Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Keywords:
Modernization; Modernism; Secularization; secularism
__________________________
Abstrak
Berawal dari abad ke 19, kata sekularisasi itu muncul, sekularisasi dimaksudkan kepada penyerahan kekuasaan dan
hak milik gereja kepada negara dan yayasan duniawi. Dan pada abad ke 20, istilah ini mengalami perkembangan
secara konseptual yang panjang, sehingga memiliki makna dan arti yang beragam. Sedangkan di indonesia kata
sekularisasi ataupun sekularisme merupakan kata yang ‘haram’ untuk dibicarakan. Di Indonesia sendiri isu
mengenai sekularisasi pertama dilontarkan pada tahun 1970-an oleh Nurcholish Majid dan menuai pro dan kontra.
Perbedaan sekularisasi dan sekularisme adalah, sekularisasi di pahami sebagai proses Pelepasan Kehidupan tidak
lagi didominasi institusi agama atau kewenangan lembaga agama. Sekularisasi juga diartikan sebagai gerakan
pemisahan atau pelepasan diri dari kekuasaan institusi agama dalam berbagai aspeknya. Sedangkan sekularisme
adalah sebagai suatu ideologi atau paham yang menolak eksistensi pengaturan sacral. Para tokoh sepakat adanya
sekularisasi dan sekularisme ini karena adanya modernisasi Auguste Comte misalnya, ia mengumumkan bahwa
sebagai akibat dari modernisasi, masyarakat akan tumbuh melampaui "tahap teologis" dalam evolusi sosial dan pada
saat itu agama akan ditinggalkan.1 Selain itu juga Modernisasi mengakibatkan sekularisasi. Karena Transformasi
nilai adalah terjadinya Pergeseran ini diakibatkan olehtumbuhnya sikap para penganut agama yang cenderung untuk
melakukan adaptasi diri dengan struktur kehidupan masyarakat modern, yang bersifat materialistik, rasional, dan
pragmatik, serta sangat menuntut terwujudnya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sisi positif dari sekularisme adalah
Sebagai suatu sistem etika, yang mengajarkan manusia untuk terus meningkatkan taraf hidupnya yang bermanfaat
dengan cara mencari kebaikan di dunia lewat kemampuan manusiawi tanpa terikat dan merujuk pada agama atau
ajaran agama yang bersifat adikodrati. Sisi negatifnya adalah sekularisme di artikan sebagai paham yang menolak
pengaturan sakral, dan hal ini mengakibatkan ketidak percayaan terhadap agama.
Kata Kunci:
Modernisasi; Modernsime; Sekularisasi; Sekularisme.
__________________________
Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama
1
Rodney Stark, “Secularism R.I.P.,” Sociology of 3
Choirul Fuad Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The
Religion 60, no. 3 (1999), 250. Sociology of Secularisation: A Critique of A Concept,
2
Stark, “Secularism R.I.P.,” Sociology of Religion 60, ed. Fakhriati (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah
no. 3 (1999),251Stark, “Secularism R.I.P.” Keagamaan, 2013), 1.
an ateisme atau tidak. Pada perdebatan ini menurut Elizabeth K. Nottingham, dalam pem-
Holyoake, tetap bertahan bahwa sekularisme bahasan agama yang dibutuhkan bukanlah
tidak ada kaitannya dengan ateisme. Namun definisi melainkan deskripsi tentang agama.13
lawannya tetap menganggap bahwa ateisme Pada situasi terdapatnya beragam definisi
pada dasarnya merupakan presuposisi dari dan makna dari agama diperlukan pemilahan
sekularisme.9 makna agama dan menentukan perspektif dari
Penjelasan sekularisme selanjutnya datang makna agama yang hendak dipakai dalam
dari Wilson bahwa sekularisme dapat dikata- penulisan makalah ini. Ada salah satu makna
kan sebagai suasana yang menunjukkan ada- agama yang disampaikan oleh Cohn (1969)
nya rational procedure, technology and yang menurut penulis sangat sesuai jika
absense of the sacred.10 dikaitkan dengan masalah sekularisasi.
