Sie sind auf Seite 1von 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CITOMEGALOVYRUS (CMV)

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Anak

Ruang 7B Rumah Sakit Umum Derah dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:

Riska Anisa

NIM. 180070300111041
Kelompok 1B

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jl. Veteran Malang – 65145, JawaTimur – Indonesia
Telp. (62) (0341) 551611 – Fax. (62) (0341) 564755
http://fk.ub.ac.id/

LEMBAR PENGESAHAN

LP (Laporan Pendahuluan) dan ASKEP (Asuhan Keperawatan) Citomegalocirus


(CMV) ini dibuat dalam rangka PRAKTIK DEPARTEMEN ANAK mahasiswa Pendidikan
Profesi Ners Universitas Brawijaya Malang di Ruang 7B Rumah Sakit Daerah dr. Saiful
Anwar Malang

Malang,
Mahasiswa

………Riska Anisa……..
NIM. 180070300111041

Mengetahui
,
Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan,

(…………………………………) (………………………………...)
NIP. NIP.
1. DEFINISI
Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga
virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system
kekebalan tubuh lemah. Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota
keluarga virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut
sebagai virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau
dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya (Spirita 2015)
Infeksi cytomegalovirus kongenital (CMV) adalah penyebab infeksi utama dari defisit
neurologis dan gangguan pendengaran pada bayi dan menghasilkan lebih banyak
kecacatan pediatrik jangka panjang daripada sindrom Down dan spina bifida (Lantos et
al, 2017)
Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri sebagai respon, system
kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga setelah
beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita seperti darah,
air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV
dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan
melalui makanan, minuman atau dengan perantaraan binatang. Cytomegalovirus
juga jarang ditemukan pada trasfusi darah.

2. ETIOLOGI
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Congenital : didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 4 0 % bayi yang
lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
2. Akut / didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa.
Gejala mirip dengan mononucleosis (malaise, demam, faringitis, splenomegali,
ruam petekia, gejala pernapasan). nfeksi bukan tanpa sekuela, terutama
pada anak/anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Pen yaki t sis te mi k: u mum terj adi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ.
Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leukopenia, yang
kadang-kadang fatal. nfeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan
dapat menyebabkan reaktivasi virus
3. PATOFISIOLOGI
CMV merupakan virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vivo dan in
vitro. T anda patologi dari infeksi CMV adalah sebuah pembesaran sel dengan
tubuh yang terinfeksi virus. sel yang menunjukan cytomegaly biasanya terlihat pada
infeksi yang disebabkan oleh betaherpesvirinae lain. Meskipun berdasarkan
pertimbangan diagnosa, penemuan histological tersebut kemungkinannya minimal
atau tidak ada pada organ yang trinfeksi.
Ketika inang terinfeksi, DNA CMV dapat di deteksi oleh polymerase
chain reaction (PCR) di dalam semua keturunan sel atau dan sistem organ
didalam sistem tubuh. Pada permulaannya, CMV menginfeksi sel epitel dari kelenjar
saliva, menghasilkan infeksi yang terus menerus dan pertahanan virus. nfeksi dari
sistem genitif memberi kepastian klinik yang tidak konsekuen. Meskipun replikasi
virus pada ginjal berlangsung terus menerus, disfungsi ginjal jarang terjadi pada
penerima transplantasi ginjal.
Infeksi bawaan Cytomegalovirus dapat terjadi karena infeksi primer atau
reaktivasi dari ibu namun, penyakit yang diderita janin atau bayi yang baru lahir
dikaitkan dengan infeksi primer ibu. nfeksi primer pada usia anak atau dewasa
lebih sering dikaitkan dengan respon limfosiit T yang hebat. Respon limfosit 3
dapat mengakibatkan timbulnya simdroma mononukleosis yang serupa seperti dialami
setelah infeksi virus Epstain-Barr
Tanda khas infeksi ini adalah adanya limfosit atipik pada darah tepi. Sekali
terkena, selama masa simtomatis infeksi primer, cytomegalovirus menetap pada
jaringan induk semangnya. Tempat infeksi yang menetap dan laten melibatkan
bermacam sel dan organ tubuh. Penularan transfusi darah atau transplantasi organ
berkaitan dengan infeksi terselubung dalam jaringan ini.
Penelitian bedah mayat menunjukan kelenjar liur dan usus merupakan tempat
terdapat infeksi yang laten. Stimulasi antigen kronis (seperti yang timbul
setelah transplantasi organ) disertai melemahnya sistem imun merupakan
keadaan yang paling sesuai untuk pengaktifan cytomegalovirus dan penyakit yang
disebabkan oleh cytomegalovirus. Cytomegalovirus dapat menyebabkan respons
limfosit T yang lemah, yang sering kali mengakibatkan superinfeksi oleh kuman
oportunistik (Betzz, 2011)

PATHWAY (Terlampir)
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus
biasanya bersifat asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara k ongenital dapat
terjadi segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Tidak ada indikator yang dapat diramalkan, tetapi sering dijumpai gejala-
gejala berikut ini:
1. Petekia dan ekimosis.
2. Hepatosplenomegali
3. Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung
4. Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular.
5. Retardasi pertumbuhan intrauterine.
6. Prematuritas
7. Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
1. Purpura
2. Hilang pendengaran
3. Korioretinitis: buta
4. Demam
5. Pneumonia
6. Tkipnea dan dispnea
7. Kerusakan otak.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik untuk CMV, diantaranya:
1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
2. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk
melihat vius dalam jumlah besar (pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya
iklusi intra sel tidaklah bermanfaat: verifikasi infeksi kongenital harus dilakukan
dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
3. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain/lain
(toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes (TORCH) digunakan untuk
mengkaji adanya virus lain.
4. Uji serologis
a. Titer antibody igG dan igM (igM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus: igG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal: igG maternital negative
dan igG neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat
pascanatal.
b. Uji faktor rheumatoid positif (positif pada 34%-46% kasus)
5. Studi radiologis: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan
maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi diantaranya:
1. Kehiangan pendengaran yang bervariasi
2. IQ rendah
3. Gangguan penglihatan
4. Mikrosefali
5. Gangguan sensorineural

