Sie sind auf Seite 1von 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN KANKER PROSTAT

Dosen Pembimbing :
Ns. Mei Fitria K, S.Kep

Disusun Oleh :

1. Ella Dwi Ernawati (NIM. 01314019)


2. Evi Nur Afifah (NIM. 01314020)
3. Indah Purnawan Ningsih (NIM. 01314033)
4. Novita Wulandari (NIM. 01314065)
5. Zuly Fatma Saputri (NIM. 01314047)

PROGRAM S-1 KEPERAWATAN


STIKES INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO
Jl. Dr. Wahidin No.68 A, No. Fax/Phone. 0353 89333
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis sampaikan. Karena berkat
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas mengenai asuhan
keperawatan kanker prostat yang mana guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
keperawatan sistem perkemihan.
Pada kesempatan yang baik ini, penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Kedua orang tua kami yang selalu mendo’akan secara tulus dan memberikan dorongan
baik moril maupun materiil.
2. Ibu Ns. Mei Fitria, S.Kep. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan
arahan dalam membimbing penyusun untuk menyelesaikan tugas makalah mengenai
asuhan keperawatan kanker prostat ini.
Akhirnya penyusun meminta ma’af apabila terdapat kesalahan selama penyusunan
makalah ini. Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak karena penyusun menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat kepada kita semua.

Bojonegoro, Oktober 2015


Penyusun

Daftar Isi
Halaman Sampul i
Kata Pengantar .................................................................................................................................2
Daftar Isi ..........................................................................................................................................3
BAB I. Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................................................5
BAB II Tinjauan Teori 6
2.1 Definisi .......................................................................................................................................6
2.2 Etiologi .......................................................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis ......................................................................................................................6
2.4 Gambaran Klinis ........................................................................................................................6
2.5 Patogenesis .................................................................................................................................6
2.6 Pathway ......................................................................................................................................8
2.7 Komplikasi .................................................................................................................................9
2.8 Pemeriksaan ...............................................................................................................................9
2.8 Pengobatan .................................................................................................................................9
BAB III Asuhan Keperawatan 11
3.1. Pengkajian ...............................................................................................................................11
3.2. Diagnosa 15
3.3. Intervensi 15
BAB IV Penutup 11
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................................19
3.2. Saran 19
Daftar Pustaka 20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria terletak sebelah inferior buli-buli
dan membantu uretra posterior. Bola mengalami pembesaran, organ ini menyumbat uretra
posterior dan bila mengalami pembesaran terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli.
Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa 20 gram.
Sebagian besar hiperplasi posterior terhadap zona transisional, sedangkan pertumbuhan
karsinoma prostat berasal dari zona perifer.
Akibat Kanker prostate adalah keganasan tersering pada laki-laki di ameriika serikat dan
merukan penyebab kedua tersering kematian akibat kanker pada laki-laki berusia diatas 55 Th
(Setelah karsinoma paru dan usus). Di Amerika Serikat diperkirakan setiap tahun didiagnosis
132.000 kasus baru dan lebih dari 33.000 kematian penyakit ini. Hanya sekitar sepertiga kasus
yang diidentifikasi pada autopsy bermanifestasi secara kelinis. Penyakit jarang ditemukan
sebelum usia 50 Tahun, dan insiden meningkat seiring dengan usia.
Amerika serikat memiliki 14 kematian per 100.000 laki-laki per tahun dibandingkan
dengan 22 untuk suedia dan 2 untuk Jepang. Namun, imigran Jepang ke Amerika Serikat
mengalami kanker prostate dengan prekuensi setar dengan laki-laki lain di Negara ini, yang
mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan adalah penyebab utama adanya perbedan pada
populasi. Walaupun faktor genetic dan lingkungan semua diperkirakan berperan, resiko kanker
prostate meningkat pada pria yang keluarga dekat nya (First-degree relatives) mengidap penyakit
ini, pada pria amerika keturunan Afrika, dan pada peria yang terpajan ke toksin-toksin
okupasional atau lingkungan tertentu, misalnya cadmium.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan diatas, rumusan masalah dari makalah ini adalah, “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Prostat?”

1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah,
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Prostat”.

