Sie sind auf Seite 1von 20

MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN DAN AMDAL

LIMBAH RUMAH TANGGA

DIBUAT OLEH :

NAMA : PRIONO PUJO KESUMO

NIM : 151031025

KELAS : A

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

IST AKPRIND

YOGYAKARTA

2018
ABSTAK

Water can not be used again for domestic purposes, polluted water and to then can
not be used again as supporting human life, will lead to social impact is very large
and will take a long time to recover, but the water is needed for domestic purposes
stairs very much. Water can not be used for industrial purposes, if the water is already
contaminated the water can not be used for industrial purposes effort to improve
human life will not be achieved. Water can not be used for agricultural purposes,
because the water is polluted it can not be used again as irrigation, for irrigation in
rice fields and pond fishing, because of the inorganic compound which resulted in
drastic changes in the pH of the water. The impact of organic solid waste disposal are
derived from household activities, organic solid waste that is degraded by
microorganisms will lead to a bad odor (rotten) due to the decomposition of the waste
into smaller accompanied by the release of gas that smells. Organic waste that
produces the protein would produce a bad odor anymore (more foul) because proteins
that contain amine groups that will decompose to ammonia gas.
The impact of which can lead to health and cause disease, the potential health hazards
that can be caused are: diarrhea and mice, the disease occurs due to virus originating
from waste with improper management. Skin diseases such as scabies and ringworm.

i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah juga karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasilmenyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “ LIMBAH RUMAH TANGGA “.

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian limbah rumah tangga,


penanggulangan limbah rumah tangga, hukum yang berlaku jika membuang sampah
sembarangan, pilihan solusi, solusi yang dipilih.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua


tentang makalh ini. Kami menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan makalh ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah
SWT senatiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Yogyakarta, 28 November 2018

Priono Pujo Kesumo

ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

1. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
2. Problem yang dihadapi ......................................................................................... 3
3. RKL Dan RPL....................................................................................................... 5
4. Pilihan solusi ......................................................................................................... 12
5. Solusi yang dipilih ................................................................................................ 13
6. Penutup ................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

iii
A. PENDAHULUAN

Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat kepada


kehidupan manusia. Dari mata air sebagai awal mengalirnya air, melintasi bagian-
bagian alur sungai hingga ke bagian hilir yang terjadi secara dinamis. Kedinamisan
tersebut tergantung dari musim, karakteristik alur sungai, dan pola hidup manusia
disekitarnya. Kondisi ini menyebabkan baik kuantitas maupun kualitasnya akan
mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan lingkungan sungai
dan kehidupan manusia. Pada bagian hulu sungai relatif sedikit adanya
gangguan,dikarenakan ekosistem disekitarnya belum mengalami kerusakan hal ini
dapat dikatakan masih dalam kondisi baik. Bagian tengah dari alur sungai akan
semakin meningkat sesuai dengan perkembangan pemukiman, maka kerusakan dan
pencemaran mulai terlihat. Sedangkan pada bagian hilir, merupakan kondisi yang
cukup parah mengalami kerusakan dan pencemaran.Beberapa pencemaran di sungai
tentunya diakibatkan oleh kehidupan disekitarnya baik pada sungai itu sendiri
maupun prilaku manusia sebagai pengguna. Pengaruh dominan terjadinya
pencemaran yang sangat terlihat adalah kerusakan yang diakibatkan oleh manusia
dalam kuantitas tergantung dari pola kehidupannya. Setiap pinggiran sungai yang
padat dengan pemukiman, dipastikan akan terlihat saluran-saluran buangan yang
menuju ke badan sungai. Sehingga apabila dikumulatifkan dari beberapa cerobong
buangan maka akan menjadikan buangan yang cukup tinggi.Akibat buangan dari
aktifitas rumah tangga bahkan limbah yang datang dari daerah industri menyebabkan
terganggunya ekosistem sungai. 7Ikan banyak yang mati, air berubah warna,
menimbulkan bau, pemandangan terganggu dan menimbulkan problem kesehatan
manusia lainnya. Masalah tersebut timbul dikarenakan juga ketidakmampuan daya
dukung sungai terhadap limbah untuk mengadakan netralisasi.Setiap sungai memiliki
karakteristik masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya.

1
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari keadaan fisik, kimia dan lingkungan yang ada
disungai.
Dijelaskan oleh Thomann dan Muller (1987) bahwa secara fisik dapat diperlihatkan
dengan karakteristik luasan genangan, topografi, hidrologi, klimatologi
dankemampuan untuk mengasimilasi adanya perubahan biologikal maupun
hidrologikal yang ada di sungai. Di wilayah Kodya Yogyakarta terdapat 3 (tiga)
sungai yang mengalir melewati tengah kota dan ketiga sungai tersebut merupakan
bagian
Daerah Aliran Sungai (DAS) utama. Adapun ketiga sungai tersebut adalah sungai
Winongo, Code dan Gadjahwong. Khususnya untuk sungai Gadjahwong yang selalu
menerima limbah pertanian, limbah pemukiman dan limbah industri, maka perairan
ini perlu dideteksi tingkat pencemarannya. Untuk itu dibagian akhir makalah ini
diuraikan studi kasus pencemaran sungai Gadjahwong akibat limbah buangan
terhadap parameter Biological Oksigen Demand (BOD) dan Oksigen Terlarut (DO)
sungai yang bersangkutan.

