektual
2) Nilai komitmen moral
3) Otonomi,kendali dan tanggung gugat.
b. Pendekatan Manajemen
Pendekatan maanajemen MPKP meliputi:
1) Bantuan manajemen meliputi
- Ketenagaan
- Fasilitas/alat
- Standar asuhan dan
- SOP
- Pedoman
- Kebijakan RS
2) Proses manajemen meliputi :
- Planning
- Organizing
- Staffing
- Directing
- Controling

14
C. Jenis Metode dalam pemberian asuhan keperawatan
Metode dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu
pengorganisasian kegiatan untuk memudahkan pembagian tugas sesuai
pengetahuan ,ketrampilan dan kebutuhan pasien,metode askep didesain
untuk mewujudkan askep berkualitas,aman,efektif dan efisien dan juga
merefleksikan falsafah organisasi ,struktur,pola ketenagaan,populasi
pasien, dan sumber datya RS.
Perkembangan sistem pemberi asuhan keperawatan yaitu abad ke
19 (1880)pertama kali yaitu metoda kasus yang kemudian
dikembangkan lagi menjadi metode fungsional untuk mengatasi
kekurangan tenaga pada tahun 1970 dikembangkan lagi menjadi
metode tim dan yang terakhir dikembangkan lagi menjadi metode
primer dan metode modular (TIM-Primer) masing masing metode ada
kekurangan dan kelebihanya. Berikut macam macam metoda asuhan
keperawatan :

1. Metoda Kasus/ Total Care


Metode kasus merupakan sistem pemberian dimana seorang
perawat profesional memberikan asuhan keperawatan langsung
kepada sejumlah pasien sewaktu dia bertugas.Dasar pemikiran
metoda ini adalah seorang perawat profesional paling siap untuk
melaksanakan semua asuhan keperawatan yang diperlukan
pasien,Metoda kasus ini biasa digunakan pada unit perawatan yang
memerlukan keahlian kaperawatan pada tingkat ahli, seperti pada
unit perawatan kritis atau ruang pemulihan setelah anastesi
Keuntungan:
a. Pasien mendapat asuhan keperawatan secara holistik dan terus
menerus oleh ahlinya.
b. Komunikasi antar perawat pasien dan dokter dengan anggota
staf lainya berlangsung terus menerus
c. Perawat mendapat kepuasan karena dapat melakukan semua
yang menjadi wewenangnya

15
Kerugian:
a. Perawat profesional banyak menghabiskan waktu untuk
melaksanakan tugas yang dapat dilakukan orang yang tidak
trampil.
b. Perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak dapat terlaksana
karena kurangnya waktu
c. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat tidak akurat karena
kurangny akomunikasi
d. Asuhan keperawatan tidak terkoordinasi dari shif ke shif atau
hari kehari karena perubahan dalam penugasan
e. Tidak ada seorangpun perawat yang bertanggungjwab
mengkoordinasikan asuhan selama 24 jam.

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Gambar 2.5 Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Manajemen Kasus


(Nursalam, 2002)

16
2. Metoda Fungsional
Dilakukan pada kelompok besar pelayanan keperawatan, dibagi
menurut tugas (menyuntik,membagi,obat ,membaluy,dll) metoda
ini juga menekan kan metoda menejemn klasik,pembagian tugas
jelas dan pengawasan lebih mudah.Semua prosedur ditentukan
dengan standar,Perawat senior menyibukan diri dengan tuga
smanajerial.Askep pasien diserahkan kepada perawat yunior,tidak
memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat ,askep
terpenggal penggal menurut tugas /tindakan,cara kerja yang
monoton dan diawasi,berorientasi pada tugas ,askep tidak
profesional.

