Sie sind auf Seite 1von 9

KORELASI ANTARA STATUS GIZI IBU MENYUSUI

DENGAN KECUKUPAN ASI DI POSYANDU


DESA KARANG KEDAWANG
KEC. SOOKO KAB. MOJOKERTO

Nurul Pujiastuti

Abstract: This study aims to analyze the relationship between the status of breastfeeding mothers with
the adequacy of breastfeeding in the village Karangkedawang Kec. Sooko Kab. Mojokerto. Free variables that
are examined nutrition status of mothers breastfeeding measure Body Mass Index, arm circumference above and
Hb level. While the dependent variable examined is the adequacy of breastfeeding. The adequacy of
breastfeeding seen through the 3 indicators, namely the adequacy of sign breastfeeding, body weight baby suckle
before and after the increase in and 1 month after the baby. This research is analytical research with
longitudinal design up (Cohort). Population of this research is that breastfeeding mothers have a baby aged 1-6
months and come in Posyandu Karangkedawang Village Kec. Sooko Kab. Mojokerto amounted to 73 people.
Research sample is breastfeeding mothers who meet the criteria inklusi. Large sample is calculated using the
formula and then be random. Large sample of 54 respondents. Data analysis techniques used to test the
relationship between free variables and dependent variable is the Mann Whitney test. Based on the results of test
statistics with the Mann Whitney test on the 95% level of confidence between the nutritional status of
breastfeeding mothers with the adequacy of breastfeeding showed a significant relationship (p = 0.009). This
explains that breastfeeding mothers who have poor nutrition affects the adequacy milk product. With the results
of the research above, it is expected that the health through the Village Midwifes for more attention on the status
of maternal nutrition on the nutritional needs of breastfeeding so that breastfeeding mothers can be improved by
providing more counseling related to maternal nutrition and breastfeeding, such as the provision of vitamin
tablets to the blood.

