Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) have a strategic role in national economic
development, because in addition to a role in economic growth and employment also play a role
in the distribution of results - the outcome of development. In the economic crisis that occurred
in our state since some time ago, where many large-scale effort that has stagnated and even stops
its activity, sector of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) proved more resilient to
the crisis. But there are also disadvantages of SMEs in accessing information that is thought to
be related directly to the condition of the internal factors are overshadowed by the limitat ions of
SMEs to provide information to consumers. As a result of MSME products that actually has a
considerable market share internationally in the world, many consumers are known.
Based on BPS data Semarang City (2009), economic conditions improved in Ce ntral Java
which can be demonstrated by positive economic growth, economies of Central Java in 2008
measured by the GDP grew by 5.46% and in 2009 experienced a slow increase in the amount of
4.71 %. In line with the economic development of Central Java is improving, the economic
performance of Semarang tahun2009 an increase of 5.34%.
The purpose of this study was to determine differences in the development of Batik
Semarang before and after the marketing assistance of the City of Semarang in terms of venture
capital, cost of production, labor, the number of buyers, the total sales, and profits.
Based on the results of Wilcoxon sign rank test statistics, obtained venture capital in the
variable p-value of 0.000 (0.000 <0.05). This means there is a significant increase in venture
capital variable that is equal to 58%. In the variable cost of production obtained p- value of 0.000
(0.000 <0.05). This means there is a significant increase in variable production costs that is equal
to 49%. In the labor variable obtained p-value of 0.000 (0.000 <0.05). This means there is a
significant improvement on the labor variable that is equal to 47%. In a variable number of
buyers obtained a p-value of 0.000 (0.000 <0.05). This means there is increasing significantly in
the variable number of buyers in the amount of 53%. On total sales acquired variable-p value of
0.000 (0.000 <0.05). This means there is a significant increase in total sales variable that is equal
to 55%. In the variable profit obtained p-value of 0.000 (0.000 <0.05). This means there is
increasing significantly in the variable that is equal to 56% profit.
Keywords: Batik Semarang, Business Capital, Cost of Production, Labor, Number of Buyers,
Total Sales, Profit.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UMKM selalu digambarkan sebagai sektor
yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya
berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik sektor tradisional maupun
modern. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pasal 3 disebutkan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil – hasil pembangunan. Dalam
krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, di mana banyak usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun
masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan
pemerintah ke depan perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM disamping
mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan
pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.
Ketidakpercayaan terhadap kemampuan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
dalam menghadapi era globalisasi berorientasi pada mekanisme pasar bebas memang cukup
beralasan, karena keterbatasan – keterbatasan yang ada dalam kelompok tersebut. Namun
demikian perlu diingat bahwa sejak era penjajahan, UMKM sudah dihadapkan dan ditempa
dengan berbagai masalah termasuk dari aspek pemasaran, tetapi UMKM tetap eksis dalam
mendukung perekonomian nasional. Ketidakmampuan UMKM untuk menghadapi pasar global
mungkin timbul karena lemahnya akses terhadap informasi. Kelemahan ini dapat berdampak
pada sempitnya peluang pasar dan ketidakpastian harga. Terlihat bahwa era bisnis global
menuntut penguasaan informasi inovasi dan kreatifitas pelaku usaha, baik aspek teknologi
maupun kualitas sumber daya manusia.
Lemahnya kemampuan UMKM dalam mengakses informasi diduga terkait langsung
dengan kondisi faktor internal UMKM yang dibayangi oleh berbagai keterbatasan untuk mampu
memberikan informasi kepada konsumen. Akibatnya produk UMKM yang sebenarnya memiliki
pangsa pasar yang cukup besar didunia internasiona l, belum banyak diketahui konsumen. Solusi
penting yang perlu dilakukan oleh UMKM untuk mengatasi masalah adalah mengenalkan
produk – produk UMKM termasuk Batik Semarang melalui kegiatan promosi, yang dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain pameran, temu bisnis, misi dagang, business centre,
iklan layanan masyarakat, trading house dan lain - lain. Kepentingan promosi produk UMKM
juga merupakan salah satu bentuk antisipasi dampak era globalisasi yang sudah pasti akan
berimbas pada pangsa pasar UMKM baik di dalam maupun diluar negeri.
