Sie sind auf Seite 1von 4

DEFINISI

Tari Joged Bumbung adalah salah satu tarian tradisional Bali yang diiringi dengan
musik gamelan. Meskipun tradisional, tarian ini tidak sama dengan tarian Bali lainnya yang
biasa digunakan untuk ritual keagamaan, tetapi untuk hiburan. Joged Bumbung merupakan
kesenian yang ditarikan oleh para petani Bali zaman dahulu ketika jam istirahat untuk melepas
lelah. Sekarang Joged Bumbung merupakan tari pergaulan di Bali dimana biasanya
dipentaskan dalam acara-acara sosial kemasyarakatan di Bali, seperti acara pernikahan. Tarian
ini ditarikan oleh penari wanita, yang kemudian mencari pasangan pria dari para penonton
untuk diajak menari bersama (ngibing). Tarian ini biasanya diiringi dengan seperangkat musik
dari bambu.
Sementara dari filosofi namanya, Joged Bumbung dibagi kedalam 2 kata yaitu joged
dan bumbung. Joged berarti “goyang atau gerakan” semengtara bumbung adalah sebuah alat
ataupun benda yang terb uat dari potongan bambu. Jadi Joged Bumbung bisa diartikan sebagai
sebuah gerakan tari dengan musik pengiringnya terbuat dari potongan-potongan bambu yang
dibentuk sedemikian rupa hingga menghasilkan seperangkat alat musik ataupun gamelan
dengan nada dasar salendro.
Tari ini memiliki pola gerak yang agak bebas, lincah dan dinamis, yang diambil dari
Legong maupun Kekebyaran dan dibawakan secara improvisatif. Tarian ini juga membutuhkan
kelincahan gerak tubuh dan mata dari penarinya, dengan sesekali penarinya bergoyang ala
dangdut.
Dalam babad bali, Joged Bumbung termasuk dalam drama tari yang pertama kali
muncul di Bali Utara dan kini Joged Bumbung dapat dijumpai hampir di semua desa dan
merupakan jenis tari joged yang paling populer di Bali. Joged Bumbung merupakan tarian
bersifat partisipatif, dengan mengajak penonton menari bersama. Joged ini merupakan joged
fenomenal yang sangat dikenal oleh masyarakat Bali. Mengandung tiga unsur yaitu etika,
logika dan estetika.
KARAKTERISTIK
Tari joged ini merupakan tarian berpasangan, laki-laki dan perempuan dengan
mengundang partisipasi penonton. Semua tari Joged (kecuali Joged Pingitan yang memakai
lakon Calonarang), selalu ada bagian paibing-ibingannya yaitu tarian bermesraan. Tarian ini
diiringi dengan gamelan Tingklik bambu berlaras Slendro yang disebut Grantang atau Gamelan
Gegrantangan.
Penari Joged tersebut pada awal penampilannya menari sendiri yang disebut
ngalembur. Setelah bagian tarian tersebut dilakukan, si penari mencari seorang pasangannya
seorang laki-laki. Salah seoarang penonton laki-laki dihampiri oleh si penari, dan laki-laki itu
kemudian diajaknya menari bersama-sama atau ngibing. Si penari berganti-ganti pasangan
yang dia ambil dari penonton yang dipilihnya, terus- menerus seperti itu sampai batas waktu
pentas yang disepakati. Bahkan dewasa ini pagelaran Joged Bumbung dikomersilkan dengan
sistem “kupon”, jadi yang ingin mendapat giliran menari harus mengantri sesuai urutan kupon
yang telah dibeli.
SEJARAH
Tarian ini muncul pada tahun 1946 di Bali Utara dan kini Joged Bumbung dapat
dijumpai hampir di semua desa dan merupakan jernis tari joged yang paling populer di Bali.
Tari ini memiliki gerakan yang lincah dan dinamis dan dibawakan secara improvisatif,
biasanya dipentaskan pada acara-acara pernikahan, perayaan hari besar Hindu, hari besar
Nasional, nyambut gawe, di tempat-tempat pariwisata dan sebagainya. Tarian ini merupakan
tari berpasangan dengan mengundang penonton untuk berpartisipasi. Tarian ini biasanya
diiringi oleh instrumen gamelan dari bambu yang dinamakan “Gerantang” atau
“Gegerantangan”.
Dulu Joged Bumbung merupakan tari pergaulan yang hanya berkembang di daerah
agraris. Mereka menanggap joged saat usai panen, pesta perkawinan atau saat hari ulang tahun
sekeha truna truni. Maka tak heran Joged Bumbung kala itu hanya berkembang di daerah
Tabanan Bali yang merupakan lumbung padinya Bali. Kemudian sejarah terciptanya Joged
Bumbung di Buleleng diawali dengan pementasan tarian oleh sekelompok petani di Desa
Lokapaksa. Diiringi seperangkat gamelan dari bambu yang dikenal dengan sebutan “ting klik”,
mereka mengisi waktu luang di tengah keletihan mengolah lahan sawah dengan menampilkan
sebuah tarian sederhana. Meski digarap dengan sederhana, nyatanya tarian tersebut mampu
menghibur para petani kala itu. Beranjak dari Desa Kalopaksa kesenian ini kemudian
