Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh:
Fitrah Qolbina
22010115210169
Dosen Pembimbing:
Residen Pembimbing:
NIM : 220101105210169
Penguji Pembimbing
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya hingga
terselesaikannya laporan kasus besar ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRAK
Latar Belakang
Anemia defisiensi Fe adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoesis. Anemia defisiensi Fe ditandai dengan anemia hipokromik mikrositer
dan hasil laboratorium yang menunjukkan cadangan besi kosong
Anamnesis :
± 1 minggu sebelum masuk RSDK, pasien mengeluh badan terasa lemas. Lemas
dirasakan terus menerus, semakin lama semakin memberat hingga pasien tidak dapat
melakukan aktivitas dan hanya berbaring di tempat tidur. Pasien juga mengeluh berdebar-
debar, pusing, mata berkunang-kunang, nafsu makan menurun selama 1 minggu. Keluhan
mual juga dirasakan, mengeluh berat badan menurun namun tidak diketahui
penurunannya. ± 1 hari sebelum masuk RSDK, pasien berobat ke klinik pratama,
dikatakan sakit kurang darah dan dilakukan pemeriksaan darah. Hasil laboratorium Hb=6
gr/dl. Pasien kemudian dirujuk ke IGD RSDK. Pasien belum pernah sakit seperti ini.
Pemeriksaan fisik dan penunjang : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis, GCS 15. Tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 106 kali per
menit, BMI 18,7 kg/m2 (normoweight). Pada pemeriksaan klinis didapatkan adanya
konjungtiva palpebra pucat, bibir pucat, mukosa gingiva pucat, dan mukosa kuku pucat.
Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan penurunan kadar Hb (5,39 mg/dL), hematokrit
(18,6 %), eritrosit (3,28 juta/mm3). Pada pemeriksaan indeks eritosit, didapatkan
penurunan MCH (16,4 pg), MCV (56,6 fL), dan peningkatan RDW (22,1%). Pada
pemeriksaan gambaran darah tepi didapatkan kesan mikrositik, poikilositosis ringan,
dengan sel pensil. Pemeriksaan status Fe didapatkan Fe serum rendah (7 µg/dL), TIBC
meningkat (451 µg/dL), ferritin rendah (2,8 ng/mL)
Kesimpulan : Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan masalah
pada pasien ini adalah anemia defisiensi besi.
kata kunci : Lemas, pucat, anemia mikrositik hipokromik, Fe serum rendah, ferritin
rendah TIBC meningkat, anemia defisiensi besi
BAB I
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Rajawali 4B tanggal 19 Mei 2016 pukul
13.00 WIB.
Keadaan umum : Tampak lemas, terpasang infus NaCl 0,9% 20 tetes per
menit
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5=15
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 106x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Laju pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,8C (aksiler)
Berat badan : 45 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 18,7 kg/m2 (normoweight)
Kulit : Sawo matang, turgor kulit cukup, pucat (-)
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjunctiva palpebra pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Epistaksis (-/-)
Mulut : Bibir pucat (+), bibir sianosis (-), perdarahan gingiva (-),
hipertrofi gingiva (-), mukosa gingiva pucat (+), atrofi
papil lidah (-), stomatitis angularis (-), stomatitis (-), ulkus
(-)
Telinga : Discharge (-/-)
Leher : Pembesaran limfonodi (-), trakea di tengah, JVP R+0 cm
Thoraks : Bentuk normal, nyeri tekan sternum (-)
Paru Depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi paru kanan = paru kiri
stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Paru Belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi paru kanan = paru kiri
stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba setinggi spatium intercostalis V 2 cm
medial linea mid clavicularis sinistra, diameter 2 cm, thrill
(-), kuat angkat (-), pulsasi parasternal (-), pulsasi
epigastrial (-), sternal lift (-)
Perkusi : Batas atas = spatium intercostalis II linea parasternal
sinistra
Batas kiri = sesuai ictus cordis
Batas kanan = linea parasternal dekstra
Pinggang jantung cekung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube
timpani
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Mukosa kuku pucat +/+ +/+
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Koilonikia -/- -/-
Hematom/purpura/ekimosis -/- -/-
Eritema -/- -/-
Ulkus -/- -/-
Pembesaran limfonodi aksila (-/-) inguinal (-/-)
INDEX
ERITROSIT
MCH 16.4 (↓) Pg 27.0-32.0
MCV 56.6 (↓) fL 76.0-96.0
MCHC 29.1 g/dL 29.0-36.0
RDW 22.1 (↑) % 11.60-14.80