1.4 Manfaat Penulisan


 Manfaat Teoritis
Makalah yang penulis susun diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya teman-teman
dari prodi S1-Keperawatan dalam proses pembelajaran. Makalah ini juga dapat melengkapi dan
menambah wawasan mahasiswa keperawatan mengenai kasus kanker prostat.
 Manfaat Praktis
Menambah wawasan penulis mengenai wacana asuhan keperawatan pada pasien kanker prostat
yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam menangani pelbagai permasalahan di
lapangan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Hiperplasia prostatitis benigna (benign protatc hyperplasia – BPH) atau kanker prostat
adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra,menyebabkan gejala urinaria.

2.2 Etiologi
Penyebab khusus hiperplasi prostat belum diketahui secara pasti,beberapa hipotesis
menyatakan bahwa gangguan ini ada kaitannya dengan oeningkatan kadar DTH dan proses
penuaan.
Hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah:

1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon restosteron dan estrogen pada usia
lanjut.
2. Peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat
3. Meningkatnya lama hidup sel sel prostat karena kekurangan sel yang mati
4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

2.3 Manifestasi Klinis


1. Pada awalnya atau saat terjadinya pembesaran prostat, tidak ada gejala, sebab tekanan otot dapat
mengalami kompensasi untuk mengurangi resistensi uretra.
2. Gejala obstruksi, hesitensi, ukurannya mengecil dan menekan pengeluaran urine, adanya
perasaan berkemih tidak tuntas dan resistensi urine.
3. Terdapat gejala iritasi, berkemih mendadak, sering dan nokturia.

2.4 Patogenesis
Pembesaran prostat menyebaban penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat
aliran urine. Keadaan ini menyebabkan tekanan intravesikel. Untuk dapat mengeluarkan
urine,buli-buli harus berkontralsi lebih kuat guna melawan tahanan ini.Kontrakjsi secara terus
menerus menyebabkan perubahan anatomik dan buli-buli berupa hipertropi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula ,sakula,dan di vertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli buli dirasakan olehb pasien keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah atau lower urinary truck symptom yang dulu dikenal dengan gejala prostatstimus.
Tekanan intravekal yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada
kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter oni akan menimbulkan aliran balik urine
dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus,dapat
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal.
2.5 Pathway
2.6 Komplikasi
1. Retensi urine akut dan involusi kontraksi kandung kemih.
2. Refluks kandung kemih, hdroureter, dan hdronerfosis.
3. Gross hematuria dan urineary tract infection (UTI).

2.7 Pemeriksaan
Pemeriksaan derajat obstruksi dapat diperkirakan dengan mengukur.
1. Residual urine, yaitu jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine dapat dihitung dengan cara
melakukan katerisasi setelah miksi.
2. Pancaran urine atau dengan alat urofometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urine.

2.8 Pengobatan
Tujuan terapi pada apsien hiperplasi prostat adalah menghilangkan obstruksi pada leher buli
buli. Hal ini dapat dicapai dengan cara kurang invasif
Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa:
1. Mengurangi resistensi leher buli buli dengan obat obatan golongan a blocker
2. Mengurangi volume prostat dengan menentukan kadar hormon testosteron /dehidro testosteron
Golongan obat penghambat alfa adrenergik
1. Fenoksibenzamin dan fentolamin ,dengan efek sistemik merugikan yaitu hipotensi postural.
2. Obat penghambat alfa ,yaitu :prazosin,terazosin ,doksazosin ,dan alfuzosin.
3. Penghambat alfa adregenik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat.
4. Obat penurun kadar dehidrotestosteron .

