Sie sind auf Seite 1von 32

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEPHALUS

Disusun Oleh :

1. Siti Fatimah (A11601370)


2. Siti Muslikhah (A11601372)
3. Siti Nurjanah (A11601373)
4. Sri Wahyuni (A11601374)
5. Sulistianingsih (A11601375)
6. Suryani (A11601376)
7. Suyanti Prasuci Pamungkas (A11601378)
8. Firda Nadya Anindita (A11601406)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Hidrosephalus.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Asuhan
Keperawatan Hidrosephalus ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Gombong, 13 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTA ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN MEDIA

A. Definisi
B. Etiologi
C. Pathway
D. Manifestasi klinis
E. Pemeriksaan penunjang

BAB III TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian focus
B. Diagnnosa keperawatan
C. Intervensi keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hidrosefalus adalah salah satu jenis kelainan kongenital yang


disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Hidrosefalus berkaitan
erat dengan cairan serebrospinal yang terganggu penyerapan dan
pengeluarannya dalam ventrikel yang ada didalam otak. Kondisi ini
mengakibatkan cairan bertambah banyak dan selanjutnya akan menekan
jaringan otak disekitar otak, khususnya pusat-pusat saraf yang vital (Andriati,
2014). Hydrocepalus yang terjadi pada umumnya karena Infeksi TORCH
(Toxoplasma, Orther's, Herpes simplex Virus, Rubella, Cytomegalovirus),
Kelainan bawaan (Stenosis aquaduktus sylvii, Spina bifida dan cranium
bifida, Sindrom Dandy-Walker), Neoplasma dan Perdarahan (Andriati, 2011).
Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di bidang bedah
saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50% (Apriyanto, dkk 2013).
Hidrosefalus banyak terjadi pada bayi tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk terjadi pada orang dewasa. Pada bayi gejala klinis
hidrosefalus lebih terlihat dikarenakan ubun-ubun bayi yang masih terbuka
sehingga terlihat pembesaran pada lingkar kepala bayi yang masih dalam
masa pertumbuhan.
Di Indonesia kasus hidrosefalus bervariasi antara 8-30 per 10.000
kelahiran. Hidrosefalus yang muncul dari komplikasi bakteri meningitis pada
bayi, penyebabnya masih sulit dikenali karena pasien sering datang setelah
sepsisnya tertangani (Afdhalurrahman, 2013). Pada hidrosefalus infantil, 50%
terjadi akibat perdarahan subarakhnoid dan meningitis, 46% terjadi akibat
abnormalitas perkembangan otak, sedangkan kurang dari 4% terjadi akibat
tumor yang terdapat pada bagian fossa posterior. Hidrosefalus menjadi kasus
yang banyak terjadi di perkotaan. Pada daerah perkotaan memungkinkan
terjadinya penularan bakteri yang begitu cepat karena padatnya penduduk.
Selain itu, di wilayah perkotaan tingkat kesejahteraan penduduk belum merata
sehingga masih banyak penduduk yang kurang memperhatikan asupan
makanannya, terutama ibu hamil yang seharusnya memakan makanan yang
bergizi dan bernutrisi agar perkembangan janin tidak terganggu (Fitriyah,
2013).
Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, sebanyak 20 bayi yang baru lahir terdiagnosa menderita
hidrosefalus dari setiap 10.000 kelahiran di Indonesia (Ageng, 2017). Dari
penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani dkk (2017) tentang Profil klinis
dan faktor risiko hidrosefalus komunikans dan non komunikans pada anak di
RSUD dr.Soetomo Surabaya diperoleh 80 data pasien yang menderita
hidrosefalus dengan 33 orang menderita hidrosefalus komunikans dan 47
orang menderita hidrosefalus non komunikans. Dari hasil analisis diperoleh
jumlah pasien hidrosefalus terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 54 orang
(67.5%) dan menurut kategori umur jumlah pasien terbanyak berada pada
rentang umur 1 bulan - 2 tahun yaitu Universitas sumatera utara 5 sebanyak
37 orang (46.25%) dan paling sedikit pada kategori neonatus 4 orang (5%).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Saputra dkk (2014) di RSUP H. Adam
Malik Medan dengan desain penelitian kohort retrospektif dalam kurun waktu
Januari 2010 sampai Desember 2012 diperoleh 169 pasien dan telah di tindak
lanjuti dengan pemasangan VP Shunt.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Yang Bisa Diterapkan Pada Pasien Anak
Dengan Hidrosephalus ?

