Sie sind auf Seite 1von 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah


Untuk mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain
diperlukan suatu peralatan. Selain peralatan utama yang digunakan, ada bagian-
bagian yang tidak kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-
peristiwa yang dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari
peralatan ini dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Dalam menggunakan pipa
yang harus diperhatikan adalah karakteristik dari fluida yang digunakan, misalnya
sifat korosi, explosive, racun, suhu dan tekanan. Apabila fluida dilewatkan ke
dalam pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dengan fluida tersebut.
Besarnya gesekan yang terjadi tergantung pada kecepatan, kekerasan pipa,
diameter dan viskositas fluida yang digunakan.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi dalam pipa
apabila fluida dilewatkan ke dalamnya. Gesekan yang terjadi dapat mempengaruhi
aliran fluida dalam pipa, aliran ini dapat terjadi secara laminar atau turbulen yang
nilainya dapat didekati dengan bilangan Reynold.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui tentang pola aliran fluida didalam pipa.
2. Menghitung pressure drop dan friction loss aliran fluida dalam pipa.
3. Membuat kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka
di dalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu
akan mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama
perubahan bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya
bergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu.
Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut
akan hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada
temperatur dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas tertentu. Jika
densitas hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang suhu dan tekanan yang
relatif besar, fluida tersebut bersifat incompressible. Tetapi jika densitasnya peka
terhadap perubahan variabel temperatur dan tekanan, fluida tersebut digolongkan
compresible. Zat cair biasanya dianggap zat yang incompresible, sedangkan gas
umumnya dikenal sebagai zat yang compresible.
2.2 Aliran
Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti:
turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak
seragam, rotasional, tak rotasional.
Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat dua jenis aliran yaitu :
2.2.1 Aliran laminar
Aliran laminar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadi pada kecepatan rendah.
2. Fluida cenderung mengalir tanpa adanya pencampuran lateral.
3. Tidak ada arus tegak lurus arah aliran.
4. Tidak ada pusaran (arus eddy).
2.2.2 Aliran turbulensi
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam keadaan
laminer. Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah vektor

2
kecepatan aliran pada suatu titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan
tentang medan fluida, kondisi rata-rata pada daerah atau volume yang kecil dapat
ditentukan dengan instrument yang sesuai.
Aliran turbulen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terbentuk arus eddy.
2. Terjadi lateral mixing.
3. Secara keseluruhan arah aliran tetap sama.
4. Distribusi kecepatan lebih uniform atau seragam.
2.2.3 Aliran Transisi
Rejim aliran yang terbentuk di antara rejim laminer dan turbulen adalah
rejim transisi. Penentuan rejim aliran dilakukan dengan menentukan bilangan
tidak berdimensi yaitu bilangan Reynold (Reynold Number/NRe). Bilangan
Reynold merupakan perbandingan antara gaya dinamis dari aliran massa terhadap
tegangan geser yang disebabkan oleh viskositas cairan.
vD
........................................................................... (2.1)

Dimana : v = Kecepatan fluida (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
ρ = Rapat massa fluida (kg/m3)
μ = Viskositas fluida (kg/m)
Untuk pipa sirkuler lurus;
NRe < 2100 : rejim laminar.
NRe > 4000 : rejim turbulen.
2100 < NRe < 4000 : rejim transisi.
Kecepatan kritis: Kecepatan pada saat NRe = 200.
Prinsip kerja alat ukur fluida adalah mengganggu aliran dengan penambahan
alat tertentu sehingga menyebabkan terjadinya pressure drop yang dapat diukur.
Nilai pressure drop ini berhubungan dengan debit dari aliran tersebut. Adanya
pressure drop bias disebabkan Karena adanya perubahan energi kinetik (karena
laju alir berubah), skin friction, dan form friction.
Berdasarkan persamaan Bernoulli, persamaan neraca energi dapat ditentukan
yaitu:

3
 P2 − P1  v2 − v1
2 2

   + 2 gc +  F = 0 .......................... (2.2)


 
disusun ulang menjadi:
P − P 
v2 − v1 = −2 gc.  2 1 +  F  .................. (2.3)
2 2

  
digabung dengan persamaan kontinuitas:
v1xA1xρ1=v2xA2xρ2 ....................................... (2.4)
karena fluida inkompresibel (khusus bahasan fluida cair), maka:
v1  A1
................................................................. (2.5)
A2
sehingga dimasukan ke persamaan neraca energi menjadi:

