Sie sind auf Seite 1von 28

dr.

Arifya Anggoro Kasih

PORTOPOLIO KASUS KE I

SUBJEKTIF

(Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada hari minggu, 8 Maret 2015)

Pasien Ny. N, 38 tahun (RM: 09.71.13/jamkesmas) datang ke IGD RSUD

Tanah Bumbu diantar oleh keluarganya, dengan keluhan muncul bintik-bintik di dahi

sebelah kiri.

Bintik-bintik muncul 4 hari SMRS, awalnya bintik-bintik sedikit, ada yang

padat dan berair, berkelompok dan berwarna merah. Bintik-bintik semakin banyak

sampai didaerah alis dan sekitar mata. Pasien mengeluhkan nyeri disekitar bintik

bintik tersebut. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala, demam, dan nyeri telinga kiri.

Tidak ada keluhan telinga berdengung. Pasien mengeluh bengkak pada kelopak mata

kiri, sering berair, nyeri namun tidak kabur. Pasien merasa lemah dan nafsu makan

menurun. Tidak ada keluarga atau tetangga yang mengalami sakit serupa.

Riwayat sakit cacar, trauma, dan alergi di sangkal. BAK dan BAB tidak ada

keluhan. Pasien belum meminum obat apapun.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Hipertensi
OBJEKTIF

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 170/130 mmHg

Denyut nadi : 80 x/menit

Suhu : 37,3o C

Pernafasan : 22x/menit

Mata : konjungtiva anemis -/- ; sclera ikhterik -/- ; edem

palpebra -/+ ; injeksi konjunctiva -/+ ; lakrimasi -/+;

Kornea jernih +/+; mata kabur -/-

Leher : kelenjar getah bening leher dan preauricular tidak

teraba membesar

Thorax : I: simetris, tidak ada scars; Per: sonor/sonor

Pal: FV. Simetris; A: Sn. Vesikuler, rh -/- , wh -/-

Murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I: cembung, tidak ada scars; A: BU(+)

Per: timpani; Pal: supel, H/L/M tidak teraba, nyeri

tekan (-)

Ekstremitas : akral hangat edem parese

+ + - - - -

+ + - - - -
Status lokalis

Tampak lesi papulovesikel multiple di atas kulit eritematous yang seumur dan

berkelompak.

Tampak ekskoriasi, pustule, dan krusta di atas kulit eritematous

ASSESMENT

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dapat

ditegakkan diagnosis yaitu herpes zoster oftalmikus dan hipertensi grade II, karena

dari anamnesis didapatkan muncul bintik-bintik padat dan berair, lebih dari satu,

berkelompok, dan berwarna merah.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan

darah 170/130mmHg. Tampak edem palpebra, injeksi konjunctiva, dan lakrimasi

pada mata kiri. Dari status lokalis yaitu lesi papulovesikel multiple di atas kulit
eritematous yang seumur dan berkelompak yang mana lesi tersebut menunjukan ciri-

ciri lesi herpes zoster.

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela

zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang

terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi

cabang pertama nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata.

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion

kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan

daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang

ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala

gangguan motorik.

Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodormal lokal (nyeri otot-

tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu

singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan

edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-

abu) dapat menjadi pustule dan krusta. Dapat timbul infeksi sekuder sehingga

menimbulkan ulkus dan penyembuhan berupa sikatriks.

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang

tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung

kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran

kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat
dermatomal. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada

susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering.

Herpes zoster yang mengenai mata sebaiknya dirawat inap dan pertimbangkan

konsul spesialis mata. Obat antiviral diberikan pada herpes zoster oftalmikus

mengingat komplikasinya. Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik. Jika terjadi

infeksi sekunder diberikan antibiotik topikal.

Pasien telah mengalami hipertensi sejak 6 bulan yang lalu dan pengobatan

rutin dengan captopril.

