Sie sind auf Seite 1von 25

INTERNATIONAL ACCOUNTING

Session 8 – corporate social reporting


• CSR (Corporate Social Responsibility) : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa
tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada
• Manfaat CSR bagi masyarakat
1. Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan.
2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
• Manfaat CSR bagi perusahaan
1. Meningkatkan citra perusahaan.
2. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
3. Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.

• Corporate Sosial Reporting :

1. Informasi dampak sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi untuk kepentingan
kelompok tertentu dalam masyarakat dan untuk masyarakat luas.

2. Alat yang sangat berguna bagi perusahaan dalam mengungkapan aktivitas sosialnya di dalam
laporan keuangan.

• Tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :

1. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan untuk mempertahankan biasanya secara implisit,
asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.

2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kotrak sosial diantara
organnisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya
akuntabilitas sosial.

3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya memberikan


informasi kepada investor.

• Teori yang Mendukung Laporan Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan

1. Legitimacy Theory : Organisasi akan secara continue dalam beroperasi sesuai dengan batas-
batas dan nilai yang diterima oleh masyarakat di sekitar perusahaan untuk medapatkan
legitimasi. Norma perusahaan selalu berubah mengikuti perubahan dari waktu ke waktu
shingga perusahaan harus mengikuti perkembangannya.

2. Stakeholders Theory : Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan
sendiri, namun harus memberikan manfaat kepada seluruh stakeholdernya (pemegang
saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Teori ini
memiliki yaitu terletak pada fokus teori tersebut yang hanya tertuju pada cara-cara yang
digunakan perusahaan dalam mengatur stakeholder-nya.

• Laporan Keuangan Dalam Akuntansi Internasional

Perkembangan sistem pengungkapan sangat berhubungan dengan perkembangan sistem


akuntansi. Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber :
1. keuangan
2. sistem hukum
3. ikatan politik dan ekonomi
4. tingkat pembangunan ekonomi
5. tingkat pendidikan
6. budaya

• Sustainability Report : Laporan tentang pencapaian perusahaan dalam perpaduan aspek profit
(economic), people (social) & lingkungan (enviroment) dengan porsi masing-masing yang ideal.
Sehingga selain mendapat keuntungan secara ekonomi, perusahaan dituntut pula untuk
berkonstribusi positif bagi sosial dan lingkungan disekitarnya

• Tujuan Sustainability Report :


1. Perusahaan menyertakan misi peduli lingkungan
2. Perusahaan menyertakan misi peduli sosial
3. Dapat meningkatkan image perusahaan tersebut
4. Dapat membantu proses marketing perusahaan tersebut

• Bagaimana Mengatur CSR di Tingkat International?


Pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization) sebagai induk

organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk


tim
(working group) yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk CSR yang diberi nama ISO
26000: Guidance Standard on Social Responsibility.

• PEMBENTUKAN ISO 26000

• ISO 26000

Dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas SR yang berkembang saat
ini dengan cara:
1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya;

2. Menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan


yang efektif; dan

3. Memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk


kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.

• ISO 26000, Mencakup 7 isu pokok yaitu:


1. Pengembangan Masyarakat
2. Konsumen
3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak asasi manusia
7. Organizational Governance (governance organisasi)
• Faktor yang Mendorong Praktik CSR pada MNC (Multi National Company)

1. Cultural Factor : Hofstede menyusun dimensi kultural untuk memudahkan memahami


kultur di dunia.
 Individualism and Collectivism : MNC yang beroperasi di wilayah bersifat
individualism, tidak terlalu dituntut untuk memaksimalkan CSR-nya.
 Power Distance : Wilayah yang memiliki power distance tinggi, lebih terbuka
dalam aspek sosial dan lingkungan.
 Uncertainty Avoidance : MNC yang beroperasi di wilayah dengan menghindari
ketidakpastian tinggi, cenderung lebih sulit memenuhi tuntutan sosial dan
lingkungannya.

2. Cultural Systems : Pendekatan culture system memudahkan pemahaman hubungan


antara budaya di tempat asal MNC dengan pengaruh global.

3. Non-Govermental Organization : Interaksi MNC dan NGO (Non-Governmental


Organizations), hampir sama penting dengan relasi MNC dan investornya. NGO sangat
menuntut MNC menjadi warga negara yang baik.