2.9 Pengelolaan
1. Pasien dengan gejala ringan BPH tidak berbahaya bagi semua pasien.
2. Penatalaksanaan terapi :
 Penghalang α- adrenergik seperti doksasosin (caradura), prazozin (minipress), terasozin (hytrin),
serta relaksasi otot kandung kemih dan prostat.
 Finasteride (proscara), efek antiandrogenpada sel prostat, dan mencegah hiperplasia.
3. Dilatasi balon pada uretra prostat dalam waktu yang singkat dapat menghilangkan gejala.
4. Bedah TURP, TIUP, atau Open prostatectomy untuk prostat yang terlalu besar, biasanya melalui
suprapubik.
5. Bedah laser
6. Microwave hypertermia treatments.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data
yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi dan penkajian post
operasi prostatektomi.
a) Pengkajian pre operasi prostatektomi
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi :
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria,
pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu
miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine.
3. Riwayat penyakit dahulu .
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran
Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani
kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi.
4. Riwayat penyakit keluarga .
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit ca prostat
Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi.
5. Riwayat psikososial
1) Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul
karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari
perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.
2) Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.
6. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan,
penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri
(pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari,
jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause,
stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau
masalah.
3) Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes-netes, jumlah
klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga
ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya
tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam
rectum.
4) Pola tidur dan istirahat .
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang
sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan
waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.
5) Pola aktifitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari-hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah
raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum
operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari –
hari sendiri.
6) Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau
dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana
seharusnya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum
pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien
tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah
ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif
berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak
terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
9) Pola reproduksi seksual
Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek
sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami
sekarang (masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi) dan pola perilaku seksual.
10) Pola penanggulangan stress
Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan
terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa.
Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam
menjalankan ibadah.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu
tubuh, nadi.
2) Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana
keadaan rambut dan kuku klien
3) Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala.
4) Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula
bagaimana otot mukanya.
5) Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau
tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.
6) Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada
gangguan pendengaran.
7) Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung
berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan faring
Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor
,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.
9) Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
10) Thoraks
Bentuknya bagaimana, adakah gynecomasti.
11) Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara
nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni.
12) Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.
13) Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada penonjolan
kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien
biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus
menurun atau meningkat.
14) Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touché.
Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan
testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid.
15) Ekstrimitas dan tulang belakang
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada
tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau
nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.
b) Pengkajian post operasi prostatektomi
Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi:
1. Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan
keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman,
nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan.
Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri.
2. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.
3. Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu
dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak.
Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda – tanda
cyanosis ada atau tidak.
4. Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor jantung (
EKG ).
5. Sistem gastrointestinal
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan
bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.
6. Sistem neurology
Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
7. Sistem muskuloskleletal
Bagaimana aktifitas klien sehari – hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya.
Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang
terpasang infus. Keadaan ekstrimitas.
8. Sistem eliminasi
Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi
seperti retensi. Kaji apakah ada tanda – tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa.
Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan
sekitar daerah pemasangan kateter.
9. Terapi yang diberikan setelah operasi
Infus yang terpasang, obat – obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih.

3.2 Diagnosa
A. Diagnose sebelum operasi
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan lumen
2. Nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan bertambahnya frekuensi miksi
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien tentang pembedahan

B. Diagnose setelah operasi


1. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder akibat perdarahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penggunaan kateter selama pembedahan

3.3 Intervensi
A. Intervensi pra-operasi
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan lumen
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola eliminasi klien normal
 Kriteria hasil :
1) Klien dapat berkemih dalam jumlah normal, tidak teraba distensi kandung kemih
2) Residu pasca berkemih kurang dari 50 ml
3) Klien dapat berkemih volunteer
4) Urinalisa dan kultur hasilnya negative
5) Hasil laboratorium fungsi ginjal normal
 Intervensi :
1) Jelaskan pada klien tentang perubahan dari pola eliminasi
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan
keperawatan
2) Dorong klien untuk berkemih tiap 2 – 4 jam dan bila dirasakan
Rasional: Meminimalkan retensi urine, distensi yang berlebihan pada kandung kemih
3) Anjurkan klien minum sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung bila diindikasikan
4) Perkusi / palpasi area supra pubik
Rasional: Distensi kandung kemih dapat dirasakan di area supra pubik
5) Observasi aliran dan kekuatan urine, ukur residu urine pasca berkemih. Jika volume residu urine
lebih besar dari 100 cc maka jadwalkan program kateterisasi intermiten
Rasional: Observasi aliran dan kekuatan urine untuk mengevaluasi adanya obstruksi
2. Nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam klien menunjukkan bebas
dari ketidaknyamanan
 Kriteria hasil:
1) Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol
2) Ekspresi wajah klien rileks
3) Klien mampu untuk istirahat dengan cukup
4) Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Intervensi:
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 1-10 ), dan lamanya.
Rasional: Memberi informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan Intervensi
2) Beri tindakan kenyamanan, contoh: membantu klien melakukan posisi yang nyaman,
mendorong penggunaan relaksasi / latihan nafas dalam.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
3) Beri kateter jika diinstruksikan untuk retensi urine yang akut : mengeluh ingin kencing tapi tidak
bisa
Rasional: Retensi urine menyebabkan infeksi saluran kemih, hidro ureter dan hidro nefrosis
4) Observasi tanda – tanda vital
Rasional: Mengetahui perkembangan lebih lanjut
5) Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat sesuai indikasi, contoh: eperidin (Dumerol)
Rasional: Untuk menghilangkan nyeri hebat / berat, memberikan relaksasi mental dan fisik
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan bertambahnya frekuensi miksi
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam kebutuhan tidur dan istirahat
klien terpenuhi
 Kriteria hasil:
1) Klien mampu istirahat / tidur dengan waktu yang cukup.
2) Klien mengungkapkan sudah bisa tidur.
3) Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur
 Intervensi:
1) Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur / istirahat dan kemungkinan cara
untuk menghindarinya
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien mau kooperatif terhadap tindakan
keperawatan
2) Ciptakan suasana yang mendukung dengan mengurangi kebisingan
Rasional: Suasana yang tenang akan mendukung istirahat klien
3) Batasi masukan minuman yang mengandung kafein
Rasional: Menentukan rencana untuk mengatasi gangguan
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien tentang pembedahan
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam tingkat kecemasan klien
berkurang dan memperbaiki kemampuan koping klien
 Kriteria hasil:
1) Klien tampak rileks
2) Cemas berkurang
3) Klien paham tentang prosedur pembedahan
 Intervensi:
1) Observasi TTV
Rasional:
2) Obsevasi tingakat kecemasan klien (ringan/sedang/berat)
Rasional: Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
3) Berikan informasi mengenai:
a) Jenis operasi yang dilakukan
b) Alasan dan hasil yang diharapkan setelah operasi
c) Risiko yang mungkin terjadi
d) Jelaskan prosedur operasi
Rasional: informasi merupakan petunjuk dalam menentukan tindakan yang sesuai untuk memudahkan
koping sehingga dapat membantu klien untuk memahami tindakan operasi. Hal ini akan
mengurangi kecemasan klien dan meningkatkan kerjasama klien.
4) Monitoring hasil