PLANNING

IVFD RL 20 tpm

PO. Asiklovir tablet 5x800 mg

Parasetamol tablet 3x500mg

Captopril 2x25mg

Top. Gentamisin salep kulit


dr. Arifya Anggoro Kasih

PORTOPOLIO KASUS KE II

SUBJEKTIF

(Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada hari jumat, 20 Maret 2015)

Pasien Tn. L, 61 tahun (RM: 11.38.77/jamkesmas) datang ke IGD RSUD

Tanah Bumbu diantar oleh keluarganya, dengan keluhan nyeri ulu hati.

Pasien mengeluh nyeri ulu hati 4 hari smrs, nyeri seperti ditusuk disertai rasa

pedih, tidak ada rasa panas. Nyeri tidak menjalar. Mual (+), muntah (+) 2x berisi

makanan, tidak ada darah. Rasa kembung dan merasa kenyang (+). Pasien tidak ada

mengeluh nyeri dada dan sesak. Pasien masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari.

Makan/minum (+/+). BAK/BAB tidak ada keluhan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Hipertensi (-), DM(-)

OBJEKTIF

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Denyut nadi : 82 x/menit


Suhu : 36,7o C

Pernafasan : 26x/menit

SaO2 : 98% tanpa O2

Mata : konjungtiva anemis -/- ; sclera ikhterik -/-

Leher : kelenjar getah bening leher tidak teraba membesar

Thorax : I: simetris, tidak ada scars; Per: sonor/sonor

Pal: FV. Simetris; A: Sn. Vesikuler, rh -/- , wh -/-

Murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I: cembung, tidak ada scars; A: BU(+)

Per: timpani; Pal: supel, H/L/M tidak teraba, nyeri

tekan (+) epigastrium

Ekstremitas : akral hangat edem parese

+ + - - - -

+ + - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Tanggal 20 Maret 2015


HEMATOLOGI
Hb 10,8 Lk: 13,5-18 gr%
Pr: 12-16 gr%
Leukosit 5.600 5.000-11.000 /mm3
Eritrosit 3,45 Lk: 4,5-6,2 juta/ mm3
Pr: 4,2-5,4 juta/ mm3
Hematokrit 30 Lk: 40-48 vol%
Pr: 37-43 vol%
Trombosit 159 150-440 ribu / mm3
HATI
SGOT 114 Lk: up to 37 U/L
Pr: up to 31 U/L
SGPT 65 Lk: up to 42 U/L
Pr: up to 32 U/L

Elektrokardigram

ASSESMENT

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dapat

ditegakkan diagnosis yaitu sindrom koroner akut dengan dyspepsia dan anemia

karena pada anamnesis didapatkan nyeri ulu hati seperti tertusuk dan pedih. Pasien

juga mengalami mual dan muntah, perut terasa kembung dan merasa kenyang.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan

darah 100/70mmHg. Terdapat nyeri tekan perut pada regio epigastrium. Dari hasil

pemeriksaan penunjang laboratorium, haemoglobin 10,8 gr % dan leukosit

14.600/mm3, SGOT 114, SGPT 65. Gambaran EKG menunjukan adanya Q patologis

dan T inversi pada sadapan II, III, dan aVF.

Pengertian SKA merujuk pada sekumpulan keluhan dan tanda klinis yang

sesuai dengan iskemia miokard akut. Sindroma koroner akut merupakan suatu

spektrum dalam perjalanan penderita penyakit jantung koroner (aterosklerosis

koroner). SKA dapat berupa angina pektoris tidak stabil, infark miokard dengan non

ST elevasi, infark miokard dengan ST elevasi dan atau kematian jantung mendadak.

Diagnosis SKA berdasarkan keluhan khas angina. Tekadang pasien tidak ada

keluhan angina namun sesak nafas atau keluhan lain yang tidak khas seperti nyeri

epigastrik atau sinkope. Hal ini diikuti perubahan EKG dan atau perubahan enzim

jantung. Pada beberapa kasus, keluhan pasien, gambaran awal EKG dan pemeriksaan

laboratorium enzim jantung awal tidak bisa menyingkirkan adanya SKA, oleh karena

perubahan EKG bersifat dinamis dan peningkatan enzim baru terjadi beberapa jam

kemudian. Pada kondisi ini diperlukan pengamatan secara serial sebelum

menyingkirkan diagnosis SKA.

