Sie sind auf Seite 1von 2

INFEKSI

Penyakit infeksi bagi sebagian besar manusia di berbagai belahan bumi merupakan
kemalangan yang menyebabkan orang pergi fasilitas kesehatan serta penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit.
Secara definisi infeksi ialah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme (agen) di
dalam tubuh pejamu (host), sedangkan penyakit infeksi merupakan manifestasi klinik bila
terjadi kerusakan jaringan dan fungsi bila reaksi radang atau imun pejamu terpanggil.
Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan dan mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama diperankan oleh kulit yang utuh,
membran mukosa permukaan dan sekret yang diproduksi, contohnya lisozim air mata merusak
peptidoglikan dinding bakteri.
Masuknya agen infeksi dapat terjadi melalui peristiwa sebagai berikut :
A. Kontak secara langsung mis. Penyakit kelamin;
B. Kontaminasi dan luka misalnya infeksi luka, rabies.
C. Inokulasi misalnya gigitan serangga, suntikan.
D. Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi misalnya hepatitis A, poliomyelitis,
kolera.
E. Menghirup debu dan droplet misalnya influenza, tuberculosis.

Hasil akhir suatu infeksi merupakan kompromi dua faktor yang saling bertolak belakang:
1. Kemampuan agen, yang diperankan oleh wujud spesifik, mengatasi pertahanan pejamu.
2. Kemampuan pejamu melawan infeksi atau jawaban pejamu terhadap agen.

Kedua faktor tersebut di atas dipengaruhi pula oleh banyak hal yang mempengaruhi baik
agen maupun pejamu. Keterkaitan spesifik antara mikroorganisme dengan timbulnya penyakit
dikemukakan di dalam postulasi koch, sebagai berikut:
1. Organisme biasanya ditemukan pada lesi penyakit.
2. Organisme dapat diisolasi sebagai koloni tunggal.
3. Inokulasi koloni kultur organisme menimbulkan penyakit pada binatang percobaan.
4. Organisme dapat ditemukan dari lesi penyakit pada binatang percobaan.

KLASIFIKASI AGEN INFEKSI


Agen penyebab infeksi ukuran besarnya bervariasi mulai dari 20 nm (virus polio) sampai
10m (cacing pita taenia saginata) dapat diklasifikasi sesuai sifat agen itu sendiri.
1. Bangunan (struktur): mengelompokkan agen infeksi ke dalam bangunan yang sederhana
(virus) sampai majemuk (protozoa). Lebih lanjut dapat dikelompokkan pada komponen yang
lebih rinci seperti virus dna atau rna, bakteri coccus atau batang.
2. Patogenesitas: kemampuan menimbulkan penyakit. Dikelompokkan pada derajat patogen
rendah dan tinggi. Kemampuan agen masuk dan berkembang di pejamu disebut infektivitas.
3. Letak penggandaan: berdasar atas kemampuan menggandakan baik didalam maupun diluar
sel dikelompokkan dalam:

A. Organisme intrasel obligat hanya dapat tumbuh dan berkembang di dalam sel pejamu
infeksi pada sel parenkim tertentu kultur organisme ini perlu sel hidup
B. Organisme intrasel fakultatif mampu tumbuh dan berkembang baik didalam maupun
diluar sel pertumbuhan di dalam sel biasanya pada makrofag kebanyakan organisme ini
di kultur pada media buatan
C. Organisme ekstrasel tumbuh dan berkembang di luar sel organisme ini kecuali parasit
dapat di kultur pada media buatan

PERUBAHAN JARINGAN PADA INFEKSI


Pada infeksi, perubahan jaringan yang bersifat patologis dapat disebabkan oleh tiga hal,
yaitu:
1. Kerusakan yang diinduksi agen
2. Reaksi radang pejamu
3. Reaksi imun pejamu

Kerusakan langsung jaringan yang diakibatkan oleh agen infeksi merupakan faktor terpenting
terjadi perubahan patologi. Perluasan kerusakan langsung tersebut berkaitan dengan virulensi
agen. Sebagai contoh ialah kerusakan jaringan yang luas oleh yersinia pestis (penyebab pes).
Perubahan patologi kerusakan langsung jaringan akibat infeksi bergantung pada sifat agen.

Das könnte Ihnen auch gefallen