Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa dalamorganisasi kesehatan dunia (WHO) mendifinisikan kesehatan
sebagai “ keadaaan sehat fisik, mental, sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit
atau kelemahan” definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejaterah yang
positif bukan sekedar keadaan penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan, fisik dan sosial
dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehar-
hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri tidak ada definisi
universal kesehatan jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari
perilakunya karena perilaku seseorang dapat dilihat atau ditafsikan bebrbeda dari orang lain,
yang bergantung kepada nilai dan keyakinan maka penentuan definisi kesehatan jiwa menjadi
sulit
Setiap individu memiliki usia dan karakter yang berbeda karena setiap orang adalah
unik, dan sepanjang daur kehidupannya mulai dari fase prenatal, bayi, todles, prasekolah,
sekolah, remaja sehingga fase dewasa muda menengah dan tua. Masing-masing dari fase itu
memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda pula
Menurut teori erikson, tahap dewasa awal yaitu mereka dalam lingkungan umur 20an
ke 30an pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih
berat. Pada tahap ini juga berhubungan intim mulai berlaku dan berkembang. Dewasa awala
adalah masa kematangan fisik dan psikologis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui
tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam mempelajari teori
proses asuhan keperawatan jiwa
2. Bagi Tenaga Kesehatan (Perawat)
Makalah ini bagi tenaga kesehatan khususnya untuk perawat adalah untuk
mengetahui pentingnya bagaimana teori proses asuhan keperawatan jiwa
3. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan tentang proses asuhan keperawatan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Sehat jiwa
sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya.
Bugar dan nyaman adalah relatif. karna bersifat subjektif sesuai orang yang
mendefinisikan dan merasakan.
Sehat jiwa adalah orang yang bebas dan gejala gangguan psikis. serta dapat berfungsi
optimal sesuai apa yang ada padanya. (Michael Kirk Patrick)
Sehat jiwa adalah orang yang dapat menccgah gangguan mental akibat berbagai
stresor. serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stresor, intensltas, makna, Budaya,
kepercayaan, agama dan sebagainya. (Clausen)
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian
(menurut WHO)
Menurut kolompok kami sehat jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan
untuk menyusuaikan diri pada lingkungan, serta berimegrasi dan berinteraksi dengan
baik, tepat, dan bahagia.
2. Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara jadi
tua, tetapi berkembang dari bayi, anak- anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua hal ini
normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat di ramalkan yang terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembanga tertentu. Lansia
merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh tuhan yang maha esa, semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup. Di masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah,
2011).
Menurut (WHO) lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuk tahap akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang di kategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses
yang di sebut anging process atau proses penuaan.
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Lansia adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada
lansia. (Perawatan Lanjut Usia, Wahyudi Nugroho, EGC,Jakarta,1992)
Lansia adalah seseorang yang lebih dari 75 tahun (Menyongsong Usia Lanjut dengan
Bugar dan Bahagia, dr. E. Oswari, Jakarta, 1997).
B. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaandan/kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa (Depkes RI,2003)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (Depkes RI,2003)
C. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU no.13 tentang kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kodisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
D. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi
fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000).
Tipe terebut dapat di jabarkan sebagai berikut.
1. Tipe arif bijak sana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyuasuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah,rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hiang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dam menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan pribadian, mengaasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak
acuh
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (kebergantungan),
tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat
kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci diri sendiri)
E. Dewasa Tua/Lansia (Lebih dari 65 tahun)
1 Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa inia dalah integritas ego versus
putus asa. Seseorang yang mencapai integritas ego memandang kehidupan dengan
perasaan utuh dan meraih kepuasan dari keberhasilan yang dicapai di masa lalu.
Mereka memandang kematian sebagai akhir kehidupan yang dapat diterima.
