Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KARAGENAN
ERICK PRASETYA
Email : erickpraset@yahoo.com
Abstract
1
Abstrak
Karagenan digunakan sebagai agen penginduksi inflamasi secar eksperimental pada
binatang percobaan. Malondialdehida merupakan hasil peroksidasi lipid dan menjadi
penanda dari stres oksidatif. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) memiliki bahan antioksidan
antara lain antosianin, asam fenolat, dan flavonoid.
Tujuan Penelitian untuk mengetahui pemberian ekstrak ubi jalar ungu terhadap kadar
MDA serum pada tikus yang diinduksi karagenan. Penelitian ini
menggunakan 24 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar yang dibagi dalam
3 kelompok. Kelompok pertama tanpa perlakuan. Kelompok kedua diinduksi karagenan 1%
dengan dosis 0,1 ml pada hari ke 8. Sedangkan kelompok ketiga diberikan ekstrak ubi jalar
ungu dosis 872 mg/kgBB selama 7 hari dan diinduksi karagenan 1% pada hari ke 8, semua
tikus dikorbankan dan dilakukan pemeriksaan MDA serum.
Hasil analisis data dengan uji oneway ANOVA menunjukkan tidak terdapat
perbedaan bermakna (p = 0,442) antara rerata kadar MDA serum kelompok tanpa perlakuan
(99,66 nmol/L) dengan rerata kelompok hewan diinduksi karagenan (108,50 nmol/L). Selain
itu, tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0,189) antara rerata kelompok hewan diinduksi
karagenan (108,50 nmol/L) dengan rerata kelompok hewan diinduksi karagenan dan ekstrak
ubi jalar ungu (93,12 nmol/L) .
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ekstrak ubi jalar ungu menurunkan MDA serum
secara tidak bermakna (Rattus novergicus) jantan galur Wistar yang diinduksi karagenan
karena adanya antioksidan berupa antosianin dalam ekstrak ubi jalar ungu yang meredam
radikal bebas sehingga tidak terjadi stres oksidatif dan MDA serum menurun.
Latar Belakang
Ubi jalar memiliki beberapa jenis ada yang berwarna putih, kuning, merah dan ungu
(Lingga, 1995). Ubi jalar ungu salah satu komoditas tanaman pangan yang dapat tumbuh dan
berkembang di seluruh indonesia. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat non beras tertinggi
keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu serta mampu meningkatkan ketersediaan
pangan. Sebagai sumber pangan, tanaman ini mengandung karbohidrat, vitamin c, niacin,
riboflavin, thiamin, dan mineral. Indonesia penghasil ubi jalar terbesar kedua di dunia setelah
RRC. Menurut data statistik, tingkat produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2007 mencapai
1,886 juta ton, dengan area panen seluas 176,93 ribu ha (BPS, 2008).
Inflamasi merupakan suatu respon terhadap cedera jaringan dan infeksi didalam sel
tubuh. Proses inflamasi menyebabkan reaksi vascular yang akan mengakibatkan cairan
elemen – elemen darah, leukosit, dan mediator kimia berada pada tempat jaringan yang
cedera atau mengalami infeksi. Proses tersebut merupakan suatu perlindungan dari tubuh
untuk menetralisir agen – agen yang berbahaya yang menyebabkan jaringan yang cedera
kembali normal (Mitchell, 2006). Aktivasi dan infiltrasi leukosit melepaskan mediator inflamasi
2
radikal bebas derivat oksigen seperti anion superoxida dan radikal hydroxyl (Posadas et al.,
2004 dan Salvemini et al., 1996). Jika produksi radikal bebas melebihi dari kemampuan
antioksidan intrasel untuk menetralkannya, maka kelebihan radikal bebas sangat potensial
menyebabkan kerusakan sel. Sering kali kerusakan ini disebut sebagai kerusakan oksidatif,
yaitu kerusakan biomolekul penyusun sel yang disebabkan oleh reaksinya dengan radikal
bebas. Adanya peningkatan stress oksidatif dapat berdampak negatif pada beberapa
komponen penyusun membran sel, yaitu kerusakan pada membran lipid yang membentuk
malonaldehida, kerusakan protein, karbohidrat, dan DNA (Kevin et al., 2006). Oleh karena itu,
diperlukan senyawa yang dapat meredam efek negatif radikal bebas, yaitu antioksidan
(Karyadi, 1997)
antioksidan, dimana jumlah radikal bebas lebih banyak dibandingkan dengan antioksidan
(Halwell. 2006). Radikal bebas sendiri merupakan sebuah atom atau molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson and
Thompson, 2000) sehingga untuk menjadi stabil, radikal bebas cenderung akan mengambil
elektron dari molekul lain yang menimbulkan ketidaknormalan molekul lain dan memulai
cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi, 2007). Antioksidan
terdiri dari dua jenis, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik (cahyadi, 2006).