 P 
2  gc   +  F  
   ................................... (2.6)
 A1  2

1 − 2 
 A2 
dimana:
lbm  ft
gc : 32,174 = 1kg m N-1 det-2
lb f  sec 2

F : jumlah energi yang hilang

2.3 Pengukuran Aliran


Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju
aliran, volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian,
kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan
keawetan alat ukur tersebut. Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan
tekanan, kecepatan, debit, gradien kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat
banyak cara melaksanakan pengukuran-pengukuran, misalnya : langsung, tak
langsung, gravimetrik, volumetrik, elektronik, elektromagnetik dan optik.
Pengukuran debit secara langsung terdiri dari atas penentuan volume atau berat
fluida yang melalui suatu penampang dalam suatu selang waktu tertentu. Metoda
tak langsung bagi pengukuran debit memerlukan penentuan tinggi tekanan,
perbedaan tekanan atau kecepatan dibeberapa dititik pada suatu penampang dan
dengan besaran perhitungan debit. Metode pengukuran aliran yang paling teliti

4
adalah penentuan gravimerik atau penentuan volumetrik dengan berat atau
volume diukur atau penentuan dengan mempergunakan tangki yang dikalibrasikan
untuk selang waktu yang diukur. Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur
melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya
2.4 Pengenalan Alat Ukur Laju Aliran Fluida
Dalam pabrik pengolahan diperlengkapi dengan berbagai macam alat
pengoperasian setiap peralatan saling mendukung antar satu peralatan dengan
peralatan yang lainnya. Untuk mencapai hasil yang diinginkan maka diperlukan
peralatan pendukung. Salah satu pendukung yang penting dalam suatu pabrik
adalah peralatan instrument pabrik. Peralatan instrument merupakan bagian dari
kelengkapan keterpasangan peralatan yang dapat digunakan untuk mengetahui
dan memperoleh sesuatu yang dikehendaki dari suatu kegiatan kerja peralatan
mekanik. Salah satu peralatan instrument yang penting adalah alat ukur.
Penggunaan alat ukur dalam pabrik sangat banyak digunakan, ini bertujuan untuk
menjaga hasil yang dibutuhkan, sehingga perlu adanya pemeliharan dari alat-alat
ukur tersebut.
Alat-alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan
menunjukkan besaran suatu fluida disebut dengan alat ukur fluida. Alat ukur
aliran fluida dari dua bagian pokok yaitu :
1. Alat Ukur Primer adalah bagian alat ukur yang berfungsi sebagai alat perasa
(sensor).
2. Alat Ukur Sekunder adalah bagian yang mengubah dan menunjukkan besaran
aliran yang dirasakan alat perasa supaya dapat dibaca.
Alat ukur yang sering dijumpai dalam pabrik dibagi menurut fungsinya yaitu:
a. Alat Pengukur Aliran adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran dari fluida
yang mengalir.
b. Alat Pengukuran Tekanan adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan
menunjukan besaran tekanan dari suatu fluida.

5
c. Alat Pengukur Tinggi Permukaan Cairan adalah alat yang digunakan untuk
mengukur ketinggian dari permukaan suatu cairan.
d. Alat Pengukur Temperatur adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur
dan menunjukkan besaran temperatur. Tujuan dari pada pengukuran aliran
fluida adalah untuk mencegah kerusakan peralatan, untuk mendapatkan mutu
produksi yang diinginkan dan mengontrol jalannya proses.
2.5 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida
2.5.1 Venturi meter
Meteran ini terbentuk dari bagian masuk yang mempunyai flens, yang
terdiri dari bagian pendek berbentuk silinder dan kerucut terpotong. Bagian leher
berflens dan bagian keluar juga berflens yang terdiri dari kerucut terpotong yang
panjang. Dalam venturimeter, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya
berkurang di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut
hulu itu lalu dimanfaatkan untuk mengukur laju aliran melalui instrument itu.
Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan sebagian besar tekanan awalnya
kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan lapisan batas dapat
dicegah dan gesekan minimum. Oleh karena itu pada bagian penampungnya
mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek
daripada kerucut hilir. Gesekannya pun di sini kecil juga. Dengan demikian ruang
dan bahan pun dapat dihemat. Walaupun meteran venturi dapat digunakan untuk
mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan juga untuk mengukur zat cair
terutama air.
Persamaan yang digunakan dalam venturimeter:
Q = v1 x A1 ......................................................... (2.7)