Dengan memperhatikan kondisi dana dan sumber daya manusia UMKM, khususnya
usaha mikro dan usaha kecil, kegiatan tersebut agaknya sulit dilakukan oleh mereka sendiri.
Untuk itu pihak – pihak lain yang berkepentingan dengan pemberdayaan UMKM (stakeholder),
terutama pemerintah harus berpartisipasi aktif membantu kegiatan promosi pemasaran produk
UMKM. Sebagai implementasi dari pemikiran tersebut, pemerintah melalui Kementrian Negara
Koperasi dan UMKM dan beberapa instansi lainnya telah melaksanakan berbagai bentuk
program promosi. Namun demikian sampai sekarang ini dampak dari adanya program promosi
tersebut belum diketahui dengan pasti, untuk itu diperlukan adanya kajian yang komprehensif,
menyangkut berbagai aspek yang mempengaruhi keberhasilan program promosi produk UMKM.
Berdasarkan dari hasil sensus ekonomi tahun 2006 baik untuk kelompok usaha tidak tetap
(SE2006-L1) maupun usaha yang tetap (SE2006-L2) semua didominasi oleh perusahaan atau
usaha berskala mikro, walaupun nya tidak sama. Untuk kelompok SE2006-L1 98,64%
didominasi oleh usaha mikro, sedangkan untuk kelompok SE2006- L2 usaha mikro sebesar
76,74%. Secara total dari 162.747 perusahaan atau usaha hasil Sensus Ekonomi 2006 sebanyak
86,02% adalah usaha berskala mikro. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Persentase Perusahaan atau Usaha SE2006 L1,L2
Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2006 Kota Se marang
SKA LA USAHA SE2006-L1 SE2006-L2 SE2006-L1+L2
Usaha Besar 0,00 1,11 0,64
Usaha Menengah 0,10 4,63 2,71
Usaha Kecil 1,26 17,52 10,63
Usaha Mikro 98,64 76,74 86,02
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Perkembangan Batik di
Kota Semarang
μT = dan σT+ =
Zhitung =
Untuk tingkat signifikansi 5% dan penguji dua arah (two tailed) nilai Ztabel = ±1,96.
Dengan demikian, keputusan adalah menolak hipotesis nol (H0 : μ1 = μ2 ) jika Zhitung >
1,96 atau Zhitung <-1,96
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
4.1.1 Profil Responden
Deskripsi responden meliputi nama, alamat, jenis kelamin, status, pendidikan terakhir,
dan lamanya usaha. Alamat responden tersebar diseluruh daerah Kota Semarang antara lain : di
daerah Kampung Batik, Gunung Pati, Ngesrep, Demak, Mijen, Ngaliyan. Jenis kelamin
responden adalah laki – laki dan perempuan dengan status menikah dan belum menikah. Tingkat
pendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 50% dengan rata – rata lama usaha yang di jalankan
adalah <10 tahun yaitu 2 – 4 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6, 4.7, 4.8, 4.9.
Tabel 4.6
Profil Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Responden Persentase (%)
1 Laki – laki 5 16,6
2 Perempuan 25 83,3
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden yang merupakan
pengrajin Batik Semarang adalah laki – laki dan perempuan di mana jumlah responden
perempuan lebih banyak dari pada laki – laki. Responden perempuan sebanyak 25 orang atau
sekitar 83% , sedangkan responden laki – laki sebanyak 5 orang atau sekitar 17%.
Tabel 4.7
Profil Pendidikan Responden
No Status Pendidikan Responden Persentase (%)
1 SD 1 3,3
2 SMP 2 6,7
3 SMA 17 56,7
4 SMK 1 3,3
5 D3 3 10
6 S1 6 20
Jumlah 30 100
Berdasarkan lama usahanya, responden yang merupakan pengrajin Batik Semarang telah
melakukan usaha paling lama 7 tahun. Responden yang paling banyak adalah yang telah
melakukan usahanya pada range ≤ 5 tahun yaitu sebesar 93,2%.