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


2) Merawat Merawat
pengobatan Pengobatan
3) Penyakit Penyakit
Dalam Dalam

Pasien/ Keluarga

Gambar 2.2 Sistem Asuhan Keperawatan


“Functional Nursing”(Nursalam, 2002)
Keuntungan:
a. Trampil untuk tugas tertentu
b. Mudah memperoleh “kepuasan kerja”tugas selesai
c. Kekurangan staf ahli dapat diganti dengan perawat
terampilyang segera dapat dilatih

17
d. Memudahkan peserta didik ynag belajar ketrampilan
Kerugian:
a. Yankep terpilah pilah
b. Proses keperawatan sulit dilaksanakn
c. Selesai tugas perawat cenderung melakukan tugas non
keperawatan
d. Perawat hanya melihat tugas sbgai ketrampilan semata
3. Metoda Keperawatan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim atau
grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu
Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksana proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan :
Komunikasi antar tim terbentuk terutama dalam bentuk konfrensif,
tim yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien 18Pasien Pasien


Gambar 2.3 Sistem Asuhan Keperawatan “Team Nursing” (Nursalam, 2002)
Konsep metode Tim :
a. Ketua tim sebagi perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai tehnik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c. Memberikan laporan
d. Tanggung jawab ketua tim :
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruangan:
a. Perencanaan
1) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi,
dan persiapan pulang bersama ketua tim

19
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan atau penjadwalan
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
dan tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan :
a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan
c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, menagtur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di
tempat, kepada ketua tim

20
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Identifikasimasalah dan cara penanganan
12) Pengarahan
13) Memberi pengarahan tentang penugasan ketua tim
14) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
15) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
16) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien
17) Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
18) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim

c. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien
2) Melalui supervisi:
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki
atau mengawasi kelemahan-kelamahan yang ada saat itu
juga
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
c) Evaluasi

21
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
d) Audit keperawatan
4. Metoda Keperawatan Primer
Metode penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit
Kelebihan :
1) Bersifat kontinuitas dan konfrehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan
rumah sakit
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer :
1) Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Keterlibatan pasien dan keluarga
Tugas perawat primer :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

22
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala perawat atau bangsal dalam metode primer
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusunjadwal dinas dan memberipenjelasan pada perawat
asisten
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi
Ketenagaan metode primer :
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side.
2) Beban kasus pasien 4-6 orang perawat untuk satu perawat.
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
non profesional sebagai perawat asisten.

Kepala Ruangan
Dokter Sarana Rumah Sakit

Perawat Primer

Pasien/klien

Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Jika diperlukan (Harian)
(Siang) (Malam) (Siang)
23
Gambar 2.4 Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Keperawatan
Primer (Nursalam, 2002)
5.Metoda Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani semua kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya.
Kelebihannya:
1) Perawat lebih memahami kasu perkasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak yang mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Gambar 2.5 Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Manajemen Kasus


(Nursalam, 2002)

24
5.Metoda Moduler
Metoda moduler yaitu metoda modifikasi keperawatan tim-primer,yang
dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui
penugasan modular.Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners)
anngota memberikan asuhan keperawatan dibawah pengarahan dari
pimpinan modulnya.Idealnya 2-3 perawat memberikan
asuhankeperawtan terhadap 8-12 pasien ,aktifitas tim sebagi suatu
kesatuan yang mempunyai pandangan yag holistik terhadap setiap
kebutuhan pasien:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terprakmentasi pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi dari kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat
yang ada dirumah sakit sebagian besar adalah lulusan SPK maka
akan mendapat bimbingan dari perawat primer / ketua tim ketua tim
tentang asuhan keperawatan.
Peran kepala ruangan:
1) Mefasilitasi pelaksanann pemberian asuhan keperawatan pasien
2) Memberikan motivasi pada staf perawat
3) Mengevaluasi kinerja perawat
4) Menyediakan material
5) Perencanaan, pengawasan pengarahan
Perawat primer:
1) Membuat perencanaan askep
2) Mengadakan tindakan kolaborasi
3) Memimpin timbang terima