4. Laws and Regulations : Ketidakpatuhan dan pelanggaran hukum akan mengundang sanksi
dan mempengaruhi citra MNC di negara tersebut

5. Global Standards and Codes of Conduct : OECD Guideliness, Global Compact PBB, dan
Sullivan Principles. Untuk standar yang lebih spesifik tersedia SA8000, CERES Principles,
Accountability 1000, OHSAS 18001, ISO 14001,dan sebagainya.

6. National and Regional Standards : Perbedaan tata nilai ini kadangkala telah dinyatakan
dalam standar kode etik, namun di tempat lain belum.

7. The State of Responsible Competitiveness : Menurut Al Gore, tingkat responsible


competitiveness di suatu wilayah turut mendorong perusahaan menerapkan CSR, melalui
tuntutan stakeholder atas CSR suatu MNC di wilayah tersebut.

• Global Reporting initiative (GRI)


1. organisasi nirlaba berbasis jaringan,
2. kegiatannya melibatkan ribuan tenaga profesional dan
3. organisasi dari beragam sektor, konstituen, dan wilayah.
Tujuan pedoman pelaporan keberlanjutan GRI

Pedoman Pelaporan Keberlanjutan GRI (Pedoman) menyediakan Prinsip-prinsip Pelaporan,


Pengungkapan Standar, dan Panduan Penerapan untuk penyusunan laporan keberlanjutan oleh
organisasi, apa pun ukuran, sektor, atau lokasinya.
• Pedoman pelaporan berkelanjutan, pedoman ini disajikan dalam dua bagian:
1. Prinsip-prinsip Pelaporan dan Pengungkapan Standar
2. Panduan Penerapan

• Langkah-langkah untuk menyusun laporan berkelanjutan


1. Dapatkan Gambaran Menyeluruh
 Baca Prinsip-prinsip Pelaporan dan Pengungkapan Standar
 Baca Definisi Istilah-istilah Penting

2. Tentukan Opsi Untuk Pilihan “Sesuai”

Pedoman ini menawarkan dua opsi bagi suatu organisasi untuk menyusun laporan
keberlanjutan yang ‘sesuai’ dengan Pedoman. Dua opsi tersebut adalah Inti dan
Komprehensif. Opsi ini menunjukkan bahwa konten yang akan disajikan dalam laporan yang
akan disusun adalah ‘sesuai’ dengan Pedoman.
3. Siapkan Untuk Menyajikan Pengungkapan Standar Umum
 Identifikasi Pengungkapan Standar Umum yang dibutuhkan untuk opsi ‘sesuai’
yang dipilih
 Pastikan apakah terdapat Pengungkapan Standar Umum yang berlaku untuk
sektor organisasi.
4. Siapkan Untuk Menyajikan Standar Khusus
 Pengungkapan Standar Khusus adalah Pengungkapan mengenai Pendekatan
Manajemen (Disclosure on Management Approach- DMA) dan Indikator-indikator.
 Identifikasi DMA dan Indikator yang terkait dengan Aspek Material
 Periksa apakah terdapat Aspek dan Pengungkapan Standar Khusus yang berlaku
untuk sektor organisasi tertentu.
5. Susun Laporan Keberlanjutan
 Sajikan informasi yang telah dipersiapkan
 Pelaporan elektronik atau berbasis web dan cetakan merupakan media yang
sesuai untuk pelaporan.

Session 10 – International Taxation


International Taxation : keseluruhan kaedah baik yang berdasarkan traktat, konvensi, dan prinsip
hukum pajak yang diterima negara-negara dunia, maupun kaedah-kaedah nasional yang objeknya
adalah pengenaan pajak yang mengandung adanya unsur-unsur asing, yang dapat menimbulkan
bentrokan hukum antara dua negara atau lebih.

• Tujuan Kebijakan Perpajakan Internasional : Untuk memajukan perdagangan antar negara,


mendorong laju investasi di masing-masing negara, pemerintah berusaha untuk meminimalkan pajak
yang menghambat perdagangan dan investasi tersebut. Salah satu upaya untuk meminimalkan beban
tersebut adalah dengan melakukan penghindaraan pajak berganda internasional.

