Sie sind auf Seite 1von 4

kANTIHISTAMIN CETIRIZINE

SALAH satu pengobatan yang dianjurkan dalam penanganan alergi adalah dengan pemberian
obat antihistamin. Obat alergi di pasaran kini telah memasuki generasi kedua. Generasi terakhir
ini diklaim memiliki keunggulan dari sebelumnya.
"Generasi pertama (semisal CTM dan difenhidramin) biasanya menimbulkan rasa kantuk yang
hebat serta memiliki dampak kurang nyaman pada pasien seperti jantung berdebar-debar,"
ungkapnya.
Sedangkan antihistamin generasi kedua seperti cetirizine dan azelastine memiliki efek kantuk
yang rendah pada dosis anjuran, tidak menimbulkan rasa berdebar-debar dan penggunaannya
cukup sekali sehari.
"Berbeda dengan antihistamin generasi pertama, antihistamin generasi terbaru umumnya bersifat
mengurangi efek sedasi (rasa kantuk) dan sebagian lagi bersifat anti-inflamasi ringan,"
"Cetirizine memang diindikasikan untuk pengobatan alergi seperti rinitis misalnya hidung meler
atau bersin-bersin kalau pagi, atau juga utikaria atau biduran yang bila dalam suasana dingin atau
kedinginan bisa timbul," ujarnya.
Semantara itu Dr Iris Rengganis SpPD-KAI dari ahli dari Divisi Alergi Immunologi Klinik
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM menyatakan cetirizine adalah obat yang relatif
aman dan banyak direkomendasikan untuk alergi.
"Berdasarkan pengalaman pirbadi, memakai cetirizine hingga 3 tahun sih aman-aman saja. Tapi
tentu setelah itu kan orang tidak terus-terus dikonsumsi setiap hari. Tiga tahun juga kan tidak tiap
hari. Awalnya bisa tiap hari, tapi pemakaian bisa jangka panjang, sewaktu kita perlu," terangnya.

Untuk dosis dan pemakaian, penggunaan obat alergi cetirizine sebaiknya dikonsultasikan lebih
dulu dengan ke dokter mengingat obat ini adalah obat resep. Tetapi setelah direkomendasikan
oleh dokter, pasien biasanya boleh untuk kembali membeli resep yang sama sesuai anjuran

RHINITIS ALERGI & OBAT HERBAL

Paparan alergen dapat memicu rhinitis alergi

Pernah ngga kalian bersin-bersin dengan hidung meler ketika menghirup sesuatu misalnya debu,
serbuk sari, atau bulu binatang? Kemudian mungkin hidung dan mata terasa gatal? Hidung
buntet? Mata berair? Kalau iya, mungkin Anda menderita rhinitis alergi. Apa itu rhinitis alergi?
Tulisan di bawah ini membahas tentang rhinitis alergi.
Apa itu rhinitis alergi?

Rhinitis berasal dari kata “rhino” yang artinya hidung, dan “itis” yang artinya peradangan. Jadi
rhinitis adalah gangguan peradangan pada selaput mukosa/lendir hidung. Sedangkan alergi
adalah penyebabnya. Jadi rhinitis alergi adalah peradangan selaput lendir hidung karena alergi.
Istilah lainnya dalam bahasa Inggris adalah “hay fever”. Apa ada rhinitis yang bukan karena
alergi? Ya, ada. Rhinitis bisa juga disebabkan karena hipersensitivitas saraf-saraf di sekitar
hidung, misalnya terhadap perubahan cuaca, perubahan kelembaban udara, dll. Rhinitis jenis ini
disebut rhinitis vasomotor. Rhinitis jenis ini tidak mempan diobati dengan obat anti alergi.

Apa yang terjadi pada rhinitis alergi?