C. TUJUAN PENULIS
1. Agar Mahasiswa Mampu Memahami Asuhan Keperawatan Yang Bisa
Diterapkan Pada Pasien Anak Hidrosephalus

D. MANFAAT PENULIS
1. Mahasiswa Mampu Memahami Asuhan Keperawatan Yang Bisa
Diterapkan Pada Pasien Anak Hidrosephalus
BAB II

TINJAUAN MEDIA

A. DEFINISI
Hidrosephalus adalah penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi system ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosephalus
eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga araknoid.
(Aplikasi nanda,2015)
Hidrosefalus sering dikenal sebagai keadaan atau kondisi dimana terjadi
penambahan terhadap cairan serebrospinal didalam ventrikel otak manusia. Pada
bagian fontanel (bagian lunak yang berada diantara pelat tengkorak kepala bayi
bagian atas dan belakang) bayi dan sutura kranial yang belum tertutup, akan
mengakibatkan terjadi pelebaran pada lingkar kepala bayi (Toma, 2015).
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani: hydro (water atau air) dan cephalus
(head atau kepala).

Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan serebrospinal dengan dan pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono,2005).
B. ETIOLOGI
Hidrosephalus terjadi sebagai akibat dari ketidkseimbangan antara produksi,
obstruksi dan absorbs dari CSS. Hidrosephalus terjadi bila terdapat penyumbatan
aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSSdalam system
ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan
terjadi dilatasi ruangan CSS dilatasi. Teoritis pembuatan CSS yang terlalu
banyak dengan keepatan absorbs yang abnormal akan menyebabkan terjadinya
hidrosephalus, namun dalam klinik sangat jarang terjad . Penyebab penyumbatan
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaab,
infeksi, neoplasma, perdarahan.
1. KelainanBawaan
a. Stenosisaquaduktussylvii Adalah penyumbatan aliran cairan serebrospinalis
(CSS) pada tingkat saluran air dari sylvii (antarav entrikelketiga dan
keempat diotak).Merupakan penyebab yang terbanyak pada hydrocephalus
bayi dan anak(60-90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu
samasekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hydrocephalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-
bulan pertama setelah lahir.Stenosis aquaduktus juga merupakan penyebab
yang sangat umum dari hydrocephalus kongenital.Dengan kejadian
hydrocephalus 5 sampai 10 per10.000 kelahiran hidup,stenosis aquaduktus
menyumbang sekitar 20% dari kasus hydrocephalus. (Darsono, 2005)
b. Spina bifida dan cranium bifida Hydrocephalus pada kelainan ini biasanya
berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis dengan medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau
total.Kasus hydrocephalus karena spinabifida terjadi pada20–50 per 10.000
kelahiran hidup.
c. Sindrom Dandy-Walker
Dandy-Walker juga merupakan penyebab penting Hydrocephalus
Kongenital, meskipun terjad ilebih jarang.Merupakan atresia kongenital
foramenLuschka dan Magendie dengan akibat Hydrocephalus Obstruktif
dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besardidaerahfosa
posterior. Sindrom tersebut terjadi pada sekitar1 per 30.000 kelahiran
hidup.Meskipun cacat yang hadir pada saat lahir, hydrocephalus tidak
selalu hadir dalam periode neonatal.Sekitar 80% dari semua Dandy-
Walkerakan di diagnosis pada usiasatu tahun, meskipun beberapa diagnosa
mungkin tertunda hingga remaja atau dewasa.
d. Kistaaraknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
e. AnomaliPembuluhDarah
Dalam kepustakaan dilaporkanterjadinya hydrocephalus akibataneurisma
arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni
atau sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi
Akibat nfeksi dapat timbul perlekatan meningen. Infeksi pada selaput
meningen dapat menimbulkan perlekata meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrik El pada fase akut meningitis
spurulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
purulent tadi aquaduktussilvii sistern abasalis. Selain itu, ibu hamil sering
menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh pada
perkembangann ormalotak bayi.Seperti:
a. CMV (Cytomegalovirus)
Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa Amerika
pada saat mereka berusia 40 tahun.Juga dikenal sebagai virus yang paling
sering ditularkanke anak sebelum kelahiran.Virus ini bertanggung jawab