Keywords: nutritional status, mother suckle, breastfeeding

PENDAHULUAN konsentrasi hemoglobin <12 g/dl, sedangkan


ibu hamil 61,5%, ibu menyusui 80%, dan ibu
balita 76,2% (Lubis, 2008).
Latar Belakang Studi pendahuluan yang dilakukan
di Posyandu Desa Karangkedawang tanggal
Masalah gizi di Indonesia dan negara 13 Pebruari 2009 pada 12 ibu menyusui.
Ditemukan 9 orang dengan status gizi kurang
berkembang pada umumnya masih didominasi (75%) dan 3 orang dengan status gizi baik
oleh   masalah   Kurang   Energi   Protein   (KEP), (25%). Ibu dengan gizi kurang tersebut
anemia   besi,   Gangguan   Akibat   Kekurangan (9 orang) didapatkan 4 (44,5%) bayi berat
Yodium   (GAKY),   Kekurangan   Vitamin   A badannya tetap, 2 (22,2%) bayi berat badannya
(KVA) dan masalah obesitas terutama di kota turun dan 3 (33,3%) bayi berat badannya naik.
Ibu yang mempunyai status gizi baik (3 orang),
besar.   Anemi   gizi   merupakan   masalah semua bayinya (100%) mempunyai berat
kesehatan   masyarakat   yang   paling   umum badan meningkat dibanding dengan berat
dijumpai   terutama   di   negara   berkembang. badan bulan Januari 2009.
Anemi gizi umumnya dijumpai pada golongan Ibu dengan status gizi cukup akan
rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak menimbun cadangan makanan nutrien dalam
tubuh yang digunakan untuk mengimbangi
balita serta anak sekolah (Supariasa, 2002).  kebutuhan selama laktasi. Hal ini sangat
Prevalensi anemia yang tertinggi tidak penting untuk proses adaptasi terhadap
hanya pada anak balita tetapi juga ibu hamil, perubahan anatomi dan fisiologi bayi yang
ibu menyusui dan ibu balita. Penelitian yang berlangsung selama bulan pertama. Pada
dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana pada periode ini bayi juga berkembang dengan
tahun 2006-2007 menemukan 57% anak balita sangat cepat, oleh karena itu dibutuhkan gizi
di 21 posyandu Jakarta, Bekasi dan Sumedang yang tinggi. Bila kebutuhan gizi bayi tidak
menderita kekurangan zat besi dengan
Nurul Pujiastuti adalah dosen Prodi Keperawatan Lawang Poltekkes Malang 1
1
terpenuhi maka akan memberikan kondisi dikuadratkan. Untuk mengukur status gizi bisa
kesehatan kurang atau kondisi defisiensi yang dilakukan   secara   biokimiawi   dengan
menyebabkan pertumbuhannya tidak optimum.
pemeriksaan Hb (Soeharyo, 1999).
Kondisi defisiensi ini merupakan awal dari
keadaan gizi bayi yang buruk. Gizi buruk Anemi   pada   ibu   menyusui   akan
adalah kondisi tubuh yang tampak sangat menyebabkan   gangguan   nutrisi   dan   produksi
kurus karena makanan yang dimakan setiap ASI   menjadi   kurang.   Hal   ini   jelas
hari tidak dapat memenuhi zat gizi yang menimbulkan   gangguan   pertumbuhan   bagi
dibutuhkan, terutama kalori dan protein. Tanda
bayi yang disusuinya (Soeharyo, 1999). Pada
awal gizi buruk: berat badan anak letak
titiknya dalam kartu menuju sehat (KMS), jauh ibu dengan gizi buruk umumnya memproduksi
berada di bawah garis merah (BGM) dan bila ASI   dalam   jumlah   yang   lebih   sedikit,
hal ini tidak segera ditangani maka akan terjadi sedangkan   kualitasnya   tergantung   pada
kurang energi protein (KEP) (Arisman, 2007). makanan   yang   sedang   dimakan.   Umumnya
Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih
terdapat   penurunan   kadar   lemak,   karbohidrat
besar dibanding saat hamil. Saat menyusui
diperlukan energi ekstra untuk memulihkan dan vitamin (Irawan, 2003).
kondisi kesehatan setelah melahirkan, untuk Status   gizi   tidak   mempengaruhi
aktivitas sehari-hari serta pembentukan ASI. kualitas   dari   ASI  sehingga   ibu  dengan status
Pada bulan pertama sesudah persalinan, gizi   kurang   tetap   dapat   memberikan   ASI
produksi ASI umumnya sangat banyak
sehingga akan banyak keluar diisap oleh bayi kepada   anaknya   agar   pertumbuhan   dan
dan ibu akan lebih cepat haus serta lapar. Agar perkembangan   anaknya   menjadi   optimal
jumlah kalori yang keluar tersebut seimbang (Arisman, 2007).
maka diperlukan masukan nutrisi yang Upaya   penanggulangan   masalah   gizi
seimbang karena energi ini akan diproses lagi kurang   yang   dilakukan   secara   terpadu   antara
untuk pembentukan ASI. Selama menyusui ibu lain:   upaya   pemenuhan   persediaan   pangan
memproduksi sekitar 800­1000cc ASI (Paath, nasional,   upaya   perbaikan   gizi   keluarga
2005). (UPGK),   peningkatan   upaya   pelayanan   gizi
Jumlah produksi ASI bergantung pada
besarnya cadangan lemak yang tertimbun terpadu   dalam   Posyandu   hingga   Puskesmas
selama hamil dan dalam batas tertentu. Rata- dan   Rumah   Sakit,   pemberian   makanan
rata volume ASI wanita berstatus gizi baik tambahan (PMT), pemberian kapsul vitamin A
sekitar 700-800ml. Sementara yang berstatus dosis tinggi, pemberian tablet besi, serta upaya
gizi kurang hanya berkisar 500-600 ml. Jumlah fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A,
ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama
sebesar 750 ml sehari. Sekresi pada hari iodium, dan zat besi (Almatsier, 2002).
pertama hanya terkumpul sebanyak 50 ml Kenyataannya,   meskipun   pemerintah
yang kemudian meningkat menjadi 500, 650, telah   melaksanakan   upaya   penanggulangan
dan 750 ml masing-masing pada hari kelima masalah   gizi   kurang   seperti   pemberian
bulan pertama dan ketiga. Volume ASI pada makanan   tambahan   melalui   posyandu   tetapi
bulan berikutnya menyusut menjadi 600 ml.
Status gizi tidak berpengaruh terhadap mutu masih saja ditemukan ibu menyusui atau anak
(kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin balita   yang   mengalami   kekurangan   gizi.
dan mineralnya sedikit lebih rendah (Arisman, Ditambah   lagi,   saat   ini   Indonesia   mengalami
2007). krisis   global   sehingga   keadaan   ekonomi
Penilaian status gizi ibu hamil dan ibu masyarakat   semakin   menurun   yang
menyusui   meliputi   pengukuran   Antropometri menyebabkan   daya   beli   masyarakat   juga
serta biokimiawi (Arisman, 2007). Status gizi semakin rendah.
ibu   menyusui   dapat   diukur   secara   indeks Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
antropometri yaitu kombinasi antara beberapa peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
parameter seperti mengukur berat badan, tinggi tentang   hubungan   antara   status   gizi   ibu
badan, lingkar lengan atas serta indeks massa menyusui dengan kecukupan ASI.
tubuh   yaitu   berat   badan   dibagi   tinggi   badan

