Sie sind auf Seite 1von 18

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN KOMPETENSI DASAR HAKEKAT NEGARA


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
PADA SISWA KELAS X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan
berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata pelajaran termasuk salah
satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar
Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah atau guru
dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan
kondisi setempat Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan belum
menunjukkan hasil yang diinginkan.

Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil belajar
siswa pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian
siswa. Pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara
menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 % siswa
mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain,
pemahaman siswa kelas X SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi terhadap mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru tercapai sekitar 40 persen.

Secara tidak disadari, karena rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak begitu menghiraukan/peduli
apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Sejauh mana siswa
telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep Pendidikan
Kewarganegaraan yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Rutinitas yang dilakukan para
guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur
(chalk-and-talk), kurangnya pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM)
berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan
harian maupun ulangan sumatif tiap akhir semester.

Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum mengoptimalkan metode kontekstual. Guru baru
sebatas memanfaatkan metode ceramah serta penugasan (PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan,
siswa hanya di beri pekerjaan rumah yang dinilai secara individual oleh guru tanpa didiskusikan di kelas.
Secara operasional, guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh di
papan tulis. Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal.

Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah tersebut perlu diperbaiki sebab
Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran inti dengan nilai minimum ketuntasan belajar 70.
Disamping itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan
bahwa salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa menaruh perhatian
terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya
mampu mengambil tindakan yang tepat.
Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan akan meningkat. Nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian
adalah 70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Guna meningkatkan
hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan
memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran yang selama ini hanya
monoton pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..

Berdasarkan uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan harapan.
Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara
yang rendah sedangkan kondisi akhir yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara
meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal peneliti masih menyampaikan
materi menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti menggunakan
metode kontekstual. Jadi, upaya untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang terjadi adalah guru
perlu menerapkan metode kontekstual. Kegiatan kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa
sesuai prosedur kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di bawah dikte guru.

Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa rendahnya nilai mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dikarenakan siswa kurang memahami konsep hakekat negara yang selama ini hanya
diajarkan guru melalui metode ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan
kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru
yang secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan penjelasan guru dan pada
akhirnya siswa akan lebih memahami konsep hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya
pemahaman konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dan akhirnya
akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran cenderung monoton yakni ceramah dan
diskusi.
2. Belum tercapainya hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.
3. Proses pembelajaran cenderung bersifat teacher centered atau terpusat pada guru dan guru
mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berkenaan dengan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel dalam penelitian ini hanya ada dua yaitu hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara
(Y) dan penerapan metode kontekstual (X).
2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi
dalam kompetensi dasar hakekat negara.
3. Metode kontekstual yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan secara kelompok
berdasarkan prosedur kerja yang telah ditentukan. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Siswa
melakukan diskusi antar kelompok kemudian menarik kesimpulan sendiri.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan terungkap bahwa guru belum memberdayakan
seluruh metode pembelajaran yang ada. Hal ini disebabkan karena dalam mengajar mereka yang
terpenting adalah materi pelajaran dapat disampaikan secara keseluruhan sesuai dengan alokasi waktunya.
Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : apakah melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa kelas X SMA Negeri 1
Kemtuk Gresi

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode
kontekstual bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi

F. Manfaat Penelitan

Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menjawab
masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh
sebab itu penulis secara rinci mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk
menggunakan metode kontekstual dengan manfaat:

1. Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kemtuk
Gresi

b. Manfaat bagi Guru

Melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode pembelajaran sekaligus dalam
pembelajaran PKn.

c. Manfaat bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan umum tentang penerapan metode kontekstual dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman guru lain.

d. Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

a. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri
yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata
pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil,
dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata pelajaran
Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

(1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

(2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

(3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Hakekat Belajar

Pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbda-beda. Belajar adalah suatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan (Slameto, 1998:6)

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifaknya
sedikit banyak permanen (The Liang Gie, 2000 : 6).

Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1978 : 36) adalah :

Belajar adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam bidang material, formil, serta fungsionil
pada umumnya dan pada bidang-bidang intelek khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha
mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya mencapai tujuan.

Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
(Winkel, 2001: 36). Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Pendapat Winkel di atas dikuatkan Winarno Surachmad (1996: 57) sebagai berikut :
Belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid
menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah
pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan
pula daya-daya yang mendinamisir proses itu.

Pendefinisian tentang pengertian belajar yang bermacam-macam menunjukkan bahwa dijumpai konsep-
konsep tentang belajar yang menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai belajar, namun
semua itu tergantung sudut pandang dan penekanannya. Sumadi Suryabrata (1993:249) tidak memberikan
batasan secara langsung tentang belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut
belajar.

Pertama : belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial).

Kedua : perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

Ketiga : bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)

Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas maka dapat disimpulkan mengenai
pengertian belajar yaitu :

1) Aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku
pada diri individu yang mengalami belajar.

2) Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik berupa
pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang sifatnya relatif lama.

Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan tentang belajar. Apabila siswa benar-benar merasa
tahu gunanya belajar, merasa butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar maka dari
siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
Keputusan untuk melakukan kegiatan belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada
kekuatan motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka keputusan utuk melakukan
kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang
merupakan faktor pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri menekankan pada
autoaktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya.

c. Hasil Belajar

Menurut Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah : “Hasil belajar merupakan suatu
tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di
dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi” (1992: 159).

Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan
perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami
proses belajar mengajar tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau
yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti
yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian
hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari (1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan
oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan
hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.

Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari
pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses
belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini
mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi
yang diberikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar
dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman
keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar
mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap
seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya maka harus
diperhatikan faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya sehingga hasil
belajar sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan baik berupa angka
atau huruf dapat meningkat.

d. Hasil Belajar PKn

Hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi PKn berdasarkan hasil dari
pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan
selesainya proses belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar atau
penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutama kompetensi dasar hakekat negara yang diberikan
oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk nilai atau angka.

2. Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Seels and Richey (1994 : 32) metode pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi dan
mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran. Snelbecker (1982 : 115)
mengemukakan metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan
suatu proses pembelajaran dengan memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan siswa, sehingga
diharapkan guru dapat membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa harus diusahakan dalam rangka untuk mencapai
tujuan pembelajaran, artinya guru harus mampu memahami bahwa di antara siswa terdapat perbedaan-
perbedaan karakteristik. Hal itu karena siswa berasal dari kondisi ekonomi dan kemampuan orang tua
yang berbeda, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran terdapat perbedaan pula.

Dengan memahami perbedaan karakteristik siswa, dalam proses pembelajaran, oleh guru dapat
menentukan dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, guru dapat memberikan suatu perlakuan, dan
penilaian, serta keputusan yang tepat kepada siswa, sehingga siswa merasa dirinya dihargai dan
diperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri
atas beberapa komponen seperti siswa, guru, dan metode, serta materi pembelajaran yang saling
berinteraksi datam mencapai tujuan. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru perlu menentukan dan
memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode
pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (1995 : 190) metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik metode pembelajaran maka semakin efektif
pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode pembelajaran disebut baik,
diperlukan ketentuan yang bersumber dari beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan
adalah tujuan yang akan dicapai. Metode pembelajaran di dalam kelas selain faktor tujuan, juga faktor
murid, faktor situasi, dan faktor guru ikut menentukan efektif tidaknya suatu metode pembelajaran.
Menurut Wasty Soemanto (1998 : 102) metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan komunikasi dengan siswa pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses
pembelajaran. Dengan metode pembelajaran diharapkan terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi
ini guru harus dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi.

b. Metode Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau metode kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat monerapkannya daiam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2006: 109).

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks metode kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, metode kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, metode kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
metode kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan
tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi
pelajaran dalam konteks metode kontekstual bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan
tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan metode kontekstual guru melakukan
langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini:

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi yang hams dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan
pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:

a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa;

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 mengobservasi
kegiatan A, dan kelompok 3 dan 4 mengobservasi kegiatan B;

c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan pada masing-
masing kegiatan tersebut.