berkembang ke beberapa desa lain di Kabupaten Buleleng dan kabupaten-kabupaten lain di
provinsi Bali hingga membentuk sekaa-sekaa (kelompok) joged.
Tarian ini juga dianggap berasal dari pengaruh tari gandrung yang diawali oleh
pengaruh tarian gandrung dari Banyuwangi yang kala itu masuk ke Bali karena dibawa oleh
hulu balang kerajaan Mengwi yang konon menguasai kerajaan di bagian timur Jawa itu. Di
Bali tari gandrung tidak melibatkan penari perempuan tapi penari pria. Selama lebih dari 20
tahun sejak tahun 1930 tari gandrung itu merajai seluruh ranah hiburan di Bali kala itu, sampai
seniman di Bali menciptakan tari Joged Bumbung yang kostumnya mirip penari gandrung tapi
melibatkan penari wanita.
Joged Bumbung begitu melekat pada masyarakat Bali karena memiliki aspek hiburan
yang sangat tinggi. Antusiasme masyarakat terhadap kesenian ini sangatlah besar khususnya
para remaja yang sedang masuk masa pubertas. Masyarakat berbondong-bondong jika ada
suatu pertunjukan Joged Bumbung di sekitar tempat tinggal mereka. Oleh karena itu pagelaran
Joged Bumbung tidak pernah sepi dengan penonton. Hampir semua orang di Bali pernah ikut
memeriahkan perhelatan Joged Bumbung tersebut.
Seiring dengan teknologi yang semakin maju, tarian ini semakin jarang dipentaskan,
karena masyarakat saat ini sudah disuguhkan dengan sarana hiburan yang berasal dari
kemajuan teknologi, misalnya : televisi, dvd, parabola, dan lain-lain. Belakangan ini, tari Joged
Bumbung hanya dipentaskan di hotel-hotel, untuk menghibur dan memperkenalkan tarian Bali
kepada para tamu yang menginap di hotel tersebut.
ALAT MUSIK PENGIRING
Gamelan Joged Bumbung adalah sebuah barungan gamelan yang dipergunakan untuk
mengiringi tari joget bumbung, sebuah tarian sosial di bali, dimana seorang penari wanita
berhiaskan sejenis legong menjawat seorang penonton untuk di ajak menari. Gamelan Joged
Bumbung disebut juga gamelan grantangan, karena pokok-pokok instrumennya adalah
grantang yaitu gender yang terbuat dari bambu, berbentuk bumbung dan memakai laras
selendro lima nada. Larasnya serupa dengan gamelan gender wayang.
Intrumentasi:
1. Grantang (empat sampai delapan buah ) yang terdiri dari empat grantang gede dan
empat grantang kecil, berfungsi sebagai pembawa melodi pokok, dimainkan dengan
dua tangan mempunyai tekhnik pukulan sejenis gender wayang dengan memakai polos
dan sangsih.
2. Kempor dibuat dari besi atau kerawang. Bentuknya seperti jegogan didalam gamelan
gong, berbilah dua (nada yang sama ngumbang dan ngisep) berfungsi sebagai finalis
didalam lagu-lagu Joged Bumbung, menggantikan gong gede didalam gamelan gong.
3. Kempli, sebuah instrument pembawa matra. Bentuk kettle ( atau gong kecil )
4. Klenang, sejenis kajar, berfungsi sebagai penombal kajar.
5. Rincik adalah ceng-ceng kecil yang berfungsi untuk memperkaya ritme didalam
gamelan Joged Bumbung.
6. Kendang satu buah berfungsi untuk pemurba irama, pengatur tinggi rendah dan cepat
lambatnya dari lagu-lagu Joged Bumbung.
7. Suling empat buah, yang berfungsi untuk memaniskan dan memainkan lagu-lagu.
JENIS
Di lihat dari jenisnya ada beberapa jenis tarian joged di antaranya joged Gebyog, joged
pudengan, joged gandrung, joged pingitan dan Joged Bumbung itu sendiri. Dari beberapa jenis
tarian joged tersebut di atas gerakan tari yang di peragakan hampir memiliki kesamaan dan
yang membedakannya hanya terletak pada musik pengiring dan juga busana yang di pakainya.
Gerakan gerakan yang di tampilkan pada Joged Bumbung juga mengikuti pakem
ataupun gerak tari sebagaimana yang di jumpai pada jenis tarian klasik misalnya saja ada yang
di istilahkan ngleyog, ngleyer, mapah dan lain sebagainya hanya saja dalam setiap
pertunjukannya terdapat perbedaan dalam penterjemahannya.
UNESCO
Sembilan tari asal Bali yang terbagi dalam tiga genre ditetapkan sebagai Warisan
Budaya Dunia Tak Benda oleh UNESCO dalam Sidang ke-10 Komite Warisan Budaya Tak
Benda di Windhoek, Namibia, Rabu 2 Desember 2015. Tari-tarian Bali digolongkan sebagai
tarian sakral, semi-sakral, dan tarian untuk hiburan massal. Dimasukkannya tari-tarian
tradisional Bali ke dalam daftar tersebut merupakan bentuk pengakuan dunia internasional
terhadap arti penting budaya tersebut, dimana salah satu tarian Bali tersebut adalah tari Joged
Bumbung

Das könnte Ihnen auch gefallen