Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Wijaya & Putri, dalam Takatelide, 2017). Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius di antara penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, jumlah data yang dianalisis seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua umur. Adapun responden yang pernah mengalami cedera 84.774 orang dan tidak cedera 942.984 orang. Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2% dan prevalensi angka cedera kepala di Sulawesi utara sebesar 8,3%. Prevalensi cedera tertinggi berdasarkan karakteristik responden yaitu pada kelompok umur 15-24 tahun (11,7%), dan pada laki-laki (10,1%), (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Takatelide, 2017). Pengelolaan cedera kepala yang baik harus dimulai dari tempat kejadian, selama transportasi, di instalasi gawat darurat, hingga dilakukannya terapi definitif. Pengelolaan yang benar dan tepat akan mempengaruhi outcome pasien. Tujuan utama pengelolaan cedera kepala adalah mengoptimalkan pemulihan dari cedera kepala primer dan mencegah cedera kepala sekunder. Proteksi otak adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan sel-sel otak yang diakibatkan oleh keadaan iskemia. Iskemia otak adalah suatu gangguan hemodinamik yang akan menyebabkan penurunan aliran darah otak sampai ke suatu tingkat yang akan menyebabkan kerusakan otak yang irreversibel. Metode dasar dalam melakukan proteksi otak adalah dengan cara membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat (Safrizal dkk dalam Takatelide, 2017).
1 2
Peran perawat sebagai pelaksana yaitu memberikan pelayanan yang cepat
dan tepat dalam menangani pasien dengan cedera kepala, terutama penanganan sirkulasi oksigen dalam otak akibat cidera harus segera diatasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat ditarik bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa medis Cedera Otak Sedang+ Close fraktur clavicula dextra di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum Menerapkan asuhan keperawatan dan mampu menyusun dan menyajikan laporan asuhan keperawatan langsung ke klien. 1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan Tn. Y dengan diagnosa medis
Cedera Otak Sedang + Close fraktur clavicula dextra 2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Tn. Y dengan diagnosa medis Cedera Otak Sedang + Close fraktur clavicula dextra 3. Mampu menyusun intervensi keperawatan Tn. Y dengan diagnosa medis Cedera Otak Sedang + Close fraktur clavicula dextra 4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan Tn. Y dengan diagnosa medis Cedera Otak Sedang + Close fraktur clavicula dextra 5. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan Tn. Y dengan diagnosa medis Cedera Otak Sedang + Close fraktur clavicula dextra
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penulisan diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi kemajuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu keperawatan keperawatan dengan masalah Cedera Otak Sedang + Close fraktur clavicula dextra. 3
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penulisan selanjutnya dan menambah bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah wawasan mahasiswa tentang asuhan keperawatan medikal bedah.
1.4.3 Bagi Lahan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan masukan untuk perawat di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Dylvanus Palangka Raya dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada klien memalui pendekatan pelayanan preventif dan promotif.