Sie sind auf Seite 1von 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM

A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).

B. Periode Nifas
Tahapan masa nifas menurut walyani & Purwoastuti (2015) menjadi 3, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta beraktivitas layaknya wanita normal.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau watru persalinan mempunyai komplikasi.

C. Adaptasi Fisiologis
1. Sistem Reproduksi
a. Involusi uteri
involusi ialah proses kembalinya uterus ke keadaan seperti sebelum hamil
setelah melahirkan.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simpis 500 gr

2 minggu Tidak teraba diatas 350 gr


simpisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 R
(Mochtar, Roestam, 2002)
b. Servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsisteninya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan
kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bias masuk rongga rahim, setelah 2 jam
dapat dilalui 2-3 hari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar,
Roestam, 2002).
c. Vagina
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipian mukosa vagina
dan hilangnya rugae. Vagina yang semula teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai delapan minggu setelah bayi
lahir.
d. Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendunya proses
melahirkan organ ini bukanrobekan yang memerlukan jahitan. Proses
penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda
infeksi (nyeri,merah panas,bengkak). Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-
3minggu.
e. Lochea
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lokia mengandung darah
dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Pengeluaran lokia
dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya.
1) Lokia rubra
Dikeluarkan pada hari ke 1-2 berwarna merah kehitaman, terdiri dari darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan
sisa mekonium.
2) Sangunolenta
Dikeluarkan pada hari ke3 sampai ke7 berwarna merah kuning, berisi darah
dan lendir, terdiri dari sisa darah bercampur lender.
3) Serosa
Dikeluarlkan pada hari ke7-k14 berwarna kuning kecoklatan, terdiri dari
lebih sedikit darahdan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan atau laserasi plasenta.
4) Alba
Dikeluarkan pada hari kee14 dan seterusnya berwarna
putih, terdiri dari leukosit, sel desidua, dan sel epitel, selaput lender servik
dan selaput jaringan yang mati.
f. Perubahan payudara
1) Menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum dikeluarkan dari payudara.Setelah laktasi
dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan
menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak seperti susu
krim) dapat dikeluarkan dari putting.
2) Tidak menyusui
Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat
antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi kolostrum
akan menetap selama beberapa hari pertama setelah wanita melahirkan.
Pada jaringan payudara, saat palpasi dilakukan pada hari ke dua dan ketiga,
dapat ditemukan adanya nyeriseiring dimulai produksi ASI. Pada hari ke 3
atau ke 4 pascapartum bias terjadi pembengkakan. Payudara teregang
(bengkak), keras,nyeri bila ditekan dan hangat jika diraba. (Mochtar,
Roestam, 2002)

2. System kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variable, contoh
kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi, dan pengeluaran cairan
ekstravaskuler, dalam 2-3 minggu setelah persalinan volume darah seringkali
menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
b. Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala 1 dan kala 2 persalinan. Puncaknya
selama masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan
anastesi, cardiac output akan kembali seperti semula sebelum hamil dalam 2-3
minggu.
3. Sistem hematologi
a. Keadaan hematokrit dan hemoglobin akan kembali pada keadaan semula seperti
sebelum hamil dalam 4-5 minggu post partum.
b. Leukosit selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antar 20.000-
25.000/mm3.
c. Factor pembekuan, pembekuan darah setelah melahirkan. Keadaan produksi
tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengaluaran dari tempat
plasenta.
d. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda thrombosis
(nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau
padat ketika disentuh).
e. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali setelah persalinan

4. Sistem percernaan
a. Nafsu makan
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi
makanan ringan.
b. Motilitas
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama 2-3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bias disebabkan karena tonus otot uterus menurun
selama proses persalinan dan pada masa nifas, diare sebelum persalinan,enema
sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi.

5. Sistem perkemihan
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah
bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih
menurun.Selain itu rasa nyeri pada panggul akibat dorongan saat melahirkan,
laserasi vagina atau episiotomy menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Tonus
andung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah
bayi lahir.
6. Sistem musculoskeletal
Ligamen-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan
dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala.

7. Perubahan endokrin
Kadar esterogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3jam postpartum. Progesterone
turun pada hari ke 2 postpartum.Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur
hilang.

8. Perubahan integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir.Hipergpigmentasi aerola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentai pada daerah tersebut akan
menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.

9. Abdomen
Apabila wanita berdiri hari pertama postpartum, abdomennya akan menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak seperti mas hamil. Dalam 2minggu setelah
mlahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu
untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.Kulit memperoleh
kembali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil striae menetap.Pengembalian tonus otot
bergantung pada kondisi tpnus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, jumlah
jaringan lemak.

10. Perubahan tanda-tanda vital


a. Suhu badan
Satu hari postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5- 38ºC) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
b. Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali npermenit. Denyut nadi dan
volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah
bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.Pada
mingguke 8-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil.
c. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik, yang
diindikasikan oleh rasa pusing dan seaakan ingin pingsan saat berdiri dapat
timbul dalam 48jam pertama.Hal ini merupakan akibat pembengkakan limpa
yang terjadi setelah wanita melahirkan.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya.

D. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada masa nifas ini diuraikan oleh Reva Rubin dalam tiga
tahap:
1. Taking In
a. Periode ini terjadi 1-2 hari setalah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan
tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran terhadap tubuhnya.
b. Ibu akan mengulang - ulang pengalamanya waktu melahirkan.
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
d. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan itu biasanya
bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian
kondisi ibu tidak berlangsung normal.
2. Taking hold
a. Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian terhadap
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung
jawab pada bayi.
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh
c. Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan untuk merawat bayi,
misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak
mahir dalam melakukan hal tersebut,sehingga cenderung menerima nasehat
dari bidan.
3. Letting go
a. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu,
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab untuk perawatan bayi. Ibu harus beradaptasi
dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial.

