Sie sind auf Seite 1von 12

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya. Vol. 1 No.

1 (September 2016): 91-102


Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious
ISSN: 2528-7249 (online) 2528-7230 (print)

SEKULARISASI DAN SEKULARISME AGAMA


Rd. Datoek A. Pachoer
Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, Indonesia.
E-mail: datoekpatchoer@gmail.com
__________________________
Abstract
The Starting from the 19Th centuries, the word of secularization appears the secularization is intended to hand over
power and property rights to the state church and secular foundations. And in the 20th century, the term has
developed a conceptual long, so it has meaning and significance vary. While in Indonesia the word secularization or
secularism is the word 'proscribed' was to talk. In Indonesia, the issue of secularization first raised in the 1970s by
Nurcholish Majid and reap the pros and contra. Differences of secularization and secularism, secularization is
understood as the process of release of Life is no longer dominated by the religious institution or authority of
religious institutions. Secularization is also be interpreted as a separation movement or extrication themselves from
the power of religious institutions in its various aspects. While secularism is an ideology or ideologies that deny the
existence of a sacred setting. The leaders agreed to the secularization and secularism modernization of Auguste
Comte, for example, he announced that as a result of modernization, the people grow beyond the "theological stage"
in the evolution of social and religious at that time will be abandoned. It also resulted in the secularization of
Modernization. Because the transformation is the shift in value is due to the attitude of the religious by growing
who tend to adapt themselves to the structure of modern society, which is materialistic, rational and pragmatic and
very demanding realization of subsistence. The positive side of secularism is an ethical system, which teaches
people to continue to improve their living standards that benefit by finding good in the world through human
abilities without being bound and the reference to religion or religious doctrine that is supernatural. The downside of
secularism is defined as the ideologies that reject sacred settings, resulting from distrust of religion.

Keywords:
Modernization; Modernism; Secularization; secularism
__________________________

Abstrak
Berawal dari abad ke 19, kata sekularisasi itu muncul, sekularisasi dimaksudkan kepada penyerahan kekuasaan dan
hak milik gereja kepada negara dan yayasan duniawi. Dan pada abad ke 20, istilah ini mengalami perkembangan
secara konseptual yang panjang, sehingga memiliki makna dan arti yang beragam. Sedangkan di indonesia kata
sekularisasi ataupun sekularisme merupakan kata yang ‘haram’ untuk dibicarakan. Di Indonesia sendiri isu
mengenai sekularisasi pertama dilontarkan pada tahun 1970-an oleh Nurcholish Majid dan menuai pro dan kontra.
Perbedaan sekularisasi dan sekularisme adalah, sekularisasi di pahami sebagai proses Pelepasan Kehidupan tidak
lagi didominasi institusi agama atau kewenangan lembaga agama. Sekularisasi juga diartikan sebagai gerakan
pemisahan atau pelepasan diri dari kekuasaan institusi agama dalam berbagai aspeknya. Sedangkan sekularisme
adalah sebagai suatu ideologi atau paham yang menolak eksistensi pengaturan sacral. Para tokoh sepakat adanya
sekularisasi dan sekularisme ini karena adanya modernisasi Auguste Comte misalnya, ia mengumumkan bahwa
sebagai akibat dari modernisasi, masyarakat akan tumbuh melampaui "tahap teologis" dalam evolusi sosial dan pada
saat itu agama akan ditinggalkan.1 Selain itu juga Modernisasi mengakibatkan sekularisasi. Karena Transformasi
nilai adalah terjadinya Pergeseran ini diakibatkan olehtumbuhnya sikap para penganut agama yang cenderung untuk
melakukan adaptasi diri dengan struktur kehidupan masyarakat modern, yang bersifat materialistik, rasional, dan
pragmatik, serta sangat menuntut terwujudnya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sisi positif dari sekularisme adalah
Sebagai suatu sistem etika, yang mengajarkan manusia untuk terus meningkatkan taraf hidupnya yang bermanfaat
dengan cara mencari kebaikan di dunia lewat kemampuan manusiawi tanpa terikat dan merujuk pada agama atau
ajaran agama yang bersifat adikodrati. Sisi negatifnya adalah sekularisme di artikan sebagai paham yang menolak
pengaturan sakral, dan hal ini mengakibatkan ketidak percayaan terhadap agama.
Kata Kunci:
Modernisasi; Modernsime; Sekularisasi; Sekularisme.
__________________________
Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