3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa

b. Inti di Lapangan
1) Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.

2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka
tentukan sebelumnya.

Di dalam Kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

2) Siswa melaporkan hasil diskusi.

3) Setiap kelompok mynjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.

c. Penutup

1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah demokrasi sesuai dengan
indikator hasil belajar yang harus dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuat rangkuman tentang pengalaman belajar mereka dengan
materi demokrasi.

Hal yang dapat ditangkap dari pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual adalah pada
metode kontekstual untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep anak mengalami langsung
dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi
dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

1. B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017 yaitu minggu 1 dan 2 bulan Agustus
2009.

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi dalam pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan siswa kelas X semester I tahun pelajaran 2016/2017. Alasan penelitian dilaksanakan
di sekolah tersebut karena peneliti merupakan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X
di sekolah tersebut. Di samping itu, hasil belajar siswa pada materi hakekat negara di sekolah tersebut
rata-rata rendah.

B. Subjek Penelitian

Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, maka subjeknya adalah siswa yakni kelas X SMA Negeri 1 Kemtuk Gresi

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian atau dari siswa yang
merupakan sumber data primer yaitu nilai ulangan harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum
tindakan kelas maupun setelah dilakukanya tindakan kelas oleh guru.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat berbentuk tes maupun non tes. Namun dalam penelitian tindakan kelas
ini yang dipergunakan adalah teknik pengumpulan data berbentuk tes. Pengertian tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi, 1996: 138).
Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test yaitu test yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto,
1996: 139).

Tes diberikan sesudah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan yaitu
tes ulangan harian. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas maka juga
dipergunakan metode pengamatan (observe). Maksudnya bahwa data dikumpulkan dari hasil kegiatan
yang dilaksanakan dari satu siklus ke siklus berikutnya.

2. Alat Pengumpulan Data

Mengingat teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk tes dan observasi, maka
alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah butir soal tes dan lembar observasi.
E. Analisis Data

Teknik analisis data dalam PTK ini bersifat deskriptif analitis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisis data penelitian adalah :

1. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan pengelompokan data berdasarkan kriteria tertentu untuk mencari homogenitas
yang diinginkan. Dalam penelitian ini klasifikasi digunakan untuk mengelompokkan hasil belajar siswa
dari kegiatan penerapan metode kontekstual.

1. 2. Penafsiran Data

Penafsiran data bertujuan untuk mengambil kesimpulan sementara data yang telah diperoleh. Penafsiran
merupakan langkah awal untuk pembahasan masalah secara mendalam.

1. 3. Evaluasi Data

Data yang telah diklasifikasi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan kebenaran antara hasil penafsiran
dengan realitas sesungguhnya. Apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian atau
tidak, apakah penafsiran yang disampaikan sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan dan sebagainya.
Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai feed back (umpan balik) untuk mengukur sejauh mana data
yang diperoleh dalam penelitian tersebut merupakan sesuatu yang bermanfaat ataukah tidak. Apabila
dirasa kurang dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka prosedur penelitian dapat dilakukan secara
berulang.

1. 4. Penarikan Kesimpulan

Tujuan akhir dari setiap penelitian adalah mendapatkan kesimpulan mengenai apa yang telah disampaikan
dengan hasil penelitian. Kesimpulan merupakan hasil tertinggi dalam suatu penelitian. Dengan
diperolehnya kesimpulan, maka masalah yang disajikan, dibahas dan carikan jalan keluarnya akan
nampak dengan jelas. Dengan demikian maka kesimpulan merupakan penjabaran sistematis dari seluruh
kegiatan penelitian.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Rancangan-rancangan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

1. Membuat lembar observasi untuk melihat suasana pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siwa
selama proses belajar mengajar dengan menerapkan metode kontekstual.
2. Membuat analisa hasil ulangan harian setiap siklus, untuk melihat apakah siswa kelas X-1 dalam
proses belajar mengajar ada peningkatan penguasaan materi hakekat negara melalui penerapan
metode kontekstual dengan menganalisis hasil belajar siswa.
3. Tahap Pelaksanaan / Tindakan

Guru melaksanakan tindakan kelas dengan strategi pembelajaran cara belajar siswa aktif melalui
optimalisasi metode kontekstual yang diterapkan dengan tugas kelompok menggunakan bantuan berbagai
media. Tugas yang telah dilakukan kemudian dipresentasikan di depan kelas, disini guru sebagai
fasilitator yang memberi penguat dan simpulan untuk kejelasan materi hakekat negara.