25
4) Mendelegasikan kasus
5) Memimpin ronde keperawaaatan
6) Mengevaluasi pemberian askep
7) Bertanggung jawab terhadap pasien
8) Memberi petunjuk jika pasien akan pulang
9) Memimpin timbang terima
10) Mengisi resume keperawatan
Perawat associate
1) Memberikan askep
2) Mengikuti timbang terima
3) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan

Kepala Ruangan

PN 1 PN 2 PN 3 PN 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

Gambar 2.6 Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Keperawatan Primer


(Nursalam, 2002)

26
1. Ketenagaan keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan atau rumah sakit,
ditetapkan berdasarkan derajat ketergantunagan klien yang ditetapkan
dengan mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan
klien dalam satu bulan. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui rata-rata
jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan (minimal, intermediet
dan total). Kemudian jumlah perawat ditentukan dengan rumus Douglas
(1985) atau Loveridge & Cummings (1996).
a. Metode perhitungan tenaga
Beberapa metode untuk menentukan kebutuhan kualifikasi tenaga
perawat :
1) Metode Rasio (Peraturan Menkes RI . No. 262 / Menkes Per / VII /
1979) dalam Ilyas (2000).
Menggunakan jumlah tempat tidur dengan tenaga yang diperlukan.
Metode ini hanya dapat diketahui jumlah tenaga secara total, tidak
dapat mengetahui jumlah kebutuhan dan kualifikasi dan setiap
bagian yang dibutuhkan.

Metode Rasio Tempat Tidur dan Personel Rumah Sakit


Tipe RS TM : TT TPN : TT TNP : TT T.non :
TT
A dan B 1 : (4-7) (3-4) : 2 1 :3 1:1
C 1:9 1:1 1:5 3:4
D 1 : 15 1:2 1:6 2:3
Khusus Disesuaikan
TM = Tenaga Medis
TPN = Tenaga Paramedis Perawatan
TNPN = Tenaga Non Paramedis Perawatan
T NON P = Tenaga Non Perawatan
TT = Tempat Tidur

27
2) Metode Douglas (1975)
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam
adalah tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti
dalam tabel berikut:
Sistem Klasifikasi Pasien menurut Metode Douglas

Shift
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Self care 0,17 0,14 0,10
Intermediate care 0,27 0,15 0,07
Total care 0,36 0,30 0,20

Derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan berdasarkan


kriteria sebagai berikut:
Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam, dengan
kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan, minum dilakukan sendiri.
c. Ambulasi dengan pengawasan.
d. Observasi tanda – tanda vital dilakukan tiap shift.
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Intermediate memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan – minum dibantu.
b. Observasi tanda – tanda vital.
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
d. Folley kateter, intake output dicatat.
e. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24
jam dengan kriteria:
a. Segala diberikan atau dibantu.
b. Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap 2 jam.

28
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena .
d. Menggunakan Suction.
e. Gelisah/ disorientasi
3) Standar ketenagaan keperawatan (perawat dan bidan) menurut
Direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI
(2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-
masing Rumah Sakit.
Model pendekatan yang digunakan untuk rawat inap adalah :
1) Berdasarkan klasifikasi klien, cara penghitungan :
(a) Tingkat ketergantungan klien berdasarkan jenis kasus.
(b) Rata-rata jumlah klien / hari.
(c) Jam perawatan yang diperlukan / hari / klien.
(d) Jam perawatan yang diperlukan / ruangan / hari.
(e) Jam kerja efektif setiap perawat / 7 jam / hari.
Rumus :
Jumlah jam perawatan = Tenaga yang dibutuhkan
Jam kerja efektif / shift
perhitungan jumlah tenaga yang dibutuhkan perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan :
(a) Hari libur / cuti / hari besar (loss day)
𝐿𝑜𝑠𝑠屽𝑎𝑦
jumlah hari minggu / tahun + cuti + hari besar
=
jumlah hari kerja efektif
× jml perawat

