Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Delapan Tujuan MDGs telah di jabarkan dalam target-target yang dapat diukur dan
progresnya dapat dipantau dan dilaporkan dengan menggunakan indikator-indikator yang
dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara internasional. Kepada setiap negara diberikan
fleksibilitas untuk menyesuaikan dan melakukan lokalisasi terhadap indicator-indikator
tersebut.
Tujuan Target
Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari
tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki
komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan
seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor.
Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama dan
implementasinya di masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling
hutang untuk negara berkembang sejalan dengan Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah
Asia dan Pasifik.
Program kerja
1. Menanggulangi Kemiskinan dan kelaparan
Strategi
Kebijakan itu dilaksanakan melalui lima strategi utama, yaitu: penyediaan akses pendidikan
yang bermutu, terutama pendidikan dasar secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan
baik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah; penyediaan akses
pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat mengikuti pendidikan
sekolah; peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan baca tulis untuk meningkatkan derajat
melek huruf, terutama penduduk perempuan; peningkatan koordinasi, informasi, dan edukasi
dalam rangka mengarus utamakan pendidikan berwawasan gender; dan pengembangan
kelembagaan institusi pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah mengenai pendidikan
berwawasan gender.
Sasaran
Sasaran kinerja pendidikan berwawasan gender yang ingin dicapai dalam akses pendidikan
adalah (a) meningkatnya partisipasi pendidikan penduduk usia sekolah yang diikuti dengan
semakin seimbangnya rasio siswa laki-laki dan perempuan untuk semua jenjang pendidikan;
(b) meningkatkan partisipasi penduduk miskin laki-lakidan perempuan terutama yang tinggal
di daerah pedesaan yang masih rendah sehingga menjadisetara dengan penduduk dari
kelompok kaya, (c) dan meningkatkan derajat melek huruf penduduk baik laki-laki maupun
perempuan dengan rasio yang semakin setara.
Prioritas
Kondisi kesetaraan gender dalam pendidikan yang beragam seperti diuraikan pada bagian
sebelumnya memerlukan bentuk-bentuk intervensi yang bervariasi sehingga berbagai program
yang dilaksanakan benar-benar dapat menurunkan kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan
perempuan. Untuk jenjang sekolah dasar atau kelompok penduduk usia 7–12 tahun, dengan
rasio siswa lakilaki dan perempuan yang sudah baik, penentuan prioritas perlu
mempertimbangkan keragaman antar wilayah atau provinsi dan kelompok pendapatan. Pada
jenjang SLTP/MTs atau kelompok usia 13–15 tahun diketahui bahwa partisipasinya masih
cuku prendah. Karena itu, upaya peningkatan partisipas harus diupayakan baik pada penduduk
laki-laki danperempuan. Namun dengan diketahuinya partisipasi pendidikan penduduk laki-
laki kelompok 40 persen termiskin lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan, upaya
yang lebih intensif untuk meningkatkan partisipasi kelompok itu sangat diperlukan. Dengan
asumsi bahwa partisipasi pendidikan yang lebih rendah itu salah satunya karena bekerja, upaya
untuk mengembalikan mereka kesekolah menjadi sangat penting. Untuk meningkatkan
pendidikan baca tulis, sangat jelas bahwatingkat melek huruf penduduk perempuan masihjauh
lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki baik di pedesaan maupun di perkotaan,
di setiap kelompok usia penduduk dewasa, dandi setiap kelompok pengeluaran keluarga.
Namun prioritas utama diberikan pada upaya peningkatan kemampuan baca tulis penduduk
perempuan yang miskin, yang tinggal di daerah perdesaan dan berusia lebih dari 25 tahun
karena kelompok inilah yang memiliki tingkat melek huruf paling rendah yang diikuti oleh
penduduk laki-laki kelompok usiayang sama, yang miskin dan tinggal di perdesaan. Seluruh
upaya untuk meningkatkan partisipasi pendidikan dan tingkat melek huruf penduduk tersebut
di atas didukung dengan upaya peningkatan kemampuan kelembagaan pendidikan sehinga
memiliki kemampuan dalam merencanakan pendidikanyang tanggap gender, disamping
meningkatkan semua pihak mengenai pentingnya pendidikan baik untuk laki-laki maupun
perempuan.
Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan balita antara lain
adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi ditingkat individu, keluarga, dan
masyarakat melalui penyediaan air bersih, meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian
terhadap kelangsungan dan perkembangan dini anak; pemberantasan penyakit menular,
meningkatkan cakupan imunisasi dan, meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk, kurang energi kronik dan
anemi, sertapromosi pemberian ASI ekslusif dan pemantauanpertumbuhan.
Jaring Pengaman Sosial. Bertam bahnya penduduk miskin sebagai akibat krisis ekonomi yang
terjadisejak 1998 telah membatasi akses dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
ibu dan anakbagi golongan miskin. Selain program-programrutin pelayanan kesehatan ibu dan
anak, pemerintahtelah meluncurkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang kesehatan,
antara lain kesehatan dasar dan rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
untuk keluarga miskin, serta bantuan pembangunan sarana kesehatan.Peraturan perundangan.