(Winarsi, 2007). Antioksidan alami lebih lama diketahui menguntungkan untuk digunakan
dalam bahan pangan karena umumnya derajat toksisitasnya rendah (Cahyadi, 2006).
Salah satu sumber antioksidan dari alam adalah ubi jalar ungu (Ipomea batatas). Ubi
jalar dikenal memiliki berbagai keunggulan seperti kandungan antioksidannya yang tinggi
(Hardoko, Hendarto, & Siregar, 2010; Kim, Choi, Lee, & Cho, 2012) dan merupakan komoditas
pangan yang banyak dikembangkan oleh petani di Indonesia, tetapi sampai saat ini
pemanfaatannya belum setaraf dengan dengan padi atau jagung (Rukmana, 1997). Senyawa
3
antosianin berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan
untuk mencegah terjadi penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif. Beberapa penelitian
antidiabetik, anti-kanker dan anti-inflamasi. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan
Malondialdehid (MDA) adalah salah satu marker radikal bebas dalam tubuh. Radikal
bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan oksidatif.1 Malondialdehid (MDA)
terbentuk dari peroksidasi lipid (lipid peroxidation) pada membran sel, yaitu reaksi antara
radikal bebas (radikal hidroksi) dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut
terjadi secara berantai, hasil akhir reaksi tersebut adalah hidrogen peroksida. Hidrogen
peroksida menyebabkan dekomposisi beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap
sel. MDA merupakan salah satu aldehid utama yang terbentuk (Putri, 2007).
Karagenan adalah polisakarida yang diekstraksi dari beberapa spesies rumput laut
atau alga merah (rhodophyceae). Tiga jenis karagenan komersial yang paling penting adalah
karagenan iota, kappa dan lambda. Sedangkan karagenan mu adalah prekursor karagenan
kappa, karagenan nu adalah prekursor iota. Jenis karagenan yang berbeda ini diperoleh dari
spesies rhodophyta yang berbeda. Karagenan memiliki aktivitas biologis antara lain sebagai
penginduksi edema kaki, inflamasi intestin, aktivitas antikoagulan dan antitrombotik, antiviral,
Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui tentang pengaruh ekstrak ubi jalar ungu
dapat menurunkan kadar MDA serum pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Wistar
Metode Penelitian
metode : Randomized the post test only control group design. Populasi yang dipilih pada
penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar. Total sampel yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan sebanyak 24 ekor tikus
4
yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya. Penentuan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Simple
random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa
memperhatikan strata (peningkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut. Hal ini
dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis). Pengambilan sampel acak
sederhana dapat dilakukan dengan cara undian,memilih bilangan dari daftar bilangan secara
Hasil Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran Kadar MDA Serum pada jam ke-6 setelah
induksi karagenan pada Kelompok Hewan Coba tanpa Perlakuan, Kelompok Hewan Coba
yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan dan
Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
Kadar MDA Serum Kelompok Hewan Coba tanpa Perlakuan, Kelompok Hewan Coba
yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan dan
Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Kadar MDA Serum Kelompok Hewan Coba tanpa Perlakuan, Kelompok Hewan
Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi
Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
No. K- (nmol/L) K+ (nmol/L) P (nmol/L)
1 117 130.5 45.5
2 82 115 116.5
3 106.5 113.5 107
4 106 88 85.75
5 108 94.5 99
6 78.5 109.5 105
Keterangan :
K- : Kelompok Hewan Coba tanpa perlakuan
K+ : Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan
P : Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu
5
Tabel 1.2. Rerata dan standar deviasi Kadar MDA Serum Kelompok
Hewan Coba tanpa Perlakuan, Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi
Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan dan Ekstrak
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.).