• Sumber-sumber Hukum Pajak International


• Untuk menghindari pajak berganda
• Untuk mengatur perlakuan fiskal terhadap orang asing
• Untuk mengatur mengenai laba Badan Usaha Tetap (BUT)
• Untuk memberantas penyelundupan pajak
• Untuk menetapkan tarif

Type of Taxes and Taxes Rate


1. INCOME TAXES (PAJAK ATAS PENGHASILAN)

Pajak penghasilan dikenal sebagai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 atau PPh 25 adalah pajak
yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak
penghasilan bisa diberlakukan progresif, proporsional, atau regresif.

SUBJEK PAJAK (Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008), sebagai berikut:


a. Subjek pajak pribadi
b. Subjek pajak harta warisan belum dibagi
c. Subjek pajak badan
d. Bentuk usaha tetap

a. Badan perwakilan negara asing.

b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama
mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
c. Organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat
Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut tidak melakukan kegiatan
usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF.

d. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri


keuangan dengan syarat bukan warga negara indonesia dan tidak memperoleh penghasilan
dari Indonesia.

OBJEK PAJAK

Objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun.

2. TAXES HAVEN

Secara umum tax havens didefinisikan sebagai suatu negara atau wilayah yang mengenakan pajak
rendah atau sama sekali tidak mengenakan pajak dan menyediakan tempat yang aman bagi simpanan
untuk menarik modal masuk.

OECD memberi tiga ciri tax havens yaitu menerapkan tarif pajak rendah atau bebas pajak,
lack of transparency, dan lack of effective exchange of information. Manfaat tax heaven:
a. peluang diversifikasi investasi,
b. strategi menangguhkan beban pajak,
c. perlindungan asset yang kuat,
d. hasil investasi bebas pajak

Siapa saja yang dikategorikan "Tax Havens"?


Menurut IMF, setidaknya diidentifikasi 60 teritori suaka pajak. Tujuh tax havens terbaik

(Hoyt: 2007) adalah Switzerland, Liechtenstein, Austria, Panama, Saint Kitts and Nevis, Belize,
HongKong. Sedangkan 11 tax havens terbaik untuk melindungi asset (Hadnum: 2011) adalah Jersey
(Channel Island / European Mediterania), Liechtenstein, The Cayman Island, St Kitt Nevis, Panama,
Gilbatar, Isle of Man, Bermuda, Bahamas, Austria, New Zealand.
3. Withholding Tax

Dalam sistem Withholding Tax, pihak ketiga (bukan fiskus, bukan WP) diberikan kepercayaan
untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan
kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara.

Manfaat

Dapat meningkatkan kepatuhan secara sukarela karena pembayar pajak secara tidak
langsung telah membayar pajaknya.

Pengumpulan pajak secara otomatis bagi pemerintah tanpa mengeluarkan biaya.

Meningkatkan penerimaan pajak (optimalisasi perluasan objek pajak)

Kekurangan

Withholding Tax ini menimbulkan beban pemenuhan kewajiban perpajakan (cost of compliance),
yaitu misalnya :
• beban administrasi,
• beban sanksi administrasi kalau terlambat memotong dan/atau menyetorkan,
• tidak/belum memotong pajaknya pihak lain.

4. Tax Planning Strategy

Tax Planning merupakan rangkaian strategi untuk mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan
untuk meminimalkan kewajiban perpajakan dengan cara–cara yang tidak melanggar peraturan
perpajakan. Tujuan pokok dari tax planning adalah untuk mengurangi jumlah atau total pajak yang
harus dibayar oleh wajib pajak.
Strategi dalam tax planning
• Tax Saving, upaya untuk mengefisiensikan beban pajak melalui pemilihan alternative
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah.
• Tax Avoidance, upaya mengefisiensikan beban pajak dengan cara menghindari pengenaan
pajak dengan mengarahkannya pada transaksi yang bukan objek pajak.
• Penundaan Pembayaran Pajak, dapat dilakukan tanpa melanggar peraturan.
• Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan, wajib pajak seringkali kurang mendapat
informasi mengenai pembayaran yang dapat dikreditkan.
• Menghindari Pemeriksaan Pajak dengan cara Menghindari Lebih Bayar, mengajukan
pengurangan pembayaran.
• Menghindari Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan, menguasai peraturan perpajakan.