2
Tujuan Penelitian
Data diperoleh dari data primer dan data
sekunder. Data sekunder didapat dari Polindes,
Mengukur   status   gizi   secara Puskesmas Sooko, dan Dinas Kesehatan Kab.
antropometri   (BMI   dan   LILA/lingkar   lengan Mojokerto. Data primer dilakukan dengan
atas). wawancara dan pengukuran BMI, LILA, kadar
Mengukur   status   gizi   secara   biokimia Hb, mengobservasi kecukupan ASI serta
menimbang berat badan bayi sebelum dan
(Hb/Hemoglobin).
sesudah menyusu serta menimbang kenaikan
Mengukur kecukupan ASI. berat badan setelah 1 bulan.
Menganalisis hubungan antara status gizi Pengambilan dan pengumpulan data
ibu menyusui dengan kecukupan ASI. dilakukan sebagai berikut: (1) Pada awal
Penelitian   ini   bermanfaat   untuk penelitian responden diberikan pertanyaan
untuk mengetahui identitas dan karakteristik
meningkatkan   pemahaman   ibu   menyusui responden; (2) Melakukan pengukuran dan
tentang pentingnya mengenali kondisi gizi ibu dicatat pada lembar yang telah disediakan; (3)
sendiri karena berkaitan dengan produksi ASI, Setelah melakukan pengukuran, responden
asupan makanan yang perlu dihindari / dapat diberi pertanyaan mengenai keluhan yang
menghambat   penyerapan   zat   besi   serta dirasakan (bila ada).
pentingnya   memberikan   ASI   eksklusif   pada
bayinya agar tidak menderita gizi buruk.
METODE PENELITIAN
Tehnik Analisa Data
Desain Penelitian Semua data yang telah terkumpul
dilakukan proses editing kemudian data
Penelitian analitik dengan rancang bangun tersebut diolah baik secara manual maupun
longitudinal (Cohort). melalui komputer dengan menggunakan
program statistik. Dilakukan analisis data
Populasi dan Sampel secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan
masing-masing variabel dalam bentuk
Populasi penelitian ini adalah ibu distribusi frekuensi dan persentase. Untuk
menyusui yang mempunyai bayi berusia 1-6 mengetahui tingkat signifikansi adanya
bulan dan berkunjung di Posyandu Desa hubungan status gizi ibu menyusui dengan
Karangkedawang Kec. Sooko Kab. Mojokerto kecukupan ASI dilakukan uji Mann Whitney
berjumlah 73 orang. karena variabel bebas berskala data nominal
Sampel penelitian adalah ibu menyusui sedangkan variabel tergantung berskala data
yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria ordinal.
inklusi: (1) Ibu yang memberikan ASI
eksklusif; (2) Ibu yang memiliki anak ≤ 3 Tempat dan Waktu Penelitian
orang; (3) Ibu dapat menyusui bayinya dengan
benar (areola mammae masuk semua dalam Penelitian dilaksanakan di posyandu desa
mulut bayi, keadaan puting susu menonjol, Karangkedawang Kecamatan Sooko
bayi menyusu pada kedua payudara secara Kabupaten Mojokerto pada bulan Mei – Juni
bergantian); (4) Ibu segera menyusui bayinya 2009.
setelah lahir; (5) Berat badan lahir ≥2500
gram; (6) Bayi lahir cukup bulan (aterm). HASIL PENELITIAN
Menentukan besar sampel dengan
menggunakan rumus dan didapatkan besar Karakteristik Responden
sampel sebanyak 54 responden.
Tehnik pengambilan sampel yang Karakteristik responden berdasarkan usia,
digunakan dalam penelitian ini adalah Simple pendidikan, pekerjaan, usia bayi, jumlah anak
Random Sampling. hidup (paritas), berat badan lahir bayi, dan
keikutsertaan KB dapat dilihat pada tabel 1- 7.
Tehnik Pengumpulan Data