Rerata Standar Deviasi
K- 99,66 nmol/L 15,600
K+ 108,50 nmol/L 15,287
P 93,12 nmol/L 25,443
Keterangan :
K- : Kelompok Hewan Coba tanpa perlakuan
K+ : Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan
P : Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu
Berdasarkan Tabel 1.2 Rerata kadar MDA Serum Kelompok Hewan Coba tanpa
perlakuan (99,66 nmol/L), Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan (108,50 nmol/L),
dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (93,12
nmol/L). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rerata kadar MDA Serum
pada kelompok hewan coba yang diinduksi karagenan, bila dibandingkan dengan kelompok
hewan coba tanpa perlakuan. Penurunan rerata kadar MDA Serum terjadi pada kelompok
hewan coba yang diinduksi karagenan dan Ubi Jalar Ungu, bila dibandingkan dengan
kelompok hewan coba yang diinduksi karagenan. Hasil lebih jelas dapat dilihat pada diagram
110
108.5
105
Kadar MDA serum
99.66
100
tanpa perlakuan
(nmol/L)
induksi karagenan
induksi karagenan + ubi jalar ungu
95
93.12
90
85
6
Gambar 1. Diagram batang kadar MDA serum pada kelompok hewan coba tanpa
perlakuan, kelompok hewan coba yang diinduksi karagenan, dan kelompok hewan coba yang
diinduksi karagenan dan ekstrak ubi jalar ungu
Rerata kadar MDA serum (nmol/L) pada kelompok hewan tanpa perlakuan lebih
rendah dibandingkan kelompok hewan coba yang diinduksi karagenan. Sedangkan kelompok
hewan yang diinduksi karagenan, lebih tinggi dari kelompok hewan coba yang diinduksi
karagenan dan mendapatkan perlakuan berupa pemberian ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L.).
Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang
Diinduksi Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Karena sampel yang
Tabel 1.3 Hasil uji normalitas kadar malondialdehia (MDA) serum distribusi data dengan uji
Saphiro-Wilk pada kelompok hewan coba tanpa Perlakuan, Kelompok Hewan
Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi
Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.).
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
KELOMPOK Statistic df Sig.
MDA Tanpa
,847 6 ,148
perlakuan
karagenan
,957 6 ,793
karagenan +
ubi jalar ,840 6 ,130
ungu
Ketentuan pengujian Uji Shapiro-Wilk adalah :
b. Jika signifikan p < 0,05 : maka H0 ditolak (distribusi data tidak normal)
Berdasarkan hasil analisis yang tercantum dalam Tabel 5.3, menunjukkan bahwa data
dari masing-masing variabel yaitu kelompok hewan coba tanpa perlakuan adalah 0,148,
kelompok hewan coba yang diinduksi karagenan menunjukkan nilai signifikansi p = 0,793,
Kelompok hewan coba yang diinduksi karagenan dan diberi ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea
7
batatas L.) menunjukkan nilai signifikansi p = 0,130. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan
p > 0,05, sehingga penyebaran distribusi data variabel tersebut adalah normal. Sehingga
Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Hewan Coba tanpa perlakuan, Kelompok
Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi
Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) dapat dilihat pada tabel 1.4
Tabel 1.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Hewan Coba tanpa perlakuan,
Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan
Coba yang Diinduksi Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
L.).
MDA
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,646 2 15 ,538
sebesar 0,538. Nilai signifikansi ini lebih besar daripada (0,05) yang artinya H0 diterima dan
H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi kadar MDA Serum adalah homogen.
Karena distribusi data kadar MDA Serum normal dan variansi data kadar MDA Serum adalah
8
Hasil Uji Oneway Anova Kelompok Hewan Coba tanapa perlakuan, Kelompok Hewan
Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan dan
Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) dapat dilihat pada tabel 1.5.
Tabel 1.5 Hasil Uji Oneway Anova Kelompok Hewan Coba tanpa perlakuan, Kelompok
Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang
Diinduksi Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
ANOVA
MDA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
Groups 714,424 2 357,212 ,953 ,408
Within
Groups 5622,302 15 374,820
Total 6336,726 17
Nilai signifikansi yang diperoleh pada uji oneway anova dalah 0,408 yang berarti tidak
ada perbedaan yang signifikan antara Kelompok Hewan Coba tanapa perlakuan, Kelompok
Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi
9
Tabel 1.6 Hasil Uji Analisis Post Hoc Teknik LSD Kelompok Hewan Coba tanpa perlakuan,
Kelompok Hewan Coba yang Diinduksi Karagenan, dan Kelompok Hewan Coba
yang Diinduksi Karagenan dan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
Multiple Comparisons
Dependent Variable:
LSD
95% Confidence
Interval
Mean
Difference Lower Upper
(I) KELOMPOK (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
Tanpa karagenan
perlakuan -8,83333 11,17766 ,442 -32,6579 14,9913
karagenan
+ ubi jalar
ungu 6,54167 11,17766 ,567 -17,2829 30,3663
karagenan Tanpa
perlakuan 8,83333 11,17766 ,442 -14,9913 32,6579
karagenan
+ ubi jalar
ungu 15,37500 11,17766 ,189 -8,4496 39,1996
karagenan Tanpa
+ ubi jalar perlakuan -6,54167 11,17766 ,567 -30,3663 17,2829
ungu
karagenan
-15,37500 11,17766 ,189 -39,1996 8,4496
Berdasarkan hasil analisis uji Post Hoc diatas, tidak terdapat perbedaan bermakna (p
= 0,442) antara kelompok tanpa perlakuan dengan kelompok diinduksi karagenan , tidak
terdapat perbedaaan bermakna (p= 0,567) antara kelompok tanpa perlakuan dengan
kelompok diinduksi karagenan dan ekstrak ubi jalar ungu, serta tidak terdapat perbedaan
bermakna (p= 0,189) antara kelompok diinduksi karagenan dengan kelompok diinduksi
karagenan dan ekstrak ubi jalar ungu.