(b) Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas


non profesi keperawatan (Non Nursing Jobs) diperkirakan
25 % dari jam pelayanan keperawatan.
Rumus :

29
栣𝑜𝑛 𝑁𝑢𝑟𝑠𝑖𝑛𝑔 𝐽𝑜𝑏𝑠
(jumlah tenaga keperawatan + 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑑𝑎𝑦) X 25
=
100
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi (loss
day + Non nursing jobs)
2) Berdasarkan derajat ketergantungan klien.
Klien dikategorikan dalam beberapa kategori yang didasarkan
pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan meliputi :
(a) Asuhan keperawatan minimal.
(b) Asuhan keperawatan sedang.
(c) Asuhan keperawatan agak berat.
(d) Asuhan keperawatan maksimal.

Sistem Klasifikasi Pasien Menurut Standar Ketenagaan


Keperawatan Depkes RI

Kategori Rata-rata jumlah jam perawatan


Askep minimal 2
Askep sedang 3,08
Askep agak berat 4,15
Askep maksimal 6, 16
Rumus :
Jumlah jam perawatan ruangan / hari = jumlah tenaga dibutuhkan
Untuk penghitungan jumlah tenaga harus ditambah (faktor koreksi)
1. Loss day.
2. Non nursing jobs.
Rumus sama seperti pada perhitungan klasifikasi klien.
4) Metode Gillies
(a) Perawatan langsung
Perawatan langsung adalah bentuk pelayanan yang diberikan
oleh perawat yang ada hubungannya dengan kebutuhan fisik,
psikologis dan spiritual. Berdasarkan derajat ketergantungan

30
pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok yaitu:
(1) Self care dibutuhkan ½ X 4 jam = 2 jam
(2) Partial care dibutuhkan ¾ X 4 jam = 3 jam
(3) Total care dibutuhkan 1-1 ½ X 4 jam= 4jam
(4) Intensive care dibutuhkan 2 X 4 jam = 8 jam
(b) Perawatan tak langsung
Meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana keperawatan,
menyiapkan dan memasang alat, konsultasi dengan tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan klien, melaporkan
kondisi pasien. Dari hasil penelitian di rumah sakit Detroit
dibutuhkan waktu 38 menit / pasien (Gillies, 1989), sedangkan
di rumah sakit Jhon Hopkin dibutuhkan 60 menit / pasien
(Gillies, 1994), menurut Young (Gillies, 1989) dibutuhkan 60
menit / pasien.
(c) Pendidikan kesehatan
Meliputi aktivitas pengobatan serta tindak lanjut pengobatan.
Menurut Meyer dalam Gillies (1994) waktu yang dibutuhkan
adalah 15 menit/hari/pasien. Dengan menggunakan system
klasifikasi pasien.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Jumlah tenaga perawat
A × B × 365 hari
=
(365 – hari libur) X jam kerja / hari
A = jumlah jam perawatan yang diperlukan setiap
pasien/hari.
B = rata-rata sensus harian pasien.
128= hari libur.
365 = jumlah hari kerja selama setahun.

31
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah faktor koreksi 20% (untuk antisipasi
kekurangan/cadangan).

A. Standar Prosedur Operasional (SPO)


Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan tugas rumah sakit adalah melaksanakan uapaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya
rujukan.
Keperawatan di Indonesia di masa depan dan sampai saat ini masih
berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka aakan
terjadi beberapa perubahan dalam aspek keperawatan, yaitu, penataan
pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan,
pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk
perkembangan keperawatan. Pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan,
evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan. Management merupakan suatu
keperawatan yang dinamik dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di
organisasi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan mutu keperawatan
adalah dengan cara menyusun standar prosedur operasional (SPO) dan
disesuaikan dengan perkembangan ilmu keperawatan. Standar prosedur
opresional adalah tatacara yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu
yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat penampilan tertentu sehingga kegiatan
diselesaikan efektif, efisien (Depkes RI,2014). Standar prosedur opresional
adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Standar prosedur operasional adalah tatacara atau tahapan yang