untuk demam kelenjar.
b. Campak Jerman(rubella)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
rubella.Virus ditularkan dari orang keorang melalui udara yang ditularkan
ketika orang terinfeksi batuk atau bersin,virus juga dapat ditemukan dalam
air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari beberapa rubella
merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam merah muda.
c. Mumps
Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut dimana kelenjar
ludah,terutama kelenjar parotis(yang terbesar dari tiga kelenjar ludah
utama)membengkak.
d. Sifilis
Merupakan PMS(Penyakit Menular Seksual)yang disebabkan oleh bakteri
Treponemapallidum.
e. Toksoplasmosis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel- tunggal yaitu
Toxoplasmagondii. (Ropper,2005)
3. Neoplasma
Hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang dapatterjadi disetiap tempat
aliran CSS.Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan
paliatif dengan (CCS)melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang
terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii
bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan
penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.(Ropper, 2005)
4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam
otak,dapat menyebabkan fibrosis lepto meningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri.(Darsono, 2005) Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak,
sebenarnya hydrocephalus juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada
bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga lebih mudah dideteksi dan
didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya masih terbuka,
sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulang-tulang mengalirkan cairan serebrospinalis tengkorak.
Terlihat pembesaran diameter kepala yang makin lama makin membesar
seiring bertambahnya tumpukan CSS.Sedangkan pada orang dewasa ,tulang
tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun banyaknya CSS
yang tertumpuk, tidak akan mampu menambah besar diameter kepala.
C. PATHWAY
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak
2. Kelainan neurologi (mata selalu mengarah ke bawah gangguan
perkembangan motoric, gangguan penglihatan)
3. Terjadi penipisan korteks erebrum yang permanen bila penimbunan airan
dibiarkan
4. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
5. Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar kepala
frontoosipital yang makin membesar, sutura yag meregang dengan fontanel
embung dan tegang
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto kepala X-Ray
a. Tulang pipih
b. Disproporsi kraniofasial
c. Sutura melebar
2. Transi luminasi : penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas,
frontal 2,5cm, oksipital 1cm.
3. Pemeriksaan CSS
Dengan cara aseptic melalui punksi ventrikel/punksi fontanela mayor,
menentukan :
a. Tekanan
b. Jumlah sel meningkat, menunjukan adanya keradangan / infeksi
c. Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
d. Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dari
kepekaan antibiotic
4. Ventrikulografi
Dengan cara memasukan kontrak berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung
masuk keadalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka
akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak
yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada karanium bagian frontal atau oksipital.
Ventrikulografi ini sangat sulit untuk mempunyai resiko yang tinggi.
5. USG
Dilakukan melalui fontenela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan menunjukkan system ventrikel yang melebar.
6. CT Scan kepala
7. MRI
dengan menggunakan MRI pada pasien hidrosephalus, kita dapat melihat
adanya dilatasi ventrikel dan juga dapat menentukan penyebabdari
hidrosephalus tersebut.
BAB III

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus

1. Identitas

Identitas Klien Hidrosefalus merupakan sebuah kondisi dimN terjadi


penumpukan cairan dalam rongga (ventrikel) yang letaknya di dalam otak.
Hal ini akan menyebabkan ukuran ventrikel membesar dan menimbulkan
tekanan pada otak. Seiring dengan bertambahnya usia maka angka kejadian
semakin jarang dan biasanya Hidrosefalus terjadi pada anak usia kurang dari
5 tahun atau bayi yang baru lahir.