Dari beberapa pengertian di atas nampak Cohn, menggambarkan ada 3 kategori
bahwa sekularisme mengandung unsur mera- makna agama yaitu makna agama secara
gukan tuhan dan agama di dunia dalam arti institusional, makna agama secara normatif
luas. Atau secara sederhana biasa dikatakan dan makna agama secara kognitif.
tuhan dan agama belum secara tegas ditolak Agama secara institusi atau lembaga
atau diterima, hanya saja secara eksplisit diartikan sebagai suatu organisasi, wadah atau
memiliki kecenderungan adanya ateisme lembaga yang dibentuk oleh para pengikutnya
dalam sekularisme. (penganut agama) yang berpusat pada kekuat-
an-kekuatan non-empirik yang dipercayai dan
2. Pengertian Agama dipergunakannya untuk mencapai keselamatan
Mendefinisikan agama adalah suatu usaha bagi diri mereka dan masyarakat pada umum-
yang lebih sulit lagi, karena umur agama setua nya. Sebagai suatu institusi atau lembaga,
sejarah manusia itu sendiri.11 Bahkan menurut agama memiliki wewenang, peran dan fungsi
Mukti Ali, terdapat tiga kesulitan dalam mende- fundamental untuk mengurusi dan mengelola
finisikan agama. Pertama, agama itu adalah soal seluruh aktivitas religius masyarakatnya.
batini dan subjektif, serta individualistik. Kedua, Diantaranya, agama berfungsi untuk mengatur
barangkali tidak ada yang berbicara begitu dan melengkapi kebutuhan religius masya-
semangat dan emosional lebih daripada membi- rakat yang berkaitan dengan religiusitas,
carakan agama, maka dalam membahas tentang moralitas atau spiritualitas yang diperlukan
arti agama selalu adanya emosi yang kuat oleh masyarakat penganutnya.14
sehingga sulit memberikan arti kalimat agama Definisi agama secara normatif, dipahami
itu. Ketiga, konsepsi tentang agama akan sebagai suatu sistem norma atau kaidah yang
dipenguhi oleh tujuan orang yang memberikan berasal dari dzat yang diimaninya, yang dalam
pengertian agama itu.12 Sehubungan dengan itu, bahasa agama disebut dengan Tuhan.15
Elizabeth K. Nottingham sempat menyatakan Kategori terakhir dari makna agama
bahwa tidak ditemukan satu definisi agama pun menurut Cohn, adalah makna agama secara
yang benar-benar memuaskan. Oleh karena itu, kognitif atau yang berhubungan dengan pe-
ngetahuan dan pengalaman. Agama diartikan
sebagai suatu tradisi atau adat istiadat dari
9
Yusuf, “Sekularisasi Dan Sekularisme Tinjauan
Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi Tentang Peran
kepercayaan yang dipelihara secara turun-
Agama Dalam Masyaraka.t Yusuf, “Sekularisasi dan temurun.
Sekularisme Tinjauan Filsafati mengenai Perubahan
Persepsi Tentang Peran Agama dalam Masyarakat.”
10
Yusuf, “Sekularisasi Dan Sekularisme, Tinjauan 13
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat
Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi Tentang Peran (Jakarta: Rajawali Press, 1985), 3.
14
Agama Dalam Masyarakat. Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
11
Abdullah Ali, Agama Dalam Ilmu Perbandingan Secularisation: A Critique of A Concept.
15
(Bandung: Nuansa Aulia, 2007), 19. Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat,4.
12
Mukti Ali, Agama Dan Pembangunan Di Indonesia Yusuf, <i>Analisis Buku Kontemporer: The Sociology
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1972), 227. of Secularisation: A Critique of A Concept</i>.
ketidakpedulian mereka atas peran agama dan dalam pengertian sosiologik, namun telah
religius dalam derap kehidupan mereka. digantikan dengan atau oleh seperangkat ide-
ide upacara dan simbol yang lain.26
c. Sekularisasi sebagai proses rutinisasi
Istilah rutinisasi (routinisation) sebagai d. Sekularisasi Sebagai Proses Pelepasan
bentuk proses sekularisasi didasarkan pada Pengertian sekularisasi lainnya bila dilihat
pandangan teoretik mengenai dikotomi gereja dari definisi agama secara institusional adalah
dan sekte dari Weber-Troeltsch. Menurut pelepasan diri agama dari kehidupan dunia.