Tabel 4.9
Profil Alamat Usaha Responden
No Alamat Responden Persentase (%)
1 Banyumanik 1 3,3
2 Cilosari 3 10
3 Cimanuk 1 3,3
4 Demak 1 3,3
5 Perum Polri 1 3,3
Duren Indah
6 Genuk 1 3,3
7 Gunung Pati 3 10
8 Kampung Batik 5 16,7
9 Krapyak 1 3,3
10 Mega Permai 1 3,3
11 Musi 1 3,3
12 Ngesrep 1 3,3
13 Pandean Taman 4 13,3
Harjo
14 Pandean Wangi 1 3,3
15 Rejosari 1 3,3
16 Segaran 1 3,3
17 Tegalrejo 1 3,3
18 Watulawang 2 6,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa responden yang merupakan pengrajin Batik
Semarang dalam penelitian ini tersebar diseluruh daera h Kota Semarang. Daerah yang paling
banyak pengrajin batik yaitu Daerah Kampung Batik sebanyak 5 responden atau sekitar 17%,
Daerah Padean Taman Harjo sebanyak 4 responden atau sekitar 14%, Daerah Gunung Pati
sebanyak 3 responden atau sekitar 10% dan Daerah Watulang sebanyak 2 responden atau sekitar
7%.
4.1.2 Profil Batik Semarang
4.1.2.1 Modal Usaha
Modal usaha yang dirasakan oleh pengrajin Batik Semarang sangat penting terutama
untuk meningkatkan perkembangan UMKM Batik Semarang. Tanpa adanya modal usaha suatu
kegiatan usaha seperti produksi tidak akan dapat dijalankan. Pengrajin Batik Semarang
merupakan salah satu bentuk pengrajin yang bergerak dibidang industri dengn modal usaha yang
sangat terbatas.
Bantuan yang diberikan Pemerintah Kota Semarang terhadap pengraj in Batik Semarang
antara lain memberikan satu set peralatan membatik, memberikan pelatihan membatik,
memberikan tempat untuk pameran, dan memberikan modal. Tidak semua pengrajin Batik
Semarang diberi bantuan modal dalam bentuk uang. Hanya sebagian pengrajin yang diberikan
bantuan dalam bentuk uang yaitu pengrajin yang memiliki usaha yang besar. Sedangkan
pengrajin yang memiliki usaha kecil hanya diberikan bantuan tempat pameran untuk
memasarkan usahanya dan diberikan bantuan berupa satu set peralatan membat ik. Hal tersebut
dapat dilihat dari adanya peningkatan modal usaha pada masing – masing UMKM Batik
Semarang. Sebelum adanya bantuan pemasaran, rata – rata modal usaha masing – masing
UMKM adalah sebesar Rp 1.666.800,00 dan sesudah mendapatkan bantuan pemasaran rata –
rata modal usaha masing – masing UMKM adalah sebesar Rp 4.000.000,00. Peningkatan modal
usaha untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5
Rata – rata Modal Usaha Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan
Pemasaran Dari Pe merintah Kota Se marang
6000000
4.000.000
4000000
2000000 1.666.800
0
Sebelum Sesudah
0
Sebelum Sesudah
0
Sebelum Sesudah
2000000 1.466.700
0
Sebelum Sesudah
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa semua item memiliki muatan faktor
yang lebih besar dari 0,32 dan memiliki probabilitas pearson correlation sebesar 0,000
(0,000 < 0,05). Hal ini berarti semua item dalam instrumen modal usaha memenuhi
persyaratan validitas / sahih.
2. Instrumen Ongkos Produksi
Tabel 4.11
Pengujian Validitas Instrume n Ongkos Produksi
No No Item Muatan Faktor Keterangan
1 OPS 0,89 Sangat baik
2 OPD 0,933 Sangat baik
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa semua item memiliki muatan faktor
yang lebih besar dari 0,32 dan memiliki probabilitas pearson correlation sebesar 0,000
(0,000 < 0,05). Hal ini berarti semua item dalam instrumen ongkos produksi
memenuhi persyaratan validitas / sahih.