2. Keluhan Utama

Pada umumnya klien kepalanya membesar, gambaran tetap hidrosefalus


kongenital dan apada masa bayi, nyeri kepala hebat dan tidak sembuh
dengan analgetika cenderung semakin bertambah, mata membesar dan mata
selalu melihat kebawah, kelumpuhan anggota gerak, kesadaran menurun,
GCS menurun.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien dengan hidrosefalus mengalami muntah, gelisah, menangis dengan


suara tinggi, nyeri kepala hebat, kepala membesar, kesadaran menurun,
kelumpuhan anggota gerak, GCS menurun, peningkatan sistole pada
tekanan darah, penurunan nadi, pningkatan pernafasan dan tidak teratur,
perubahan pupil, lethargi-stupor.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Hidrosefalus merupakan penyakit bawaan, adanya suatu infeksi, truma,


kongenital, pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil terdesak oleh
banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu. Namun hidrosefalus juga
merupakan komplikasi dari penyakit meningitis terutama meningitis
tuberkulosa.

5. Riwayat Perinatal

a. Antenatal

Masalah selama kehamilan infeksi pada rahim selama kehamilan dapat


meningkatkan risiko hydrosepalus pada bayi. Akibat infeksi dapat timbul
perlekatan meningen. Secara psikologis terlihat penebalan jaringan
piameter dan araknoid sekitar sistema basalis dan daerah lain. Kehamilan
yang si ibu masih muda usianya, dan disebabkan oleh kekurangan oksigen
(hipoksia), radiasi, kekurangan nutrisi, radang atau infeksi, cidera atau
trauma, obat-obatan hormonal.

b. Intra natal

Lahir prematur, bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi
pedarahan intraventicular (perdarahan dalam vertikel otak). Kelahiran
yang prematur dengan neonatal menginitis, perdarahan subaracnoid,
infeksi intra uterin, perdarahan perinatal, dan trauma/ cidera persalinan.

c. Post natal

Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan saluran buntu sama sekali atau


abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat
sejak lahir atau progesif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah
lahir.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada klien dengan hidrosefalus biasanya keluarga atau orang-orang terdekat


pernah mengidap penyakit TB atau juga meningitis TB. Tetapi hidrosefalus
merupakan penyakit kelainan bawaan atau adakah keluarga klien untuk ibu
klien sewaktu hamil yang menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat
berpengaruh pada perkembangan normal otak. Infeksinya antara lain
Cytomegalovirus, Rubella, Mumps, Sifilis, Toksoplasimosis, demam tifoid
dan menularkan kepada janin melalui darah.

7. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik


kasar, motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada pasien
hidrosefalus dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari
keluarga. Selain itu, pada anak dengan hidrosefalus, kebutuhan akan asupan
nutrisinya kurang sehingga akan berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembangnya.

8. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit

Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya hidrosefalus pada anak


yaitu selam fase prenatal ibu kurang memperhatikan kondisi kesehatannya
termasuk kondisi lingkungan yang tidak bersih akan menyebabkan adanya
kemungkinaninfeksi.

9. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup

Pada klien hidrosefalus biasanya personal hygienenya kurang karena


terjadi kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien hidrosefalus terjadi gangguan kebutuhan nutrisi apalagi yang


sudah mengalami kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun,
biasnya klien terpasang infus dan NGT.

c. Pola eliminasi
Pada klien hidrosefalus biasanya pola eliminasi juga kadang-kadang
terjadi gangguan apabila klien sudah mengalami kelumpuhan anggota
gerak dan kesadarannya menurun, klien biasanya terpasang dower kateter.

d. Pola istirahat dan tidur

Pada umumnya klien hidrosefalus mengalami gangguan tidur karena


adanya cairan cerebrispinal pada waktu pre op dan post op biasanya klien
tidak mengalami gangguan pola istirahat dan tidur.

e. Pola aktifitas dan latihan

Pada umumnya klien mengalami gangguan dalam melakukan


aktivitasnya.

f. Pola Persepsi dan konsep diri

Biasanya pada klien dengan hidrosefalus mengalami gangguan dalam pola


persepsi dan konsep diri karena klien mengalami gangguan dalam cara
menerima gambaran dirinya.