Berdasarkan gambaran EKG pasien SKA pasien SKA dapat diklasifikasikan

dalam 3 kelompok:

1. Elevasi segmen ST atau LBBB


2. Depresi segmen STatau inversi gelombang T yang dinamis pada saat pasien

mengeluh nyeri dada

3. EKG non diagnostik baik normal ataupun hanya ada perubahan minimal

Tatalaksana awal di IGD:

 Segera berikan oksigen 4L/menit kanul nasal bila saturasi O2 < 94%

 Berikan aspirin 160-325 mg dikunyah

 Nitrogliserin/nitrat sublingual atau semprot

 Morfin IV jika nyeri dada tidak tidak berkurang

Clopidogrel terutama bermanfaat pada pasien STEMI dan NSTEMI risiko

sedang sampai tinggi, dengan dosis pertama (loading dose) 300 mg.

Pada pasien ini tidak diberikan aspilet karena dikhawatirkan akan

memperparah dyspepsianya.

PLANNING

IVFD RL 20 tpm

Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

Ranitidin 2x1 amp

PO. ISDN 5 mg SL

Clopidogrel 300 mg

Evaluasi EKG
dr. Arifya Anggoro Kasih

PORTOPOLIO KASUS KE III

SUBJEKTIF

(Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada hari jumat, 20 Maret 2015)

Pasien Tn. R, 17 tahun (RM: 11.43.98/jamkesda) datang ke IGD RSUD

Tanah Bumbu diantar oleh keluarganya, dengan keluhan terkena benang-benang

(tentakel ubur-ubur).

Pasien mengeluh terkena benang-benang 6 jam SMRS, benang-benang

mengenai lengan kiri. Tampak garis-garis berwarna merah di lengan bawah kiri,

terasa nyeri, gatal, dan panas. Pasien juga mengeluh panas dan nyeri pada seluruh

tubuh. Pasien merasa sesak, mual, dan muntah 2x berisi makanan tidak ada darah.

Tidak ada kelemahan pada tangan dan kaki namun kaki terasa kaku. BAK tidak ada

keluhan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Hipertensi (-)

OBJEKTIF

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis


GCS : E4V5M6

A : clear, gurgling (-), snoring (-)

B : clear, gerak nafas simetris, RR: 26 x/menit

C : clear, TD: 130/110 mmHg

D : GCS: 4-5-6, RC (+/+), pupil (3 mm/3 mm)

E : Tampak urtika eritema berbentuk garis multiple

Tekanan darah : 130/110 mmHg

Denyut nadi : 86 x/menit

Suhu : 37,0o C

Pernafasan : 26x/menit

SaO2 : 98% dengan oksigen nasal kanul 4 lpm

Mata : konjungtiva anemis -/- ; sclera ikhterik -/-

Leher : kelenjar getah bening leher tidak teraba membesar

Thorax : I: simetris, tidak ada scars; Per: sonor/sonor

Pal: FV. Simetris; A: Sn. Vesikuler, rh -/- , wh -/-

Murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I: cembung, tidak ada scars; A: BU(+)

Per: timpani; Pal: supel, H/L/M tidak teraba, nyeri

tekan (-), timpani


Ekstremitas : akral hangat edem parese

+ + - - - -

+ + - - - -

Sensibilitas Normal

Status lokalis

Tampak urtika eritema berbentuk garis multiple pada lengan bawah kiri, terasa nyeri,

panas, dan gatal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Tanggal 20 Maret 2015


HEMATOLOGI
Hb 13,2 Lk: 13,5-18 gr%
Pr: 12-16 gr%
Leukosit 11.200 5.000-11.000 /mm3
Eritrosit 3,45 Lk: 4,5-6,2 juta/ mm3
Pr: 4,2-5,4 juta/ mm3
Hematokrit 39 Lk: 40-48 vol%
Pr: 37-43 vol%
Trombosit 250 150-440 ribu / mm3

ASSESMENT

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dapat

ditegakkan diagnosis yaitu sengatan ubur-ubur (jellyfish sting) karena pada


anamnesis terdapat riwayat terkena tentakel ubur-ubur 6 jam SMRS pada lengan

bawah kiri.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan

darah 130/110mmHg. Terdapat urtika eritema berbentuk garis multiple pada lengan

bawah kiri, terasa nyeri, panas, dan gatal. Dari hasil pemeriksaan penunjang

laboratorium leukosit 11.200/mm3.