3
Tabel 1 Karakteristik Responden Jumlah anak n %
Berdasarkan usia 1 14 25,9
Usia n % 2 31 57,4
15-20 th 4 7,4 3 9 16,7
21-25 th 14 25,9 Total 54 100
26-30 th 19 35,2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
31-35 th 13 24,1 responden paling banyak mempunyai anak 2
36-40 th 4 7,4 orang yaitu 57,4% (31 orang) dan paling
Total 54 100 sedikit mempunyai anak 3 orang yaitu 16,7%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (9 orang).
responden paling banyak pada kelompok usia
26-30 tahun yaitu 35,2% (19 orang) dan paling Tabel 6 Karakteristik Responden
sedikit pada kelompok usia 15-20 tahun serta Berdasarkan Berat Badan Lahir Bayi
36-40 tahun. Masing-masing 7,4% (4 orang). Berat Badan Lahir n %
2500-2999 gram 34 62,9
Tabel 2 Karakteristik Responden 3000-3499 gram 17 31,5
Berdasarkan Pendidikan 3500-4000 gram 3 5,6
Pendidikan n % Total 54 100
SD/MI 5 9,3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
SMP/MTs 20 37 responden paling banyak mempunyai bayi
SMA/MA 29 53,7 dengan berat badan lahir 2500-2999 yaitu
Total 54 100 62,9% (34 orang) dan paling sedikit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempunyai berat badan lahir 3500-4000 gram
responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu 5,6% (3 orang).
yaitu 53,7% (29 orang) dan paling sedikit
berpendidikan SD/MI yaitu 9,3% (5 orang). Tabel 7 Karakteristik Responden
Berdasarkan Keikutsertaan KB
Tabel 3 Karakteristik Responden KB n %
Berdasarkan Pekerjaan Suntik 3 bulan 6 11,1
Pekerjaan n % Belum KB 48 88,9
Tidak bekerja 48 88,9 Total 54 100
Swasta 4 7,4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PNS 2 3,7 responden paling banyak belum mengikuti KB
Total 54 100 setelah melahirkan yaitu 88,9% (48 orang) dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang sudah mengikuti KB suntik ada 11,1%
responden paling banyak tidak bekerja yaitu (6 orang).
88,9% (48 orang) dan paling sedikit bekerja
sebagai PNS yaitu 3,7% (2 orang). Status Gizi Ibu Menyusui
Gambaran status gizi ibu menyusui dan
Tabel 4 Karakteristik Responden kecukupan ASI dapat dilihat pada tabel 8- 13
Berdasarkan Usia Bayi di bawah ini.
Usia bayi n %
2-<3 bulan 14 25,9 Tabel 8 Body Mass Index Responden
3-<4 bulan 23 42,6 BMI n %
4-<5 bulan 17 31,5 Kurus tk berat 2 3,7
Total 54 100 Kurus tk ringan 22 40,7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia Normal 21 38,9
bayi dari responden paling banyak berusia 3- Gemuk tk ringan 5 9,3
<4 bulan yaitu 42,6% (23 orang) dan paling Gemuk tk berat 4 7,4
sedikit berusia 2-<3 bulan yaitu 25,9% (14 Total 54 100
orang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden paling banyak mempunyai Body
Tabel 5 Karakteristik Responden Mass index adalah kurus tingkat ringan yaitu
Berdasarkan Jumlah Anak Hidup 40,7% (22 orang) dan paling sedikit kurus
tingkat berat yaitu 3,7% (2 orang).
4
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
Tabel 9 Lingkar Lengan Atas Responden responden paling banyak mengalami status gizi
LILA n % baik dengan kecukupan ASI cukup yaitu
Tidak beresiko KEK 30 55,6 94,3% (49 orang). Hasil analisa statistik
Beresiko KEK 24 44,4 dengan uji Mann Whitney pada tingkat
Total 54 100 kepercayaan 95% antara status gizi dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan ASI menunjukkan hubungan yang
responden paling banyak tidak beresiko KEK bermakna (p=0,009).
yaitu 55,6% (30 orang) dan yang beresiko
KEK ada 44,4% (24 orang). PEMBAHASAN

Tabel 10 Kadar Hb Responden Body Mass Index (BMI)