Cv 2  gc  (P )
 ...................................... (2.8)
1−  4 

keterangan:
Cv : koefisien venturi
D1
β : ; D1<D0
D0
ρ : massa jenis fluida

6
lbm  ft
gc : 32,174 = 1kg m N-1 det2
lb f  sec 2

2.5.2 Orifice
Venturimeter memiliki beberapa kekurangan pada kenyataannya. Untuk
meteran tertentu dengan sistem tertentu pula, laju alir maksimum yang dapat
terukur terbatas, sehingga apabila laju alir berubah, diameter leher menjadi terlalu
besar untuk memberikan bacaan yang teliti , atau terlalu kecil untuk dapat
menampung laju aliran maksimum yang baru. Meteran orifice dapat mengatasi
kekurangan-kekurangan venturi meter, tetapi konsumsi dayanya cukup tinggi.
Prinsip meteran orifice identik dengan meteran venturi. Penurunan
penampang arus aliran melalui orifice menyebabkan tinggi tekan kecepatan
menjadi meningkat tetapi tinggi tekan akan menurun, dan penurunan antara kedua
titik dapat diukur dengan manometer. Persamaan Bernoulli memberikan dasar
untuk mengkolerasikan peningkatan tinggi tekan kecepatan dengan penurunan
tinggi tekanan. Laju alir fluida dalam orifice adalah sebagai berikut:

Co 2  gc  (P )
 ...................................... (2.9)
1−  4 

2.5.3 Rotameter
Laju alir fluida akan menyebabkan perbedaan tinggi float pada rotameter
digunakan pada perbedaan tekanan konstan.
2  gc  V f  ( f −  )
v = Cr ............................. (2.10)
Af  

Keterangan:
v : kecepatan alir di daerah pelampung (annulus area)
ρf : densitas pelampung
Vf : volume pelampung
Af : luas maksimum pelampung
Cr : koefisien rotameter yang dapat dilihat di kurva.
Fluida cair yang mengalir dalam sistem perpipaan akan mengalami banyak
kehilangan energi karena adanya friksi selama fluida mengalir. Kehilangan energi
ini akan berakibat penurunan tekanan aliran aliran yang dikenal sebagai pressure
drop (ΔP). Friksi (kehilangan energi) dapat ditimbulkan antara lain:

7
a. Faktor Gesekan Fanning (f)
Faktor gesekan fanning (f) didifinisikan sebagai perbandingan drag force
per luas permukaan terbasahi dengan perkalian densitas dan velocity head. Nilai f
sangat penting untuk menghitung energi yang hilang karena friksi di sitem
perpipaan baik untuk laminar maupun turbulen. Nilai faktor gesekan fanning f
banyak di temui di buku pustaka dalam bentuk kurva-kurva.
L  v 2
Pf = 4  f   ....................................... (2.11)
2D
energi yang hilang karena gesekan (friction loss = Ff) adalah:
Pf L  v 2
Ff = = 4 f .................................. (2.12)
 2D
keterangan:
ΔP : pressure drop karena gesekan.
ΔL : panjang pipa lurus.
f : koefisien fanning.
ρ : massa jenis fluida
D : diameter pipa
v : laju alir fluida.
Ff : friction loss.
b. Faktor Fitting dan Kerangan
Fitting dan kerangan akan mengganggu aliran normal yang akan
menyebabkan penambahan friksi.
v2
hf =K f  ...................................................... (2.13)
2
keterangan:
hf : friction loss karena fitting dan kerangan.
Kf : koefisien fitting dan kerangan.
2.6 Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan suatu
fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan
mesin atau pompa. Sistem perpipaan harus dilaksanakan sepraktis mungkin
dengan minimum bengkokan dan sambungan las atau brazing, sedapat mungkin