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala (misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan). Ada bukti
bahwa globulin imun-CMV yang diberikan melalui IV bersamaan obar gansiklovir dapat
mengurangi beratnya infeksi pada individu dengan system imun yang buruk (mekanisme
imunologiknya kurang//terganggu). Vaksin CMV hidup masih/sedang diujicobakan pada
pasien transplantasi ginjal. Kemoterapi member sedikit harapan, tetapi toksisitas dan
imunosupresi akibat dari pengobatan ini meningkatkan kekhawatiran jika digunakan
pada bayi baru lahir. Pada pelaksanaanya tidak diperlukan tindakan kewaspadaan
khusus, tetapi tenaga kesehatan harus tetap memakai sarung tanta. Teknik mencuci
tangan yang baik dan menggunakan tindakan kewaspadaan umum

8. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bias ditemukan:
a.Adanya riwayat tranfusi.
b.Adanya riwayat transplantasi organ.
c.Ibu pasien penderita infeksi CMV.
d.Suami/istri penderita CMV
2. Pemeriksaan fisik
a.TTV : Suhu( demam), pernapasan( takipnea, dispnea), tekanan darah, nadi.
b.Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh eritripoiesis kulit.
c.Penurunan berat badan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a.Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
b.Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk
melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya iklusi
intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3
minggu pertama dari kehidupan).
c.Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-laia(
toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-digunakan untuk
mengkaji adanya virus lain.
d.Uji serologis
1) Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan
terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang
didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif
mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
2) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
e.Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud
mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan NANDA, maka didapatkan diagnose keperawatan CMV sebagai berikut:
1. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan memasukkan
zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis: mual dan muntah.
4. Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
5. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Berdasarkan Marion Johnson,dkk( 2000) dan Joanne C. McCloskey, dkk( 1996), maka
didapatkan intervensi keperawatan CMV sebagai berikut:
1. Dx I : Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
NOC : Pengendalian infeksi
Kriteria hasil: a. Memonitor faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang. 5
b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko. 5
c. Terbebas dari tanda/ gejala infeksi. 5
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
NIC : Kontrol Infeksi
a. Pertahankan lingkungan aseptis selama pemasangan alat.
b. Tingkatkan intake nutrisi.
c. Berikan terapi antibiotic bila perlu.
d. Pertahankan teknik isolasi.
e. Batasi pengunjung bila perlu.

2. Dx II: Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.
NOC : Respiratory Status : Ventilation
Kriteria hasil: a. Ekspansi dada simetris 5
b. Napas pendek tidak ada 5
c. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas 5
Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Respiratory Monitoring
a.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b.Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
c.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tabahan.
d.Monitoring respirasi dan status oksigen.
e.Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.

3. DxIII: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmamuan


memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis : mual dan muntah.
NOC : Nutrirional Status
Kriteria hasil: a.Makanan oral dan nutrisi parenteral 5
b.Asupan cairan oral atau IV 5
Skala : 1. Tidak adekuat
2. Ringan
3. Sedang
4. Kuat
5. Adekuat total

NIC : Nutririon Management


a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
c. Berikan substansi gula.
d. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
e. Monitor jumlah nutrisi tentang kebutuhan kalori.

4. DxIV: Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.


NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil: a. Suhu tubuh dalam rentang normal 5
b. Nadi dan RR dalam rentang normal 5
Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Fever Treatment
a. Monitor suhu sesering mungkin.
b. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR.
c. Monitor intake dan output.
d. Berikan antipiretik.
e. Kolaboras pemberian cairan intravena.

5. Dx V: Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.


NOC : Knowledge : Disease Process
Kriteria Hasil : a.Mendeskripsikan proses penyakit 5
b.Mendeskripsikan factor penyebab 5
c.Mendeskripsikan factor resiko 5
d.Mendeskripsikan tanda dan gejala 5
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
NIC : Teaching : Disease process
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien( keluarga) tentang
proses penyakit yang spesifik.
b. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan
cara yang benar.
d. Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat.
e. Sediakan informasi pada pasien( keluarga) tentang kondisi dengan cara
yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L.2010. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC


Gordon Et All. 2014. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC), Second
Edition. USA: Mosby
Johnson, Marion, dkk. 2015. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classification
(NOC), Second Edition. USA: Mosby
Lantos, Paul M. et all. 2017. Geograpich Disparieties in Cytomegalovirus Infection During
Pregnancy. Journal of the Pediatric Infectious Desease Society.
https://academic.oup.com/jpids/article-abstract/6/3/e55/2995801 by guest on 29
January 2019
McCloskey, Joanne C. 2015. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classification
(NIC), Second Edition. USA: Mosby
Lampiran Pathway CMV

Kongenital Tranfusi Tranplantasi organ Penurunan


sistem imun

Resiko tinggi
CMV
infeksi

Infeksi pada Demam Infeksi pada Kurang


sistem cerna( paru-paru pengetahuan
lambung/ usus)

Mual dan Hipertermi Sesak dan


muntah batuk

Perubahan
nutrisi kurang Suplai oksigen
dari kebutuhan tidak adekuat
tubuh

Penurunan energi
dalam bernapas

Pola nafas
tidak efektif

Sumber: 1.Cecily Betz, 2010


2.Nanda, 2014

Das könnte Ihnen auch gefallen