Hb n %
Pada ibu menyusui dapat terjadi gizi
Normal 23 42,6
kurang ataupun gizi lebih. Umumnya
Anemia ringan 29 53,7
penyebab langsung gizi kurang adalah asupan
Anemia berat 2 3,7
makanan yang kurang termasuk proses
Total 54 100 pengolahan dan pemasakan makanan karena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh terhadap kandungan zat gizi
responden paling banyak menderita anemia bahan makanan tersebut terutama vitamin dan
ringan yaitu 53,7% (29 orang) dan paling mineral (Supariasa, 2002).
sedikit menderita anemia berat yaitu 3,7% Untuk proses pembentukan ASI maka
(2 orang). cadangan zat gizi pada tubuh dipergunakan
sehingga semakin lama ibu menjadi kurus dan
Tabel 11 Status Gizi Responden dalam keadaan tertentu ibu dapat menderita
Status Gizi n % kurang gizi (Paath, 2005). Keteraturan
Baik 52 96,3 memberikan ASI akan membantu penurunan
Buruk 2 3,7 berat badan. Berat badan ibu menyusui akan
Total 54 100 berkurang sekitar 0,5-1,0 kg tiap bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penurunan berat badan ini tidak boleh melebihi
status gizi ibu menyusui paling banyak adalah 2 kg/bulan (Arisman, 2007).
baik yaitu 96,3% (52 orang) dan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mempunyai status gizi buruk yaitu 3,7% sebagian besar responden mempunyai BMI
(2 orang). kurus tingkat ringan yaitu 40,7%. Hal ini
menjelaskan bahwa berat badan bersifat labil
Tabel 12 Kecukupan ASI artinya dapat berubah dengan segera bila
Kecukupan ASI n % terjadi kondisi yang memburuk seperti asupan
Berlebih 2 3,7 makanan yang kurang. Sedangkan tinggi badan
Cukup 50 92,6 tidak banyak terpengaruh.
Kurang 2 3,7 Dewasa ini di Indonesia terjadi dua
Total 54 100 masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gizi kurang disebabkan oleh kurangnya asupan
kecukupan ASI paling banyak adalah cukup makanan dan penyakit infeksi. Dengan pokok
yaitu 92,6% (50 orang), berlebih dan kurang masalah adalah kemiskinan, kurang pendidikan
masing-masing 3,7% (2 orang). serta kurang ketrampilan. Akar masalahnya
adalah akibat krisis ekonomi. Sedangkan gizi
Tabel 13 Hubungan antara Status Gizi lebih disebabkan asupan kalori yang tinggi
dengan Kecukupan ASI tetapi pemakaian energi rendah sehingga
penyimpanan lemak meningkat (Supariasa,
Status Kecukupan ASI 2002).
gizi Berlebih Cukup Kurang Total Menurut (Mackey et al, 1998) menyatakan
n % n % n % n % bahwa asupan kalori yang kurang dari 1500-
Baik 2 3,8 49 94,3 1 1,9 52 100 1700 kcal per hari dapat mengurangi 15%
Buruk 0 0 1 50 1 50 2 100 volume ASI yang diproduksi sehingga
merekomendasikan bahwa ibu menyusui tidak

5
boleh melakukan diet untuk menurunkan berat LILA hanya ada 2 kategori sehingga responden
badan. yang mengalami kegemukan dan BB normal
Menurut peneliti, keadaan responden yang masuk dalam kategori tidak beresiko KEK.
sebagian besar kurus tingkat ringan disebabkan Ibu-ibu desa karangkedawang terbiasa bila
kebiasaan ibu-ibu di desa karangkedawang mengambil air di sumur dengan menggunakan
yang lebih memberikan perhatian khusus pada peralatan tradisional (kerekan / timba) untuk
kepala keluarga dan anak-anak yang lebih kecil kegiatan sehari-hari seperti cuci, mandi,
dalam menyusun dan menghidangkan masak, dll. Bila musim panen padi maupun
makanan. Ibu biasanya cenderung memilih hasil pertanian lainnya (kacang panjang,
konsumsi makanan yang tidak dihabiskan jagung, ketela pohon) ikut mengangkat hasil
keluarga karena dibuang sayang sehingga lebih pertanian ke rumahnya atau membantu
memilih untuk menghabiskannya tanpa menumbuk padi. Pada musim kemarau,
menghiraukan keseimbangan gizinya. mengambil air dari sumur kemudian dibawa ke
Ditambah keadaan ekonomi keluarga yang kebunnya untuk menyiram agar hasil panennya
tidak memungkinkan untuk ibu menyusui bagus. Sehingga umumnya ibu-ibu mempunyai
memenuhi kebutuhan gizinya. ukuran lingkar lengan atas yang besar
(≥23,5cm).
Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran LILA pada kelompok wanita