Sebaliknya, orang yang putus asa sering kali merasa pilihannya salah dan berharap
dapat mengulang kembali waktu
Tugas perkembangan lansia menurut Peck tahun 1968, antara lain:
1) Usia 65-75 tahun
- Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan fisik yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua, pasangan, dan teman
- Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru bersama anak-anak yang
sudah dewasa
- Menyesuaikan diri dengan waktu luang
- Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan kognitif yang melambat
2) Usia 75 tahun atau lebih
- Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
- Menjaga kesehatan fisik dan mental
- Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di panti jompo
- Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain
- Menemukan makna hidup
- Mengurus akan kematiannya kelak
- Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
- Membuat perencanaan hidup yang memuaskan seiring penuaan
b. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring bertambahnya usia. Diyakini
bahwa terjadi penurunan jumlah neuron yang progresif. Selain itu, aliran darah ke
otak menurun, dan metabolisme otak melambat. Penurunan intelektual umumnya
mnecerminkan proses penyakit, seperti arterosklerosis.
Pada lansia, proses penarikan informasi dari memori jangka panjang dapat menjadi
lebih lambat. Lansia cenderung melupakan kejadian yang baru saja berlalu. Dan
mereka memerlukan waktu yang lebih banyak dalam belajar
c. Perkembangan Moral
Kebanyakan lansia berada pada tingkat prakonvensional perkembangan moral,
mereka mematuhi setiap aturan agar tidak menyakiti atau menyusahkan orang lain.
Sedangkan pada tingkat konvensional, mereka mengikuti kaidah sosial yang berlaku
sebagai respons terhadap harapan orang lain.
d. Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi makna baru bagi lansia,
yang dapat memberikan kenyamanan, penghiburan, dan penguatan dalam kegiatan
keagamaan”. Banyak lansia memiliki keyakinan agama yang kuat dan terus
menghadiri pertemuan atau ibadah keagamaan. Keterkaitan lansia dalam hal
keagamaan kerap membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang
nerkaitan dengan makna hidup, kesengsaran, atau nasib baik.
F. Faktor-faktor terjadinya masalah kesehatan jiwa pada lansia
Ada beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya masalah kesehatan jiwa pada
lansia. Faktor-faktor resiko tersebut adalah
1. Kesehatan fisik yang buruk
2. Perpisahan dengan pasangan
3. Perumahan dan transportasi yang tidak memadai
4. Sumber finansial berkurang (maryam,2012)
5. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi
Depresi adalah kondisi emosional yang umumnya ditandai dengan kesedihan yang
amat sangat, perasaan tidak berarti dan merasa bersalah, menarik diri dari orang lain,
terganggunya pola tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, serta minat dan
kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison, Neale & Kring, 2010).
Berdasarkan studi komparasi oleh Wulandari (2011) terhadap lansia di Semarang,
menemukan bahwa proporsi depresi pada lansia di komunitas 60% lebih besar daripada
proporsi depresi pada lansia di panti wreda yaitu sebesar 38,5%. Lebih lanjut dijelaskan,
besarnya angka depresi lansia di komunitas dikarenakan dukungan sosial yang kurang
maupun isolasi sosial yang merupakan faktor risiko depresi. (Gusti Ayu Trisna Parasari
Dan Mad Dian Lertari, 2015)
6. tingkat kecemasan dengan insomnia pada lansia
Gangguan mental yang erat hubungannya dengan gangguan tidur atau insomnia
adalah kecemasan. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak
dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek
spesifik (Suliswati, 2012).
Adanya kecemasan menyebabkan kesulitan mulai tidur, masuk tidur memerlukan
waktu lebih dari 60 menit, timbulnya mimpi yang menakutkan dan mengalami kesukaran
bangun pagi hari, bangun dipagi hari merasa kurang segar (Nugroho, 2004).
Insomnia adalah gangguan memulai atau mempertahankan tidur (stuart, 2012).
Ancoli-Israel dalam sebuah survei di Amerika Serikat yang dikutip oleh Maas (2011)
yang dilakukan pada 428 lansia yang tinggal dalam masyarakat, sebanyak 19% subjek
mengaku bahwa mereka sangat mengalami kesulitan tidur, 21% merasa mereka tidur
terlalu sedikit, 24% melaporkan kesulitan tertidur sedikitnya sekali seminggu, dan 39%
melaporkan mengalami mengantuk yang berlebihan di siang hari. (fransiska sohat, 2014)
I.