5. Value Added Tax (PPN)

PPN atau Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak tidak langsung untuk disetor oleh pihak
lain (pedagang) yang bukan merupakan penanggung pajak (konsumen akhir).
Objek PPN

a) Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha
b) Impor Barang Kena Pajak

c) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean

Contoh yang tidak terkena PPN


a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
c. Jasa pelayanan kesehatan medis
d. Jasa pelayanan social

• Tax Jurisdiction : salah satu isu terpenting dalam perpajakan internasional karena
menetapkan negara mana yang mempunyai hak untuk mengenai pajak atas penghasilan.
Terdapat dua pendekatan dasar dalam menyusun sistem pajak pada suatu negara yaitu:
• Worldwide System Approach : semua penghasilan yang diterima oleh penduduk atau
badan dari satu negara akan dikenakan pajak, tanpa memperhatikan dimana
penghasilan tersebut dihasilkan (baik dalam negeri maupun luar negeri).
• Territorial System Approach : pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh
hanya dari wilayah suatu negara (sumber penghasilan dalam negeri saja).

• Asas pemungutan pajak international

1. Asas sumber (Source principle) : memberikan wewenang kepada negara atas sumber
penghasilan untuk memungut pajak terhadap siapapun yang memperoleh hasil dari
sumber yang berasal dari negara tersebut.
2. Asas kewarganegaraan (Citizenship principle) : memberikan wewenang mengenakan
pajak terhadap subyek (orang) karena status kewarganegaraannya tanpa memandang
tempat tinggal atau domisili subyek.

3. Asas domisili (Residence principle) : Memberikan wewenang kepada negara untuk


mengenakan pajak terhadap mereka yang bertempat tinggal pada suatu negara tanpa
memandang kewarganegaraan subyek.

• Pajak berganda : pengenaan pajak lebih dari satu kali oleh dua negara atau lebih atas suatu
penghasilan yang sama. Ketentuan ini berlaku bagi wajib pajak yang memiliki bisnis atau
penghasilan di luar negeri.

• Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional antar kedua
negara untuk menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat perekonomian kedua
negara dengan prinsip saling menguntungkan antar kedua negara dan dilaksanakan oleh
penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

• Tujuan P3B
1. Melindungi wajib pajak
2. Distribusi hak pemajakan
3. Mendorong investasi
4. Mengurangi dan menanggulangi penghindaran dan penyelundupan pajak
5. Harmonisasi kriteria pemajakan

• Metode Penghindaran Pajak Berganda :

1. Credit method: pajak yang sudah dibayar diluar negeri, dijadikan pengurang untuk pajak
terutang di dalam negeri

2. Exemtion method: penghasilan dari luar negeri merupakan objek pajak dalam negeri,
tapi atas penghasilan tersebut diberikan pembebasan berdasarkan perhitungan tertentu

3. Deduction method: penghasilan dari luar negeri merupakan objek pajak dalam negeri,
tapi pajak penghasilan tersebut dijadikan sebagai biaya dalam perhitungan PPH.

• Tax Treaty : perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka meminimalisir
pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Di dunia ini, ada dua model
treaty yang sering dijadikan acuan dalam menyusun suatu treaty yaitu :
1. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) : sebuah organisasi
Internasional dengan tiga puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan
ekonomi pasar bebas. Negara ini menggunakan asas residensial atau domisili untuk taxing
right atau hak pemajakannya, dimana penghasilan royalti tidak termasuk penghasilan
yang dibebaskan dalam penghitungan pajak.

2. UN Model (United Nation) atau dikenal sebagai PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) : sebuah
organisasi yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Model tax treaty UN lebih
memungkinkan untuk mempertimbangkan berbagai kondisi negara-negara yang berbeda,
sehingga sebisa mungkin tidak ada yang dirugikan dalam penetapan ketentuan
persetujuan tax treaty. Maka UN model adalah model tax treaty yang lebih menjamin
keadilan untuk negara negara berkembang.

• Tax Incentives : Fasilitas atau insentif Pajak Penghasilan (PPh) untuk Penanaman Modal di
bidang usaha tertentu Insentif ini diberikan dalam rangka percepatan penciptaan lapangan
kerja lewat peningkatan investasi industri padat karya, yang termuat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019.