Pada kebanyakan kasus, sengatan ubur-ubur mengeluarkan reaksi toksik

yang dapat lokalisata atau sistemik. Meskipun jarang terjadi reaksi hipersensitivitas

tipe cepat seperti urtikaria, angioedema, dan anafilaksis, tetapi tetap membutuhkan

penanganan medis yang tepat, karena syok dan kematian dapat terjadi pada individu

yang lebih sensitif. Dermatitis kontak alergi, reaksi hipersensitivitas tipe lambat dan

menetap, granuloma anulare, dan eritema nodosum adalah reaksi-reaksi kulit yang

dapat terjadi pada sengatan ubur-ubur.

Pertama korbannya akan merasakan nyeri seperti terbakar pada daerah yang

kontak dengan tentakel. Beberapa menit kemudian di daerah yang tersengat timbul

pola seperti bekas cambuk dengan tanda merah yang zigzagsebesar 2 – 3 mm. Durasi

nyeri bervariasi, tetapi seringkali mulai berkurang setelah 30 menit. Urtika umumnya

berkurang dalam 1 jam tetapi petekie ungu kecoklatan dan pigmentasi pasca-

inflamasi dapat menetap selamabeberapa hari.

Reaksi sistemik dapat terjadi dan penanganan untuk ini termasuk menunjang

fungsi vital dengan resusitasi kardiopulmonal, oksigen, dan cairan intravena. Aplikasi

bebat yang menimbulkan kontriksi pada vena-limfatik proksimal dari area luka dapat
dipertimbangkan pada kasus dengan sengatan yang berat ketika terjadi atau akan

terjadi reaksi sistemik, jika deaktivasi tentakel secara topikal tidak memberikan hasil,

dan ketika transportasi untuk mendapatkan antiracun spesifik untuk sengatan C.

fleckeri telah tersedia.Antiracun diambil dari serum domba dan kemungkinan dapat

menyebabkan risiko terjadinya reaksi alergi pada individu yang sensitif. Cara yang

dipilih adalah intravena, tetapi antiracun juga dapat diberikan intramuskular. Pada

sengatan yang berat telah dibuktikan dapat menyelamatan nyawa. Penanganan ini

juga dapat mengurangi intensitas nyeri dan inflamasi pada tempat sengatan dan

menurunkan kemungkinan terjadinya skar. Verapamil intravena dapat diberikan

sebagai pengobatan dan profilaksis aritmia. Untuk nyeri pada sengatan yang berat,

analgesik narkotik parenteral dan kompres es, begitu juga dengan antiracun harus

dipertimbangkan. Reaksi lokal dapat diobati dengan anestesi topikal salep, krim,

losion, atau spray untuk mengurangi gatal atau nyeri terbakar. Untuk reaksi

hipersensitivitas tipe lambat, glukokortikoid topikal, antihistamin, dan glukokortikoid

sistemik dapat digunakan jika perlu. Infeksi sekunder harus diterapi dengan antibiotik

parenteral yang sesuai, dan terapi antitetanus harus dipertimbangkan. Pemberian es

atau kompres dingin dapat mengurangi nyeri sengatan yang ringan sampai sedang,

dan aspirin atau asetaminofen, sendiri atau kombinasi dengan kodein, dapat

digunakan untuk nyeri yang menetap.

