Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1 1 1 2
Sukmawati , Suriani Rauf , Nadimin , Nur Khalifah
1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Alumni Diploma III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
Abstract
Background : People's desire to get quality food is never satisfied because it is limited
by a variety of food products preserved. Effect of Food Additives on health generally can
be felt and seen, the manufacturers often do not realize that the use of food additives that
are not in accordance with Department of Health regulations will cause health related
problems.
Objective : This study aims to determine the kinds of food additives in the cafeteria
Nutrisia Nutrition Department Ministry of Health polytechnic Macassar.
Methods : This research is descriptive. Samples are food and sauces in the cafeteria
Nutrisia Nutrition Department Ministry of Health polytechnic Macassar MOH selected
purposively sampling the food produced by the merchants and suspected use of food
additives. food additives analysis method is a qualitative examination of the identification
of dye and borax.
Results : The results showed that the food sold in the canteen Nutrisia Nutrition
Department of the Ministry of Health polytechnic Macassar is not contains borax ie
noodles meatballs, noodles, dumplings, meatballs and tofu, while for the dye found in
sauce that uses Sunset Yellow, namely textile dyes.
Conclusion : The conclusion of this study is the use of a dye to the positive samples
contained a sauce using the synthetic dyes sunset yellow and None meals using borax
from the results of the study sample
73
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Bahan Tambahan Makanan
sendiri bagi produsen mempunyai latar (rhodamin B. methanyl yellow dan amaranth)
belakang yang berbeda-beda, namun bagi yang ditemukan terutama pada produk sirop,
konsumen sendiri, penambahan bahan limun, kerupuk, roti, agar-agar/jeli, kue-kue
makanan tersebut tidak semua diperlukan, basah, makanan jajanan (pisang goreng, tahu,
bahkan ada bahan yang membahayakan ayam goreng dan cendol). Sejumlah contoh
konsumen. Masalah penggunaan bahan yang diperiksa di BPOM ditemukan 19,02%
tambahan makanan dalam proses produksi menggunakan pewarna terlarang, pemanis
perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen buatan khusus untuk diet (siklamat dan
maupun konsumen, mengingat sakarin) yang digunakan untuk makanan
penggunaannya dapat berakibat positif jajanan, sebanyak 61.28% dari contoh
maupun negatif bagi masyarakat (Buyung, makanan jajanan yang diperiksa
2013). menggunakan pemanis buatan, Formalin
Pemilihan jenis BTM yang akan untuk mengawetkan tahu dan mie basah, dan
diaplikasikan pada pasaran faktor yang boraks untuk pembuatan kerupuk, bakso,
pertama yang perlu diperhatikan adalah jenis empek-empek dan lontong (Saifuddin, 2008).
produk apa yang akan dihasilkan dan Di Indonesia penyalahgunaan
bagaimana bahan tambahan makanan akan pemakaian BTM yang terkandung di dalam
mempengaruhi mutu produk tersebut. Bahan makanan terdapat 72.08% yang positif
tambahan makanan yang dipilih adalah bahan memakai BTM yang tidak diizinkan dari survei
tambahan makanan yang mempunyai fungsi oleh BPOM dilakukan di 6 ibukota yaitu DKI
yang diharapkan. Pengetahuan teknis Jakarta, Serang, Bandung, Semarang,
mengenai bahan tambahan makanan sangat Yogyakarta dan Surabaya, pada tahun 2008-
diperlukan. Tidak kalah pentingnya, yang 2010 menunjukkan bahwa 17.26-25.15%
harus dilihat peraturan pemerintah dalam hal kasus ini terjadi di Indonesia dengan
ini peraturan menteri kesehatan mengenai meningkatnya penggunaan BTM yang tidak
bahan tambahan makanan karena selain untuk diizinkan. Sejumlah 34 sampel makanan dan
menjamin keamanan produk, yang hal ini 15 sampel minuman yang diuji di laboratorium
merupakan suatu persyaratan yang harus institut pertanian bogor (IPB) ternyata 58.8 %
dipenuhi pada waktu mendaftarkan produk ke makanan dan 71.3 % minuman yang
Departemen Kesehatan untuk mendapatkan mengandung bakteri E.coli, zat pewarna, zat
nomor MD. Faktor-faktor harga juga perlu pengawet dan pemanis buatan sakarin
menjadi perhatian, terutama karena harga (Sumantri, 2007).