• David Holland and Richard J. Van dalam tulisannya yang berjudul “Income Tax Incentive for
Investment” membagi fasilitas pajak menjadi 5 kategori yakin:

1. Tax Holidays : untuk perusahaan yang baru berdiri yang diberikan kebebasan
pembayaran pajak penghasilan badan dalam periode tertentu.

2. Investment allowance and Tax Credits : Pengurangan basis pengenaan pajak dan
kredit pajak yang dihitung berdasarkan jenis dan jumlah investasi yang ditanamkan.

3. Timing differences : Perbedaan waktu antara penghitungan laporan keuangan


komersial dan laporan keuangan fiscal.

4. Reduced Rate Taxed : Pengurangan tariff pajak umum yang berlaku untuk pendapatan
dari sumber tertentu atau perusahaan yang memenuhi criteria tertentu.

5. Administrative Dicretion : Kebijaksaan pemerintah dalam menentukan persyaratan


suatu perusahaan menerima tax incentive.
Session 12 – Strategic Accounting Issues in Multinational
Corporation
• Strategy formulation : proses menentukan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai
tujuan tersebut.
• Tahap perumusan strategi : Analisis informasi Faktor internal (pengetahuan) dan Faktor
eksternal (faktor regulasi) -> financial expression (strategi perusahaan dan persiapan
anggaran) -> penganggaran modal (bagian penting dari perumusan strategi)

• Jenis-jenis anggaran :

1. Capital Budgeting : merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka panjang
yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan.

Teknik Capital Budgeting


• Net Present Value : model yang memperhitungkan pola cash flows keseluruhan dari suatu
investasi dalam kaitannya dengan waktu, berdasarkan discount rate tertentu.
• Internal Rate of Return Methode (IRR) : Prinsip dari konsep ini adalah bagaimana
menentukan discount rate yang dapat mempersamakan present value of of proceeds
dengan outlay.
• Pay Back Period method : menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan investasi seperti semula, melalui proceds yang dihasilkan dalam setiap
Tahun
• Return on Investment
• Discounted Cash Flow Techniques

• Multinational Capital Budgeting : Serangkaian Proses Perusahaan multinasional dalam


mengevaluasi proyek dengan menggunakan penganggaran modal, yang membandingkan
manfaat dari suatu proyek dengan biaya-biayanya.

• Resiko yang dihadapi oleh multinasional company :

1. Political Risk : mengacu pada kemungkinan bahwa peristiwa politik di negara tuan rumah
dapat berdampak negatif terhadap arus kas yang berasal dari investasi di negara tersebut
2. Economic Risk : mengacu pada isu-isu mengenai kondisi ekonomi negara asal

3. Financial Risk : mengacu pada kemungkinan kerugian karena perubahan tak terduga
dalam nilai mata uang, suku bunga, dan keadaan keuangan lainnya.
• Faktor-faktor yang berbeda-beda di setiap negara dan harus dipertimbangkan dalam
mengevaluasi potensi investasi asing dari perspektif proyek adalah sebagai berikut:
1. Pajak (pajak penghasilan, bea cukai)
2. tingkat inflasi
3. Risiko politik

• Strategy implementation
Management control : untuk memastikan bahwa strategi organisasi diterapkan dan tujuan
tercapai. Sistem kontrol manajemen juga sebagai alat yang dirancang untuk menerapkan
strategi dan memantau keefektifannya.

• Operational Budgeting
- Mengungkapkan strategi jangka panjang dalam jangka waktu yang lebih singkat
- Menyediakan mekanisme untuk :
o Menerjemahkan tujuan organisasi dalam hal keuangan
o menetapkan tanggung jawab

o Menetapkan sumber daya yang langka


o untuk mencapai target

• Langkah-langkah evaluasi kinerja


1. Financial Measure
Langkah-langkah berdasarkan langsung pada data laporan keuangan
• Laba bersih
• Pengembalian investasi
• Perbandingan dianggarkan untuk keuntungan yang sebenarnya
2. Nonfinancial Measure
Langkah-langkah tidak didasarkan langsung pada laporan keuangan
 Saham
 Hubungan dengan pemerintah negara tuan rumah
 perputaran tenaga kerja