A. PENDAHULUAN but sebagai suatu paham yang anti agama. Di


Berbagai teori mengenai agama pada masa Indonesia sendiri isu mengenai sekularisasi
klasik hampir mayoritas sepakat mengenai pertama dilontarkan pada tahun 1970-an oleh
‘kematian’ agama. Ada banyak ilmuwan pada Nurcholish Majid dan telah menimbulkan
masa itu yang meramalkan kepunahan agama. perdebatan yang cukup berkepanjangan. Pada
Auguste Comte mengumumkan bahwa, seba- akhirnya perdebatan tersebut memunculkan
gai akibat dari modernisasi, masyarakat akan dikotomi kelompok, ada yang pro dan ada
tumbuh melampaui "tahap teologis" dalam kelompok yang kontra. Kelompok yang pro
evolusi sosial dan pada saat itu agama akan sering juga disebut dengan kelompok reformis
ditinggalkan.1 Frederich Engels melihat bagai- yang menerima gerakan sekularisasi yang
mana revolusi sosialis akan menyebabkan diartikan sebagai pembebasan masyarakat dari
agama menguap, dia tidak mengatakan kapan berbagai unsur magis dan tahayul, namun
itu akan terjadi, namun dia mengatakan pengu- tetap menolak sekularisme sebagai paham
apan agama akan terjadi ‘segera’. Pada tahun yang anti agama. Sedangkan kelompok yang
1878, Max Muller mengatakan bahwa yang kontra atau yang sering disebut kelompok
paling banyak dibaca setiap hari, setiap ming- konservatif, menentang sama sekali seku-
gu, setiap bulan, setiap kuartal, dalam jurnal larisasi yang dipersepsi sama dengan sekular-
tampaknya memberitahu kita bahwa waktu isme.3
untuk agama akan terakhir, iman adalah halu- Berdasarkan latar belakang di atas,
sinasi atau penyakit kekanak-kanakan, bahwa masyarakat sering kali mempunyai pandangan
para dewa akhirnya akan ditinggalkan.2 yang menyamakan makna sekularisasi dan
Pada awal abad kedua puluh, AE Crawley sekularisme. Hal tersebut mungkin disebabkan
mengatakan bahwa agama dapat bertahan karena banyaknya makna dari kedua istilah
hidup hanya pada tahap primitif, dan kepu- tersebut. Yang menyebabkan banyaknya mak-
nahan hanya soal waktu saja. Beberapa tahun na dari sekularisasi atau sekularisme ini kare-
kemudian, Max Weber menjelaskan moderni- na berhubungan erat dengan agama, sedang-
sasi hanya akan menyebabkan "kekecewaan" kan makna dari agama tersendiri tidak ada
dari dunia, dan Sigmund Freud meyakinkan kesepahaman diantara para ahli
murid-muridnya bahwa agama merupakan Untuk itu makalah ini akan mencoba
ilusi neurotik akan mati pada sofa terapis. menjelaskan perbedaan kedua kata tersebut.
Berbagai teori agama masa klasik tersebut Hal ini diperlukan agar didapatkan pemaham-
menyimpulkan masa hilangnya agama dari an yang komprehensif mengenai pengertian
peradaban masyarakat. Kemudian kapan masa dan perbedaan dari sekularisasi atau sekular-
itu akan terjadi? Tidak ada satu ilmuwan pun isme. Setelah didapatkan pemahaman yang
yang bisa memastikannya. Namun hal itu akan komprehensif mengenai kedua istilah tersebut,
terjadi “segera”. Ada satu kesamaan mengenai maka sekularisasi dan sekularisme tersebut
kapan terjadinya kepunahan agama yaitu akan dihubungkan dengan istilah lain yaitu
ketika kemajuan atau modernisasi terjadi pada agama. Untuk itu perlu juga dijelaskan apa itu
masyarakat. Modernisasi mengakibatkan seku- agama. Yang akan dipakai dalam makalah ini
larisasi. Tema sekularisasi ini beberapa tahun menggunakan istilah agama menurut Cohn,
terakhir kembali hangat dibicarakan. karena menurut penulis agama menurut Cohn
Di Indonesia kata sekularisasi ataupun sangat relevan bila dihubungkan dengan
sekularisme merupakan kata yang ‘haram’ istilah sekularisasi atau sekularisme.
untuk dibicarakan. Seringkali masyarakat di
Indonesia menyamaratakan kedua kata terse-

1
Rodney Stark, “Secularism R.I.P.,” Sociology of 3
Choirul Fuad Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The
Religion 60, no. 3 (1999), 250. Sociology of Secularisation: A Critique of A Concept,
2
Stark, “Secularism R.I.P.,” Sociology of Religion 60, ed. Fakhriati (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah
no. 3 (1999),251Stark, “Secularism R.I.P.” Keagamaan, 2013), 1.

92 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

B. HASIL DAN PEMBAHASAN proses pengalihan kekuasaan rohani (kedu-


1. Pengertian Sekularisasi dan Sekularisme dukan dan peraturan suci) pada instansi agama
Istilah sekularisasi secara semantik memili- Kristen dari agama menjadi milik umum.
ki makna dan arti yang beragam dan bervariasi Kemudian pada abad ke 18 istilah sekularisasi
namun memiliki nuansa yang sama. Untuk dihubungkan dengan masalah kekuasaan dan
itulah diperlukan penelusuran makna secara kekayaan milik rohaniawan. Berbeda pula
etimologis maupun terminologis agar diper- pada abad ke 19, sekularisasi dimaksudkan
oleh pemahaman arti secara komprehensif. kepada penyerahan kekuasaan dan hak milik
Sekularisasi yang dipakai dalam bahasa gereja kepada negara dan yayasan duniawi.
Indonesia, berasal dari kata dalam bahasa Dan terakhir pada abad ke 20, istilah ini
Inggris secularization, yang berasal dari mengalami perkembangan secara konseptual
bahasa Latin saeculum yang biasanya diartikan yang panjang, sehingga memiliki makna dan
sebagai the temporal world (dunia temporal) arti yang beragam namun memiliki nuansa
sebagai lawan dari the Kingdom of God (Kera- semantik yang tidak jauh berbeda yakni
jaan Tuhan).4 C. William mengartikan Saecu- perubahan peran agama dalam masyarakat.7
lum dengan istilah of this age (yang terkait Selanjutnya perlu dijelaskan juga istilah
dengan saat, zaman atau waktu ini).5 Bahkan sekularisme, agar didapatkan perbedaannya
lebih jelas lagi pengertian yang disampaikan dengan istilah sekularisasi. Istilah sekularisme
oleh Backer yang mengatakan istilah sekular secara historis pertama kali diperkenalkan
tidak saja sebagai sesuatu yang berkaitan oleh George Jacob Holyoale pada tahun 1841.
dengan profan, tapi juga dikonotasikan kepada Pada awalnya sekularisme merupakan perluas-
sesuatu yang tidak suci, tidak bertuhan dan an kebebasan berfikir dalam bidang etika.
sebagainya. Dari beberapa arti di atas, dapat Dengan demikian jelas bahwa sekularisme
disimpulkan pengertian sekular berarti berhu- tidak lain merupakan suatu sistem etika yakni
bungan dengan waktu saat ini, waktu sekarang, sistem yang menyodorkan mengenai prinsip-
bersifat profan atau duniawi dan bukan dunia prinsip kehidupan tentang apa, bagaimana,
yang akan datang (dalam bahasa agama Islam dan harus kemana manusia hidup atau
akherat). bagaimana seharusnya manusia itu bertindak
Berdasarkan penelusuran etimologis dari dalam kehidupan sehari-hari.8
asal katanya seperti yang sudah dijabarkan di Sebagai suatu sistem etika, sekularisme
atas, maka didapat suatu pengertian umum dari mengajarkan manusia untuk terus mening-
sekularisasi secara etimologis sebagai suatu katkan taraf hidupnya yang bermanfaat
proses penduniawian, profanisasi dan pele- dengan cara mencari kebaikan di dunia lewat
pasan dari nilai-nilai keagamaan. kemampuan manusiawi tanpa terikat dan
Istilah sekularisasi dalam historisnya meng- merujuk pada agama atau ajaran agama yang
alami perkembangan, sehingga seringkali di- bersifat adikodrati.
artikan dengan makna yang berbeda-beda Pengertian sekularisme kemudian meng-
tergantung pada topik, sudut pandangan, tuju- alami perkembangan sampai pada akhirnya
an dan objek kajian dari orang yang menggu- dikaitkan dengan paham atheistik. Hal ini
nakannya.6 terlihat pada tahun 1870, terjadi perdebatan
Perbedaan makna sekularisasi tampak antara Holyoake dengan Charles Bradlaugh
misalnya saat perundingan di Westfalen pada mengenai apakah sekularisme berkaitan deng-
tahun 1946, istilah ini dimaksudkan sebagai
7
Choirul Fuad Yusuf, “Sekularisasi Dan Sekularisme
4
Choirul Fuad Yusuf, “Peran Agama Dalam Tinjauan Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi
Masyarakat” (Universitas Indonesia, 2000), 25. Tentang Peran Agama Dalam Masyarakat”
5
Choirul Fuad Yusuf, “Peran Agama Dalam (Universitas Indonesia, 1989), 17.
Masyarakat. 8
Yusuf, “Sekularisasi Dan Sekularisme Tinjauan
6
Choirul Fuad Yusuf, “Peran Agama Dalam Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi Tentang Peran
Masyarakat ,27. Agama Dalam Masyarakat, 18.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102 93