E. Tanda Bahaya Post Partum


1. Perdarahan pasca persalinan (post partum)
Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan yang melebihi 500 –
600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009).
2. Lochea yang berbau busuk
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest merupakan
bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga pengeluaran lochea disertai
darah lebih dari 7 – 10 hari.
3. Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)
4. Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada masa nifas,
pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140 mmHg dan diastole
>110 mmHg).
5. Suhu tubuh ibu > 380C
apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari kemungkinan
terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-
alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 2002).
6. Payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara
(mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama pascasalin, tetapi
biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3 atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008).
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri dan takikardia

F. Perawatan Post Partum


1. Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :
a. Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada : tahan satu
hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x.
b. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan
tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu naikkan 5
kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus mengerjakan sebanyak 30
kali.
2. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan harus
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Pil besi
harus diminum minimal 40 hari pasca melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum
zat besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
3. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih yang
penuh dapat menyebabkan perdarahan.
4. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila tidak bisa maka
diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari puting
susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminum dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama
5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan sisir
untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
sisanya dikeluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi
perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
Tanda ASI cukup :
a. Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.
d. Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
f. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
g. Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup :
a. Jarang disusui.
b. Bayi diberi makan lain.
c. Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui (Sarwono, 2002).

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
c. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
d. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah
atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
e. Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,
Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas
setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support
keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi
atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan
placenta, jumlah perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis
atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis
kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah
dilakukan bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
f. Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana
penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
g. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
h. Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,
apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan
dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga
lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk
memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak
mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih,
kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi,
minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi
yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya
atau bayinya.
i. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.
j. Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type
rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan
keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
k. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguens,
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau
remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan
wajah.
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja
dan menyusui.
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
l. Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi
koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan
pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan
setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir
minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan
pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan
bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat
hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat
koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah
memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual :
bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan
penurunan libido.
m. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi
ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan,
perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk
tubuh yang pendek.
n. Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus,
perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi,
tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan
tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret
dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan
infeksi dan jadwal imunisasi.
o. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
p. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10
g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (
status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum
a. Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
c. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya,
usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator
(misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella,inkompabilitas Rh).
e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,
penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.
a. Nyeri (akut) ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya
ketidaknyamanan.
Intervensi:
1) Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan
dan catatan kelahiran.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis,
nyeri tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
3) Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama
setelah kelahiran.
4) Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara
100o dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari,
setelah 24 jam
5) Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres
es selama 20 menit setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel, dan
menaikan pelvis pada bantal.
6) Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
7) Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan
melakukan tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
8) Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau
pitung pecah–pecah.
9) Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
10) Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan
kompres panas sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat,
dan mengeluarkan susu secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit
atau luka.
11) Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui.
12) Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
13) Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid
14) Hindari member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala
ditentukan.
15) Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan
selama 2–3 minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama
ambulasi pertama.
16) Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak
menyusui, berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara
dan afterpain.
17) Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk
perineum bila dibutuhkan.
18) Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi
pungsi dural. Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur
karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan
tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan
regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap
pasangan/keluarga.
2) Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan
menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan
factor – factor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
3) Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan
posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
4) Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
5) Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30
menit setelah menyusui.
6) Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara
khusus diindikasi.
7) Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan
putting masuk atau datar.
8) Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu
9) Identifikasi sumber–sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan


fisik.
Tujuan: Pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan
minum).
Intervensi:
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasionalisasi
5) Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
6) Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
7) Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
8) Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien terpenuhi

d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi


regulator (misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek
anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella, inkompabilitas Rh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera
teratasi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor – factor
risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi:
1) Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada
waktu melahirkan. Catat tanda – tanda anemia.
2) Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan
anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 – 8 jam,
tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan
ambulasi awal.
3) Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk.
Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien.
4) Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA ,
sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
5) Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon
patella dan pantau status pernapasan.
6) Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis,
perhatikan ada atau tidaknya tanda human.6) Berikan kompres panas local;
tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit.
7) Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi pada
telur atau bulu.
8) Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
9) Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko –
risiko atau gejala-gejala flebitis terjadi.
10) Berikan antikoagulasi; evaluasi factor – factor koagulasi, dan perhatikan
tanda – tanda kegagalan pembekuan.
11) Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam pascapartum,
sesuai indikasi.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan


kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan
lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak
terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk menurunkan risiko/
meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase
purulen dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan
karakter normal.
Intervensi:
1) Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan
vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama,
laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta.
2) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda
menggigil, anoreksia atau malaise.
3) Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional
atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial
atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
4) Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau
nyeri tekan.
5) Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan
tehnik pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri
(akut)/ketidaknyamanan).
6) Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura
(kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi.
7) Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
8) Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis :
peningkatan frekiensi, doronganatau disuria).
9) Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri
suprapubis.
10) Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam
duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan
klien mandi setiap hari ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari
depan ke belakang.
11) Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan
pembalut yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan
tepat.
12) Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan
sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan penambahan berat badan
prenatal.
13) Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan
zat besi.
14) Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari.
15) Tingkatkan tidur dan istitahat.
16) Pemeriksaan laboratorium, jumlah Leukosit.

Das könnte Ihnen auch gefallen