PLANNING

Oksigen 2 lpm nasal kanul

IVFD RL 20 tpm
Inj. Ketorolac 30 mg

Ranitidin 2x1 amp

Metilprednisolon 2x1 vial

PO. CTM 3x1 tablet

Observasi tanda vital


dr. Arifya Anggoro Kasih

PORTOPOLIO KASUS KE IV

SUBJEKTIF

(Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa pada hari sabtu, 11 April 2015)

Pasien By.J, laki-laki, 15 hari (RM: 11.52.45/umum) datang ke IGD RSUD

Tanah Bumbu diantar oleh ibunya, dengan keluhan tidak mau minum ASI.

Bayi mulai tidak mau menyusu sejak 6 jam SMRS, gerak bayi berkurang dan

tidak mau menangis. Ada bintik-bintik merah di perut bawah dan lecet di daerah

selangkangan yang mulai muncul 7 hari SMRS. Bayi tampak lemas. Saat ini bayi

hanya diberi ASI.

Bayi lahir di dukun pada usia kandungan 7 bulan, berat lahir 1700 gr. Bayi

lahir langsung menangis, setelah lahir bayi tidak ada diberikan suntikan. Tidak pernah

kejang, kulit biru/kuning (-/-). Menurut ibu, saat hamil tidak pernah mengalami

demam, keputihan berbau, dan nyeri kencing.

OBJEKTIF

Keadaan Umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Letargis

Denyut nadi : 158 x/menit


Suhu : 36,9o C

Pernafasan : 62x/menit, periodik apneu

SaO2 : 94% dengan oksigen head box 5 lpm

BB : 2000 gr

Kepala : normocephali, Ubun-ubun cekung (-)

Mata : konjungtiva anemis +/+ ; sclera ikhterik -/-, cekung

+/+

Hidung : pernafasan cuping hidung -/-

Thorax : I: simetris, retraksi +/+ interkosta; Per: sonor/sonor

Pal: FR. Simetris; A: Sn. Vesikuler, rh +/+ , wh -/-

Murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I: cembung, tidak ada scars; A: BU(+)

Per: timpani; Pal: H/L/M tidak teraba, nyeri tekan

(-), timpani, turgor > 2 detik

Ekstremitas : akral hangat edem CRT >2 detik

+ + - -

- - - -

Status lokalis

Tampak vesikel eritema di daerah supra pubik dan erosi di daerah inguinal dextra et

sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Tanggal 11 April 2015


HEMATOLOGI
Hb 11,9 Lk: 13,5-18 gr%
Pr: 12-16 gr%
Leukosit 16.900 5.000-11.000 /mm3
Eritrosit 3,61 Lk: 4,5-6,2 juta/ mm3
Pr: 4,2-5,4 juta/ mm3
Hematokrit 35 Lk: 40-48 vol%
Pr: 37-43 vol%
Trombosit 184 150-440 ribu / mm3

GDS 105 70-199 mg/dl

ASSESMENT

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dapat

didiagnosis yaitu suspek sepsis neonatorum, BBLR, BKB, Spt BK karena dari

anamnesis didapatkan bayi tidak mau minum sejak 6 jam SMRS, gerak bayi

berkurang, tidak mau menangis, dan lemas. Terdapat tanda infeksi yaitu ada bintik-

bintik merah di perut bawah dan lecet di daerah selangkangan.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, dengan

kesadaran letargis. Pernaafasan 62x/menit dengan periodik apneu, saturasi 94%


dengan oksigen 5lpm head box. Dari inspeksi thorak tampak retraksi interkosta dan

rhonki di kedua paru. Turgor kulit dan CRT lebih dari 2 detik.

Sepsis neonatal adalah kumpulan gejala klinis dari kelainan sistematis yang

disebabkan oleh karena adanya bakteremia yang terjadi pada masa neonatal. Sepsis

neonatorum merupakan penyakit yang secara klinis sakit dan menunjukan kultur

darah positif.

Berdasarkan umur dan onset/ waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis

neonatorum dibagi menjadi dua:

Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:

 Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari

 Penyebab → organisme dari saluran genital ibu

 Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik,

Haemophilus influezae dan enterococcus

 Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)

 Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%)

Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:

 Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.

 Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan.

 0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus,

Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.


 Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi

meningitis).

 Mortalitas→mortalitas rendah (10-20%).