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

an ateisme atau tidak. Pada perdebatan ini menurut Elizabeth K. Nottingham, dalam pem-
Holyoake, tetap bertahan bahwa sekularisme bahasan agama yang dibutuhkan bukanlah
tidak ada kaitannya dengan ateisme. Namun definisi melainkan deskripsi tentang agama.13
lawannya tetap menganggap bahwa ateisme Pada situasi terdapatnya beragam definisi
pada dasarnya merupakan presuposisi dari dan makna dari agama diperlukan pemilahan
sekularisme.9 makna agama dan menentukan perspektif dari
Penjelasan sekularisme selanjutnya datang makna agama yang hendak dipakai dalam
dari Wilson bahwa sekularisme dapat dikata- penulisan makalah ini. Ada salah satu makna
kan sebagai suasana yang menunjukkan ada- agama yang disampaikan oleh Cohn (1969)
nya rational procedure, technology and yang menurut penulis sangat sesuai jika
absense of the sacred.10 dikaitkan dengan masalah sekularisasi.
Dari beberapa pengertian di atas nampak Cohn, menggambarkan ada 3 kategori
bahwa sekularisme mengandung unsur mera- makna agama yaitu makna agama secara
gukan tuhan dan agama di dunia dalam arti institusional, makna agama secara normatif
luas. Atau secara sederhana biasa dikatakan dan makna agama secara kognitif.
tuhan dan agama belum secara tegas ditolak Agama secara institusi atau lembaga
atau diterima, hanya saja secara eksplisit diartikan sebagai suatu organisasi, wadah atau
memiliki kecenderungan adanya ateisme lembaga yang dibentuk oleh para pengikutnya
dalam sekularisme. (penganut agama) yang berpusat pada kekuat-
an-kekuatan non-empirik yang dipercayai dan
2. Pengertian Agama dipergunakannya untuk mencapai keselamatan
Mendefinisikan agama adalah suatu usaha bagi diri mereka dan masyarakat pada umum-
yang lebih sulit lagi, karena umur agama setua nya. Sebagai suatu institusi atau lembaga,
sejarah manusia itu sendiri.11 Bahkan menurut agama memiliki wewenang, peran dan fungsi
Mukti Ali, terdapat tiga kesulitan dalam mende- fundamental untuk mengurusi dan mengelola
finisikan agama. Pertama, agama itu adalah soal seluruh aktivitas religius masyarakatnya.
batini dan subjektif, serta individualistik. Kedua, Diantaranya, agama berfungsi untuk mengatur
barangkali tidak ada yang berbicara begitu dan melengkapi kebutuhan religius masya-
semangat dan emosional lebih daripada membi- rakat yang berkaitan dengan religiusitas,
carakan agama, maka dalam membahas tentang moralitas atau spiritualitas yang diperlukan
arti agama selalu adanya emosi yang kuat oleh masyarakat penganutnya.14
sehingga sulit memberikan arti kalimat agama Definisi agama secara normatif, dipahami
itu. Ketiga, konsepsi tentang agama akan sebagai suatu sistem norma atau kaidah yang
dipenguhi oleh tujuan orang yang memberikan berasal dari dzat yang diimaninya, yang dalam
pengertian agama itu.12 Sehubungan dengan itu, bahasa agama disebut dengan Tuhan.15
Elizabeth K. Nottingham sempat menyatakan Kategori terakhir dari makna agama
bahwa tidak ditemukan satu definisi agama pun menurut Cohn, adalah makna agama secara
yang benar-benar memuaskan. Oleh karena itu, kognitif atau yang berhubungan dengan pe-
ngetahuan dan pengalaman. Agama diartikan
sebagai suatu tradisi atau adat istiadat dari
9
Yusuf, “Sekularisasi Dan Sekularisme Tinjauan
Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi Tentang Peran
kepercayaan yang dipelihara secara turun-
Agama Dalam Masyaraka.t Yusuf, “Sekularisasi dan temurun.
Sekularisme Tinjauan Filsafati mengenai Perubahan
Persepsi Tentang Peran Agama dalam Masyarakat.”
10
Yusuf, “Sekularisasi Dan Sekularisme, Tinjauan 13
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat
Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi Tentang Peran (Jakarta: Rajawali Press, 1985), 3.
14
Agama Dalam Masyarakat. Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
11
Abdullah Ali, Agama Dalam Ilmu Perbandingan Secularisation: A Critique of A Concept.
15
(Bandung: Nuansa Aulia, 2007), 19. Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat,4.
12
Mukti Ali, Agama Dan Pembangunan Di Indonesia Yusuf, <i>Analisis Buku Kontemporer: The Sociology
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1972), 227. of Secularisation: A Critique of A Concept</i>.