3. Instrumen Tenaga Kerja
Tabel 4.12
Pengujian Validitas Instrume n Tenaga Kerja
No No Item Muatan Faktor Keterangan
1 TKS 0,810 Sangat baik
2 TKD 0,954 Sangat baik
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa semua item memiliki muatan faktor
yang lebih besar dari 0,32 dan memiliki probabilitas pearson correlation sebesar 0,000
(0,000 < 0,05). Hal ini berarti semua item dalam instrumen tenaga kerja memenuhi
persyaratan validitas /sahih.
4. Instrumen Jumlah Pe mbeli
Tabel 4.13
Pengujian Validitas Instrume n Jumlah Pe mbeli
No No Item Muatan Faktor Keterangan
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa semua item memiliki muatan faktor
yang lebih besar dari 0,32 dan memiliki probabilitas pearson correlation sebesar 0,000
(0,000 < 0,05). Hal ini berarti semua item dalam instrumen jumlah pembeli memiliki
persyaratan validitas / sahih.
5. Instrumen Total Penjualan
Tabel 4.14
Pengujian Validitas Instrume n Total Penjualan
No No Item Muatan Faktor Keterangan
1 TPS 0,905 Sangat baik
2 TPD 0,976 Sangat baik
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa semua item memiliki muatan faktor
yang lebih besar dari 0,32 dan memiliki probabilitas pearson correlation sebesar 0,000
(0,000 < 0,05). Hal ini berarti semua item dalam instrumen total penjualan memiliki
persyaratan validitas / sahih.
6. Instrumen Ke untungan
Tabel 4.15
Pengujian Validitas Instrume n Keuntungan
No No Item Muatan Faktor Keterangan
1 TKUS 0,899 Sangat baik
2 TKUD 0,976 Sangat baik
Su mber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa semua item memiliki muatan faktor
yang lebih besar dari 0,32 dan memiliki probabilitas pearson correlation sebesar 0,000
(0,000 < 0,05). Hal ini berarti semua item dalam instrumen keuntungan memiliki
persyaratan validitas / sahih.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas terhadap masing – masing instrumen dalam
suatu variabel adalah menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha
yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,60 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji
akan dikatakan reliable bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0,60 (Nunally, 1996 dalam Ghozali, 2001).
Berdasarkan Tabel 4.16 maka dapat diketahui nilai cronbach alpha pada masing –
masing instrumen dalam penelitian ini.
Tabel 4.16
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Instrumen Penelitian Cronbach Alpha
6 Keuntungan 0,892
Sumber : Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui nilai cronbach alpha pada masing – masing
instrumen yaitu cronbach alpha pada instrumen modal usaha sebesar 0,861, cronbach alpha
pada ongkos produksi sebesar 0,883, cronbach alpha pada tenaga kerja sebesar 0,871, cronbach
alpha pada jumlah pembeli sebesar 0,888, cronbach alpha pada total penjualan sebesar 0,897,
cronbach alpha pada keuntungan sebesar 0,892.
Nilai cronbach alpha pada masing – masing instrumen maka dapat disimpulkan bahwa
masing – masing instrumen pada penelitian ini mempunyai nilai cronbach alpha lebih besar dari
0,60 , sehingga instrumen penelitian variabel modal usaha, ongkos produksi, tenaga kerja,
jumlah pembeli, total penjualan, dan keuntungan dapat dikatakan reliable untuk digunakan
sebagai alat ukur.
Dari hasil tabel 4.17 perhitungan pangkat tanda wilcoxon, terjadi peningkatan modal
usaha Batik Semarang dari Rp 1.666.800,00 sebelum adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah
Kota Semarang, menjadi Rp 4.000.000,00 sesudah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah
Kota Semarang. Berdasarkan uji statistik pangkat tanda wilcoxon didapatkan nilai –p sebesar
0,000 (0,000 < 0,05) atau nilai Zhitung = (- 4,823 ) > Ztabel = 1,96. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak
Ha artinya diterima, yaitu terdapat perbedaan pada variabel modal usaha Batik Semarang antara
sebelum dan sesudah bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian bantuan
pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang efektif dalam meningkatkan modal usaha Batik
Semarang. Para pengrajin Batik Semarang memang sangat memerlukan bantuan modal
dikarenakan modal yang ada pada pengrajin Batik Semarang sebelum adanya bantuan pemasaran
dari Pemerintah Kota Semarang sangat kecil yaitu berkisar antara Rp 500.000,00 –
Rp 5.000.000,00 dengan modal yang kecil usaha Batik Semarang tidak dapat berproduksi
maksimal sehingga pemberian bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang adalah
efektif.
4.3.2 Variabel Ongkos Produksi
Tabel 4.18
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Ongkos Produksi Sebelum dan Sesudah Dapat
Bantuan Pemasaran dari Pe merintah Kota Se mara ng
Modal Usaha Mean Standar Deviasi Nilai Z Nilai – P
Dari hasil tabel tabel 4.18 perhitungan tanda wilcoxon, terjadi peningkatan ongkos
produksi Batik Semarang dari Rp 1.666.800,00 sebelum adanya bantuan pemasaran dari
Pemerintah Kota Semarang, menjadi sebesar Rp 3.266.700,00 sesudah adanya bantuan
pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang. Berdasarkan uji statistik pangkat tanda wilcoxon
didapatkan nilai –p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) atau nilai Zhitung = (-4,903) > Ztabel = 1,96. Hal
ini berarti bahwa H0 ditolak artinya Ha diterima, yaitu terdapat perbedaan pada variabel ongkos
produksi Batik Semarang antara sebelum dan sesudah adanya bantuan pe masaran dari
Pemerintah Kota Semarang.
Setelah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang mengakibatkan
modal bertambah dan kemampuan usaha Batik Semarang dalam berproduksi juga meningkat,
terlihat dalam perhitungan statistik di atas bahwa sete lah adanya bantuan pemasaran dari
Pemerintah Kota Semarang meningkat menjadi sekitar Rp 500.000,00 – Rp 10.000.000,00. Hal
dapat menyimpulkan bahwa pemberian bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang
adalah efektif.
4.3.3 Variabel Tenaga Kerja
Tabel 4.19
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Dapat Bantuan
Pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang
Modal Usaha Mean Standar Deviasi Nilai Z Nilai – P
Sebelu m 2 1
- 5,069 0,000
Sesudah 3 1
Dari hasil perhitungan tanda wilcoxon, terjadi peningkatan tenaga kerja pada usaha Batik
Semarang dari 2 orang sebelum adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang,
menjadi 5 orang sesudah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang.
Berdasarkan uji statistik pangkat tanda wilcoxon didapatkan nilai –p sebesar 0,000 (0,000 <
0,05) atau Zhitung = (-5,069) > Ztabel = 1,96. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya Ha diterima,
yaitu terdapat perbedaan pada variabel tenaga kerja pada usaha Batik Semarang antara sebelum
dan sesudah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang.
Berdasarkan hasil survei lapangan, jumlah tenaga kerja pada usaha Batik Semarang
sebelum dan sesudah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang ada
peningkatan yang tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena bagi para pengusaha Batik Semarang
dirasa masih berat untuk menambah tenaga kerja. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa pemberian
bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang efektif dalam meningkatkan tenaga kerja.
4.3.4 Variabel Jumlah Pembeli
Tabel 4.20
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Jumlah Pe mbeli Sebelum dan Sesudah Dapat
Bantuan Pemasaran dari Pe merintah Kota Se marang
Modal Usaha Mean Standar Deviasi Nilai Z Nilai – P
Sebelu m 1 1
- 4,968 0,000
Sesudah 3 1
Dari hasil perhitungan pangkat wilcoxon, terjadi peningkatan jumlah pembeli Batik
Semarang dari 2 sebelum adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang menjadi 5
sesudah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang. Berdasarkan uji statistik
pangkat tanda wilcoxon didapatkan nilai –p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) atau nilai Zhitung =
(4,968) > Ztabel = 1,96. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak artinya Ha diterima, yaitu terdapat
perbedaan pada variabel jumlah pembeli antara sebelum dan sesudah andanya bantuan
pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang.
Setelah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang mengakibatkan
jumlah pembeli meningkat sebesar 53%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian bantuan
pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang adalah efektif.
4.3.5 Variabel Total Penjualan
Tabel 4.21
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Total Penjualan Sebelum dan Sesudah Dapat
Bantuan Pemasaran dari Pe merintah Kota Se marang
Modal Usaha Mean Standar Deviasi Nilai Z Nilai – P
Dari hasil tabel 4.22 perhitungan tanda wilcoxon, terjadi peningkatan keuntungan pada
usaha Batik Semarang sebesar Rp 1.466.700,00 sebelum adanya bantuan pemasaran dari
Pemerintah Kota Semarang menjadi sebesar Rp 3.000.000,00 sesudah adanya bantuan
pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang. Berdasarkan uji statistik pangkat tanda wilcoxon
didapatkan nilai –p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) atau nilai Zhitung = (-4,856) > Ztabel = 1,96. Hal
ini berarti bahwa H0 ditolak artinya Ha diterima, yaitu terdapat perbedaan pada variabel
keuntungan pada usaha Batik Semarang antara sebelum dan sesudah adanya bantuan pemasaran
dari pemerintah Kota Semarang.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan
keuntungan pada usaha Batik Semarang setelah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota
Semarang meningkat sebesar 56%. Hal ini juga secara tidak langsung meningkatkan pendapatan
pengusaha Batik Semarang. Dapat disimpulkan bahwa pemberian bantuan pemasaran dari
Pemerintah Kota Semarang efektif dalam meningkatkan keuntungan pada usaha Batik Semarang.
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pemberian bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang sangat baik
untuk mengembangkan usaha Batik Semarang. Pada masing – masing variabel penelitian telah
mengalami kenaikan yang signifikan setelah mendapatkan bantuan pemasaran dari Pemerintah
Kota Semarang.
Menurut penelitian ini, bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang telah terbukti
memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap perkembangan Batik Semarang. Selain itu,
dengan adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang, Batik Semarang telah
menjadi icon Kota Semarang yang sudah dikenal.
5.2 Keterbatasan
Setelah dilakukan analisis dan interpretasi penelitian ini memiliki keterbatasan,
diantaranya :
1. Peneliti hanya memfokuskan penelitian pada perbedaan variabel – variabel penelitian
sebelum dan sesudah adanya bantuan pemasaran dari Pemerintah Kota Semarang.
2. Penelitian ini tidak melihat secara rinci mengenai proses pembuatan batik.
5.3 Saran
Dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa hal yang dapat diajukan sebagai saran.
Hal – hal yang diperlukan dalam pengembangan usaha Batik Semarang, yaitu sebagai berikut :
1. Masih diperlukan bantuan dana dalam bentuk uang untuk tambahan modal usaha dan
biaya ongkos produksi pembuatan batik guna pengembangan usaha Batik Semarang,
sehingga di masa yang akan datang diharapkan usaha tersebut akan lebih maju.
2. Untuk meningkatkan pemasarannya masih diperlukan perluasan usaha oleh para
pengrajin batik, seperti membuka gerai baru di daerah lain dan mengadakan pameran
guna meningkatkan keuntungan para pengrajin untuk mengembangkan Batik Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Andang Setyobudi. 2007. Peran Serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM). Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan.
Volume 5 No. 2, Agustus.
Arif Rahman. 2009. Peranan Tekhnologi Informasi dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil
Menengah, makalah yang disampaikan pada seminar nasional tekhnologi informasi.
Abdul Rosid. 2010. Pengertian Konsep, Definisi, Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar – UMB.
Anonimus. 2006. Kajian Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UMK Di
Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun 1 –
2006.
Anonimus. 2006. Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank Untuk Pemberdayaan UKM.
Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM Nomor 2 Tahun 1 – 2006.
Anonimus. 2004. Hambatan Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Kegiatan Ekspor. Deputi
Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK dan PT Nusa Nanakarsa pada Tahun 2004.
Anonimus. 2006. Kajian Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UMK Di
Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM Nomor 1 Tahun 1 –
2006.
Andang Setyobudi. 2007. Peran Serta Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha Mik ro,
Kecil Dan Menengah (UMKM). Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan.
Volume 5 No 2, Agustus.