usia subur (WUS) adalah salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat Kadar Hb
dilaksanakan oleh masyarakat umum untuk
mengetahui kelompok beresiko kekurangan Pemeriksaan biokimia dalam penilaian
energi kronis (KEK). Pengukuran LILA status gizi memberikan hasil yang lebih tepat
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan dan obyektif daripada hanya menilai konsumsi
status gizi karena mudah dilakukan dan tidak pangan atau pemeriksaan antropometri saja.
memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh serta Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan
harganya murah (Supariasa, 2002). adalah tehnik pengukuran kandungan berbagai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah
sebagian besar responden mempunyai lingkar (misal pemeriksaan Hb). Hb adalah parameter
lengan atas ≥23,5cm (tidak beresiko KEK) yang digunakan secara luas untuk menetapkan
yaitu 55,6%. Hal ini menjelaskan bahwa prevalensi anemia. Dalam penelitian ini adalah
lingkar lengan atas kurang sensitif untuk orang anemia besi.
dewasa tetapi sensitif untuk golongan Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk
prasekolah (Supariasa, 2002). pembentukan sel darah merah yang lazim
Ditemukan ada perbedaan angka berlangsung pada masa pertumbuhan bayi,
prevalensi KEP yang cukup berarti antara pubertas, masa kehamilan dan menyusui.
penggunaan LILA dengan BB menurut umur Selama menyusui, zat besi yang seharusnya
atau BB menurut TB meskipun terdapat hilang bersama darah haid dialihkan sebagian
korelasi statistik yang berarti antara indeks- (±0,3mg) kedalam ASI sebagai tambahan
indeks tersebut dengan LILA (Supariasa, kehilangan basal. Peningkatan kebutuhan akan
2002). zat besi untuk pembentukan sel darah merah
Menurut (Johannes, 2005) menemukan yang lazim berlangsung pada masa
bahwa tidak ada pengaruh antara status gizi ibu pertumbuhan bayi, pubertas, masa kehamilan
menyusui (LILA) terhadap eksklusifitas dan menyusui (Arisman, 2007).
menyusui. Responden penelitian ada 80 orang, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok sebagian besar responden mengalami anemia
beresiko KEK ada 34 orang dan kelompok ringan yaitu 53,7%. Hal ini menjelaskan
tidak beresiko KEK yang ditandai ukuran bahwa ibu yang menyusui membutuhkan zat
LILA ≥23,5 cm ada 46 orang. Didapatkan besi yang lebih besar untuk proses
p=0,53 yang berarti tidak ada pengaruh antara memproduksi ASI.
ibu yang KEK maupun non KEK terhadap Menurut (Wahyuni, 2004) menemukan
eksklusifitas menyusui. bahwa prevalensi anemia besi yang terbesar
Menurut peneliti, responden sebagian adalah pada wanita hamil dan menyusui yaitu
besar tidak beresiko KEK karena pengukuran 50-70% dibanding dengan wanita yang tidak

6
hamil/menyusui. Dari SKRT (1995) dikatakan diproduksi. ASI diproduksi sesuai dengan
bahwa prevalensi anemia besi rata-rata jumlah permintaan dan kebutuhan bayi.
nasional ibu hamil adalah 63,5% yang terus Selama bayi masih melanjutkan permintaannya
berlanjut sampai proses menyusui. akan ASI (dengan masih mengisap ASI),
Menurut (Soemantri, 1983) menyatakan selama itu payudara ibu akan tetap
bahwa anemia dipengaruhi oleh faktor melanjutkan produksinya. Apabila bayi
ekonomi, pendidikan, status gizi, pola makan, berhenti mengisap, maka payudara ibu pun
fasilitas kesehatan serta daya tahan tubuh. akan berhenti memproduksi ASI (Erlina,
Menurut peneliti, responden sebagian 2008).
besar mengalami anemia ringan karena Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umumnya ibu-ibu mempunyai kebiasaan sebagian besar responden cukup untuk
mengonsumsi makanan yang dapat kecukupan ASI yaitu 92,6%. Hal ini
mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi, menjelaskan bahwa kecukupan ASI
teh) secara bersamaan pada waktu/setelah dipengaruhi oleh kekuatan, frekuensi, dan lama
makan sehingga menyebabkan serapan zat besi penyusuan sehingga produksi ASI terus
semakin rendah. Komposisi makanan yang berjalan.
sebagian besar terdiri dari nasi dengan menu Penelitian dari Bailey K.V di New Guinea
yang kurang beragam sehingga asupan zat besi (1995) ditemukan bahwa kenaikan jumlah
rendah. Responden dalam proses menyusui anak menyebabkan perubahan terhadap
bayinya yang menyebabkan kebutuhan zat besi volume ASI yang dihasilkan. Pada anak
meningkat. pertama sampai keempat volume ASI akan
Kecukupan ASI meningkat, sedangkan pada anak kelima dan
seterusnya mengalami penurunan volume ASI
Kecukupan ASI dapat dilihat dari tanda (Supariasa, 2002).
yang terlihat pada bayi seperti pengeluaran Menurut peneliti, responden sudah
ASI, frekuensi menyusu, kenaikan berat badan berpengalaman dalam menyusui bayinya
bayi, keadaan buah dada serta frekuensi bayi karena sebagian besar responden sudah
mengompol (Purwanti, 2004). Berat badan mempunyai anak >1 yaitu 57,4%. Ditunjang
lahir juga mempengaruhi kecukupan ASI kebiasaan mengonsumsi sayuran yang dapat
karena berkaitan dengan kekuatan mengisap, meningkatkan produksi ASI seperti daun
frekuensi dan lama penyusuan (Arisman, katuk, dan kacang-kacangan. Selain itu, cara
2007). menyusui yang benar yang telah diajarkan oleh
Ada beberapa sayuran yang dapat bidan saat persalinan, dilaksanakan oleh
memperbanyak pengeluaran ASI yaitu daun responden sehingga produksi ASI terus
katuk, sawi dan kacang-kacangan (Paath, meningkat. Dan pendidikan responden yang
2005). Cara pengolahan dan pemasakan sebagian besar SMA/MA sehingga mudah
sayuran juga mempengaruhi kandungan zat menerima dan memahami penjelasan yang
gizi terkandung. diberikan oleh bidan.
Kecukupan ASI juga dipengaruhi oleh
refleks yang berperan dalam pembentukan dan Hubungan status gizi ibu menyusui dengan
pengeluaran ASI, yaitu refleks prolaktin dan kecukupan ASI
oksitosin. Faktor yang dapat meningkatkan
refleks oksitosin antara lain: melihat bayi, Status gizi merupakan keadaan tubuh
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, sebagai akibat konsumsi makanan dan
memikirkan untuk menyusu bayi serta isapan penggunaan zat gizi (Almatsier, 2002). Gizi
bayi. Sedangkan faktor yang dapat berfungsi sebagai sumber utama energi atau
meningkatkan refleks prolaktin antara lain: kalori yang berguna untuk metabolisme tubuh,
rangsangan/isapan bayi. Bila kedua refleks kerja organ tubuh (seperti aktivitas fisik),
tersebut berjalan dengan baik maka produksi melancarkan metabolisme tubuh, memberikan
ASI akan tetap berlangsung. Disamping itu, kekebalan tubuh untuk melawan penyakit atau
jumlah paritas juga mempengaruhi produksi resiko terkena penyakit serta untuk mengganti
ASI yang dihasilkan (Soetjiningsih, 1997). sel-sel yang baru (Eisenberg, 1999).
Produksi ASI dirangsang oleh Faktor yang mempengaruhi status gizi
pengosongan payudara, berlaku prinsip yaitu konsumsi makanan dan tingkat
“supply and demand”, sehingga makin banyak kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi
ASI dikeluarkan, maka makin banyak pula ASI oleh pendapatan dan tersedianya bahan