94 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

3. Sekularisasi Agama tor-indikator sosial yang berkaitan dengan


Untuk lebih memahami sekularisasi agama, gereja misalnya partisipasi keagamaan,
tiga konsep yang dikemukakan oleh Cohn keanggotaan gereja, jumlah peserta sekolah
sangat cocok untuk dijadikan analisis. Untuk minggu, pernikahan gereja, pemanfaatan hari
lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah sabath dan lain-lain yang berkaitan dengan
ini. gereja menjadi ukuran keberadaan institusi
Tabel Definisi Sekularisasi Agama agama.
Agama Agama Agama Dengan indikator seperti yang sudah
Kognitif disebutkan di atas ada sebuah penelitian dari
Institusional Normatif Lynd and Lynd, A Study in American Culture
Decline of Reli- Segmentation yang diterbitkan tahun 1929, dalam kesim-
Transformation
gion pulannya menyebutkan bahwa ternyata telah
Seculatisation terjadi krisis kredibilitas dalam tubuh lembaga
(Industrialisation, agama, dalam hal ini adalah gereja. Telah
Routinisation Generalisation Urbanisation, terjadi kemerosotan dalam gereha. Semangat
Modernisation) kerja kian mengendor, menurun dibandingkan
dengan kondisi masyarakat sebelumnya.17
Differentiation Desacralisation -
Dalam penelitian lain dari Alexander
- Murray menggambarkan kehidupan beragama
Disengagement Secularism
di Italia pada abad 13. Murray menyebutkan
Sumber: dikutip dari jurnal Lektur dan Kaza- bahwa sebagian besar masyarakat abad ke 13
nah Keagamaan Cetakan 1 Desember 2013 tidak mengadiri gereja sama sekali.18 Humbert
juga menulis dalam bukunya On the Teaching
A. Sekularisasi Agama Institusional of Preachers menguatkan temuan Murray, ia
Berdasarkan tabel di atas, maksud seku- menyebutkan bahwa masyarakat jarang pergi
larisasi jika berdasarkan definisi agama secara ke gereja, dan ketika hadirpun jarang dari
institusional dapat terwujud melalui terjadinya mereka yang ikut khutbah sehingga mereka
kemerosotan atau kemunduran wibawa lemba- hanya tahu sedikit mengenai keselamatan
ga agama atau biasa disebut sebagai decline of mereka.19 Dalam buku lainnya Dives and
religion, rutinisasi, diferensiasi, dan pemisah- Pauper dengan penulis anonim menyebutkan
an lembaga agama (disengagement of reli- adanya keluhan bahwa orang-orang enggan
gion). untuk mendengar Layanan Allah, dan ketika
mereka harus menghadiri, mereka datang
a. Sekularisasi sebagai Decline of Religion terlambat dan pulang lebih awal. Mereka lebih
Decline of religion atau kemunduran peran suka pergi ke sebuah kedai dari pada Gereja
lembaga agama barangkali salah satu definisi Kudus.20
yang paling dikenal dalam masyarakat. Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian
Kemunduran lembaga agama dalam hal ini saja dari gejala bagaimana sekularisasi dipan-
adalah bahwa agama sebagai suatu lembaga dang sebagai kemerosotan lembaga agama.
mengalami kemerosotan, kemunduran atau
penurunan agamanya. Bahkan lebih dari itu b. Sekularisasi sebagai Proses Diferensiasi
institusi agama kehilangan otoritas, wewenang Arti kedua dari sekularisasi jika dilihat dari
dalam mengatur segenap urusan agama masya- definisi agama secara institusional adalah
rakat penganutnya. Gejala seperti inilah yang diferensiasi. Yang dimaksud dengan diferen-
ditangkap oleh banyak peneliti di barat.16
Dalam melihat gejala kemerosotan ini 17
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat,6.
umumnya para peneliti menggunakan indika-
18
“ Stark, Secularism R.I.P.”, 255.
19
Stark, “Secularism R.I.P, 256.
16
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat,5. 20
Stark, “Secularism R.I.P,257.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102 95


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

siasi adalah perubahan-perubahan dinamik- masyarakat kemudian membagi diri menjadi