1. Pemantauan / observing
Pada tahap pemantauan dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber untuk mengetahui
seberapa jauh efektifitas dari tindakan yang dilakukan. Data tentang penguasaan materi hakekat negara
diperoleh dari nilai ulangan harian.

1. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi pada
siswa, suasana kelas dan guru. Guru merefleksi capaian hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan
kemudian merumuskan keberhasilan maupun kekurangannya untuk ditindaklanjuti dengan langkah-
langkah program berikutnya berupa penyempurnaan dan pengembangan.

Rencana tindakan penelitian dilaksanakan atau disusun terperinci setiap siklusnya, sesuai jadwal dan
alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian. Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tindakan
kelas pada tiap-tiap siklusnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Siklus I
1. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran

2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa

4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran klasikal

5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

1. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Guru menjelaskan materi dan memberikan contoh-contoh soal.

(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat.

(3) Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan oleh guru.

(4) Siswa mendiskusikan materi.

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat rangkuman

(2) Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

2) Pertemuan 2
1. Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

1. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran
2. Guru memberikan contoh soal
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat
4. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan oleh guru
5. Kegiatan Penutup
1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi
2. Siswa mengerjakan soal evaluasi
3. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

1. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa
dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 50% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal).

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran

2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa

4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan bantuan media audio berupa
rekaman berita melalui tape recorder

5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan
Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

(2) Guru memberikan penjelasan teknis pelaksanaan diskusi

(3) Siswa mendiskusikan materi

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat kesimpulan

(2) Siswa mencatat tugas rumah

2) Pertemuan 2

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

(2) Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3) Siswa menganalisis hasil diskusi

(4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.


4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa
dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 65% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)

3. Siklus III

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran

2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa

4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan bantuan media audio visual
berupa pemutaran menggunakan VCD

5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

6) Membuat angket untuk mengumpulkan data tentang respons siswa setelah dilaksanakannya
pembelajaran dengan penerapan metode kontekstual.

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2) Guru memberikan penjelasan tentang cara menggunakan alat dan cara merangkai

(3) Siswa mendiskusikan materi

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat kesimpulan

(2) Siswa mencatat tugas rumah

2) Pertemuan 2

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

c) Kegiatan Inti
(1) Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2) Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3) Siswa menganalisis hasil diskusi

(4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

d) Kegiatan Penutup

(1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator berakhirnya siklus adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian
minimal sekurang-kurangnya 90% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmum, 2000, Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya

Bloom, Benyamin S, 1986, Taxonomy of Education Objective, New York : Longman.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Model pengembangan Silabus Mata pelajaran dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran PKn. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Djamah Sopah, 2001, Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS,


http://www.depdiknas.go.id./Jurnal/31/djamah sopah.htm.

JP. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Pustaka Jaya.

Mochtar Buchari. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung : Tarsito.

Mudhoffir. 1990. Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Formal. Surabaya : Usaha Nasional.

Muhibbin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.

Nana Sudjana, 1996, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.

Nasution. 1972. Psikologi Pengajaran Nasional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Ratna Wilis Dahar. 1986. Pengelolaan Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press.

Rochman Nata Wijaya. 1992. Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sardiman A.M, 1989, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press.

Seels and Richey, 1994, Instructional Technology, New York : Ashton Scholastic Pty Limited.

Slameto. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta : Pustaka Jaya.

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

The Liang Gie. 2000. Kamus Psikologi. Jakarta : PN. Balai Pustaka.

Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra, 1997, Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran,
Jakarta : PAU Ditjen Dikti Depdikbud

Wasty Soemanto, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Bandung : Tarsito.


WS. Winkel. 2001. Psikogi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Das könnte Ihnen auch gefallen