Balanced scorecard adalah salah satu alat yang digunakan oleh manager untuk mengukur
kinerja suatu bisnis yang dilihat dari empat perspektif. Keempat perspektif itu terdiri dari
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran.
Session 13 – Comparative International Auditing and Corporate
Governance
• Tren Internasional pada Tata Kelola Perusahaan
 Adanya skandal perusahaan yang telah terjadi di Amerika (kasus Enron, Worldcom),
telah menyadarkan pihak Internasional bahwa setiap perusahaan harus
meningkatkan tata kelola perusahaannya.
 Sarbanes-Oxley Act 2002 merupakan undang-undang respon dari tindakan skandal
akuntansi
 Peristiwa yang terjadi di AS disesuaikan dengan perkembangan di dunia untuk
memperbaiki audit dan tata kelola perusahaan

Prinsip Corporate Governance menurut OECD

Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance, pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan
kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dalam OECD terdapat 6 prinsip yang mengatur tentang
corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut secara garis besar menjelaskan tentang:
1. kerangka kerja corporate governance
2. perlindungan atas hak-hak pemegang saham
3. perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham
4. peranan stakeholders dalam corporate governance
5. keterbukaan dan tranparansi
6. serta tanggung jawab dewan komisaris.

Financial Reporting Council (FRC) mempublikasikan “The Audit Quality Framework” yang
menetapkan kunci dari kualitas audit yaitu:
1. Skill dan kualitas personal partner dan staf
2. Efektivitas proses audit
3. keandalan laporan auditan yang dihasilkan
4. Faktor luar yang mempegaruhi auditor memberikan audit yang berkualitas
International Diversity in External Auditing
Purpose of Auditing

• Tujuan utama dari kegiatan audit bagi negara Inggris Serta Amerika sebagai salah satu kiblat
standar audit adalah demi kepentingan Shareholder dan Stakeholder. Namun di beberapa
negara memiliki tujuan tambahan di dalam kegiatan auditnya.

• Ada beberapa negara yang mengharuskan untuk menunjukan laporan tentang para pimpinan
perusahaan (German)
• Hukum Negara yang mewajibkan untuk menyajikan suatu hal di dalam laporan keuangan

Audit Environment
• Nilai dan Kebudayaan sebuah negara bisa mempengaruhi lingkungan kegiatan audit

• Adanya perbedaan lingkungan audit antara pekerjaan audit sebagai sumber dana sebuah
negara dan bukan sebagai sumber dana sebuah negara (bank).
• Adanya perbedaan antara Common Law dengan Anglos- Saxon

Regulation of the auditors and Audit Firms

• Aturan audit antara satu negara dengan negara lain bisa menyebabkan perbedaan proses
audit.

• Sebuah kasus bisa menyebabkan sebuah aturan audit diberlakukand di sebuah negara
(Enron)

• Adanya perbedaan standar kelayakan auditor yang harus terpenuhi antara satu negara
dengan negara yang lain.

International harmonization of standar akuntansi

• Audit internasional secara historis kurang mendapat perhatian dari pada akuntansi
internasional

• Baru-baru ini, globalisasi telah meningkatkan pentingnya pemahaman lintas negara terhadap
laporan audit

• Harmonisasi standar auditing internasional akan membantu meningkatkan konsistensi audit


di seluruh dunia

• Kenaikan tingkat kepastian terhadap laporan keuangan akan menghasilkan pasar modal global
yang lebih efisien
• Federasi Akuntan Internasional (IFAC) mengembangkan standar auditing internasional.
• Melalui Dewan Standar Audit dan Penjaminan Internasional (IAASB)

• Forum IFAC, serta Komite Kepatuhannya, menangani peraturan dan kepatuhan internasional

• Upaya IFAC dalam harmonisasi didukung oleh International Organization of Securities


Commissions (IOSCO)

PERNYATAAN IFAC
1. Satu set Standar Internasional untuk Audit yang terdiri dari sembilan bagian telah diterbitkan
2. Section 200
3. Section 500
4. Section 700
5. Section 800

6. PCAOB mengusulkan Peraturan 4012 dimana dewan akan menempatkan ketergantungan


penuh pada program inspeksi entitas pengawasan auditor non-A.S.