progresif dalam suatu organisasi yang unit, atau subsistem lebih banyak lagi. Dife-
berkaitan dengan klasifikasi terhadap perbe- rensiasi antara komunitas sosial di satu pihak
daan-perbedaan yang biasanya sama, atau pro- dengan komunitas religius di pihak lain dalam
ses di mana peran-peran masyarakat bertam- tubuh institusi agama (dalam hal ini agama
bah banyak dan meningkat spesialisasinya.21 Kristen) itu sendiri, atau antara keyakinan atau
Untuk mengkaji diferensiasi sebagai proses keimanan dan etika naturalistik pada saatnya
sekularisasi, perlu untuk melihat paradigma menghadirkan timbulnya kehidupan sekular
parsonian. Dalam konteks ini Talcott Parsons dengan tatanan normatif dan legitimasi
melukiskan kondisi sosio-kultural masyarakat religius baru. Suatu tatanan hidup dimana
sekular Amerika modern, menyebutkan bahwa proses-proses sosial ekonomi, pendidikan,
agama dibandingkan dengan sebelumnya, politik, hukum, kesejahteraan, kesehatan dan
kehilangan tersebut terutama adalah diaki- sebagainya berjalan dan berada secara spe-
batkan oleh terjadinya diferensiasi struktural cialized dan diferentiated. Para sosiolog
dalam masyarakat yang berkaitan dengan menggambarkan kondisi sosio-kultural masya-
proses-proses perubahan orientasi religius, rakat barat telah mengalami proses dife-
meskipun tidak menyebabkan hilangnya rensiasi. Di mana sejak abad reformasi teru-
kekuatan-kekuatan nilai-nilai religius itu tama sekali sejak revolusi industri, masyarakat
sendiri.22 barat telah mengalami segmentasi dan spe-
Pengungkapan Parsons di atas memper- sialisasi, serta kompartementalisasi. Dimensi
lihatkan bahwa di tengah kehidupan masya- agama tidak lagi meliputi bidang luas
rakat Amerika yang terkenal pragmatis, agama menyangkut bidang kehidupan keseharian
mengalami banyak kehilangan peran. Di antara dalam semua sektor. Gereja hanya merupakan
penyebabnya adalah adanya proses diferensiasi institusi yang mengkhususkan diri dalam
struktural dalam masyarakat, terutama yang bidang kerohanian yang sangat terbatas gerak-
berhubungan dengan orientasi keagamaan. an dan kewenangannya. Seperti digambarkan
Diferensiasi struktural berkaitan dengan dua secara jelas oleh Bruce Wilson dalam
aspek.23 Pertama adalah aspek perkembangan tulisannya The Church in a Secular Society,
organisasi-pluralistik di satu pihak, dan kedua mengatakan bahwa Sejak zaman reformasi,
aspek perkembangan yang berkaitan dengan terlebih sejak Revolusi Industri, masyarakat
tingkat generalitas yang lebih tinggi di pihak telah mengalami segmentasi dan terspe-
lain yang mengawali lahirnya apa yang disebut sialisasi. Agama tidak lagi berperan mencakup
dengan generic religion. Proses diferensiasi kehidupan sehari-hari. Kebanyakan proses-
struktural berkaitan dengan tumbuhnya orga- proses sosial, misalkan proses ekonomi,
nisasi masyarakat pluralistik, seiring dengan politik, hukum, kesejahteraan, kesehatan dan
berkembangnya budaya spesialisasi fungsional pendidikan memerankan bentuknya sebagai
dari struktur-struktur kehidupan masyarakat institusi, personnel, dan cara berpikir secara
akibat terjadinya perubahan evolusioner sendiri-sendiri (masing-masing). Pun terma-
masyarakat. Perkembangan evolusioner suk Gereja pada saat yang bersamaan, berubah
masyarakat terjadi lantaran terjadinya pening- bentuknya menjadi suatu institusi yang
katan adaptif masyarakat. Demikian pula unit- mengkhususkan diri dalam hal "sakral" atau
unit atau sub-sistem yang terdapat di dalam suatu bentuk tertentu yang disakralkan.24
Demikian proses diferensiasi yang terjadi
21
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of akibat perkembangan masyarakat pada giliran-
Secularisation: A Critique of A Concept, 14. nya melahirkan perubahan persepsi masya-
22
Talcot Parson seperti dikutip Yusuf, Analisis Buku
Kontemporer: The Sociology of Secularisation: A
rakat terhadap peran agama itu sendiri. Dan
Critique of A Concept,15. perubahan persepsi ini melahirkan sikap
23
Talcot Parson seperti dikutip Yusuf, Analisis Buku
24
Kontemporer: The Sociology of Secularisation: A Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Critique of A Concept, 16. Secularisation: A Critique of A Concept.

96 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

ketidakpedulian mereka atas peran agama dan dalam pengertian sosiologik, namun telah
religius dalam derap kehidupan mereka. digantikan dengan atau oleh seperangkat ide-
ide upacara dan simbol yang lain.26
c. Sekularisasi sebagai proses rutinisasi
Istilah rutinisasi (routinisation) sebagai d. Sekularisasi Sebagai Proses Pelepasan
bentuk proses sekularisasi didasarkan pada Pengertian sekularisasi lainnya bila dilihat
pandangan teoretik mengenai dikotomi gereja dari definisi agama secara institusional adalah
dan sekte dari Weber-Troeltsch. Menurut pelepasan diri agama dari kehidupan dunia.
mereka, Gereja harus dimengerti sebagai kasus Kehidupan tidak lagi didominasi institusi
yang berbeda dari kasus lain. Gereja dipan- agama atau kewenangan lembaga agama. Para
dang memiliki otoritas luas, birokratik, serta Ilmuwan sosial menyebut proses ini sebagai
bersifat kompromistik dengan dunia luas, disengagement of religion yaitu pelepasan
sementara sekte dipandang menolak kom- atau pemisahan lembaga agama dari lembaga
promi dengan tuntutan Gereja. Sekte merupa- sekuler. Antara keduanya tidak lagi terjadi
kan saluran perubahan sosial, dan meman- intervensi otoritas.
dang pengalaman religius pada hakekat- Glasner merumuskan bahwa apa yang
nya bersifat pribadi dan individual. Warner dimaksud dengan sekularisasi adalah suatu
Stark menyebut antara keduanya sebagai gerakan perubahan dan kewenangan kontrol
typically a contra culture, atau sebagai suatu gereja kepada negara atau pemerintah dalam
hal yang secara khas mempunyai ciri semua aspek kehidupan masyarakat. Seku-
kultural yang bertentangan.25 Bila Gereja larisasi merupakan gejala tumbuhnya negara
adalah besar, birokratik, dan kompromi sekular dan pengambil-alihan kekuasaan,
dengan dunia luas, maka sekte adalah peran, fungsi atau seluruh aktivitas yang
kecil, personal, individual dan non-kompromi semula diselenggarakan oleh institusi
dengan dunia luas. keagamaan. Dengan perkataan lain, seku-
Berdasarkan karakteristik sosial-kultural larisasi adalah gerakan pemisahan atau
tersebut, maka sekte suatu ketika cenderung pelepasan diri dari kekuasaan institusi agama
bakal kehilangan ciri-ciri sosio-etiknya lewat dalam berbagai aspeknya. Proses perubahan
proses rutinisasi yang terjadi. Proses pelepasan atau pemisahan yang terjadi dalam
selanjutnya, sekte akan menjadi suatu proses disengagement of religion ini, secara
kelompok yang bertujuan hanya untuk sosio-kultural dan sosio-idiologik, adalah
mempertahankan kemurnian ajaran yang dikarenakan oleh gerakan kebangkitan negara
mereka yakini. Dalam konteks kelembagaan, sekular yang secara administrasional meng-
dengan demikian, proses rutinisasi secara ambil alih hampir seluruh aktivitas kemasya-
sosiologis dapat dipahami sebagai gejala dari rakatan yang pada mulanya diselenggarakan
suatu proses sekularisasi. Hal ini, karena oleh institusi keagamaan. Walau demikian,
agama konvensional tidak berperan sebagai tidak seperti sekularisme yang pada hake-
agama yang operatif, dalam arti agama sebagai katnya menolak transendensi Tuhan maka
sistem kepercayaan dan sistem kaidah yang sekularisasi dalam pengertian pelepasan
secara nyata sanggup menyediakan bagi pemisahan ini hanya menghendaki terlepas
masyarakat makna dan nilai kehidupan yang atau terpisahkannya institusi-institusi pengatur
sebenarnya. Rutinisasi sebagai gejala dan kehidupan duniawi dan institusi pengatur
proses sekuralisasi adalah timbul manakala kehidupan akhirat. Terhadap gejala hal ini
agama konvensional (conventional religion) Mehl (1970),27 menyebutnya sebagai The
tidak lagi berperan sebagai agama operatif transfer of the corpus mysticum dari gereja
kepada negara dalam segala aspeknya,
25
W. Stark dalam buku The Sociology of Religion: A
26
Studi of Christendo, dikutip oleh Yusuf, Analisis Buku Critique of A Concept,19.
27
Kontemporer: The Sociology of Secularisation: A Mehl, The Sociology of Protestanism (London: SCM
Critique of A Concept, 18. Press, 1970), 158.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102 97