g. Pola sensori dan kognitif

Pada umumnya klien dengan hidrosefalus daya pengelihatan mengalami


gangguan karena adanya cairan yang menumpuk pada otak sehingga
terjadi pembesaran pada kepala, sedangkan pendengaran, penciuman,
perabaan biasanya tidak mengalami gangguan, klien juga biasanya
mengalami nyeri kepala, dan kognitif klien terganggu karena klien dan
keluarga tidak mengerti tentang penyakit yang diderita oleh klien

h. Pola reproduksi dan sexual

Biasanya klien dengan hidrosefalus mengalami disfungsi sexual


dikarenakan kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran yang menurun.
i. Pola hubungan peran

Pada umumnya klien dengan hidrosefalus kehilangan perannya sebagai


anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya.

j. Pola penanggulangan stress

Biasanya klien dengan hidrosefalus mengalami kecemasan dan gelisah

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya klien dengan hidrosefalus yang tidak mengalami gangguan


kesadaran dan tidak mengalami kelumpuhan anggota gerak klien tidak
mengalami gangguan dalam pola tata nilai dan kepercayaan.

10. Pengkajian menurut sistem

a. B1 (Breathing)
Perubahan pada sistem pernafasan berhubungan dengan inaktivitas.
Pada beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari sistem ini
akan didapatkan hal-hal sebagai berikut :
1) Inspeksi umum
Sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Terdapat retraksi klavikula/dada,
pengembangan paru tidak simetris. Ekspansi dada : dinilai
penuh/tidak penuh, dan kesimetrisannya. Pada observasi ekspansi
dada juga perlu dinilai retraksi dada dari otot-otot intercostal,
substernal pernafasan abdomen dan respirasi paradox (retraksi
abdomen saat inspirasi). Pola nafas ini terjadi jika otot-otot
intercostal tidak mampu menggerakan dinding dada.
2) Palpasi
Taktil primitus biasanya seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi
Resonan pada seluruh lapang paru.
4) Auskultasi
Bunyi nafas tambahan, sering didapatkan pada klien
hidrosefalus dengan penurunan tingkat kesadaran.
b. B2 (Blood)
Frekuensi nadi lambat dan lemah berhubungan dengan homeostasis
tubuh dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi
brakikardia merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak.
Kulit kelihatan pucat merupakan tanda penurunan hemoglobin dalam
darah. Pada keadaan lain akibat dari trauma kepala akan merangsang
pelepasan antideuretik hormone yang berdampak pada kompensasi
tubuh untuk melakukan retensi atau pengeluaran garam dan air oleh
tubulus. Mekanisme ini akan meningkatkan konsentrasi elektrolit
sehingga menimbulkan resiko gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada sistem kardiovaskuler.
c. B3 (Brain)
Hidrosefalus menyebabkan berbagai deficit neurologis terutama
disebabkan pengaruh peningkatantekanan intracranial akibat adanya
peningkatan CSF dalam sirkulasi vertikel. Kepala terlihat lebih besar
dari tubuh. Gejala khas pada hidrosefalus tahap lanjut adalah adanya
dimensia. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien hidrosefalus
biasanya berkisar pada tingka latergi, stupor, semikomatosa sampai
koma. Pengkajian fungsi serebral, meliputi :
1) Status mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah dan aktivitas motoric klien. Pada klien hodrosefalus tahap
lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pada
bayi dan anak-anak pemeriksaan status mental tidak dilakukan.
2) Fungsi intelektual
Pada beberapa keadaan klien hidrosefalus didapatkan penurunan
dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.pada pengkajian anak, yaitun sering didapatkan
penurunan dalam perkembangan intelektual anak dibandingkan
dengan perkembangan anak normal sesuai tingkat usia.
3) Lobus frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologoik didapatkan jika
jumlah CSS yang tinggi mengakibatkan adanya kerusakan pada
lobus frontal kapasitas, memori atau kerusakan fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi.