bahan tambahan makanan ini bisa Berdasarkan hasil uji yang dilakukan
menentukan harga produk yang akan oleh BPOM pada tahun 2005 terhadap 1456
dihasilkan. Dari beberapa pilihan bahan sampel produk pangan yang beredar di
tambahan makanan yang ada, ditunjang oleh pasaran, sebanyak 5.6 % dari sampel tersebut
pengetahuan teknis dan adanya peraturan tidak memenuhi mutu dan keamanan. Produk
pemerintah, maka dibuat beberapa formulasi tersebut terdiri dari 195 jenis makanan yang
produk. Dari serangkaian eksperimen yang mengandung pewarna bukan untuk makanan
dilakukan dilaboratorium yang meliputi uji dan 94 jenis menggunakan boraks.
organoleptik dan uji penyimpanan, akan BPOM, menguji makanan jajanan di
didapat satu formula yang optimal yang beberapa provinsi diantaranya Jakarta,
selanjutnya bisa diproduksi dengan Surabaya, Semarang, Bandar Lampung,
sedemikian dan bisa ditetapkan jenis bahan Denpasar dan Padang, jumlah makanan 861
tambahan makanan yang akan dipakai contoh, hasil uji menunjukkan 39.95 % (344
diproduk. Pemakaian bahan tambahan sampel) tidak memenuhi syarat keamanan
makanan umumnya diatur oleh lembaga- pangan. Maka total sampel itu, 10.45 %
lembaga seperti Direktorat Jendral mengandung pewarna yang dilarang, yakni
Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM) rhodamin B dan methanil yellow, sebagian
di Indonesian, Food and Drug Administration di sampel mengandung boraks dan siklamat
USA. Peraturan mengenai pemakaian bahan (BPOM, 2011).
tambahan makanan berbeda-beda disatu Pengaruh BTM terhadap kesehatan
Negara dan lainnya. Di Indonesia peraturan umumnya tidak langsung dapat dirasakan dan
tentang BTM dikeluarkan oleh departemen dilihat, maka produsen seringkali tidak
Kesehatan dan Pengawasannya dilakukan menyadari bahwa penggunaan BTM yang
oleh Ditjen POM (Anggraini, 2008). tidak sesuai dengan peraturan akan
Penggunaan bahan tambahan yang menyebabkan gangguan pada kesehatan
sering digunakan adalah: Pewarna berbahaya (Madlitus, 2003).
74
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Bahan Tambahan Makanan
75
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Bahan Tambahan Makanan
76
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Bahan Tambahan Makanan
Makassar Jurusan Gizi Masyarakat Saparinto, Cahyo dan Hidayati, Diana. (2006).
Universitas Hasanuddin. Bahan Tambahan Pangan.
Khomsan, Ali. (2004). Pangan Dan Gizi Untuk Yogyakarta; Kanisius.
Kesehatan.Jakarta; Pt. Raja Grafindo Sumantrirohmah abdul.(2007). Analisis
Persada. Makanan. Gadjahmada; University
Kelompok Studi Lingkungan Indonesia.(2005). Press.
Jurnal Kimia Lingkungan. Himpunan Siva Nur. (2013). Makanan Dan Minuman
Alumni Fateta. Sintesis.http://www.wordpress mata
Laetitia.(2006). Bahan Tambahan Pengawet Kristal.com/makanan dan minuman
Boraks Pada Makanan Yang Dijual sintesis.html (diakses, 24 Mei 2013)
Oleh Pedagang Kaki Lima. Bogor. Syah, et.al.(2005).Bahan Tambahan Makanan
Skripsi. Fakultas Kesehatan (BTM) dalam pedagang kaki lima.
Masyarakat Universitas Sumatera http://kagakuliasyah.blogspot.com/201
Utara. 1/03/bahan-tambahan-makanan. html
Madlitus.(2003). Pengaruh Bahan Tambahan (diakses,pada tanggal 15 Mei 2011).
Makanan Terhadap Kesehatan. Vepriati.(2007). Makanan Dan Minuman
Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan Mengandung Bahan Pengawet.
Masyarakat Universitas Hasanuddin. http://www.vepriati.blogspot.co.id/2008
Saifuddin.(2008). Food Adiitives. Malang; /6/2/link.html (diakses, pada tanggal
Angkasa Putra. 21 Februari 2008).
Winarno f,g.(2004). Kimia Pangan Dan Gizi.
Jakarta; Pt. Gramedia Pustaka Utama.
77