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

sehingga melahirkan berbagai bentuk makna B. Sekularisasi Agama Normatif


kehidupan baru. Secara normatif agama difahami sebagai
Pada akhirnya terjadilah pemisahan antara suatu sistem norma atau kaidah berasal dari
“dunia” di satu pihak dan institusi religius di dzat yang diimaninya, yakni Tuhan atau
pihak lain, dengan wilayah yang masing- kekuatan adikodrati (supernatural power).
masing pula. Di mana Gereja, sebagai institusi Termasuk kategori proses sekularisasi berakar
religius kian terpencil dan terpisah dari hiruk pada agama sebagai sistem norma adalah
pikuknya keramaian kiprah kehidupan masya- transformasi, generalisasi, desakralisasi, dan
rakat sebagai suatu keseluruhan. Gereja sekularisme itu sendiri.
semakin menyendiri dalam suasana yang
sangat berlainan dengan kurun waktu sebelum- a. Transformasi Nilai/Norma Agama
nya. Sekularisasi sebagai proses transformasi
Emansipasi dunia dan dominasi institusi dimaksudkan di sini adalah suatu proses
religius, secara historik-kultural berakar pada perubahan dari nilai-nilai religius (religious
abad humanisme-renaisans, terutama sekali value) yang bersumber atau berporos pada
pada zaman pencerahan (Aufklarung). Pada nilai-nilai transendental dan kekuatan ilahiah
masa ini, hampir semua sektor kehidupan (devine power) ke arah bentuk nilai-nilai
manusia mencoba melepaskan diri dari otoritas bersifat sekular, dalam artian duniawi
dan ikatan dengan institusi religius. Di temporal. Bila ditinjau dari prosesnya, maka
Perancis misalnya, pemisahan atau pelepasan transformasi religius tidak lebih dari proses
dalam hal undang-undang Gereja dan negara pergeseran atau penggeseran nilai-nilai
sepenuhnya terjadi pada saat republik ketiga religious ke arah bentuk nilai-nilai sekular
tahun 1905. Gereja kehilangan dana dari (profan, temporal) yang dianggapnya nilai
masyarakat luas. Bangunan-bangunan gereja praktis yang dapat diterapkan dalam
beralih menjadi milik pemerintah. Pengajaran kehidupan keseharian. Pergeseran ini
agama di sekolah-sekolah umum mulai diakibatkan oleh tumbuhnya sikap para
dihapuskan pada tahun 1982. Kemudian penganut agama yang cenderung untuk
diganti dengan pengajaran etika umum.28 melakukan adaptasi diri dengan struktur
Pada tahun 1904, semua institusi religius kehidupan masyarakat modern, yang bersifat
dilarang mengadakan pengajaran bantu materialistik, rasional, dan pragmatik, serta
apapun. Pada zaman pencerahan ini dapat pula sangat menuntut terwujudnya pemenuhan
disebut zaman akhir dari suatu proses kebutuhan hidupnya.
pemisahan institusi religius dengan institusi Tentang ini Weber dalam bukunya The
kehidupan sekular (duniawi). Bahkan dapat Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism
dikatakan lebih dari itu, pada saat ini, mulai menyebutkan bahwa keceriaan ahli waris
tumbuh suatu bentuk ideologi yang lebih zaman Pencerahan tak dapat dihindari lagi
ekstrim dinamikanya ketimbang proses tampak kian memudar dan kehilangan warna
disengagement itu sendiri. Yakni, hadirnya pasti, dan ide-ide tentang kewajiban yang
sekularisme, suatu idiologi yang secara terang- terdapat diri seseorang berputar-putar mencari
terangan menolak keberadaan segala bentuk sesuatu di sekitar kehidupan kita bagai hantu
supernaturalisme di muka bumi manusia. keyakinan religius yang telah mati. Di mana
Konsekuensi logisnya, sangat sulit untuk pemenuhan kewajiban tidak dapat secara
menentukan batas waktu yang pasti kapan langsung dikaitkan dengan nilai-nilai spiritual
proses disengagement of religion berhenti, dan budaya paling luhur, atau ketika
juga kapan sekularisme bermula.29 kebutuhan tidak lagi dirasakan sebagai
desakan ekonomi, maka orang pada umumnya
28
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept, 20.
29
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept,21.