mereka, Gereja harus dimengerti sebagai kasus Kehidupan tidak lagi didominasi institusi
yang berbeda dari kasus lain. Gereja dipan- agama atau kewenangan lembaga agama. Para
dang memiliki otoritas luas, birokratik, serta Ilmuwan sosial menyebut proses ini sebagai
bersifat kompromistik dengan dunia luas, disengagement of religion yaitu pelepasan
sementara sekte dipandang menolak kom- atau pemisahan lembaga agama dari lembaga
promi dengan tuntutan Gereja. Sekte merupa- sekuler. Antara keduanya tidak lagi terjadi
kan saluran perubahan sosial, dan meman- intervensi otoritas.
dang pengalaman religius pada hakekat- Glasner merumuskan bahwa apa yang
nya bersifat pribadi dan individual. Warner dimaksud dengan sekularisasi adalah suatu
Stark menyebut antara keduanya sebagai gerakan perubahan dan kewenangan kontrol
typically a contra culture, atau sebagai suatu gereja kepada negara atau pemerintah dalam
hal yang secara khas mempunyai ciri semua aspek kehidupan masyarakat. Seku-
kultural yang bertentangan.25 Bila Gereja larisasi merupakan gejala tumbuhnya negara
adalah besar, birokratik, dan kompromi sekular dan pengambil-alihan kekuasaan,
dengan dunia luas, maka sekte adalah peran, fungsi atau seluruh aktivitas yang
kecil, personal, individual dan non-kompromi semula diselenggarakan oleh institusi
dengan dunia luas. keagamaan. Dengan perkataan lain, seku-
Berdasarkan karakteristik sosial-kultural larisasi adalah gerakan pemisahan atau
tersebut, maka sekte suatu ketika cenderung pelepasan diri dari kekuasaan institusi agama
bakal kehilangan ciri-ciri sosio-etiknya lewat dalam berbagai aspeknya. Proses perubahan
proses rutinisasi yang terjadi. Proses pelepasan atau pemisahan yang terjadi dalam
selanjutnya, sekte akan menjadi suatu proses disengagement of religion ini, secara
kelompok yang bertujuan hanya untuk sosio-kultural dan sosio-idiologik, adalah
mempertahankan kemurnian ajaran yang dikarenakan oleh gerakan kebangkitan negara
mereka yakini. Dalam konteks kelembagaan, sekular yang secara administrasional meng-
dengan demikian, proses rutinisasi secara ambil alih hampir seluruh aktivitas kemasya-
sosiologis dapat dipahami sebagai gejala dari rakatan yang pada mulanya diselenggarakan
suatu proses sekularisasi. Hal ini, karena oleh institusi keagamaan. Walau demikian,
agama konvensional tidak berperan sebagai tidak seperti sekularisme yang pada hake-
agama yang operatif, dalam arti agama sebagai katnya menolak transendensi Tuhan maka
sistem kepercayaan dan sistem kaidah yang sekularisasi dalam pengertian pelepasan
secara nyata sanggup menyediakan bagi pemisahan ini hanya menghendaki terlepas
masyarakat makna dan nilai kehidupan yang atau terpisahkannya institusi-institusi pengatur
sebenarnya. Rutinisasi sebagai gejala dan kehidupan duniawi dan institusi pengatur
proses sekuralisasi adalah timbul manakala kehidupan akhirat. Terhadap gejala hal ini
agama konvensional (conventional religion) Mehl (1970),27 menyebutnya sebagai The
tidak lagi berperan sebagai agama operatif transfer of the corpus mysticum dari gereja
kepada negara dalam segala aspeknya,
25
W. Stark dalam buku The Sociology of Religion: A
26
Studi of Christendo, dikutip oleh Yusuf, Analisis Buku Critique of A Concept,19.