8
dengan flens atau sambungan yang dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu.
Semua pipa harus dilindungi dari kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus
ditumpu atau dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Sambungan
pipa melalui sekat yang diisolasi harus merupakan sambungan flens yang
diijinkan dengan panjang yang cukup tanpa merusak isolasi.
Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan
instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun
segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan-
peraturan klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem
pendukung permesinan.
2.6 Pompa
Salah satu alat untuk memindah fluida dari suatu tempat ketempat yang lain
disebut pompa. Pompa digunakan dalam sistem aliran untuk meningkatkan energi
mekanik fluida yang mengalir dengan tujuan mempertahankan aliran. Pada
pompa, densitas fluida konstan dan besar. Perbedaan tekanan biasanya cukup
besar. Daya pompa (P) yang diberikan kepada penggerak pompa dari sumbu luar
atau dihitung
Pf
P= ........................................................... (2.14)

Keterangan:
P = Daya pompa
Pf = Daya yang diberikan kepada penggerak pompa
η = Effisiensi pompa
Istilah-istilah yang terdapat pada pompa, antara lain:
1. Discharge head ialah jarak antara pusat pompa kepermukaan cairan paling
atas
2. Suction head ialah antara pusat pompa kepermukaan cairan pada posisi bawah
dari atas pusat pompa
3. Suction leaf ialah jarak antara pusat pompa ke permukaan cairan di bawah
pusat pompa.
4. Total head ialah jarak total permukaan cairan

9
Discharge
head

Total
head
Discharge
head

Suction Leaf

Suction
head

(a) (b)
Gambar 2.1 (a) dan (b) Posisi pompa terhadap tangki dalam aliran fluida
(Raswari,1986)
Berikut ini cara menentukan debit:
A.H
Q = ....................................................... (2.15)
T

10
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat yang Digunakan


1. Arrangement of apparatus
2. Manometer connection diagram
3. Stopwatch
4. Internal vernier calliper
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
1. Air
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Head Loss & Friction Loss Didalam Pipa Horizontal
Peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan sudah
terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank. Pump
start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1, pipa 2,
pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank. Head
loss pada pipa 2 ditentukan, aliran air selain menuju pipa 2 ditutup dengan
menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk menentukan
pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik pada pipa 2.
Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung
udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure drop nya dicatat. Untuk
menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik measuring tank.
Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung menggunakan stopwatch dan
kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk menentukan pressure drop
manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer dikedua manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air raksa dicatat, nilai yang
tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat sebagai hb.
3.3.2 Head loss & friction loss didalam elbow 45o
Peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan sudah
terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank. Pump
start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1, pipa 2,

11
pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank. Head
loss pada elbow 45o ditentukan, aliran air selain menuju pipa 4 ditutup dengan
menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk menentukan
pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik pada elbow 45o.
Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat lagi gelembung
udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure drop dicatat. Untuk
menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik measuring tank.
Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung menggunakan stopwatch dan
kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk menentukan pressure drop
manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer dikedua manometer stabil,
tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air raksa dicatat, nilai yang
tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat sebagai hb.
3.3.3 Head loss & friction loss didalam elbow 90o
Semua peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa untuk memastikan
sudah terpasang dengan baik, air ditambahkan melalui volumetrik measuring tank.
Pump start dihidupkan, flow control valve dibuka, air mengalir melalui pipa 1,
pipa 2, pipa 3, pipa 4, dan pipa 5 selanjutnya menuju volumetrik measuring tank.
Head loss pada elbow 90o ditentukan, aliran air selain menuju pipa 4 ditutup
dengan menutup valve pada pipa lainnya. Selang disambungkan untuk
menentukan pressure drop yang menghubungkan manometer dengan dua titik
pada elbow 90o. Setelah aliran air terlihat stabil, ditandai dengan tidak terdapat
lagi gelembung udara pada aliran kecepatan volumetrik air dan pressure dropnya
dicatat. Untuk menentukan volumetrik air, aliran air dibuka melalui volumetrik
measuring tank. Perubahan tinggi air diamati pada sagtu tube. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengalirkan air setiap 10, 15 dan 20 liter dihitung
menggunakan stopwatch dan kecepatan rata-rata volumetrik diperoleh. Untuk
menentukan pressure drop manometer valve ditutup. Setelah tinggi manometer
dikedua manometer stabil, tinggi air raksa pada kedua pipa U dicatat. Tinggi air
raksa dicatat, nilai yang tinggi dicatat sebagai ha dan nilai yang rendah dicatat
sebagai hb.