98 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

meninggalkan sama sekali usaha untuk umum suatu agama berbentuk common
membenarkannya.30 religion atau public religion yang memiliki
karakteristik idiologik yang bersifat universal,
b. Generalisasi generik, dan humanistik, seperti halnya agama
Generalisasi merupakan salah situ bentuk humanistik, liberalism, komunisme, ataupun
proses sekularisasi yang berkaitan dengan bentuk sistem berpikir dan berperilaku yang
agama sebagai suatu sistem norma. Yaitu memberikan kerangka orientasi dan obyek
berkaitan dengan tata aturan, norma, atau pengabdiannya, yang dicipta dalam rangka
kaidah-kaidah yang menata dan mengatur menggantikan peran agama konvensional
tingkah laku kehidupan keserasian individu tradisional. Demikian pula, proses berga-
atau masyarakat. bungnya agama-agama atau denominasi yang
Dalam masyarakat tradisional, norma- membentuk satu agama yang lebih umum juga
norma religius memegang peran sangat merupakan indikator yang menggejala sebagai
penting sebagai sistem kaidah yang mengatur proses generalisasi, yang notabenenya juga
berbagai sektor atau lapangan kehidupan. merupakan proses sekularisasi.32
Hampir segala kegiatan kehidupan diatur,
dipertimbangkan, dan diputuskan berdasarkan c. Desakralisasi
norma atau kaidah agama, sejak persoalan Sakral berasal dan perkataan latin sacer,
kecil seperti makan, minum, bekerja, berarti suci, kudus, keramat, atau ilahi.
berbusana sampai pada masalah besar Kebalikan dari kata sakral adalah Profan yang
menyangkut kebijakan berskala nasional, berarti apa yang terletak di depan yang suci,
maka norma agama ikut serta di dalamnya. yang kudus, atau yang sakral. Jelasnya, profan
Namun, manakala kehidupan modern yang sesuatu yang bersifat duniawi. Dalam
bercirikan industrialisasi, urbanisasi, ilmu pengalaman religius, karena itu suatu barang
pengetahuan dan teknologi, pada gilirannya sakral berarti merupakan barang suci, kudus,
melahirkan sebuah proses yang disebut atau ilahi. Dengan demikian apa yang disebut
diferensiasi atau spesialisasi, maka norma- desakralisasi (bentukan dari de + sakral +
norma religius dan agama konvensional atau isasi) dapat dimengerti sebagai proses
nilai tradisional yang terdapat dalam penghilangan atau peniadaan hal-hal bersifat
masyarakat mengalami berbagai perubahan sakral.
yang menjurus kepada posisi penyempitan Salah satu ciri sosio-kultural dari masyara-
peran agama itu sendiri. Akibat perubahan kat modern adalah menghilangnya dimensi
peran dan terjadinya cara persepsi sekular, sakral. Berbeda dengan masyarakat tradisi-
maka agama menjadi tidak lagi ditafsirkan dan onal, yang bersifat religius, di mana mereka
didudukkan pada dan sebagai sistem norma memandang dunia penuh hierofani-hierofani
yang mengatur segalanya, akan tetapi, agama dan barang sakral, maka masyarakat modern
hanya ditempatkan pada posisi tertentu dengan cenderung mempercayai dunia tidak merujuk
tugas dan fungsi yang teramat sempit. kepada realitas lain yang transendental atau
Masyarakat tidak lagi memandang agama mengatasi dunia ini. Dunia, bagi orang
menjadi pusat atau sumber segala peraturan modern, tidak lebih daripada dunia belaka.
atau norma, kecuali hanya sebagai norma yang Karena itu yang sakral hilang dari dunia.
amat terbatas.31 Desakralisasi sebagai suatu proses sekuralisasi
Negara mengambil alih peran agama merupakan peristiwa sosiologis sebagai akibat
tersebut dengan cara mengganti dengan suatu terjadinya perubahan sosiokultural. Masyara-
bentuk baru sejenis agama yang bersifat sangat kat modern yang oleh Max Weber disebut
sebagai masyarakat yang ditandai oleh
30
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of rasionalisasi dan intelektualisasi juga oleh
Secularisation: A Critique of A Concept,
31 32
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept. Secularisation: A Critique of A Concept.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102 99


Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

adanya sikap kecewa dari dunia, tepatnya, C. Sekularisasi Kategori Kognitif


nilai-nilai tertinggi dan makna terakhir tentang Bagian terakhir penjelasan pengertian dan
kehidupan telah diasingkan dari kehidupan proses sekularisasi dalam kajian ini, adalah
khalayak ramai dalam bentuk alam transen- pengertian sekularisasi yang diacuhkan
dental kehidupan mistik ke dalam bentuk kepada definisi agama yang diakarkan pada
persaudaraan manusia bersifat langsung dan kategori kognitif. Apa yang dimaksudkan
pribadi.33 dengan istilah kognitif di sini adalah berkaitan
Di sini, norma-norma sekular seperti: dengan pengetahuan atau pengalaman.
efisiensi, efektivitas, keterpakaian (practic- Dalam kaitannya dengan pengertian agama
ability), materialitas, menempati kedudukan secara kognitif, di mana agama diartikan
lebih penting dari pada norma dan nilai sebagai suatu tradisi atau adat istiadat dari
religius. Lebih jauh, dalam masyarakat modern kepercayaan yang secara turun temurun
dengan struktur sosialnya yang industrial dan dipelihara, maka sekularisasi dapat mengerti
sikap modernitas yang dimilikinya menjadikan sebagai suatu proses meluntur atau menghi-
desakralisasi kosmis dan alam kian terwujud. langnya tradisi dalam kesadaran masyarakat
Menghilangnya sakralitas kosmis dan alam atau individu.35
semakin dapat disaksikan secara jelas. Di Kesadaran individu atau masyarakat
mana masyarakat tiada lagi membedakan modern yang kian dipenuhi dengan berbagai
antara mana yang sakral dan mana yang persoalan hidup duniawi yang kompleks,
profan. Antara persoalan akherat dan dunia runtutan ekonomi, kebebasan, kemerdekaan,
fana. Di bidang waktu, misalkan, antara hari ataupun pencapaian kebutuhan yang layak
atau waktu-waktu suci dan hari biasa cenderung menumbuhkan sikap, motivasi,
dipandang sama saja, tiada berbeda. Demikian persepsi, orientasi baru yang seringkali
pula antara ruang atau tempat suci dan tempat berlawanan dengan sikap, orientasi maupun
umum atau lapangan hidup lainnya. Ternyata persepsi dengan saat sebelumnya. Demikian
orang atau masyarakat modern tidak lagi pula, kondisi sosio-kultural yang semakin
memandang ada sakral yang profan. bersifat pluralistik dikarenakan terjadinya
diferensiasi atau spesialisasi kehidupan pada
d. Sekularisme saatnya juga menumbuhkan sikap yang kurang
Sekularisme sebagai suatu bentuk menghargai tradisi-tradisi yang sebelum
sekularisasi merupakan suatu proses penolakan ditempatkan dalam posisi dan peran yang
atau pegingkaran terhadap norma-norma luhur. Demikian pula berbagai perkembangan
religius dari dan dalam kehidupan di dunia. sosio-kultural dan sosio-struktural kehidupan
Sekularisme sebagai suatu ideologi menolak pada saatnya juga menyebabkan semakin
eksistensi pengaturan sakral bentuk anti berkurangnya penghargaan kepada tradisi-
religius, anti agama. Dengan demikian tradisi religius maupun agama.36
tumbuhnya organisasi irreligius pada dasarnya Masyarakat moderen yang ditandai juga
merupakan indikator sosio-idiologis atau oleh gejala rasionalisasi struktural yang secara
sosio-kultural terjadinya proses yang berkaitan institusional mewujudkan dalam bentuk
dengan sekularisasi.34 birokrasi tak luput membantu pula dinamika
Sekularisme menolak keberadaan tatanan gerakan sekuralisasi. Peter L. Berger menga-
ilahi. Sekularisme, sebaliknya, meyakini takan bahwa proses birokratisasi terjadi baik
kehidupan hanya terjadi di dunia. Tiada dalam hubungan-hubungan sosial internal
kehidupan setelahnya apapun namanya. maupun eksternalnya, dan makin banyak
kelompok-kelompok agama melihat peran

33 35
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept. Secularisation: A Critique of A Concept, 29.
34 36
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept,28. Secularisation: A Critique of A Concept, 29.