Auditor’s Liabilities
• Civil Liability : Melanggar kontrak (common law), negligence (tort law)
• Criminal Liability : Melakukan tindakan kriminal
• Professional Sanctions : Melanggar peraturan dari badan professional
Limiting Auditor’s Liability
• Change the Ownership Structure : Untuk membatasi atau mengeliminasi “joint and several
liabilities
• Proportionate Liability : Membatasi tanggung jawab auditor
• Statutory Caps : Membatasi kerugian
• Disclaimer : untuk menghindar dari kewajiban yang tidak seharusnya

Auditor Independence
• Merupakan prinsip dasar dari audit
• Ada 2 kategori independent menurut IFAC Code of Ethics for Professional
Accountants:
 Independence in mind
 Independence in appereance

Usaha untuk memperkuat independensi auditor


• Keterlibatan pemegang saham dalam penunjukan auditor
• Pembatasan atau larangan kegiatan konsultasi tertentu
• Peningkatan pengawasan regulasi
• Peningkatan keterlibatan dewan direksi dan komite audit

Komite Audit : sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan yang bertanggungjawab untuk
membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.

Tujuan utama komite audit : untuk memberikan pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan,
proses audit, sistem pengendalian internal dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Peran komite audit : Komite audit merupakan pilar utama pada tata kelola perusahaan yang efektif
dan berada pada posisi terbaik untuk memberikan pengawasan yang efektif terhadap kinerja
independensi dan objektivitas auditor dan kualitas audit.

CARA KERJA KOMITE AUDIT : MENETAPKAN PROSEDUR ->MEMPERTANGGUNG JAWABKAN ->


MELAPORKAN

• KEUNTUNGAN KOMITE AUDIT


1. Membuat efisien kinerja suatu perusahaan
2. Memperbaiki internal kontrol perusahaan
3. Memperbaiki manajemen keuangan perusahaan
4. Memperjelas peran dan tanggung jawab dewan direksi perusahaan
5. Meminimalisir terjadinya fraud dalam seluruh kegiatan oprasional perusahan

Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan mengharuskan bahwa:

“ Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka
harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota
tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua
Komite Audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite Akuntan Publik, dengan syarat selama
lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit
tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.”

SYARAT UNTUK MENJADI KOMITE AUDIT

1. memiliki keseimbangan keterampilan dan pengalaman dengan latar belakang usaha yang luas.
2. inpenden, objektif dan profesional.
3. memiliki integritas, dedikasi, pemahaman yang baik mengenai organisasi, lingkungan bisnis
serta risiko dan kontrol.
4. memiliki pengertian yang baik tentang analisa dan penyusunan laporan keuangan.
5. memiliki kemampuan untuk memimpin dan terampil berkomunikasi dengan baik.

Ethical Issues in International External Auditing

• Mungkinkah posisi moral profesi akuntansi didasarkan pada konsensus moral dan nilai
internasional?
• Fundamental dan nilai profesional terdahulu, sekarang global
• IFAC menyediakan pendidikan etika

• PIOB (Public Interest Oversight Board) mengawasi kerja komite IFAC dan mempertimbangkan
dan menyetujui revisi Kode Etik untuk Akuntan Profesional yang dikeluarkan oleh Dewan
Praktik Akuntansi

- Kode revisi mengklarifikasi persyaratan untuk semua akuntan profesional dan secara signifikan
memperkuat persyaratan independensi auditor

AUDIT REGULATION : Sarbanes-Oxley and the Future of Auditing

• Sebagian besar undang-undang penting yang berkaitan dengan pelaporan keuangan dan audit
sejak berdirinya Securities and Exchange Commission (SEC) di tahun 1930an
• Memiliki dampak yang dapat diamati pada bisnis
• Perusahaan menghabiskan sumber daya yang signifikan
• Banyak eksekutif keuangan mengalami peningkatan stress akibat Sarbanes-Oxley

Other International Audit Issue

• Peningkatan permintaan untuk pelaporan keuangan berbasis internet dan jaminan terkait
• Jaminan terus menerus pada informasi real-time
• Meningkatnya persaingan di pasar audit
• Peningkatan eksposur perusahaan audit internasional
• Risiko yang meningkat dalam proses pengadilan
• Kemitraan yang disempurnakan antara auditor eksternal, auditor internal, dan komite audit

Das könnte Ihnen auch gefallen