10
Pembahasan
dekomposisi peroksidasi lipid tak jenuh sebagai produk sampingan dari metabolisme
arachidonate. Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi rantai radikal bebas yang diawali dengan
terbebasnya hidrogen dari suatu asam lemak tak jenuh ganda oleh radikal bebas. Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi - lipid dan lipid
peroksida serta MDA yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah. Peroksidasi lipid
membran dapat ditentukan secara tidak langsung dengan mengukur kadar MDA (Dalle-Donne
respon inflamasi. Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan mengakibatkan kerusakan
sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel. Infiltrasi dan aktivasi neutrofil melepaskan
mediator inflamasi radikal bebas derivat oksigen seperti anion superoxida dan radikal
hydroxyl. Radikal bebas memiliki elektron tidak berpasangan sehingga radikal bebas akan
bereaksi dengan substansi lain terutama protein dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA).
Radikal bebas yang terbentuk dapat diredam oleh antioksidan endogen. Apabila jumlah
antioksidan endogen tidak memadai akan menimbulkan stress oksidatif. Dampak dari stress
oksidatif menimbulkan reaksi peroksidasi lipid yakni terbebasnya hidrogen dari suatu asam
lemak tak jenuh ganda oleh radikal bebas, sehingga menimbulkan kerusakan pada membran
sel yang berupa produk malondialdehida (MDA) (Necas and Bartosikova, 2013).
Penggunaan ubi jalar ungu terdapat banyak zat yang bermanfaat bagi tubuh anatara
lain antosianin, asam fenolat, dan flavonoid yang dapat meredam aktivitas radikal bebas,
Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA
serum hewan coba yang diinduksi karagenan dan diberi ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L.) dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah dosis ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea batatas L.) yang mungkin terlalu sedikit untuk menurunkan kadar MDA serum
11
hewan coba secara bermakna. Selain itu, hal lain yang dapat berpengaruh adalah jangka
waktu atau lamanya pemberian ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yang mungkin
terlalu pendek sehingga menyebabkan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yang diberikan
tidak menghasilkan efek perbedaan kadar MDA serum hewan coba secara bermakna.
Kesimpulan
ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap penurunan kadar malondialdehida
(MDA) serum tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi karagenan,
1. Induksi karagenan 1% dengan dosis 0,1 ml/ekor pada hewan percobaan menunjukkan
2. Pemberian ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan dosis 872 mg/kgBB
menurunkan kadar malondialdehida (MDA) serum tikus putih jantan galur Wistar
(Rattus norvegicus) yang diinduksi karagenan 1% dengan dosis 0,1 ml / ekor secara
tidak bermakna.
Daftar Pustaka
Hardoko, L., Hendarto and Siregar, T. (2010) ‘Pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L. Poir) sebagai pengganti sebagian tepung terigu dan sumber
antioksidan pada roti Tawar’, Jurnal teknologi Industri Pangan, 21(1), pp. 25–32.
Jusuf, M., Rahayuningsih, S. A. and Ginting, E. (2008) ‘Ubi jalar ungu’, Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 30, pp. 13–14.
12
Kevin, C. et al. (2006) ‘An integrated view of oxidative stress in aging: basic
mechanisms, functional effects, and pathological considerations’, AmJ Physiol
Regul Integr Comp Physiol, 292, pp. R18–R36.
Kim, J. et al. (2012) ‘Protective effects of purple sweet potato added to Bacillus
subtilisfermented soymilk against amyloid beta-induced memory impairment’, J
Agric Sc, pp. 223–232.
Mitchell, R. . (2006) ‘Buku Saku Dasar Patologis Penyaki tRobbins & Contran, Ed 7.
Hatono A, penerjemah; Handayani S et al, editor. New York; Elsevier Inc.
Terjemahan dari: Pocket Companion To Robbins & Cotran Pathologic Basic of
Diease 7th edition 7.’
Salvemini, D. et al. (1996) ‘Nitric oxide: a key mediator in the early and late phase of
carrageenan-induced rat paw inflammation’, British Journal of Pharmacology,
118, pp. 829–838.
13
14