27
Kontemporer: The Sociology of Secularisation: A Mehl, The Sociology of Protestanism (London: SCM
Critique of A Concept, 18. Press, 1970), 158.
meninggalkan sama sekali usaha untuk umum suatu agama berbentuk common
membenarkannya.30 religion atau public religion yang memiliki
karakteristik idiologik yang bersifat universal,
b. Generalisasi generik, dan humanistik, seperti halnya agama
Generalisasi merupakan salah situ bentuk humanistik, liberalism, komunisme, ataupun
proses sekularisasi yang berkaitan dengan bentuk sistem berpikir dan berperilaku yang
agama sebagai suatu sistem norma. Yaitu memberikan kerangka orientasi dan obyek
berkaitan dengan tata aturan, norma, atau pengabdiannya, yang dicipta dalam rangka
kaidah-kaidah yang menata dan mengatur menggantikan peran agama konvensional
tingkah laku kehidupan keserasian individu tradisional. Demikian pula, proses berga-
atau masyarakat. bungnya agama-agama atau denominasi yang
Dalam masyarakat tradisional, norma- membentuk satu agama yang lebih umum juga
norma religius memegang peran sangat merupakan indikator yang menggejala sebagai
penting sebagai sistem kaidah yang mengatur proses generalisasi, yang notabenenya juga
berbagai sektor atau lapangan kehidupan. merupakan proses sekularisasi.32
Hampir segala kegiatan kehidupan diatur,
dipertimbangkan, dan diputuskan berdasarkan c. Desakralisasi
norma atau kaidah agama, sejak persoalan Sakral berasal dan perkataan latin sacer,
kecil seperti makan, minum, bekerja, berarti suci, kudus, keramat, atau ilahi.
berbusana sampai pada masalah besar Kebalikan dari kata sakral adalah Profan yang
menyangkut kebijakan berskala nasional, berarti apa yang terletak di depan yang suci,
maka norma agama ikut serta di dalamnya. yang kudus, atau yang sakral. Jelasnya, profan
Namun, manakala kehidupan modern yang sesuatu yang bersifat duniawi. Dalam
bercirikan industrialisasi, urbanisasi, ilmu pengalaman religius, karena itu suatu barang
pengetahuan dan teknologi, pada gilirannya sakral berarti merupakan barang suci, kudus,
melahirkan sebuah proses yang disebut atau ilahi. Dengan demikian apa yang disebut
diferensiasi atau spesialisasi, maka norma- desakralisasi (bentukan dari de + sakral +
norma religius dan agama konvensional atau isasi) dapat dimengerti sebagai proses
nilai tradisional yang terdapat dalam penghilangan atau peniadaan hal-hal bersifat
masyarakat mengalami berbagai perubahan sakral.
yang menjurus kepada posisi penyempitan Salah satu ciri sosio-kultural dari masyara-
peran agama itu sendiri. Akibat perubahan kat modern adalah menghilangnya dimensi
peran dan terjadinya cara persepsi sekular, sakral. Berbeda dengan masyarakat tradisi-
maka agama menjadi tidak lagi ditafsirkan dan onal, yang bersifat religius, di mana mereka
didudukkan pada dan sebagai sistem norma memandang dunia penuh hierofani-hierofani
yang mengatur segalanya, akan tetapi, agama dan barang sakral, maka masyarakat modern
hanya ditempatkan pada posisi tertentu dengan cenderung mempercayai dunia tidak merujuk
tugas dan fungsi yang teramat sempit. kepada realitas lain yang transendental atau
Masyarakat tidak lagi memandang agama mengatasi dunia ini. Dunia, bagi orang
menjadi pusat atau sumber segala peraturan modern, tidak lebih daripada dunia belaka.
atau norma, kecuali hanya sebagai norma yang Karena itu yang sakral hilang dari dunia.
amat terbatas.31 Desakralisasi sebagai suatu proses sekuralisasi
Negara mengambil alih peran agama merupakan peristiwa sosiologis sebagai akibat
tersebut dengan cara mengganti dengan suatu terjadinya perubahan sosiokultural. Masyara-
bentuk baru sejenis agama yang bersifat sangat kat modern yang oleh Max Weber disebut
sebagai masyarakat yang ditandai oleh
30
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of rasionalisasi dan intelektualisasi juga oleh
Secularisation: A Critique of A Concept,
31 32
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept. Secularisation: A Critique of A Concept.
33 35
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept. Secularisation: A Critique of A Concept, 29.
34 36
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of
Secularisation: A Critique of A Concept,28. Secularisation: A Critique of A Concept, 29.