4) Pengkajian reflex
Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendo, ligamentum
ta periosteum derajat reflex pada respon normal.
5) Pengkajian sistem sensorik
Kehilangan sensori karena hidrosefalus dapat berupa kerusakan
sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan
propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli
visual, taktil, dan auditorius.
d. B4 (Bledder)
Kaji keadan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Peningkatan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfungsi pada ginjal.
Pada hidrosefalus tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontensia
urine karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sistem
perkemihan karena kerusakan control dan postural. Kadang-kadang
control sfingter urinarius eksternal hilang atau steril. Inkontensia urine
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
serta mual dan muntah pada fase akut. Mual sampe muntah akibat
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltic usus. Adanya konstensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas. Pemeriksaan rongga mulut
dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi. Pemeriksaan
bising usus untuk menilai keberadaan dan kualitas bising usus harus
dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen. Bising usus menurun atau
hilang dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan
observasi bising usus selama kurang lebih 2 menit. Penurunan motilitas
usus dapat terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar
selang endotrakeal dan nastrakeal.
f. B6 (Bone)
Disfungsi motoric paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada
bayi disebabkan pembesaran kepala sehingga mengganggu mobilitas
fisik secara umum. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit.
Adanya perubahan warna kulit ; warna kebiruan menunjukkan adanya
sianosis (ujung kuku, ekstermitas, telinga, hidung,bibir dan membrane
mukosa). Pucat pada wajah dan membrane mukosa dapat berhubungan
dengan rendahnya kadar hemoglobin atau syok. Warna kemerahan pada
kulit dapat menunjukkan adanya demam atau infeksi. Integritas kulit
untuk menilai adanya lesi dan decubitus. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensoria tau
paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
11. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Lemah.

b. TTV

TD : Peningkatan sistole tekanan darah.

S : Suhu tubuh tinggi lebih dari 370C (normal 360C-370C)

N : Penurunan nadi/ Bradicardia.

RR : Peningkatan frekwensi pernapasan.

c. Kepala dan leher

Inspeksi

Wajah : Asimetris, dahi menonjol, kepala membesar

Rambut : Lurus/ keriting, distribusi merata/ tidak

Mata : Pupil miosis, konjungtiva anemis

Hidung : Terdapat pernapasan cuping hidung

Telinga : Bersih

Bibir : mukosa bibir agak kering

Lidah : Tedapat bercak-bercak putih pada lidah

Palpasi : Ada pembesaran pada bagian kepala, nyeri tekan(+)

d. Dada

Inspeksi : Asimetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan

Palapsi : Denyutan jantung teraba lambat, badan terasa panas

Perkusi : Jantung :Dullness

Paru : Sonor
Auskultasi : Tidak terdengar suara ronchi dan wheezing

e. Abdomen :

Inspeksi : Flat/ datar

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi : Pekak

Auskultasi : Ada bising usus

f. Kulit

Turgor kurang, pucat, kebiruan.

g. Ekstemitas

Tidak terdapat odem pada ekstemitas

12. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapatdilakukan pada anak dengan


moniliasis/ trush adalah sebagai berikut :

a. CT scan (Dengan atau tanpa kontras) : mengientifikasi luasnya lesi,


perdarahan, determinan, ventrikulr dan perubahan jaringan otak. Skan
temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi
ventrikel dan mambatui dalam mengidentifikasi kemungkinan
penyebabnya ( Neoplasma, kista, malformasi kongenita; atau
perdarahan intra kranial ).

b. MRI (Magnetik resonance imaging) : Memberi informasi mengenai


struktur otak tanpa kena radiasi digunakan sama dengan CT scan
dengan atau tanpa kontras radioaktif

c. Rotgen kepal : mendeteksi perubahan stuktur garis sutura.


d. Pemeriksaan CSS dan Lumbal pungsi : dapat dilakukan jika diduga
terjadi perdarahan subrachoid. CSS dengan atau tanpa kurang denan
kultur yaitu protein LCS normal atau menurun, leukosit meningkatkan/
tetap, dan glukosa menurun atau tetap.