12
3.4 Rangkaian Alat
Rangkaian alat yang digunakan pada percobaan aliran fluida dapat dilihat
pada Gambar 3.1

FLUID
FLUID
FRICTION
FRICTION
APPARATU
APPARATU
SS

Gambar 3.1 Arrangement of Apparatus

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
4.1.1 Pipa No. 2
Percobaan ini menjelaskan hubungan yang terjadi antara kecepatan alir
fluida dengan head loss pada pipa nomor 2. Pada percobaan didapatkan hubungan
kecepatan alir dengan head loss, yang jika digambarkan dalam dalam suatu grafik
akan menghasilkan kurva yang melengkung atau tidak lurus (Gambar 4.1), maka
jenis aliran yang terjadi adalah aliran turbulen.

Gambar 4.1 Hubungan Head Loss dan Kecepatan Linear Pipa 2


Dari grafik diatas di dapat bahwa kurva yang berfluktasi, jika kurva di
linierkan maka akan terlihat penurunan head loss seiring nilai kecepatan alir yang
naik. Secara teori hal ini kurang sesuai, bahwa sebenarnya makin besar kecepatan
fluida, maka head loss yang dihasilkan makin besar pula. Hal tersebut
dikarenakan pada kecepatan fluida yang lebih tinggi maka tumbukan antar
partikel dalam fluida tersebut semakin tinggi sehingga gerak fluida dalam pipa
tidak beraturan. Selain itu, faktor kekasaran pipa juga mempengaruhi besarnya
head loss yang terjadi, jika kekasaran pipa semakin besar maka aliran fluida akan
mengalami gangguan berupa pusaran-pusaran pada saat melewati bagian pipa
yang kasar. Besarnya head loss yang dihasilkan pada masing-masing sistem ini

14
bergantung pada panjang lintasan dan banyaknya komponen-komponen seperti
sambungan, dan belokan yang dilalui oleh fluida.

Gambar 4.2 Hubungan Log H dan Log V Pipa 2


Laju alir yang bervariasi diakibatkan oleh bukaan valve yang juga bervariasi.
Hal ini mengakibatkan nilai head loss juga akan ikut berubah seiring perubahan
bukaan valve. Seharusnya semakin tinggi bukaan valve maka akan semkain tinggi
kecepatan aliran fluida maka semakin besar pula head loss. Hal ini disebabkan
karena aliran fluida dengan kecepatan tinggi maka gesekan fluida dengan dinding
pipa semkain besar sehinnga energi yang hilang (head loss) semakin banyak.

Gambar 4.3 Hubungan Bilangan Reynold dan Friction Loss Pipa 2

15
Percobaan ini juga terlihat bahwa jenis aliran yang digunakan adalah jenis
aliran turbulen yaitu besar dari 4000. Berdasarkan grafik 4.3 dapat dilihat bahwa
semakin besar friction loss maka bilangan reynold semakin besar. Jadi, reynold
berbanding lurus dengan nilai Friction loss. Dapat disimpulkan bahwa bilangan
reynold (Re) berbanding lurus dengan hilang tekan. Variasi laju alir berpengaruh
terhadap pressure drop. Semakin tinggi variasi laju alir maka semakin tinggi
selisih ketinggian pada manometer, yang menyebabkan pressure drop akan
semakin meningkat. Hal ini terjadi karena laju alir mempengaruhi kecepatan
sehingga besarnya nilai kecepatan fluida akan berpengaruh terhadap bilangan
reynold, dan fluida mengalami pencampuran serta putaran partikel yang
mengakibatkan adanya tumbukan momentum dari satu aliran fluida ke fluida yang
lainnya terhadap pipa. Dapat disimpulkan bahwa besarnya gaya gesek pada pipa
disebabkan oleh kecepatan fluida, sehingga besarnya nilai reynold menyebabkan
tingginya nilai hilang tekan.
4.1.2 Elbow 45o
Pada percobaan menggunakan elbow 45o seharusnya didapatkan jenis aliran
yang terjadi adalah aliran turbulen. Dapat dilihat pada Gambar 4.5. Dimana
hubungan antara kecepatan linear dengan head loss menghasilkan kurva yang
tidak sesuai dengan aliran turbulen. Bahwa secara umum nilai head loss akan
semakin bertambah dengan naiknya kecepatan linear. Hal ini disebabkan mungkin
pompa yang digunakan sudah tua, karena pompa yang sudah tua kinerjanya tidak
akan maksimal sehingga mempengaruhi aliran air.