100 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102
Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama
pendeta sebagai pegawai, umat beragama masyarakat. Peran agama semakin sempit
dipandang hanya sebagai pelanggan, serta dalam masyarakat.
kelompok agama yang berbeda dipandang Sekularisme di pihak lain merupakan suatu
sebagai organisasi sahabat yang memiliki ideologi. Sekularisme cenderung dekat kepada
masalah yang sama.37 ateisme karena mengandung doktrin yang
Birokratisasi yang tumbuh bersamaan menyangkal adanya transendensi Tuhan serta
dengan sistem manajemen modern ternyata menolak kehadiran agama dalam masyarakat.
juga membawa pengaruh mengurangi peng- Secara proses, memang tidak dapat dipungkiri
hayatan umat beragama terhadap Tuhan serta bahwa sekularisme merupakan akibat dari
penghargaannya terhadap agama sebagai suatu sekularisasi. Sekularisme adalah salah satu
yang dominan dalam kehidupan manusia. bentuk sekularisasi yang sangat ekstrim.
Sekularisasi sebagai sebuah gerakan pemisah-
4. Hubungan Sekularisasi Dan Sekularisme an “dunia” dari agama secara implisit meng-
Seperti yang sudah dipaparkan pada arah kepada sekularisme yang ateistik.
paparan sebelumnya bahwa antara sekularisasi Secara ringkas hubungan antara
dan sekularisme itu adalah dua hal yang sekularisasi dan sekularisme bahwa sekular-
berbeda, meski tidak bisa dipungkiri diantara isme merupakan ideologi sekuler yang
keduanya terdapat hubungan. Sekularisasi me- cenderung ateistik yang merupakan akibat dari
rupakan suatu proses dan sekularisme adalah proses sekularisasi yang ekstrim. Sedangkan
suatu ideologi. sekularisasi sendiri merupakan proses sosio-
Sekularisasi sebagai sebuah proses adalah kultural yang menuntut adanya pembenahan
niscaya karena pada kenyataannya, sekular- kembali agama dalam masyarakat. Maka
isasi adalah sebuah gerakan perubahan atau dapat dapat disimpulkan sekularisasi dan
lebih sederhananya sebuah perkembangan sekularisme merupakan dua hal yang berbeda.
pada sistem kepercayaan atau sistem religius
yang terjadi pada masyarakat sebagai akibat C. SIMPULAN
dari adanya interaksi sosial. Maka dapat pula Setelah diuraikan mengenai masalah yang
dikatakan bahwa sekularisasi sebagai proses berkaitan dengan sekularisasi dan sekularisme
sosio-religius karena menyangkut interaksi maka dapat diambil kesimpulan sebagai
masyarakat dan agama. Karena menyangkut berikut:
masyarakat maka sekularisasi juga merupakan 1. Sekularisasi dan sekularisme merupakan
proses sosio-kultural. kedua hal yang berbeda. Sekularisasi pada
Maka dengan demikian, terjadinya gejala dasarnya merupakan proses perubahan
sekularisasi pada agama baik itu decline of persepsi masyarakat tentang perubahan
religion, disengangement of religion maupun peran agama bagi masyarakat. Perubahan
diferensiasi nilai religius pada hakikatnya tersebut berkaitan dengan peran agama
merupakan akibat dari perubahan persepsi sebagai institusi, sistem norma maupun
masyarakat atas peran agama baik sebagai sistem kognitif. Oleh karena itu menelusuri
suatu institusi, maupun sebagai norma yang proses sekularisasi didasarkan pada
mengatur hidup masyarakat maupun individu. pemahaman agama berdasarkan definisi-
Ringkasnya sekularisasi sebagai proses sosio- definisi agama berdasarkan kagegori
kultural dapat diartikan sebagai perubahan institusional, normatif dan kognitif.
peran agama dalam masyarakat, di mana 2. Sekularisasi berdasarkan 3 kategori agama
institusi serta tokoh agama tidak lagi di atas diwujudkan dalam bentuk proses
menentukan secara dominan dalam kehidupan kemerosotan lembaga agama, rutinisasi,
diferensiasi, pelepasan,transformasi,
generalisasi, desakralisasi sekularisme itu
sendiri. Serta menghilangnya tradisi
37
Yusuf, Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of keagamaan.
Secularisation: A Critique of A Concept, 29.
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102 101
Rd. Datoek A. Fachoer Sekularisasi dan Sekularisme Agama
102 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 91-102