Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PREMATURITAS
Oleh :
Leo Fernando, S.Ked
Andi Putra Siregar, S.Ked
Rian hasni, S.Ked
Olia Indri Saktianingsih, S.Ked
Devi Silvia Agustina, S.Ked
Pembimbing :
Prof. dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K)
Pembimbing :
Prof. dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K)
Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSMH Palembang.
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. R
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kertapati, Palembang
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MRS : 10 Juni 2010
Desember/
1. Bidan
2008
aterm Spontan - - P 2700g baik
Hamil
2.
ini
B. Status Obstetri
Pemeriksaan luar: 10 Juni 2010, jam 14.20 WIB.
Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat (25 cm), detak jantung janin 148
kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kiri, terbawah
kepala, penurunan 4/5, his 3x/10 menit/40 detik, taksiran berat janin
1800 gram (lingkar perut 21 cm).
Pemeriksaan Dalam Vagina: 10 Juni 2010, jam 14.20 sWIB.
Portio konsistensi lunak, arah posterior, pendataran 100%, pembukaan
5 cm, ketuban (+), terbawah kepala, penurunan HI-II, penunjuk ubun-
ubun kecil kiri lintang.
Pemeriksaan panggul:
Promontorium tidak teraba, KD >13 cm, KV >11,5 cm, linea
innominata teraba 1/3-1/3, sakrum konkaf, spina ischiadica tak
menonjol, arcus pubis >90o, dinding samping lurus.
Kesan panggul: luas
VI. PENATALAKSANAAN
- Rencana Partus Pervaginam.
- Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu.
- Kosongkan kandung kemih.
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, dan kultur urin.
LAPORAN PERSALINAN
Tanggal 10 Juni 2010
Pukul 18.05 WIB. Tampak parturient ingin mengedan kuat.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan:
- Portio tak teraba
- Pembukaan lengkap
- Ketuban (-), jernih, bau (-)
- Terbawah kepala
- Penurunan HIII+
- Penunjuk UUK kiri depan
Diagnosis : G2P1A0 hamil 31-32 minggu inpartu kala II, janin tunggal hidup,
presentasi kepala.
Penatalaksanaan:
- Pimpin persalinan
Pukul : 18.05 WIB Lahir spontan hidup neonatus perempuan, BB 1700 gram, PB
35 cm, AS 8/9, FT AGA.
Dilakukan manajemen aktif kala III : - injeksi oksitosin 10 IU I.M.
- peregangan tali pusat terkendali
- masase uterus
Pukul: 18.15 WIB Plasenta lahir lengkap dengan BP 350 gram, PTP 37 cm
dengan diameter 16 – 17 cm.
Setelah dilakukan eksplorasi tidak ditemukan laserasi jalan lahir. Keadaan umum
ibu dan anak post partum baik. Perdarahan aktif (-).
EVALUASI
Tanggal 10 Juni 2010, Pukul 20.00 WIB
Keluhan : habis melahirkan.
Status present:
KU : sedang Sense : CM
TD : 130/80 mmHg N : 88x/menit
T : 37,1oC RR : 20 x/menit
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia
rubra (+), vulva tenang.
Diagnosis: P2A0 post partum spontan neonatus hidup perempuan, BB= 1700 gram,
PB= 35 cm, AS 8/9, FT AGA
Terapi:
- Mobilisasi dini
- ASI sesuai kebutuhan
- Vulva hygiene pagi dan sore
- Amoxicillin tab 3 x 500 mg
- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
- Vitamin B complex 2 x 1 tab
Status obstetrikus:
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia
rubra (+), vulva tenang.
Diagnosis: P2A0 post partum spontan neonatus hidup perempuan, BB=1700 gram,
PB= 35 cm, AS 8/9, FT AGA.
Terapi:
- Mobilisasi dini
- ASI sesuai kebutuhan
- Vulva hygiene pagi dan sore
- Amoxicillin tab 3 x 500 mg
- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
- Vitamin B complex 2 x 1 tab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria diagnosis
Kriteria diagnosis premturitas:2
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:
a. nyeri pinggang belakang
b. rasa tertekan pada perut bagian bawah
c. terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam
d. terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau terdapat
lendir bercampur darah.
3. Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sebagai
berikut:
a. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit
b. Terjadi perubahan progresif serviks:
- pembukaan lebih dari 1 cm
- perlunakan sekitar 75-80%
- penipisan serviks
Diagnosis banding
- Kontraksi pada kehamilan preterm
- Persalinan pada pertumbuhan janin terhambat
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan kultur urin
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu:
o Jumlah lekosit
o C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita
infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk
mempresipitasi fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman
Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit
sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3
cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi
serviks transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.
Penatalaksanaan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan
yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama
untuk meningkatkan keluaran neonatal.
1) Akselerasi pematangan fungsi paru
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x
selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.
Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.
Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran
fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2) Pemberian tokolitik
Indeks tokolitik
0 1 2 3 4
Kontraksi Tidak ada Irreguler Reguler - -
Tinggi/tidak Rendah/
Ketuban pecah Tidak ada - -
jelas pecah
Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -
Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm ≥ 4 cm
Cara persalinan
Janin presentasi kepala: pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
Indikasi seksio sesarea:
a. Janin sungsang
b. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
c. Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
d. Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak
terpenuhi
e. Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan
sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat
intensif di bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak. Bila bayi
ternyata tidak mempunyai kesulitan ( minum, nafas, tanpa cacat) maka perawatan
cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit berkurang.
Penyulit
1. Sindroma gawat nafas (RDS)
2. Perdarahan intrakranial
3. Trauma persalinan
4. Paten duktus arteriosus
5. Sepsis
6. Gangguan neurologi
Komplikasi
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering
terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-
bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987)
menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki
risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal,
necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
1. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa
bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat
terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena
adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-
paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur
seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai,
sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat bernafas, paru-
paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi Sindroma Distres
Pernafasan.
Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus
bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya
berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan
diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah
selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan
refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan
otak atau serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang,
seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal
ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak
mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi
serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran
darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap
perdarahan (perdarahan intraventrikuler).atau cedera .
3. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian
susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya,
lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah
makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu
banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
4. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia
retrolental)
5. Displasia bronkopulmoner.
6. Penyakit jantung.
7. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal
untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel
darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang
lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang
bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan
karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum
sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang
sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
8. Infeksi atau septikemia.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna.
Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya
melewati plasenta (ari-ari).
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih
tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi
(peradangan pada usus).
9. Anemia .
10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah,
bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
12. Keterbelakangan mental dan motorik.
BAB III
PERMASALAHAN