Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
T
awhid merupakan pengetahuan, kesaksian, keyakinan dan keimanan akan kemahaesaan
Allah dengan segenap kesempurnaan, keparipurnaan dan kekuasaan-Nya yang mutlak atas
sekalian makhluk.
Tawhid pada hakikatnya adalah menarik ruh menuju ke dekat Allah dengan jiwa raga dan
hati yang bersih suci, disertai dengan pengejawantahan dalam wujud amal saleh berderajat ikhlas
yang tinggi. Dan tawhid yang memuncak akan dicapai lewat prestasi iman yang tidak dicemari
syirik dalam bentuk apapun—hatta syirik terhalus sekalipun, yaitu riya’. Dalam arti pembebasan
total dari penyembahan, pemujaan dan kecintaan terhadap semua saja yang bukan kpd Allah
semata.
Secara garis besar, ilmu tawhid umumnya hanya dibagi menjadi dua: tawhid rububiyyah
dan tawhid uluhiyyah. Namun lebih banyak ulama yang merincinya dalam bentuk dan nama yang
warna-warni.
1. Tawhid Rububiyyah atau tauhid ketuhanan, yaitu kepercayaan bahwa semua kerajaan yang
ada di langit dan di bumi besarta isinya, yang menciptakan adalah Allah Yang Maha Esa.
Juga segala pengaturan dan pemeliharaannya, rezekinya serta sekalian kebutuhannya, Allah
sendirilah yang memenuhinya. Percaya bahwa Allah menghidupkan dan mematikan semua
makhluk.
2. Tawhid Uluhiyyah atau Tawhid ‘Ubudiyyah, yakni keyakinan atau kepercayaan akan
kemahaesaan Allah dan bahwa sifat ketuhanan dan kekuasaan mutlak atas sekalian ciptaan-
Nya hanyalah milik Allah semata, yang dilahirkan dalam bentuk kalimat thayyibah, “Tiada
tuhan selain Allah,” suatu pernyataan dan kepercayaan bahwa cuma kepada-Nyalah kita
wajib beribadah.
3. Tawhid Dzati, mengesakan zat Allah, mengakui dan meyakini ketunggalan-Nya, serta
menafikan sekutu bagi-Nya, dalam bentuk apapun.
4. Tawhid Asma (Nama) dan Shifat, meyakini sungguh-sungguh kemandirian Allah dan
kemutlakan sifat-sifat-Nya yang sera paripurna-sempurna dan bahwa cuma Dia-lah pemilik
sifat kesempurnaan dalam diri-Nya yang tercermin dari nama-nama-Nya yang indah:
Asmaul Husna.
5. Tawhid I’tiqadi (niat, itikad) : kepercayaan sepenuh hati yang dibina berdasarkan
keikhlasan motivasi dan maksud yang terkandung dalam hati untuk ikhlas beribadah karena
Allah semata.
6. Tawhid Wujudi: keyakinan bahwa hanya Zat Allah sajalah yang wajib adanya.
7. Tawhid Qawli: keyakinan atau keimanan yang direalisasikan dalam wujud perkataan atau
percakapan.
8. Tawhid Af’al atau Tawhid ‘Amali: meyakini bahwa Dia-lah yang menciptakan alam ini dan
isinya, dengan segenap norma (aturan), sistem dan sebab akibatnya, termasuk semua
perbuatan hamba-Nya yang muncul dari kehendak-Nya. Ini dapat dibuktikan dalam
perbuatan/amalan yang sesuai dengan tuntunan dan ketentuan-Nya.
9. Tawhid ‘Ibadah (tauhid praktis), bahwa hanya kepada-Nya kita wajib beribadah dan hanya
kepada-Nya kita meminta pertolongan.
10. Tawhid Qashdi wal Iradah: hanya kepada-Nyalah segala bentuk permintaan dan
permohonan wajib ditujukan.
11. Tawhid Tasyri’: keyakinan bahwa Allah sendirilah yang menentukan dan menetapkan
pokok undang-undang, yaitu yang halal, haram, dsb, serta yang mengatur manusia, alam
dan semua ciptaan-Nya.
12. Tawhid Ilahiyah: pengesaan Allah dalam ketuhanan-Nya yang dibina atas dasar ikhlas
karena Allah semata, yang mempunyai kebulatan cinta, takut, mengharap, tawakal, hormat
dan doa.
13. Tawhid Iradah (tauhid kehendak), tauhid yang pelaksanaannya diwujudkan atas keikhlasan
tujuan yang mantap demi keikhlasan beramal.
Pembagian Syirik
Syirik atau menyekutukan Allah dengan ilah atau “tuhan” lain, dalam bentuk apapun baik
yang kuno maupun modern, merupakan dosa besar yang tidak beroleh ampunan Allah [al-Nisa: 48
dan 116]. Maka dari itu, salah satu tugas utama setiap Rasul adalah memberantas segala bentuk
syirik dan mengembalikan kepada tawhid sejati [al-Nahl: 36], dalam arti mengesakan Allah, bahwa
Allah sajalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah, tiada perwujudan lain, tiada pula sekutu
bagi-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan [al-Ikhlash: 1-4].
Syirik ashgar (syirik kecil). Contohnya [1] riya’ (beramal dengan pamrih, pujian, sanjungan, dll) [2] sum’ah
(beramal dengan maksud memberitahu orang lain tentang amalan itu) [3] beramal untuk diri sendiri, dll
3. Syirik dari jelas-tidaknya syirik itu dikerjakan.
Syirik jali (terang-terangan atau dapat disaksikan dengan mata. Misalnya menyembah macam-macam
patung, kuburan, pepohonan, kendaraan atau tunggangan). Ini identik dengan syirik akbar.
Syirik khafi (samar, halus atau tidak menyata), seumpama riya’, yakni melakukan amal ibadah atau
kebajikan dengan niat/motivasi yang dicemari kekurangikhlasan. Initdk beda dengan syirik ashgar.
Syirik sifatiyah : tindakan penyekutuan itu sama sekali bukanlah dimaksudkan sebagai keyakinan
bahwa benda atau sesuatu itu tuhan, melainkan hanya memiliki kelebihan atau sifat yang tidak
ditemukan pada benda sejenisnya, tapi ada pada diri Allah. Umpamanya mempercayai adanya
kekuatan atau kelebihan tertentu pada keris atau permata tertentu.
1. Syirik istiqlal: menetapkan adanya sekutu bagi Allah yang masing-masinmg berdiri sendiri.
Semisal syiriknya orang Majusi penyembah api.
2. Syirik tab’idh : membagi Allah menjadi beberapa Tuhan.
3. Syirik taqrib : menyembah kepada selain Allah dengan tujuan dijadikan perantara guna lebih
mendekatkan kepada Allah sedekat-dekatnya, seperti syiriknya orang jahiliyyah dan penyembah
kubur.
4. Syirik taqlid : menyembah kepada selain Allah karena semata mengikuti orang lain, seperti
misalnya orang-orang awam di jaman modern yang menyembah kuburan “keramat”, lantaran tidak
tahu dasarnya. Atau juga pengikut Lia Aminuddin.
5. Syirik as’ab : mempercayai adanya pengaruh faktor-faktor alami secara mutlak, umpama
syiriknya ahli-ahli filsafat dan pakar ilmu alam.
6. syirik agradh : beramal atau beribadah bukan karena Allah. Contohnya orang nifaq dan riya’