13. Terapi

Terapi pada pasien dengan hidrisefalus biasanya dengan menggunakan


obat-obatan seperti asetazolamid untuk mengurangi sekitar sepertiga
produksi CSS, dan terkadang efektif pada hydrocephalus ringan yang
berkembang lambat. Pada keadaan akut dapat diberikan monitol. Diuretika
dan kortikosteroid dapat diberikan, meskipun hasilnya kurang memuaskan.
Pasang parau untuk mengeluarkan kelebihan CSS dari ventrikel lateral
kebagian ekstrakranial (biasanya peritonium untuk bayi dan anak-anak atau
atrium pada remaja) dimana hal tersebut dapat direabsorbsi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d hipoksia cerebral
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologi (peningkatan tekanan intracranial)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makan
4. Resiko infeksi b.d pembedahan (pemasangan shunt)
C. Intervensi Keperawatan

No No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD


Dx (NOC) (NIC)
1. 1 Setelah diberikan asuhan Manajemen Edema Serebral (2540)
keperawatan selama 3x24 jam, 1. Monitor adanya kebingungan,
diharapkan masalah keperawatan perubahan pikiran, keluhan pusing,
Resiko ketidakefektifan perfusi pingsan
jaringan otak b.d hipoksia cerebral 2. Monitor status neurologi dengan
dapat teratasi dengan indicator : ketat dan bandingkan dengan nilai
Perfusi Jaringan : Serebral normal
(0406) 3. Monitor tanda-tanda vital
- Tekanan intracranial 4. Monitor karakteristik cairan
- Tekanan darah sistolik serebralspinal, seperti : warna,
- Tekanan darah diastolic kejernihan, konsistensi
- Hasil serbral angiogram 5. Catat cairan serebrospinal
- Sakit kepala 6. Monitor TIK dan CPP
- Kegelisahan 7. Analisa pola TIK
- Kelesuan 8. Monitor status pernafasan
- Muntah 9. Berikan sedatasi yang sesuai dengan
- Penurunan tingkat kesadaran kebutuhan
- Reflek saraf terganggu 10. Hindari cairan hipotonik
- Demam 11. Monitor intake dan output
12. Pertahankan suhu normal
Monitor Tekanan Intrakranial (TIK)
(2590)

1. Kalibrasi transduser
2. Rekam pembacaan tekanan TIK
3. Monitor kualitas, karakteristik
gelombang TIK
4. Monitor tekanan aliran darah ke otak
5. Monitor status neurologis
6. Berikan antibiotic
7. Berikan agen farmakologi untuk
mempertahankan TIK

2. 2 Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri (1400)


keperawatan selama 3x24 jam, 1. Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan masalah keperawatan komprehensif meliputi lokasi,
nyeri akut b.d agen cedera biologi karakteristik, onset /durasi,
dapat teratasi dengan indicator : frekuensi, kualitas, intensitas, atau
Tingkat Nyeri (2102) beratnya nyeri dan factor pencetus
- Nyeri yang dilaporkan 2. Observasi terhadap petunjuk
- Panjangnya episode nyeri nonverbal mengenai adanya
- Menggosok daerah yang terkena ketidaknyamanan
dampak 3. Evaluasi pengalaman nyeri di masa
- Mengerang dan menangis lalu meliputi riwayat nyeri kronik
- Ekspresi nyeri wajah atau nyeri yang menyebabkan
- Tidak bisa beristirahat disability dengan tepat
- Mengeluarkan keringat 4. Gunakan metode penilaian yang
- Kehilangan nafsu makan sesuai dengan tahapan dalam
- Mual perkembangan untuk memonitor
- Intoleransi makanan perubahan nyeri dan membantu
mengidentifikasi factor pencetus
actual dan potensial
5. Kendalikan factor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan, missal
suhu ruangan, pencahayaan dan
suara bising)
6. Ajarkan pada keluarga prinsip-
prinsip manajemen nyeri
7. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi seperti terapi music,
terapi bermain, pijatan, relaksasi,dll
8. Ajarkan teknik farmakologi untuk
menurunkan nyeri
9. Dukung istirahat/ tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
10. Gunakan komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri

