Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Pembelajaran Praktek Profesi Ners Stase
Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
Yulia Dwi Puspitarini
Disusun Oleh:
Yulia Dwi Puspitarini
( ) ( )
DAFTAR ISI
A. PENGERTIAN
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan olehreaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan limfosit-T terhadap stimulus
tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner &Suddarth, 2001). Pendapat
serupa juga menyatakan bahwa asma merupakan reaksihiperresponsif saluran napas yang
berbeda-beda derajatnya dan menimbulkan fluktuasispontan terhadap obstruksi jalan napas
(Lewis et al., 2000).
B. ETIOLOGI
Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor
infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan faktor non infeksi seperti alergi,
iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).
C. PATOFISIOLOGI
Kejadian patofisiologis ini mengakibatkan obstruksi jalan napas yang memburuk saat ekspirasi.
Obstruksi jalan napas menyebabkan ketidakcocokan V/Q dan hipoksemia sejak dini.
Terperangkapnya udara menyebabkan otot-otot pernapasan berada pada posisi
mekanis yang tidak menguntungkan dengan peningkatan beban kerja pernapasan yang kemudian
mengakibatkan penurunan ventilasi dan hiperkapnia. Dengan demikian, sebagian besar pasien
dengan gejala akut mulai dengan respirasi cepat, hipoksemia, dan alkalosis respirasi, tetapi
obstruksi jalan napas persisten mengakibatkan ventilasi dangkal yang tidak efisien dan asidosis
respirasi.
E.PATHWAY
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL
F. Manifestasi klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada
saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga
ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klinik dari
asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing), batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai
bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makinbanyak, antara lain :
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat
dangkal .Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
G.Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat
benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi
dapat menyebabkan kegagalan napas.
b. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai emfisema
mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada
1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang
mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada .
c. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
d. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh
adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk
menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
e. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
f. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran
pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga
terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-
ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena
sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.
g. Fraktur iga
.
H.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
a) Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan
akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak 6 tahun.
b) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
2) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia
kemungkinan bukan asma .
3) Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil
pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah
peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik
nafas dalam melalui mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).
4) Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah
alergen yang banyak didapat di daerahnya.
I. Penatalaksanaan medis
1) Oksigen 2 - 6 liter / menit
2) Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi
oksigen.
3) Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan nafas.
4) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5) Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
6) Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus
7) Pemeriksaan foto torak
8) Pantau tanda-tanda vital secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup. Diperoleh tanggal 29 Juni 2009,
dari http://www.medicastore.com/asma/
Espeland, N. (2008). Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3), Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Zainal, A.H. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: Yayasan Bunga Raflesia