2
B. PROBLEM YANG DIHADAPI
Air limbah yang dibuang secara langsung ke sungai tanpa proses pengolahan
dapat membahayakan kehidupan biota di dalamnya dan penurunan kualitas air.
Disadari atau tidah limbah detergen yang dihasilkan dari perumahan telah
menimbulkan kerusakan yang tidak terlihat. Umumnya, air tercemar dapat terlihat
dari fisiknya, yaitu semula jernih menjadi keruh atau kehitaman-hitaman bahkan
sering menimbulkan bau tidak enak. Masyarakat umumnya tidak mengetahui dari
efek bahaya dari detergen yang dibuang ke sungai. Kurangnya sosialisasi dari
produsen dan pemerintah tentang bahaya dari sisa detergen ke lingkungan
memperlihatkan ketidakpedulian pada masyarakat dan alam. Sekali lagi kepentingan
ekonomi dan keuntungan pribadi menjadi alasan pokok permasalahan tersebut.

Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari bagi lingkungan


karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memilki kemampuan
untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene.Proses
oenguraian detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan
khlor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahay. Kontak benzena
dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum. Kandungan detergen
dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Dalam jangka panjang,
air minum yang telah terkontaminasi limbah detergen berpotensi sebagai salah satu
penyebab penyakit kanker.

Masyarakat selaku pelaku perusak lingkungan tidak dapat banyak berbuat


terhadap sisa limbah cair rumah tangga karena kekurangan fasilitas yang disediakan
pemerintah. Sisa bekas cucu akan langsung dialirkan ke selokan dan terbuang ke
sungai. Jika menghitung debit limbah cair yang dibuang sekitar 150 liter/orang/hari
ke selokan, dapat dibayangkan kerusakan yang terjadi jika 242. 325.638 orang
Indonesia melakukannya setiap hari.

3
Kemudian sampah an organik atau sampah kering, contoh logam, besi,
kaleng, plastik, karet juga botol yang tidak dapat mengalami pembusukan secara
alami. Selain itu sampah berbahaya, contoh baterai, botol racun nyamuk termasuk
jarum suntik bekas.

Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah


sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah,
sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi
sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi sumber dan tempat
hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.

4
C. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) Dan RPL( Rencana
Pemantauan Lingkungan)

Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu
direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.

GUNA AMDAL

 Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah


 Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
 Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan
 Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
 Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan“…

memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif”

“…digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin


usaha dan/atau kegiatan

5
Prosedur AMDAL terdiri dari :

 Proses penapisan (screening) wajib AMDAL


 Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
 Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
 Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau
kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan
apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala


BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang
diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu
sebelum menyusun KA-ANDAL.

Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk


menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan).

Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan


dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL).

6
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL
untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL,
RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha


dan/atau kegiatan.

Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal
cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal
Nomor 09/2000.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai


AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen


AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di
tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi
pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang
berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di
dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai
AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara
anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan
oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

7
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala


bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,
faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan
hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat
berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati.

Upaya Pengelolaan lingkungan hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak
wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan


upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.

Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun


AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan
keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :

8
 Identitas pemrakarsa
 Rencana Usaha dan/atau kegiatan
 Dampak Lingkungan yang akan terjadi
 Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
 Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah
kabupaten/kota
 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari
satu propinsi atau lintas batas negara
 Apa kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya ?

AMDAL-UKL/UPL

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi
diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001).
UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan
limbahnya.

9
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib

Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan
lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan
perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa
dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan

Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.

Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik,


dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya
kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan
oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun
Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela

Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki


untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan
audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan
yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang
Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan.

10
Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang
wajib AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban
penyusunan dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini
sangat didorong untuk disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat
membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus dapat
“memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen AMDAL.

Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat
berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan
dengan luar negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan
Sukarela, dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang
dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya.

11
D. PILIHAN SOLUSI

Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik


kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah
ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan
pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan,
kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih
haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan
diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi
kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:

1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai
dengan karakteristik limbah yang akan diolah.

2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan


efisiensi pengolahan yang diharapkan.

3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan


skala sebenarnya.

12
E. SOLUSI YANG DIPILIH

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba
patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:

1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk


menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa
proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal,
equalization and storage, serta oil separation.

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang
berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization,
chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari


air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge,
anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating
biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.

13
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane
separation, serta thickening gravity or flotation.

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya


kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,
atau landfill.

14
F. PENUTUP

A. SIMPULAN
Apabila setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampahnya masing-
masing, maka sisa sampah yang dibuang dari rumah tangga tinggal sedikit berupa
limbah non organik dan inipun masih bisa dimanfaatkan para pemulung.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan
buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air
limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan
kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar
tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus
dikelola untuk mengurangi pencemaran.

B. SARAN
Sudah saatnya masyarakat dididik untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan
sampah secara sederhana. Seperti masyarakat dan pemerintah Kota Brisbane bahu
membahu untuk mengelola sampah secara professional, mereka sadar bahwa sampah
jika dikelola dengan baik selain mempunyai nilai jual juga menjaga lingkungan
bersih dan aman dari polusi.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Mahida, 1984, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, CV.


Rajawali, Jakarta.
 Nurwidjojo, W., 1992, Evaluasi Pencemaran Air Sungai Gadjahwong
Yogyakarta Ditinjau dari Gatra Biota, Fisik dan Kimia Akibat Buangan
Limbah Industri di Bagian Wilayah Kodya Yogyakarta, PPS PS. Ilmu
Lingkungan, UGM Yogyakarta.
 Odum, EO., 1996, Dasar-dasar Ekologi, Terjemahan : Samingan, Tj dan
Srigandono.B., Gadjahmada University Press, Yogyakarta.
 Saraswati dkk., 1995, Model Kualitas Air untuk Pengelolaan Sungai, Lit-P4M
UGM, Yogyakarta.
 http://www.kompasiana.com/uziachmat/permasalahan-limbah-cair-rumah-
tangga-yang-tak-menentu_551f5595813311f4379df01b
 http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/

16

Das könnte Ihnen auch gefallen