Dasar diagnostik sepsis neonatorum terdiri dari klinis dan laboratoris. Klinis

meliputi: keadaan umum, SSP, saluran pernafasan, kardiovaskuler, saluran cerna dan

hematologi. Diagnosis definitive sepsis hanya bisa ditegakan dengan kultur darah.

Kriteria diagnostik sepsis neonatorum:

1. Possible/ suspect sepsis: 3 gejala klinis

2. Probable sepsis: 3 gejala klinis dan kelainan laboratories

3. Proven sepsis: 3 gejala klinik dan kultur darah positif

PLANNING

Rawat inkubator

Oksigen 5 lpm head box

IVFD RL 30 cc/kgBB dalam 1 jam  60 tpm

70 cc/kgBB dalam 5 jam  30 tpm

Inj. Ampisilin 2x100mg

Gentamisin 1x8mg

Observasi tanda vital


dr. Arifya Anggoro Kasih

PORTOPOLIO KASUS KE V

SUBJEKTIF

(Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa pada hari sabtu, 18 April 2015)

Pasien Ny. M, 22 tahun (RM: 11.33.84/jamkesda) datang ke IGD RSUD

Tanah Bumbu diantar oleh suami dengan keluhan mual dan muntah.

Pasien datang sendiri, mengatakan hamil sekitar 4 bulan dengan mengeluh

mual dan muntah sejak awal kehamilan, semakin lama dirasakan semakin memberat.

Pasien muntah lebih dari 15 kali dalam sehari. Pasien memuntahkan setiap makanan

yang dimakan. Isi muntahan berupa makanan atau hanya air, tidak ada darah. Nafsu

makan pasien sangat menurun dan minum sedikit. Badan pasien lemas sehingga sulit

melkukan aktivitas. BAK sedikit, tidak ada BAB hitam.

Pasien tidak mengalami keluhan seperti ini pada kehamilan pertama dan tidak

memiliki riwayat kehamilan kembar.

HPHT : 23-01-2015

TP : 30-10-2015

OBJEKTIF

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Denyut nadi : 84 x/menit

Suhu : 36o C

Pernafasan : 24x/menit

Mata : konjungtiva anemis -/- ; sclera ikhterik -/-,

cekung -/-

Thorax : I: simetris; Per: sonor/sonor

Pal: FR. Simetris; A: Sn. Vesikuler, rh -/, wh -/-

S1 S2 tunggal Murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I: datar A: BU(+) Per: timpani; Pal: H/L/M tidak

teraba, nyeri tekan (+) epigastrium, timpani

Ekstremitas : akral hangat edem CRT < 2 detik

- - - -

- - - -

Status obstetri

Teraba ballottement di atas simfisis pubis


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Tanggal 18 April 2015


HEMATOLOGI
Hb 10,9 Lk: 13,5-18 gr%
Pr: 12-16 gr%
Leukosit 8.900 5.000-11.000 /mm3
Eritrosit 3,61 Lk: 4,5-6,2 juta/ mm3
Pr: 4,2-5,4 juta/ mm3
Hematokrit 30 Lk: 40-48 vol%
Pr: 37-43 vol%
Trombosit 194 150-440 ribu / mm3

GDS 86 70-199 mg/dl

ASSESMENT

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini didiagnosis

G2P1A0 hamil 12-13 minggu dengan hiperemesis gravidarum.

Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan

diagnosis kehamilan terlebih dahulu. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan

amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan tanda-tanda kehamilan,

yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan konsistensi lunak dan

serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar β-hCG dalam urin pagi hari dapat

membantu menegakkan diagnosis kehamilan.


PLANNING

Non Farmakologi

 istirahat yang cukup

 menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas, makanan

berlemak, atau suplemen besi.

 Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan dan

minuman dalam porsi yang kecil namun sering


 Manajemen stres

Farmakologi

IVFD D10 : RL  2 : 1  40 tpm

Inj. Tomit 3 x 1 amp

Po. Antasida sirup 3 x 1 cth

Das könnte Ihnen auch gefallen