16
Gambar 4.4 Hubungan Head Loss dan Kecepatan Linear Elbow 45o

Gambar 4.5 Hubungan Log H dan Log V Elbow 45 o


Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi logaritma head loss
dengan logaritma volumetrik elbow 45o, kurva yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang kita harapkan. Seharusnya semakin tinggi bukaan valve maka akan
semkain tinggi kecepatan aliran fluida maka semakin besar pula head loss. Hal ini
disebabkan karena aliran fluida dengan kecepatan tinggi maka gesekan fluida
dengan dinding pipa semkain besar sehinnga energi yang hilang (head loss)

17
semakin banyak. Hal ini mungkin disebabkan masih adanya gelembung yang di
dalam pipa sehingga tidak akuratnya data yang di dapat .
4.1.3 Elbow 90o
Pada percobaan menggunakan elbow 90o dapat dilihat pada gambar 4.6,
dimana pada percobaan ini terjadi keselahan. Seharusnya semakin besar sudut
elbow maka friction loss yang dihasilkan semakin sedikit, jika sudut elbow besar
maka aliran tersebutkan hanya sedikit kehilangan head loss dan friction loss. Jadi
sudut mempengaruhi besar kecilnya haed loss dan friction loss. Hal ini
disebabkan karena masih ada gelembung yang terdapat dalam pipa, sehingga di
dapat hasil yang tidak akurat.

Gambar 4.6 Hubungan Head Loss dan Kecepatan Linear Elbow 90o

18
Gambar 4.7 Hubungan Log H dan Log V Elbow 90o
Dari Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi logaritma head loss
dengan logaritma volumetrik elbow 90o, kurva yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang kita harapkan. Seharusnya semakin tinggi bukaan valve maka akan
semkain tinggi kecepatan aliran fluida maka semakin besar pula head loss. Hal ini
disebabkan karena aliran fluida dengan kecepatan tinggi maka gesekan fluida
dengan dinding pipa semkain besar sehinnga energi yang hilang (head loss)
semakin banyak. Hal ini mungkin disebabkan masih adanya gelembung yang di
dalam pipa sehingga tidak akuratnya data yang di dapat.

19
Gambar 4.8 Hubungan Bilangan Reynold dan Friction Loss Elbow 90o
Berdasarkan grafik hubungan bilangan reynold dengan friction loss dapat
dilihat kurva yang terbentuk tidak sesuai yang kita harapkan. Seharusnya
pengaruh faktor gesekan terhadap bilangan reynold yaitu faktor gesekan akan naik
seiring bertambahnya nilai bilangan reynold. Artinya faktor gesekan berbanding
lurus dengan bilangan reynold. Mungkin selama praktikum terdapat kebocoran
pada pipa. Pipa yang bocor menyebabkan berkurangnya volume air dan aliran air.
Atau kesalahan praktikan dalam mengukur ataupun ketidaktepatan dalam
menampung air.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini aliran yang terjadi adalah aliran turbulen, yaitu aliran
fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir secara tidak
teratur atau acak di dalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran
turbulen berlaku bilangan reynold NRe > 4000.
Pada percobaan pipa 2, elbow 45o, dan elbow 90o di dapat friction loss dan
pressure drop tertinggi yaitu : 19842 dan 7099,3, 10.766,44 dan 3839,898853,
506,0 dan 8662,09.
4.1 Saran
Untuk praktikan selanjutnya disarankan untuk teliti dalam melakukan
pembukaan dan penutupan manometer valve agar dalam pembacaan data pada
manometer didapat data yang akurat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gean Koplis. 1978. C.J.Transport Processes and Unit Operation. eds. 2. Allyn
and Bacon. inc.
Jobsheet Praktikum Rekayasa Proses-1, Unit Operasi, Jurusan Teknik Kimia.
Mc. CABE and Werren L. 1999 Unit Operations of Chemical Engineering. 3rd.
New York.
Munson and Young. 2004. Fundamentals of Fluid Mechanics. eds. 4. Erlangga.
Jakarta.
Raswari. 1986. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.

22

Das könnte Ihnen auch gefallen