Rhinitis alergi diawali dengan proses alergi, di mana ketika seseorang secara tidak sengaja
menghirup suatu alergen (misalnya serbuk sari bunga, debu, jamur, bulu, dll), maka tubuh akan
berespon menghasilkan senyawa kimia yang disebut histamin dari sel mast. Histamin akan
beraksi pada reseptornya yang berada di saluran nafas (hidung) dan sekitarnya, menyebabkan
gejala-gejala seperti tersebut di atas.

Apakah rhinitis alergi bersifat menurun? Hm…. sifat alergi sendiri bersifat menurun. Tetapi
jenis alergi yang diturunkan bisa bervariasi. Seorang dengan rhinitis alergi mungkin akan
memiliki anak dengan alergi kulit (eksim), atau asma, atau alergi yang lain.

Bagaimana mengetahui apakah kita alergi atau tidak?

Seorang dengan riwayat alergi mungkin bisa


mengidentifikasi kapan atau pada kondisi apa ia mengalami reaksi alergi. Umumnya ketika
diperiksakan ke dokter, dokter akan menanyakan apakah ada riwayat alergi keluarga, macam
alergi yang dialami, dan macam alergen yang diketahui. Selain itu, untuk memastikan apakah
seseorang benar menderita alergi, akan disarankan pemeriksaan dengan skin test. Skin test adalah
suatu uji dengan menyuntikkan di bawah kulit atau menggoreskan beberapa jenis alergen pada
kulit. Biasanya dilakukan pada kulit lengan bawah atau punggung (untuk anak-anak). Kemudian
diperiksa apakah pasien memberikan respon positif terhadap alergen tertentu. Dari test itu,
sekaligus bisa dipastikan macam alergen yang sensitif bagi pasien. Jika dokter menentukan
bahwa Anda tidak dapat menjalani tes kulit, tes darah tertentu juga dapat membantu diagnosis.
Tes ini mengukur tingkat zat tertentu yang terkait dengan alergi, yang disebut imunoglobulin E
(IgE). Hitung darah lengkap (Complete Blood Count), khususnya jumlah eosinofil, juga dapat
membantu mengungkapkan ada-tidaknya alergi.

Apa pengobatannya?

Pengobatan terbaik adalah untuk menghindari alergen. Mungkin tidak bisa untuk sepenuhnya
menghindari semua alergen yang memicu, tapi setidaknya kita dapat mengambil langkah-
langkah untuk mengurangi paparan alergen. Selain menghindari alergen, ada berbagai obat
tersedia untuk mengobati rhinitis alergi. Obat mana yang diresepkan dokter tergantung pada jenis
dan beratnya gejala, usia, dan apakah ada kondisi medis lain (seperti asma). Obat-obat untuk
rhinitis alergi antara lain adalah:

Antihistamin

Antihistamin bekerja dengan baik untuk mengobati gejala alergi, terutama bila gejala tidak
sering terjadi atau tidak berlangsung lama. Antihistamin terdapat dalam berbagai jenis dan merk,
dan dapat digolongkan menjadi antihistamin generasi pertama dan kedua. Antihistamin
generasi pertama contohnya CTM, prometazin, difenhidramin, mepiramin, yang bersifat
sedatif (menyebabkan kantuk). Obat-obat ini bisa dibeli tanpa resep, dan dapat digunakan untuk
gejala ringan sampai sedang. Pemberian obat golongan ini perlu dipertimbangkan jika pasien
harus berada dalam keadaan waspada/terjaga, misalnya anak-anak yang harus belajar di sekolah,
atau orang yang bekerja sebagai sopir atau menjalankan mesin, karena obat-obat ini bisa
mengganggu pekerjaannya dengan sifatnya yang membuat kantuk. Antihistamin yang lebih baru,
yang digolongkan generasi kedua, relatif tidak menyebabkan kantuk, atau sedikit menyebabkan
kantuk. Beberapa ada yang bisa dibeli bebas, sebagian ada yang harus dibeli dengan resep
dokter. Contoh obat-obat golongan ini antara lain fexofenadine, terfenadin, setirizin,
loratadin, desloratadin, dll, dengan berbagai nama paten. Ada pula antihistamin dalam bentuk
semprot hidung, yang berisi azelastin.