B. Diagnose pasca operasi


1. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder akibat perdarahan
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola eliminasi urine lien
normal dan tidak terjadi retensi urine.
 Kriteria hasil :
1) Klien akan berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi.
2) Klien akan menunjukan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih.
3) Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar lewat kateter.
 Intervensi :
1) Pertahankan irigasi kandung kemih yang konstan selama 24 jam pertama
Rasional: Mencegah retensi pada saat dini
2) Pertahankan posisi dower kateter dan irigasi kateter
Rasional: Dapat menghambat aliran urine
3) Anjurkan intake cairan 2500-3000 ml sesuai toleransi
Rasional: Mencegah bekuan darah menyumbat aliran urine
4) Setalah kateter diangkat, pantau waktu, jumlah urine dan ukuran aliran. Perhatikan keluhan rasa
penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih, urgensi atau gejala – gejala retensi.
Rasional: Melancarkan aliran urine.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penggunaan kateter selama pembedahan
 Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam infeksi tidak menjadi actual
 Kriteria hasil:
1) Tidak muncul tanda-tanda infeksi
2) Menunjukkan teknik untuk menciptakan lingkungan yang aman
 Intervensi:
1) Catat terjadinya resiko infeksi
Rasional: Kesadaran akan faktor resiko memberikan kesempatan untuk membatasi resikonya
2) Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi
Rasional: Memberi nutrisi yang cukup
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperplasia prostatitis benigna (benign protatc hyperplasia – BPH) atau kanker prostat
adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra,menyebabkan gejala urinaria. Penyebab khusus
hiperplasi prostat belum diketahui secara pasti,beberapa hipotesis menyatakan bahwa gangguan
ini ada kaitannya dengan oeningkatan kadar DTH dan proses penuaan.
Keluhan akibat penyakit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala
obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan di pinggang atau demam yang merupakan tanda
infeksi atau urosepsis. Tujuan terapi pada apsien hiperplasi prostat adalah menghilangkan
obstruksi pada leher buli-buli. Hal ini dapat dicapai dengan cara kurang invasive.

4.2 Saran
Pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna,Keadaan ini
dialami oleh 50% pria yang berusia 60 th dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 th.
Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urine sehingga menimbulkan
gangguan miksi. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya kanker prostat lebih parah
harus ada penanganan yang tepat dan lebih lanjut.

Daftar Pustaka

 Nursalam, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 2000. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8. EGC :
Jakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen