Sie sind auf Seite 1von 14

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI BUDAYA POLITIK

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia terus diperbaiki
dan direnovasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tempat yang memiliki jumlah populasi
manusia pasti membutuhkan pendidikan. Perkembangan zaman sekarang ini, menuntut peningkatan
kualitas individu. Sehingga dimanapun ia berada dapat digunakan setiap saat. Hal ini tentunya tidak
lepas dari peran pendidikan terus diperhatikan dan ditingkatkan dengan berbagai cara, diantaranya
mengeluarkan undang-undang sistem pendidikan nasional, mengesahkan undang-undang
kesejahteraan guru serta mengadakan perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan
zaman.

Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran PKn adalah pelajaran yang
kurang penting. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, siswa kurang
memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui manfaat pelajaran PKn yang ia pelajari.
Kedua, daya abstraksi siswa kurang dalam memahami konsep-konsep PKN yang bersifat abstrak.

Dari pengalaman peneliti dalam memberikan pembelajaran PKn kepada siswa selama ini, sebagian
besar siswa sulit memahami Budaya Politik,. Meskipun peneliti sudah berupaya membimbing siswa
dalam memahami Budaya Politik, namun hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan,
yaitu masih banyak siswa yang nilainya kurang dari standar ketuntasan belajar minimal.

Dengan demikian, dalam mengajarkan PKn perlu adanya benda-benda kongkrit yang merupakan
model yang selanjutnya disebut sebagai alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran. Alat bantu
pembelajaran ini digunakan dengan maksud agar anak dapat mengoptimalkan panca inderanya
dalam proses pembelajaran, mereka dapat melihat, meraba, mendengar, dan merasakan objek yang
sedang dipelajari.Untuk mengatasi masalah di atas, perlu diadakan penelitian tindakan kelas tentang
penggunaan media visual atau alat peraga dalam pembelajaran materi dimensi tiga suatu bidang
dengan power point. Dengan serangkaian tindakan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai
dengan evaluasi, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi irisan
suatu bidang dengan bangun ruang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Apa permasalahan siswa kurang paham dalam materi Budaya Politik?


2. Apakah siswa memahami Budaya Politik jika tidak memakai media?
3. Bagaimana pemahaman siswa jika menggunakan media visual?
4. Apakah siswa lebih memahami jika diberikan sesuatu yang konkrit?
5. Apa hubungan antara pemahaman siswa dalam penggunaan media visual dengan hasil
belajar siswa pada materi Budaya Politik?
6. Bagaimana penggunaan media visual dalam memahami materi Budaya Politik?

C. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi masalah penelitian pada usaha untuk mencari jawaban atas identifikasi masalah
yang diajukan. Batasan masalah yang dirumuskan adalah “penggunaan media visual dalam
meningkatkan pemahaman siswa pada materi Budaya Politik”.

D. Rumusan Masalah

Pada identifikasimasalah yang telah dibuat peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana penggunaan media visual dalam memahami materi Budaya Politik pada siswa kelas
XI IPS A SMA NEGERI 1 KEMTUK GRESI?”.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang Budaya Politik dengan menggunakan media visual.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami materi Budaya
Politik dan meningkatkan motivasi belajar.
2. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai wahana peningkatan profesionalisme guru yang akan
berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah
3. Bagi guru lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk menambah
wawasan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran.
4. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar, khususnya
pelajaran PKn, sehingga secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan out
put sekolah.

G. Definisi Operasional

Teori Belajar

Menurut Witherington (Udin S Winatapura, 2007:1.5) dalam buku Educational Psychology,


mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau
suatu pengertian.

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap


kemampuan,potensi,minat,bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno,2004:1).

Media Pembelajaran

Menurut Briggs ( 1977 ) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi / mater
pembelajaran.

Penggunaan media visual


Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Agar menjadi efektif ,
visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan
visual untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sebagai landasan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas akan diuraikan
secara berturut – turut, yaitu (1) belajar, (2) pembelajaran, (3) media pembelajaran dan (4) media
visual .

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skill, attitudes (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar
belajar sepanjang hayat. Sedangkan menurut Witherington (Udin S Winatapura, 2007:1.5) dalam
buku Educational Psychology, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian[1].

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Proses belajar dapat terjadi kapan saja
dimana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya
interaksi individu dengan lingkungannya[2].

Menurut Moh. Surya (1997), “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya, perubahan perilaku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor) ataupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh manusia yang
berlangsung seumur hidup yang terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan dan
keterlibatannya dalam pendidikan formal maupun informal.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan


intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.[3]

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya
mempunyai konotasi yang berbeda. Pengajaran merupakan salah satu aspek dari pendidikan, yaitu
aspek pengetahuan (kognitif). Pengajaran memberikan ketrampilan dan pengetahuan, sedangkan
pendidikan membimbing anak ke arah kehirupan yang baik dan benar[4]. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses
pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.
Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar.
Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi
motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat
diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran
yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat
peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh
guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan aspek pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor) ataupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) yang melibatkan
interaksi antara pengajar dan peserta didik.

3. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai keberhasilan dalam
proses pembelajaran. Dalam kamus Inggris-Indonesia disebutkan bahwa media memilki arti yang
sama dengan medium yang mengandung beberapa arti antara lain adalah sebagai berikut:

1. Perantara
2. Perantaraan[5]

Sehingga dapat kita pahami bahwa media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat dijadikan sarana
penghubung untuk mencapai pesan yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar[6].

Metode mengajar dan media pembelajaran merupakan unsur yang amat penting dalam proses
belajar mengajar. Keduanya saling berkaitan. Pemilihan metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran akan memengaruhi jenis media pembelajaran yang cocok. Salah satu fungsi media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar.

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2011) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh- pengaruh psikologis
terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Menurut Kemp & Dayton (1985), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila
media tersebut digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar
jumlahnya, yaitu memotivasi minat, menyajikan informasi, dan memberi instruksi. Fungsi motivasi
dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Untuk tujuan informasi, media
pembelajaran dapat digunakan untuk penyajian informasi di hadapan kelompok siswa. Media juga
berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan
siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga
pembelajaran dapat tercapai.
Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad (2011) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi
kompensatoris.

Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar teks yang
bergambar.

Fungsi kognitif media visual dapat terlihat dari temuan- temuan penelitian yang mengungkapkan
bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris, yaitu media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks.

Sujana dan Rivai (1990) memberikan alasan mengenai kegunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar;
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maksudnya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa;
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga;
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan, karena tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga mengamati, melaksanakan, mendemonstrasikan, dan lain- lain.

4. Pengertian Media Visual

Media visual adalah media yang memberikan gambaran menyeluruh dari yang konkrit sampai
dengan abstrak. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa media visual merupakan salah satu media
untuk pembelajaran.

Media visual ini lebih bersifat realistis dan dapat dirasakan oleh sebagian besar panca indera kita
terutama oleh indera penglihatan. Media visual ada yang dapat diproyeksikan dan ada pula yang
tidak dapat diproyeksikan.

Dalam penggunaannya media visual memiliki manfaat atau kegunaan. Manfaatnya antara lain:

1. Media bersifat konkrit, lebih realistis dibandingkan dengan media verbal atau non visual
sehingga lebih memudahkan dalam pengaplikasiannya.
2. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media
penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik dapat mempercepat daya
serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
3. Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta
didik dan dapat melampaui batasan ruang kelas. Melalui penggunaan media visual yang
tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
4. Lebih efiektif dan efisien dibandingkan media verbal lainnya karena jenisnya yang
beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat
menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.
5. Penggunaannya praktis, maksudnya media visual ini mudah dioperasikan oleh setiap orang
yang memilih media-media tertentu, misalkan penggunaan media Transparansi Overhead
Tranparancy (OHT).

Media pembelajaran visual telah terbukti lebih efisien dalam melakukan komunikasi antara
pendidik dengan peserta didik. Dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran visual (seperti
gambar diam, gambar bergerak, televise, objek t, dan lain-lain) mempunyai hubungan positif yang
cukup tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran visual merupakan media
pembelajaran yang cukup baik dan efisien.

Media pembelajaran visual baiknya digunakan di tempat yang tepat, sesuai dengan jenis medianya.
Misalnya, media yang tidak diproyeksikan dapat dilakukan diluar kelas. Hal itu memungkinakan
untuk media pembelajaran visual yang berupa benda nyata dan media grafis. Dalam penggunaan
media pembelajaran visual berbentuk benda nyata misalnya, dalam pelajaran biologi kita dapat
menggunakan tumbuhan diluar kelas sebagai media pembelajaran visual. Media grafis dan model
pun bisa digunakan diluar kelas, apabila media tersebut memungkinkan untuk digunakan diluar
kelas.

Sedangkan untuk media pembelajaran yang diproyeksikan, tempat yang tepat adalah di dalam kelas.
Mengingat kebutuhannya akan alat-alat yang cukup berat, dan dibutuhkannya aliran listrik, tentu
penggunaan media pembelajaran visual yang diproyeksikan ini lebih baik digunakan di dalam kelas.

Cara pemilihan media visual yang tepat adalah :

1. Media yang digunakan harus memperhatikan konsep pembelajaran atau tujuan dari
pembelajaran.
2. Memperhatikan karakteristik dari media yang akan digunakan ,apakah sesuai dengan situasi
dan kondisi yang tepat guna.
3. Tepat sasaran kepada peserta didik yang sesuai degan kebutuhan zaman.
4. Waktu , tempat , ketersediaan dan biaya yang digunakan.
5. Pilihlah media visual yang menguntungkan agar lebih menarik,variatif, mudah diingat dan
tidak membosankan sesuai dengan konteks penggunaannya.

Macam-macam Media Visual

a. Media yang tidak diproyeksikan

1. Media realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas,
tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realita ini adalah dapat
memberikan pengalaman nyata kepada siswa
2. Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau
pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala
tertentu sebagai pengganti realia.
3. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual.
Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan
mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan
melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:

a) Gambar / foto merupakan media yang paling umum digunakan.


b) Sketsa adalah gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail.
Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.

c) Diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk
menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar.

d) Bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa.
Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan
sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.

e) Grafik yaitu gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk
tertentu yang menggambarkan data kuantitatif.

b. Media proyeksi

1. Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang
kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi
siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy /
OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan media
transparansi, yaitu:

 Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu


 Membuat sendiri secara manual

1. Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi
bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama
lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual
yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan
lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

B. Kerangka Berfikir

Kondisi awal siswa belum dilakukan pebaikan pembelajaran adalah siswa kurang antusias terhadap
pembelajaran, sehingga kemampuan siswa untuk memahami dimensi tiga siswa kelas X SMA
Nurul Iman Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang rendah. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional dan guru tidak menggunakan media
yang tepat. Sehingga siswa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan.

Pada perbaikan pembelajaran guru menggunakan media visual berupa power point dan alat peraga.
Jika menggunakan media visual ini siswa menjadi lebih aktif dan antusias terhadap pembelajaran,
bersemangan untuk menyelesaikan soal – soal luas pemukaan dan volume dan menjadi lebih
memahami pelajaran setelah digunakan media visual power point dan alat peraga.

Dalam pembelajaran jika menggunakan media ini pada pembelajaran dimensi tiga siswa kelas X
SMA Nurul Iman Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2012 – 2013, maka
diduga pemahaman siswa akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka alur kerangka berfikir
dalam penelitian ini disajikan gambar berikuti ini :
Gambar 1. Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan dalam
penelitian ini sebagai berikut : “Dengan menggunakan media visual dalam pembelajaran dimensi
tiga, maka pemahaman siswa materi dimensi tiga kelas X SMA Nurul Iman Kecamatan Rajeg
Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2012 – 2013 diduga dapat meningkat”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan aktivitas perserta didik
dengan pembelajaran yang menggunakan media visual yang berdampak pada peningkatan
pemahaman siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk siklus – siklus. Peneliti
mencoba mencari pemecahan masalah proses pembelajaran matematika, hal ini penting
dilaksanakan karena berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

B. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen
selain manusia (seperti lembar observasi dan angket) dapat pula digunakan. Tetapi fungsinya
terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen.

C. Lokasi penelitian

Pelaksanaan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

Waktu : Mei 2016

Tempat : SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi

D. Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan april sampai dengan akhir bulan Mei 2016 diSma Negeri
1 Kemtuk Gresi, dengan subyek penelitian siswa kelas XI IPS A. tahun ajaran 2016-2016 yang
berjumlah 32 orang.Penelitian ini dikhususkan pada materi Budaya Politik dan obyek penelitian
adalah pemahaman belajar pada mata pelajaran PKN kelas XI IPS A pada semester ganjil dan jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

E. Instrument penelitian

1. Instrument berupa angket untuk mengungkapkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
PKN.
2. Instrument berupa tes tertulis atau kuis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam PTK ini berasal dari sumber data primer : nilai ulangan harian. Sumber data
sekunder : data hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer.
G. Teknik Analisis Data

ZXCV BNDalam penelitian tindakan kelas ini pengumpulan data digunakan berbagai teknik antara Commented [L1]: =-0987654321`‘;LKJHGFDXSAqyuiop[]
lain:

1. Tes tertulis digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman siswa dengan yang
berkenaan dengan ruang Budaya Politik.
2. Alat pengumpulan data

Untuk mengetahui pemahaman siswa dalam materi ruang Budaya Politik yang dijadikan obyek
penelitian ini :

1. Peneliti menggunakan alat yang berupa tes tertulis yang dirancang oleh peneliti sesuai
dengantujuan pembelajaran yang telah tertuang dalam kisi-kisi soal.