Dengan ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,kesempatan anak
Indonesia untuk hidup sehat, tumbuh,dan berkembang secara optimal menjadi semakin
terbuka. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental spiritual, dan
sosial. Program Nasional bagi Anak Indonesia. Merujuk pada kebijakan umum pembangunan
kesehatan nasional,upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting
dalam ProgramNasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang antaralain dijabarkan dalam Visi
Anak Indonesia 2015 untukmenuju anak Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya
penurunan kematian bayi dan balita adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayan
masyarakat,meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintassektor, dan meningkatkan jangkauan
pelayanankesehatan anak yang komprehensif dan berkualitas.
Prioritas nasional. Menurunkan kesakitan dan kematianibu telah menjadi salah satu prioritas
utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas.
Kegiatan-kegiatanyang mendukung upaya ini antara lain meningkatkanpelayanan kesehatan
reproduksi, meningkatkapemberantasan penyakit menular dan imunisasi,meningkatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan,menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia gizi
besi pada wanita usia subur dan pada masakehamilan, melahirkan, dan nifas.15Kehamilan
Aman. Mengacu pada Indonesia Sehat 2010, telah dicanangkan strategi Making Pregnancy
Safer (MPS) atau Kehamilan yang Aman sebagaikelanjutan dari program Safe Motherhood,
dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitandan kematian ibu dan bayi baru lahir.
MPS terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan
sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor,
dan peminjam, swasta, masyarakat, dan keluarga. Perhatian khusus diberikan pada penyediaan
pelayanan yang memadaidan berkelanjutan dengan penekanan padaketer sediaan penolong
persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita
dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan.
Strategi. Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama,
meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas
dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yangefektif melalui kerja sama lintas
program, lintas sektor,dan mitra lainnya. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita dan
keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendorong
keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaandan pemanfaatan pelayanan ibu dan
bayibaru lahir.
Pesan kunci MPS. Strategi MPS memiliki tiga pesankunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih; setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan
yang memadai; dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.Kelompok sasaran. Perhatian
khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah baik di perkotaan
dan pedesaan sertamasyarakat di daerah terpencil.
Program Jaring
Pengaman Sosial (JPS)—yang telah dimulai sejak1998 telah menyediakan pelayanan
pelayanan kesehatandasar dan bidan di desa secara gratis bagipenduduk miskin—perlu
dipertahankan dengan berbagai cara.
Konteks lebih luas. Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan,
diperlukan juga penanganan dalam konteks yang lebihluas di mana kematian ibu terjadi.
Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung
jawab lebih dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidikan, penggunaan
kontrasepsi, dan persalinan yang aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus
ditangani dengan benar, mengingat besarnya masalah. Selain itu, isu gender dan hak-hak
reproduksi baik untuk laki-laki maupun perempuan perlu terus ditekankan dan dipromosikan
pada semua level.
Pencegahan merupakan upaya prioritas dalam penanggulangan HIV/AIDS. Hal ini berkaitan
erat dengan situasi penularan HIV/AIDS yang ada di masyarakat. Pencegahan penyakit
dilakukan melaluiupaya kampanye yang meliputi pemberian informasi, edukasi, dan
komunikasi (KIE) sesuai dengan budaya dan agama setempat. Ibu hamil didorong untuk
melakukan kunjungan antenatal untuk memperoleh informasi tentang HIV dan konseling.
Upaya pencegahan juga ditujukan kepada populasi berisiko tinggi seperti pekerja seks
komersial dan pelanggannya, orang yang telah terinfeksi dan pasangannya, para pengguna
napza suntik, serta pekerja kesehatan yang mudah terpapar oleh infeksiHIV/AIDS.
Pengobatan, dukungan, dan perawatan bagiorang yang hidup dengan HIV/AIDS dilakukan
melalui klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing)di sarana kesehatan yang ada. Upaya
ini telah dilaksanakan bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh beberapa fasilitas
kesehatan milik swastaserta lembaga nonpemerintah lainnya. Dalam menjalankanberbagai
upaya ini, perlu senantiasa diperhatikan bahwa melayani orang yang hidup denganHIV/AIDS
harus juga melindungi hak asasi manusia melalui berbagai upaya untuk mengurangi dan
menghilangkan stigma dan diskriminasi. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan perlu
dilakukan berbagai pelatihan dan pendidikan bagi para pekerja lapangan, penyediaan obat yang
diperlukan, sertapetunjuk pengobatan, dukungan, perawatan, dankonseling.
Pengawasan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual adalah salah satu kunci dalam strategi
pemantauan kecenderungan prevalensi HIV/AIDS. Kegiatan pengawasan menyangkut
pengumpulan, pengolahan, dan analisis data secara sistematik dan terusmenerus. Kegiatan ini
akan memberikan informasi tentang jumlah dan prevalensi HIV serta penderita infeksi menular
seksual, di berbagai kalangan yang ada dalam masyarakat dengan tingkat risiko yang berbeda,
distribusi serta kecenderungannya.
7. Memastikan Keberlanjutan Lingkungan Hidup
Pusataka
LAPORAN PENCAPAIAN
TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM
DI INDONESIA
2011
©2012 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)