MPV 9.55 fL 4.00-11.00
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 79 mg/dL 80-160
Ureum 12 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.61 mg/dL 0.60-1.30
Magnesium 0.85 mmol/L 0.74-0.99
Calcium 2.29 mmol/L 2.12-2.52
Elektrolit
Natrium 146 mmol/L 136-145
Kalium 3.5 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 106 mmol/L 98-107
KIMIA KLINIK
Serum iron/Fe 7 (↓) µg/dL 50-175
TIBC 451(↑) µg/dL 250-450
Assessment : Etiologi :
- Perdarahan samar saluran cerna
- Asupan kurang
Rencana Awal
Dx : Benzidine test
Rx : Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Konsul gizi Diet benzidine
Transfusi PRC 4 kolf, 2 kolf/hari, premed injeksi
dipenhydramin 1amp
Fe sulfat 300mg/8jam p.o
N Mx : - Keadaan umum dan tanda vital/8 jam
- Monitor kadar Hb post transfusi
- Monitor reaksi transfusi
- Monitor efek samping terapi Fe sulfat
Ex : - Menjelaskan bahwa pasien mengalami kekurangan darah
merah akibat kekurangan zat besi
- Menjelaskan kemungkinan penyebab kekurangan zat besi,
yaitu perdarahan saluran cerna yang tidak tampak, asupan
zat besi kurang, atau adanya gangguan usus menyerap zat
besi
- Menjelaskan kepada pasien bahwa akan dilakukan
pemeriksaan tinja untuk melihat adanya perdarahan yang
tidak tampak pada saluran cerna
- Menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan
tinggi zat besi (daging merah, ikan, sayuran hijau)
- Menjelaskan bahwa pasien akan diberikan transfusi darah
merah 4 kantong. Jika keadaan pasien buruk segera lapor.
Pasien juga diberikan zat besi tambahan dan menjelaskan
efek samping obat yang mungkin timbul (mual, muntah,
konstipasi).
2.1 ANEMIA
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carrying capacity).1 Parameter yang umumnya dipakai untuk
menunjukkan penurunan jumlah massa eritrosit adalah kadar hemoglobin, disusul
oleh hematokrit dan hitung eritrosit.1,2 Nilai rujukan kadar hemoglobin untuk
mendiagnosis anemia pada orang dewasa menurut WHO dapat dilihat pada tabel
1.3
Anemia adalah suatu kumpulan gejala dari berbagai penyakit dasar (underlying
disease), bukan merupakan suatu penyakit tersendiri (disease entity). Pendekatan
terhadap pasien anemia memerlukan pemahaman tentang patogenesis dan
patofisiologi anemia, serta ketepatan dalam memilih, menganalisis, serta
merangkum hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.1, 4
Anemia
Hapusan darah
tepi dan
indeks eritrosit
Anemia Anemia
Anemia
hipokromik normokromik
makrositer
mikrositer normositer
Besi serum
Menurun Normal
Ring sideroblast
Besi sumsum Besi sumsum Elektroforesis
dalam sumsum
tulang negatif tulang positif Hb
tulang
Thalasemia
beta
Anemia makrositer
Retikulosit
Meningkat Normal/menurun
Retikulosit
Meningkat Normal/menurun
2.2.2 Etiologi
Berikut ini adalah kemungkinan penyebab anemia defisiensi Fe:10, 11
Berkurangnya asupan Fe
- Diet tidak adekuat (malnutrisi), kualitas Fe/bioavailabilitas Fe yang tidak
baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
- Gangguan absorpsi Fe: gastrektomi, tropical sprue, atau kolitis kronik
Kehilangan Fe
- Perdarahan saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau
OAINS, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan
infeksi cacing tambang
- Perdarahan saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia
- Perdarahan saluran kemih: hematuria
- Perdarahan saluran napas: hemoptoe
- Gagal ginjal kronik dan hemodialisis
- Hemoglobinuria
Kebutuhan Fe meningkat
- Prematuritas
- Anak dalam masa pertumbuhan
- Kehamilan
- Laktasi
2.2.3 Patofisiologi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan Fe sehingga cadangan Fe
makin menurun. Keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron
balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan
absorbsi Fe dalam usus, serta pengecatan Fe dalam sumsum tulang negatif. Pada
tahap lebih lanjut, cadangan Fe menjadi kosong sama sekali, penyediaan Fe untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit
tetapi anemia secara klinis belum terjadi. Pada tahap ini dijumpai peningkatan
kadar free protoporphyrin atau zinc protoporphyrin dalam eritrosit, penurunan
saturasi transferin, dan peningkatan TIBC. Keadaan ini disebut eritropoesis
defisiensi Fe / iron deficient erythropoiesis. Apabila jumlah Fe terus menurun,
maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun,
akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut iron deficiency anemia.