Kortikosteroid

Untuk rhinitis alergi yang berat, kadang


diperlukan lebih dari antihistamin, yaitu obat golongan kortikosteroid. Kortikosteroid dalam
bentuk semprotan hidung merupakan pengobatan yang paling efektif untuk rhinitis alergi. Obat
ini digunakan dalam jangka panjang untuk mencegah kekambuhan, tetapi juga dapat digunakan
untuk jangka waktu yang lebih singkat. Banyak merek yang tersedia, dan cukup aman untuk
anak-anak dan orang dewasa.

Dekongestan

Dekongestan adalah golongan obat untuk mengatasi gejala-gejala seperti hidung tersumbat. Obat
ini terdapat dalam bentuk semprotan hidung, misalnya adalah nafazolin, tetrahidrozolin,
oksimetazolin, dll, tetapi sebaiknya tidak digunakan lebih dari 3 hari. Hati-hati dengan
semprotan hidung yang mengandung pengawet benzalkonium klorida, karena dapat
memperburuk gejala. Dekongestan oral yang bersifat sistemik juga bisa digunakan, seperti
fenilefrin, pseudoefedrin, atau fenilpropanolamin.

Imunoterapi

Jika obat-obat tadi sifatnya hanya mengurangi gejala (tidak bisa menghilangkan sama sekali sifat
alerginya), maka imunoterapi adalah pengobatan yang bersifat menghilangkan sifat sensitivitas
tubuh terhadap alergen. Caranya, tubuh disuntik dengan larutan alergen secara teratur dengan
dosis yang makin meningkat, sampai tubuh bisa beradaptasi terhadap alergen dan tidak lagi
memberikan respon alergi. Namun terapi semacam ini membutuhkan komitmen yang tinggi,
karena memerlukan waktu yang panjang, ketekunan menjalani terapi, dan biaya yang cukup
besar.

Apakah ada obat anti alergi berbasis herbal?

Nah, kawan…… inilah yang sekarang sedang aku lakukan, yaitu mencoba mengembangkan
formulasi obat berbasis bahan alam sebagai obat anti alergi. Beberapa tanaman obat diketahui
memiliki efek sebagai stabilizer sel mast dalam penapisan secara in vitro, dan memiliki potensi
untuk dikembangkan. Salah satunya adalah tanaman legundi (Vitex trifolia L). Daun legundi
banyak dijumpai dalam komponen jamu tradisional untuk asma. Penelitian membuktikan bahwa
ekstrak daun legundi memiliki aktivitas menghambat kontraksi trakea yang diinduksi histamin
pada metode organ terisolasi. Secara in vitro, ekstrak daun legundi juga berefek menekan
pelepasan histamin menggunakan suatu model sel mast. Uji-uji preklinik telah mendukung suatu
dugaan kuat bahwa daun legundi memiliki sekaligus efek anti-histamin dan stabilisasi sel mast.
Untuk itu, sangat menarik untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi obat alternatif maupun
suplemen terapi standar bagi penatalaksanaan penyakit alergi. Penggunaan kombinasi antara dua
ekstrak tanaman dapat memberikan efek sinergistik yang menguntungkan. Pada penelitianku,
ekstrak daun legundi dikombinasikan dengan ekstrak rimpang temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) dengan komponen utamanya kurkumin. Kurkumin, merupakan senyawa
aktif yang terdapat pada Curcuma sp. yang mempunyai efek sebagai anti radang dan anti
alergi. Karena itu, pada penelitian ini dikembangkan formulasi dan uji klinik terhadap kombinasi
dua ekstrak herba, yaitu ekstrak daun legundi dan ekstrak rimpang temulawak sebagai
fitofarmaka untuk anti alergi dan asma. Penelitian pendahuluan melaporkan bahwa kombinasi
ekstrak daun legundi dan rimpang temulawak dapat menekan reaksi alergi dan efek antihistamin.

Das könnte Ihnen auch gefallen