7
makanan. Selain itu dipengaruhi oleh internal meningkat sehingga bila kadar zat besi dalam
(genetik, riwayat obstetrik) dan eksternal darah kurang akan mempengaruhi kecukupan
(asupan makanan, obat-obatan, lingkungan) ASI. Ibu menyusui yang mengalami anemia
(Supariasa, 2002). akan terganggu dalam penyerapan nutrisi dan
Penilaian status gizi secara langsung salah akhirnya dapat mempengaruhi produksi ASI.
satunya dengan mengukur antropometri.
Antropometri secara umum digunakan untuk PENUTUP
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada Kesimpulan
fisik (BB, TB) dan proporsi jaringan tubuh
(LILA). Untuk menunjang antropometri Ibu menyusui dengan gizi buruk akan
dilakukan pemeriksaan biokimia agar mempengaruhi kecukupan ASInya karena
memberikan hasil yang lebih tepat dan tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk
obyektif daripada hanya menilai antropometri memproduksi ASI tetapi tubuh tidak dapat
saja. memenuhi sehingga zat gizi tersebut diambil
Menurut (Yayak Dyah, 2006) menemukan dari tubuh ibu sehingga makin lama ibu akan
adanya hubungan antara gizi ibu menyusui mengalami gizi yang bertambah buruk.
dengan berat badan bayi usia 1-4 bulan. Status Ada hubungan antara status gizi ibu
gizi ibu dilihat dengan mengukur BB ibu menyusui dengan kecukupan ASI (p=0,009).
menyusui. Responden penelitian sebanyak 15
orang. Ibu dengan status gizi tidak baik ada 6
orang (40%), semuanya mempunyai bayi Saran
dengan BB kurang. Ibu dengan gizi baik ada 9
orang (60%), hanya 1 orang mempunyai bayi Hendaknya petugas kesehatan memberikan
dengan BB kurang dan 8 ibu mempunyai bayi penyuluhan tentang pentingnya asupan
dengan BB sesuai usia. makanan yang mengandung zat besi untuk
Menurut (Admin, 2007) menyatakan meningkatkan status gizi ibu menyusui,
bahwa tidak ada pengaruh antara status gizi ibu penyuluhan tentang faktor yang dapat
menyusui dengan volume ASI. Status gizi ibu menghambat atau meningkatkan penyerapan
menyusui diukur dengan mengukur indeks zat besi dalam tubuh, menghilangkan
massa tubuh. Ibu menyusui yang kurus, normal kebiasaan minum the/kopi setelah makan
maupun gemuk tetap dapat menghasilkan untuk penyerapan zat besi dalam tubuh serta
volume ASI yang cukup untuk bayinya pemberian vitamin yang mengandung zat besi
(Litbang, 2000). (Tablet Tambah Darah) untuk ibu menyusui
Hasil uji statistik dengan uji Mann karena kebutuhan zat besi yang meningkat
Whitney pada tingkat kepercayaan 95% antara selama menyusui bayinya.
status gizi ibu menyusui dengan kecukupan
ASI menunjukkan hubungan yang bermakna DAFTAR PUSTAKA
(p=0,009). Hal ini menjelaskan bahwa ibu
menyusui dengan gizi buruk akan Akre, James. 1994, Pemberian Makanan
mempengaruhi kecukupan ASInya karena Untuk Bayi, Jakarta: Perinasia
tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk Almatsier, Sunita. 2002, Prinsip Dasar Ilmu
memproduksi ASI tetapi tubuh tidak dapat Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
memenuhi sehingga zat gizi tersebut diambil Arisman. 2007, Gizi Dalam Daur Kehidupan,
dari tubuh ibu sehingga makin lama ibu akan Jakarta: EGC
mengalami gizi yang bertambah buruk. BKKBN Propinsi Jawa Timur. 2006, Panduan
Saat dilakukan uji statistik antara BMI Materi dan KIE Menuju Kehamilan yang
dengan kecukupan ASI maupun LILA dengan Aman dan Sehat, Surabaya: BKKBN.
kecukupan ASI didapatkan hasil yang tidak Cameron. 1983, Manual on feeding infants
bermakna (p=0,129 dan p=0,319). Sedangkan and young children. Nairobi: Oxford
pada uji statistik antara Hb dengan kecukupan University Press
ASI didapatkan hasil yang bermakna Djaeni, Achmad. 2000, Ilmu Gizi, Jakarta:
(p=0,005). Jadi, bila dicari yang paling Dian Rakyat
berpengaruh terhadap kecukupan ASI adalah Erlina. 2008. Produksi ASI dan faktor yang
kadar Hb ibu menyusui. Hal ini disebabkan mempengaruhinya [internet] 12 Oktober,
saat menyusui kebutuhan akan zat besi Available from:

