Sie sind auf Seite 1von 14

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

(KONSEP RECOVERY SUPPORTIVE ENVIRONMENT DALAM


PERAWATAN JIWA)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3
Mahersyap Paulus (P.1608052)

Hoberthina M. Hanoatubun (P.1608008)

Desi Rani An (P.1608029)

Lahmy Keliwawa (P.1608027)

Herlina Efruan (P.1608045)

Sandra Hendia Yermias (P.1608004)

Ismyarsi Herlambang Sise (P.1608048)

Roland Sahertian (P.1608013)

Vikky Fauzy Thio (P.1608025)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PASAPUA AMBON
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Konsep
Recovery Spportif environment dalam perawatan Jiwa”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu segenap
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan
di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Ambon, 11 February 2019

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..……………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………….....…………………………...…….....3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………….......…………………………………..……...4

1.2 Tujuan………………………..………………...…………………………………....5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Konsep Recovery dan supportive evironment...............................................6

2.2 Mental Health Recovery Model ………………………………………...………….7

2.3 Manfaat & Peran Perawat ..........................................................................................9


2.4 Terapi Dukungan Lingkungan....................................................................................9
2.5 Tujuan Terapi Lingkungan.......................................................................................10
2.6 Peran Perawat dalam terapi Lingkungan..................................................................11
2.7 Jenis-Jenis Kegiatan Dukungan Lingkungan...........................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...……........13

3.2 Saran…………………………………………..………………………………...…13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya
mengalami peningkatan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT)
yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 1995 menunjukkan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000 anggota Rumah
Tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Dalam kurun waktu enam tahun
terakhir ini, data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan
gejolak-gejolak lainnya diseluruh daerah. Bahkan masalah dunia internasionalpun
akan ikut memicu terjadinya peningkatan tersebut.
Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa negara
menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life
Years (DALY's) sebesar 8,1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh
masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan
penyakit Tuberculosis (7,2%), Kanker (5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) maupun
Malaria (2,6%).
Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan
dengan masalah kesehatan lainnya yang ada dimasyarakat. Kesehatan Jiwa
masyarakat (community mental health) telah menjadi bagian masalah kesehatan
masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara.
Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah
dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya
perubahan dan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan
kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak
produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan

4
masyarakat sekitarnya. Dari data tersebut diatas, kami tertarik untuk membahas
masalah kesehatan jiwa masyarakat sebagai judul makalah kami.
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup
bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya
(USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana
seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh
dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan
gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan
kesehatan jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart,
2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan
sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada
level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan
gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan
pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep recorvery dan
supportive evironment dalam perawatan klien gangguan jiwa

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Recovery dan supportive evironment dalam perawatan klien gangguan
jiwa
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan
secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang
memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai
kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa
untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang
dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses
dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara
penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau
pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan
kesehatan jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart,
2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan
sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada
level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan
gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan
pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan
meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan
pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang
gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen
pengobatan.

6
Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan
tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor,
terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus, pengacara
keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat
untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart,
2013)

2.2 Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat
atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati
bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa
tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat
hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih
menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna
hidup.
Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa pentingnya
hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-
patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam
Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan keluarga
dalam proses recovery. Caldwell et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan
perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan
menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery.

Models, Theories, and Therapies in Current Practice

No. Theorist Model/Theory Focus of Nursing


1 Dorothy Johnson Behavioral system Membantu pasien kembali
pada keadaan seimbang
ketika

7
mengalami stess melalui
pengurangan atau
menghilangkan sumber
stress
dan mendukung proses
adaptif
(Johnson, 1980)
2 Imogene King Goal attainment Membangun hubungan
interpersonal dan membantu
pasien untuk mencapai
tujuan
nya berdasakan peran nya
dalam konteks sosial (King,
1981)
3 Betty Neuman System Model Membangun hubungan
perawat-pasien untuk
membantu menghadapi
respon
stres (1982)
4 Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi defisit perawatan
diri dan mendorong pasien
untuk terlibat secara aktif
pada
perawatan diri mereka
(Orem,
2001)
5 Hildegard Peplau Interpersonal Menggunakan hubungan
Relations interpersonal sebagai alat
terapeutik untuk

8
menyembuhkan dan
mengurangi kecemasan
(Peplau, 1992)
6 Jean Watson Transpersonal Caring merupakan prosedur
Caring dan tugas penting;
membangun
hubungan perawat-pasien
sehingga menghasilkan
Therapeutic Outcome
(Watson, 2007)

2.3 Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa
yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan
jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai
terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun
Spesialis.
Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada
kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau
penyembuhan.

2.4 Terapi Dukungan Lingkungan


Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan
modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap
fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. ( Farida Kusumawati &
Yudi Hartono, 2011).

9
2.5 Tujuan Terapi Lingkungan
Menurut Stuart dan Sundeen 1998
1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan
mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri

2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain

3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain

4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat,

5. Mencapai perubahan yang positif.

2.6 Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan

1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman

a. Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,


menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan,
dan pasien.

b. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-
keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau
perawat.

c. Menciptakan suasana yang nyaman.

d. Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang
lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.

2. Penyelenggaraan proses sosialisasi

a. Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang


lain sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain

b. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan


perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan
tertentu

10
c. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan
yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya
pada waktu yang luang.

2.7 Jenis-Jenis Kegiatan supportive Environment

1. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien
dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu,
dan karambol.

2. Terapi kreasi seni


Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta
memberikan kesempatan pada klien untuk menyalurkan/ mengekspresikan
perasaannya. Contohnya: menari dan menyanyi.

3. Terapi dengan menggambar dan melukis


Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan
memusatkan pikiran pada kegiatan

4. literatur atau biblio therapy


Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku- buku lain. Dimana pasien
diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca.Tujuannya adalah
untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.

5. Pet therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa
kesepian, menyendiri, dan menggunakan objek binatang untuk bermain.

11
6. Plant therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala
sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi
kepada pribadi lainnya dengan memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan
memelihara, serta menggunakannya saat tanaman dipetik.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional.
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup
bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang
dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013).
Spportife evironment juga sangat dibutuhkan dan menujang dalam segala
segi dan penyembuhan segala jenis penyakit bukan hanya gangguan jiwa.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil makalah yang telah diolah, maka penulis mempunyai
beberapa saran yang diharapkan dapat dipertimbangkan dan berguna bagi kita
semua, yaitu:
1. Pengadaan klinik-klinik psikiatrik akan membantu mengatasi
banyaknya masalah-masalah kesehatan jiwa masyarakat.
2. Peran serta masyarakat akan sangat membantu dalam mengatasi
masalah-masalah kesehatan jiwa masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N., Swarbrick,


Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N., A.P.N. (2010).
Psychiatric nursing practice & the recovery model of care. Journal of
Psychosocial Nursing & Mental Health Services, 48(7), 42-48.
doi:http://dx.doi.org/10.3928/02793695-20100504-03

Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top ten
concerns about recovery encountered in mental health system transformation.
Psychiatric Services, 57(5), 640-5.

Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T., &
Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine mental
health service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.

Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing; A


Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition. ELSEVIER

WHO. (2001). The World Health Report: 2001 mental health : new undestanding, new
hope

14

Das könnte Ihnen auch gefallen