1. Format penilaian untuk meneliti proses.


2. Lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa.
3. Deskripsi pelaku

Pada teknik ini peneliti mencatat observasi dan pemahaman urutan perilaku siswa dengan lengkap
meliputi :

1. Suasana kelas
2. Perilaku masing-masing siswa
3. Kemampuan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

H. Indikator Keberhasilan Tiap Siklus

Indikator keberhasilan merupakan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan
keberhasilan atau keefektifan peneliti. Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini
adalah apabila 80% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal tes mendapat nilai >60, maka
penelitian yang peneliti lakukan dinyatakan berhasil.

I. Keabsahan Data

Suatu dapat dikatakan absah yakni terpercaya apabila memenuhi empat kriteria, yaitu :Kepercayaan
(crebility),Keteralihan (transferability), Kebergantungan (dependability), dan Kepastian
(contfirmability

Untuk itu peneliti harus menemukan teknik atau cara untuk mengecek keabsahan data dalam hal ini
peneliti akan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data ini.

J. Prosedur Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan media visual bertujuan untuk mengupayakan tingkat


pemahaman siswa dalam materi Budaya politik yang dilakukan dalam dua siklus berdasarkan
waktunya.
Siklus Pertama

1. Perencanaan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut:


2. Kajian kurikulum, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Pembuatan media visual.
4. Penyusunan instrumen penelitian.
5. Penyusunan alat evaluasi.
1. Pelaksanaan, yang meliputi kegiatan:
2. Memberikan tes awal kepada siswa.
3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran materi bangun ruangdengan menggunakan
media visual.
4. Memberikan tes akhir siklus-1 kepada siswa.
1. Pengamatan, yang meliputi kegiatan:
2. Mengamati aktivitas siswa selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3. Mencatat kejadian-kejadian yang tampak pada siswa selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
4. Mengumpulkan data hasil pengamatan selama pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
1. Refleksi, yang meliputi kegiatan:
2. Menganalisis data hasil pelaksanaan tindakan
3. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus
I
4. Merencanakan tindakan pada siklus II

Siklus Kedua

1. Perencanaan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut:


2. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Pembuatan media pembelajaran berbentuk media presentasi program power point tentang
dimensi tiga.
4. Penyusunan instrumen penelitian.
5. Penyusunan alat evaluasi.
1. Pelaksanaan, yang meliputi kegiatan:
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran materi bangun ruang dengan menggunakan
media visual sebanyak satu kali pertemuan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
3. Memberikan tes akhir siklus-2 kepada siswa.
1. Pengamatan, yang meliputi kegiatan:
2. Mengamati aktivitas siswa selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3. Mencatat kejadian-kejadian yang tampak pada siswa selama pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
4. Mengumpulkan data hasil pengamatan selama pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
1. Refleksi, yang meliputi kegiatan:
2. Menganalisis data hasil pelaksanaan tindakan
3. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus
II.
K. Jadwal pelaksanaan Pene;itian

Jadwal pelaksanaan penelitian yang peneliti lakukan tersedia pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Bulan
No. Kegiatan April Mei Juni
3 4 1 2 3 4 1 2
1. Penyusunan Proposal √
2. Pengajuan Proposal √
3. Pengurusan Izin

Penelitian
4. Persiapan Penelitian √ √
5. Pelaksanaan Penelitian
√ √
Siklus 1 dan 2
6. Penyusunan Laporan √ √
7. Penyerahan Laporan

Hasil Penelitian

[1] Witherington I, Udin S Winatapura “Educational Psycology”, 2007. Hal 1 – 5

[2] Rahardjito, dkk. “Media Pendidikan”, 2010. Hal 2

[3] Udin S Winatapura, “Educational Psychology”, Bandung. Fontana, 2007. Hal 18

[4] Lydia Harlina Martono, Satya Joewana, 2006

[5]Echol, John M., et.al., 1992, Hal 377

[6] Carapedia.com

Das könnte Ihnen auch gefallen