Azwar. 1986. Pengertian Uji Validitas. Penelitian Ekonomi Teori Dan Aplikasi. Ed. 1 - 3. Xii,
258 hlm, 21 cm. PT RajaGrafindo Persada, 2005 : Jakarta
Ayu Kusuma Dewi. 2008. Langkah – langkah Pokok Proses (Dasar) Perencanaan Dan
Perancangan Batik Semarang Center, makalah yang disampaikan pada seminar nasional
sastra budaya.
Dinas Koperasi dan UMKM di Propinsi Sumatera Utara. 2006. Kajian Faktor – faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Usaha UMK di Propinsi Sumatera Utara. Jurnal
Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun 1-2006.
Emyll, Alex. 2005. Peranan Industri Besar dan Sedang Terhadap Perluasan Kesempatan Kerja di
Jawa Tengah, Bandung: ITB Centra Library.
Ghozali. 1996. Pengertian Reliabilitas. Metode Penelitian Ekonomi Teori Dan Aplikasi. Ed 1-3.
Xii, 258 hlm, 21 cm PT Raja Grafindo Persada. 2005 : Jakarta.
Indra Idris. 2005. Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank untuk Pemberdayaan UKM.
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 I -2006. Hasil Penelitian Badan
Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2005.
Kies. 2002. Prosedur dan Asumsi Uji Statistik Peringkat Bertanda Wilcoxon. Pokok – pokok
Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Penerbit Bumi Aksara: Jakarta.
Kotler. 1997. Pengertian Konsep, Definisi, Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar – UMB.
M Iqbal Hasan. 2002. Pokok – pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Penerbit Bumi
Aksara : Jakarta.
Muhamad Teguh. 2005. Metode Penelitian Ekonomi Teori Dan Aplikasi. Ed. 1 - 3. Xii, 258 hlm,
21 cm. PT Raja Grafindo Persada, 2005 : Jakarta
Noer Soetrisno . 2009. Posisi Dan Peran Pembangunan UKM 2004 – 2009. Infokop Nomor 25
Tahun XX, 2004.
Nika Sartika. 2010. Pemasaran Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Pengkajian Koperasi dan
UMKM Nomor 2 I-2006.
Priyo Harsono. 2010. Analisis Bantuan Kredit Dari Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten
Pati Terhadap Perkembangan KUB Rukun Mina Barokah Di Kecamatan Juwana. Skripsi
FE UNDIP. Tidak Dipublikasikan.
Purbayu Budi Santoso. 2005. Analisis Statistik dengan Ms. Excel dan SPSS. Andi : Yogyakarta.
Petrus F.T.P Tampubolon. 2006. Analisis Peranan Perbankan Dalam Memajukan Sektor Usaha
Kecil Mikro yang Berwawasan Lingkungan (studi kasus : di Kabupaten Toba Samosir,
Propinsi Sumatera Utara). Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca
Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor Sem1, 2006-2007.
Rr. Gunari Budiretnowati. 2007. Kajian Tentang Profil UKM Sukses. Kepala Bidang Perkaderan,
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK.
Riana Panggabean. 2008. Dampak Pemberdayaan UMKM dan Koperasi Melalui Program
Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Bagi Anggota Koperasi.
Penelitian pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Infokop Volume 16
September 2008 : 126 – 142.
Suliyanto. 2005. Analisus Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor : Ghallia Indonesia.
Steel, Torrie. 1994. Uji Statistik Peringkat Bertanda Wilcoxon. Pokok – pokok Materi Statistik 2
(Statistik Inferensif). Penerbit Bumi Aksara : Jakarta.
Teuku Syarif. 2003. Kajian Efektifitas Model Promosi Pemasaran Produk UMKM. Peneliti pada
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK.
Tulus Tambunan. 2006. Masalah Pengembangan UMKM di Indonesia : Sebuah Upaya Mencari
Jalan Alternatif. Bahan Diskusi Forum Keadilan Ekonomi (FKE) Institute For Global
Justice, Jakarta, 28 September 2008.
Undang – Undang No. 20 Tahun 2008 tentang “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”.
Yuliana, Indah Putri. 2010. Analisis Usaha Mikro Monel Yang Memperoleh Kredit Dari Dinas
UMKM Kabupaten Jepara. Skripsi FE UNDIP. Tidak Dipublikasikan.