8
http://kuliah_bidan.wordpress.com Yayak. 2006, Hubungan antara gizi ibu
[diakses tanggal 20 Desember 2008] menyusui dengan berat badan bayi usia 1-
Erlina. 2008. Prolaktin (hormon yang 4 bulan di Malang. Karya Tulis Ilmiah
menghasilkan ASI) [internet] 19 Poltekkes Malang.
September, Available from:
http://kuliah_bidan.wordpress.com Alamat Penulis:
[diakses tanggal 20 Desember 2008]
Erlina. 2008. Apakah bayiku sudah cukup Nurul Pujiastuti
mendapatkan ASI? [internet] 19 Juli, Prodi Keperawatan Lawang Poltekkes Malang
Available from: Jl. A Yani Lawang 65218
http://kuliah_bidan.wordpress.com
[diakses tanggal 10 Januari 2009] Alamat koresponden:
Falkner. 1991. Infant and child nutrition Griya Surya Asri A4-20 Candi Sidoarjo 61271
worldwide issues and perspectives. Boca
Raton, Florida: CRC press
Irawan, Roedi. 2003, Pola Dasar Makanan
Bayi dan Anak. RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya
Irwan. 2008. Praktek Menyusui yang
Benar[internet] 6 Pebruari, Available from:
http://dokteranakku.com [diakses tanggal
24 Desember 2008]
Lubis. 2008, Cegah anemi pada ibu dan anak
di pulau seribu [internet] 3 Juli, Available
From: http://ipmg online.com [diakses
tanggal 20 Januari 2009]
Mutalazimah. 2005, Hubungan Lingkar
Lengan Atas dan Kadar Hb dengan BBLR
di RSUD DR. Moewardi, Surakarta, Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi Vol 6 No.2:
114-126
Paath. 2005, Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi, Jakarta: EGC.
Pudjiati, Solihin. 2001, Ilmu Gizi Klinis Pada
Anak, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Satyanegara. 2005, Panduan lengkap
perawatan untuk bayi dan balita, Jakarta:
Arcan.
Soeharyo. 1999, Masalah Kurang Gizi Pada
Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak Balita
serta akibatnya, Seminar: Peningkatan
Pengetahuan dan Ketrampilan Gizi
Keluarga di masa krisis, Semarang, 27
Oktober 1999
Sugiono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Bandung: CV.
Alfabeta.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002, Penilaian
Status Gizi, Jakarta: EGC
Wahyuni. 2004, Masalah kurang gizi di
Indonesia [internet] 3 April, Available
From: http://gizi-net.com [diakses tanggal
20 Januari 2009
Windhu. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif,
Surabaya: Universitas Airlangga

Das könnte Ihnen auch gefallen