32
dibakukan dan yang bharus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu (Perry dan Potter, 2015)

1. Tujuan Standar Prosedur Operasional


Menurut Depkes RI (2014), tujuan standar Prosedur Operasional antara
lain:
a. Mengetahui dan menjelaskan peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
b. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
atau pegawai terkait
c. Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas atau pegawai dari
malpraktik atau kesalahan admisnistrasi lainnya
d. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan duplikasi dan
infesiensi
e. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kerja
f. Meminimalkan kegagalan, kesalahan dan kelalaian
g. Parameter untuk menilai mutu kinerja
h. Memastikan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif
i. Menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
j. Mengarahkan pendomentasian yang adekuat dan akurat

2. Fungsi standar prosedur operasional


a. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
b. Mengetahui dengan jelas hambatan dan mudah dilacak
c. Mengarahkan staf agar sama sama disiplin dalam bekerja
d. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
e. Memperlancar tugas petugas atau pegawai dalam tim atau unit kerja
f. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan

3. Prinsip penyusunan Standar Oprerasional antara lain :


a. Bentuk tim penyusunan SPO
b. Pertimbangkan prosedur dalam kesatuan yang utuh
c. Susun SPO sebelum melaksanakan kerja baru

33
d. Tinjau kepustakaan dan informasi yang relevan
e. Minta masukan dari staf/petugas terkait
f. Tetapkan SPO sebagai pedoman
g. Tetapkan hasil yang diharapkan
h. Buat daftar peralatan dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan
i. Tetapkan siapa yang berwenang melaksanakan prosedur
j. Tetapkan indikasi dan kontraindikasi prosedur dan resiko yang di
waspadai
k. Susun langkah-langkah berdasarkan logika untuk proses kerja efektif
efesien dan aman
l. Buat sistem penomoran
m. Tulis SPO dengan bahasa yang mudah, kata-kata pendek,sederhana,
bahasa positif, tidak bermakna ganda
n. Buat bagan atau alur mekanisme
o. Uji coba SPO
p. Sempurnakan setelah uji coba
q. Bakukan oleh pimpinan
r. Sosialisasikan
s. Revisi sesuai kebutuhan dan iptek

4. Langkah-langkah menyusun standar prosedur operasional


a. Menentukan judul : yaitu judul dari SPO
b. Menjelaskan pengertian judul : merupakan pengertian dari judul SPO
c. Rumuskan tujuan : yaitu yujuan yang diharapkan bila SPO dilakukan
dengan benar
d. Menentukan kebijakan : yaitu hal-hal yang mendasari suatu suatu SPO
yang dijadikan referensi, dasar kebijakan baik lokal maupun nasional,
serta kesepakatan yang telah dilegalitas
e. Menentukan persiapan : yaitu fasilitas alat bahan yang harus tersedia
untuk melakukan proses (meliputi jenis, jumlah serta spesifikasinya)
f. Membuat alitran proses : merupakan urutan-urutan prosedur yang
rumit dan rinci, meliputi :

34
1) Pra interaksi yaitu suatu kegiatan yang herus dilakukan sebelum
terintegrasi dengan pasien meliputi ceking dokumen dan klarifikasi
2) Interkasi yaitu suatu kegiatan yang dilakukan sebelum berinteraksi
dengan pasien meliputi : orientasi, kerja, terminasi
3) Post interaksi yaitu kegiatan yang dilakukan setelah selesai
berinteraksi dengan pasien
g. Menentukan unit terkait : yaitu bagian lain dari bagian pelaku prosedur
yang berkaitan, dan harus ada agar SPO bisa dilaksanakan dengan
tepat dan benar
h. Dianjurkan untuk membuat bagan-bagan agar dapat memberikan
gambaran lengkap.

35

Das könnte Ihnen auch gefallen