Pada tahap ini terjadi kekurangan Fe pada epitel serta pada beberapa enzim yang
dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring, serta berbagai
gejala lainnya.10
Selain untuk hemopoesis, Fe juga diperlukan oleh berbagai enzim dalam
penyediaan energi dan transpor elektron. Defisiensi Fe menimbulkan penurunan
fungsi mioglobin, enzim sitokrom, dan gliserofosfat oksidase, sehingga
menyebabkan gangguan glikolisis yang mengakibatkan penumpukan asam laktat.
Hal ini mempercepat kelelahan otot. Defisiensi Fe juga dapat menimbulkan
gangguan perkembangan kognitif dan non-kognitif pada bayi dan anak sehingga
dapat menurunkan kapasitas belajar. Hal ini diperkirakan karena gangguan pada
enzim aldehid oksidase yang menyebabkan penumpukan serotonin, serta enzim
monoamiooksidase yang menyebabkan penumpukan katekolamin di otak.10
Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV<80 fl dan
MCHC<31g/dL dengan salah satu point di bawah ini:
a. Dua dari tiga parameter di bawah ini:
- Fe serum <50 µg/dL
- TIBC >350 µg/dL
- Saturasi transferin <15%, atau
b. Feritin serum <20 µg/L, atau
c. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl's stain) menunjukkan cadangan besi
(butir-butir hemosiderin) negatif, atau
d. Dengan pemberian ferrous sulfat 3x200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin ≥2 mg/dL
2.2.6 Terapi
Terapi anemia defisiensi Fe terdiri dari:
a. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan
cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorrhagia.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacement therapy):
Terapi Fe oral
Preparat yang tersedia adalah ferrous sulfat yang merupakan preparat
pilihan pertama karena paling murah dan efektif. Dosis anjuran adalah
3x200 mg selama 3-6 bulan, ada pula yang menganjurkan sampai 12 bulan
setelah kadar Hb normal untuk mengisi cadangan besi tubuh. Preparat besi
oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong. Pada pasien yang tidak tahan
dengan efek samping gastrointestinal seperti mual, muntah, dan konstipasi,
preparat dapat diberikan saat makan atau dosis dikurangi menjadi 3x100
mg. Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan vitamin C.10, 11
Terapi besi parenteral
Preparat yang tersedia adalah iron dextran complex (50 mg besi/mL), iron
sorbitol citric acid, iron ferric gluconate, dan iron sucrose. Besi parenteral
dapat diberikan secara intramuscular dalam atau intravena pelan. Rute
parenteral bertujuan mengembalikan kadar Hb dan mengisi besi hingga 500-
1000 mg. Indikasi pemberian besi parenteral adalah:
- Intoleransi terhadap pemberian besi oral
- Kepatuhan terhadap pemberian besi oral rendah
- Gangguan pencernaan seperti colitis ulseratif yang dapat kambuh jika
diberikan besi oral
- Penyerapan besi terganggu seperti pada gastrektomi
- Terjadi kehilangan darah yang cukup besar, sehingga tidak dapat
dikompensasi dengan pemberian besi oral, misalnya pada hereditary
hemorrhagic teleangectasia
- Kebutuhan besi yang besar dalam waktu singkat, misalnya sebelum
operasi
- Defisiensi Fe fungsional relatif akibat pemberian eritropoetin pada
anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik.10, 11
c. Terapi lain
Diet: makanan bergizi tinggi protein terutama protein hewani
Vitamin C: diberikan 3x100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi
Transfusi darah: darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk
mengurangi bahaya overload. Indikasinya adalah:
- Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman gagal jantung
- Anemia yang sangat simptomatik, misalnya dengan gejala pusing yang
mencolok
- Pasien memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat seperti pada
kehamilan trimester akhir atau preoperasi.10
BAB III
PEMBAHASAN