Sie sind auf Seite 1von 15

Makalah Leukemia

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“LEUKEMIA”

ANGGOTA : MARIO

SANDRA JERMIAS

WA YANTI

HAFSA D RENGIWUR
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) .
Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL
di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan
Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun ( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 ) .

Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama bulan
Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33 penderita leukemia.
Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita AML (60 %) ( Boediwarsono,
1998 ). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai Leukemia maka penulis berpendapat
bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-
sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :

1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Leukemia.


2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Leukimia.
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan klien
dengan penyakit Leukemia.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien
dengan dengan Leukemia.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan keperawatan klien
dengan Leukemia.
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian

Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Leukemia
adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh
dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin
tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini
disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang
akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

 Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
 Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002
: 248 )
 Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
 Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukemia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.2 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu :

1. Genetik

Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan


kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma
Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) .
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, missal
pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.

2. Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus
leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan
insidensi leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .

3. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal :
radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ).

4. Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada
hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (
Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell
Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).

5. Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson,
1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .

6. Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat


mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang
lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).
2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).

2.4 Pemeriksaan Penunjang

1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik


2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

2.5 Penatalaksanaan Medis

1) Kemoterapi

Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia,
pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

1) Melalui mulut
2) Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
3) Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam
kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa
tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
4) Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan sel-sel
leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang, dokter
bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke
dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui
suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang
belakang.

2) Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

a) Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada
dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b) Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c) Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar
dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika
terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis
obat dikurangi.

3). Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan
daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam
pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang
digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi
ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan
sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan
adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.

4). Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-
sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)
5). Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel
induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis
tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum
tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah
yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang
memadai

2.6. Penyimpangan KDM

Sel kanker bersaing dengan sel normal, untuk mendapatkan nutrisi, Infiltrasi selnormal
digantikan dengan Sel kanker.

2.7. penatalaksanaan Keperawatan

 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association


(NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan diamana perawat bertanggung gugat (Wong,D.L, 2004: 331).

Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
11.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

4.Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun

rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


1) Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

2) Intervensi:

- Pantau suhu dengan teliti

Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

- Tempatkan anak dalam ruangan khusus

Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi

- Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik

mencuci tangan dengan baik


Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

- Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif


Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

- Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat

penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi

Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi

- Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik


Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
- Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

- Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh

- Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


1) Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas

2) Intervensi:

- Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

aktifitas sehari-hari

Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

- Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan


Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambunganjaringan

- Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi

- Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

1) Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan


2) Intervensi:

- Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia

- Cegah ulserasi oral dan rektal

Rasiona: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah

- Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Rasional: untuk mencegah perdarahan

- Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional: untuk mencegah perdarahan

- Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan

- Hindari obat-obat yang mengandung aspirin

Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

- Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

1) Tujuan:

- Tidak terjadi kekurangan volume cairan

- Pasien tidak mengalami mual dan muntah

2) Intervensi:

- Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi


Rasional: untuk mencegah mual dan muntah
- Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional: untuk mencegah episode berulang
- Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil

- Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah


- Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

- Berikan cairan intravena sesuai ketentuan


Rasional: untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi

1) Tujuan: pasien tidak mengalami mukositis oral

2) Intervensi:

- Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera

-Hindari mengukur suhu oral

Rasional: untuk mencegah trauma

- Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang

dibalut kasa

Rasional: untuk menghindari trauma

- Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat

Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan

- Gunakan pelembab bibir

Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

-Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil


Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
- Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak

- Inspeksi mulut setiap hari

Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

- Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan


Rasional: untuk membantu melewati area nyeri
- Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

- Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan


Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis

- Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri

.Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler
normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses
pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat serta bertahan hidup lebih lama
dibandingkan sel normal.

Penyebab leukemia ada beberapa faktor, diantaranya: genetik, saudara kandung, faktor
lingkungan, virus, bahan kimia, dan obat-obatan.

Klasifikasi leukimia terdiri dari Leukimia Mielogenus Akut, Leukimia Mielogenus Kronis,
Leukemia Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronik.

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).

Pentalaksanan pada penyakin leukemia meliputi: kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, dan
transplantasi sel induk.

Untuk menghindari leukimia harus dicegah sedini mungkin, dan ketika sudah ada gejala-gejala
segera periksakan ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

 Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
 Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed.
I. Jakarta : Salemba Medika.
 Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2000, Medical Surgical Nursing, Amerika : Lippincott.
 Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson 1982; De Vita Jr.,1985, Archida, 1987;
Lister, 1990; Rubin,1992.
 http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep-leukemia.html
 http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-leukimia.html
 http://www.scribd.com/doc/9501526/ASKEP-LEUKIMIA.html
 http://nphiephien.blogspot.com/2012/06/makalah-leukimia.html

Das könnte Ihnen auch gefallen