100 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102
Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

pendeta sebagai pegawai, umat beragama masyarakat. Peran agama semakin sempit
dipandang hanya sebagai pelanggan, serta dalam masyarakat.
kelompok agama yang berbeda dipandang Sekularisme di pihak lain merupakan suatu
sebagai organisasi sahabat yang memiliki ideologi. Sekularisme cenderung dekat kepada
masalah yang sama.37 ateisme karena mengandung doktrin yang
Birokratisasi yang tumbuh bersamaan menyangkal adanya transendensi Tuhan serta
dengan sistem manajemen modern ternyata menolak kehadiran agama dalam masyarakat.
juga membawa pengaruh mengurangi peng- Secara proses, memang tidak dapat dipungkiri
hayatan umat beragama terhadap Tuhan serta bahwa sekularisme merupakan akibat dari
penghargaannya terhadap agama sebagai suatu sekularisasi. Sekularisme adalah salah satu
yang dominan dalam kehidupan manusia. bentuk sekularisasi yang sangat ekstrim.
Sekularisasi sebagai sebuah gerakan pemisah-
4. Hubungan Sekularisasi Dan Sekularisme an “dunia” dari agama secara implisit meng-
Seperti yang sudah dipaparkan pada arah kepada sekularisme yang ateistik.
paparan sebelumnya bahwa antara sekularisasi Secara ringkas hubungan antara
dan sekularisme itu adalah dua hal yang sekularisasi dan sekularisme bahwa sekular-
berbeda, meski tidak bisa dipungkiri diantara isme merupakan ideologi sekuler yang
keduanya terdapat hubungan. Sekularisasi me- cenderung ateistik yang merupakan akibat dari
rupakan suatu proses dan sekularisme adalah proses sekularisasi yang ekstrim. Sedangkan
suatu ideologi. sekularisasi sendiri merupakan proses sosio-
Sekularisasi sebagai sebuah proses adalah kultural yang menuntut adanya pembenahan
niscaya karena pada kenyataannya, sekular- kembali agama dalam masyarakat. Maka
isasi adalah sebuah gerakan perubahan atau dapat dapat disimpulkan sekularisasi dan
lebih sederhananya sebuah perkembangan sekularisme merupakan dua hal yang berbeda.
pada sistem kepercayaan atau sistem religius
yang terjadi pada masyarakat sebagai akibat C. SIMPULAN
dari adanya interaksi sosial. Maka dapat pula Setelah diuraikan mengenai masalah yang
dikatakan bahwa sekularisasi sebagai proses berkaitan dengan sekularisasi dan sekularisme
sosio-religius karena menyangkut interaksi maka dapat diambil kesimpulan sebagai
masyarakat dan agama. Karena menyangkut berikut:
masyarakat maka sekularisasi juga merupakan 1. Sekularisasi dan sekularisme merupakan
proses sosio-kultural. kedua hal yang berbeda. Sekularisasi pada
Maka dengan demikian, terjadinya gejala dasarnya merupakan proses perubahan
sekularisasi pada agama baik itu decline of persepsi masyarakat tentang perubahan
religion, disengangement of religion maupun peran agama bagi masyarakat. Perubahan
diferensiasi nilai religius pada hakikatnya tersebut berkaitan dengan peran agama
merupakan akibat dari perubahan persepsi sebagai institusi, sistem norma maupun
masyarakat atas peran agama baik sebagai sistem kognitif. Oleh karena itu menelusuri
suatu institusi, maupun sebagai norma yang proses sekularisasi didasarkan pada
mengatur hidup masyarakat maupun individu. pemahaman agama berdasarkan definisi-
Ringkasnya sekularisasi sebagai proses sosio- definisi agama berdasarkan kagegori
kultural dapat diartikan sebagai perubahan institusional, normatif dan kognitif.
peran agama dalam masyarakat, di mana 2. Sekularisasi berdasarkan 3 kategori agama
institusi serta tokoh agama tidak lagi di atas diwujudkan dalam bentuk proses
menentukan secara dominan dalam kehidupan kemerosotan lembaga agama, rutinisasi,
diferensiasi, pelepasan,transformasi,
generalisasi, desakralisasi sekularisme itu
sendiri. Serta menghilangnya tradisi
37
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of keagamaan.
Secularisation: A Critique of A Concept, 29.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102 101
Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama

DAFTAR PUSTAKA Stark, Rodney. “Secularism R.I.P.” Sociology


Ali, Abdullah. Agama dalam Ilmu Perban- of Religion 60, no. 3 (1999).
dingan. Bandung: Nuansa Aulia, 2007. Yusuf, Choirul Fuad. Analisis Buku
Ali, Mukti. Agama dan Pembangunan di Kontemporer: The Sociology of
Indonesia. Jakarta: Departemen Agama Secularisation: A Critique of A Concept.
RI, 1972. Diedit oleh Fakhriati. Jakarta: Puslitbang
Mehl. The Sociology of Protestanism. London: Lektur dan Khazanah Keagamaan, 2013.
SCM Press, 1970. ———. “Peran Agama dalam Masyarakat.”
Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Universitas Indonesia, 2000.
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press, ———. “Sekularisasi dan Sekularisme
1985. Tinjauan Filsafati mengenai Perubahan
Persepsi Tentang Peran Agama dalam
Masyarakat.” Universitas Indonesia,
1989.

102 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102

Das könnte Ihnen auch gefallen