Pemberikan Analgesik (2210)

1. Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan keparahan nyeri
2. Cek perintah pengobatan melalui
obat, dosis, dan frekuensi obat
analgesic yang di resepkan
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Tentukan analgesic yang sesuai
dengan umur
5. Evaluasi keefektifan analgesic
dengan interval yang teratur dan
observasi adanya tanda gejala efek
samping
3. 3 Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi (1100)
keperawatan selama 3x24 jam, 1. Tentukan status gizi yang sesuai
diharapkan masalah keperawatan 2. Identifikasi adanya alergi atau
ketidakseimbangan nutrisi: kurang intoleransi makanan
dari kebutuhan tubuh b.d kurang 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis
asupan makan dapat teratasi nutrisi yang dibutuhkan untuk
dengan indicator : memenuhi persyaratan gizi
Status Nutrisi (1004) 4. Ciptakan makanan yang berkreasi
- Asupan gizi dan beragam sehingga meningkatkan
- Asupan makanan nafsu makan pada anak
- Asupan cairan 5. Ciptakan lingkungan yang optimal
- Energi dan menyenangkan pada saat
- Rasio berat badan/tinggi badan mengkonsumsi makanan
- Hidrasi 6. Tawarkan makanan ringan yang
yang padat gizi
7. Monitor kalori dan asupan makanan
8. Hindari makanan yang dapat
menimbulkan mual dan muntah
4. 4 Setelah diberikan asuhan Kontrol Infeksi (6540)
keperawatan selama 3x24 jam, 1. Kurangi factor infeksi seperti cuci
diharapkan masalah keperawatan tangan sebelum dan sesudah
Resiko infeksi b.d pembedahan melakukan tindakan
(pemasangan shunt) dapat teratasi 2. Batasi jumlah pengujung
dengan indicator : 3. Lakukan teknik isolasi sesuai
Pemulihan Pembedahan : indikasi
Penyembuhan (2304) 4. Dorong intake nutrisi dan cairan
- Tekanan darah sistolik 5. Berikan terapi antibiotic yang sesuai
- Tekanan darah diastolic 6. Ajarkan keluarga mengenai tanda
- Suhu tubuh dan gejala infeksi
- Laju pernafasan
- Integritas jaringan
- Penyembuhan luka
- Nyeri
- Infeksi luka
- Mual
- Muntah
- Kecemasan
BAB IV
PENUTUP

Hidrosephalus adalah penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang


menyebabkan dilatasi system ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosephalus
eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga araknoid.
(Aplikasi nanda,2015) Hidrosefalus banyak terjadi pada bayi tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk terjadi pada orang dewasa. Pada bayi gejala klinis
hidrosefalus lebih terlihat dikarenakan ubun-ubun bayi yang masih terbuka
sehingga terlihat pembesaran pada lingkar kepala bayi yang masih dalam masa
pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. 2017. Nanda Internasional Inc Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.Jakarta: EGC
Nurarif, Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta :
Mediaction.
Andriati R.2014. Studi literatur mengenai hidrosepalus kongenital Study of literature
hidrosepalus congenital 2014. Volume i/ no.i/ februari/2014
Yusuf, AS., Habeeb KO., Nurudeen AA., Rukeme OA., Sikiru OA., Hakeem GI.,
2017. Management and Outcome of Infantile Hydrocephalus in a Tertiary
Health Institution in Nigeria. Journal of Neurosciences in Rural Practice
Apr-Jun; 8(2): 249-253. Http://www.ncbi.nml.nih.gov/pmc. Diakses tanggal
20 Mei 2018.

Wijaya, Yoppy., 2006. Refrat Hidrosefalus. Smf Ilmu Bedah RSU-USD Gambiran
Kediri Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas_Wijaya_Kusuma_Surabaya._https://es.scribd.com._Diakses
tanggal 25 Januari 2018.

-Produksi likuor berlebih


Penurunan cairan serebrospinalis
(CSS) dalam ventrikel otak - peningkatanresistensi aliran likuor
seara aktif - penekanan tekanan sinus venosa
Peningkatan TIK
Pemasangan
Hidrosephalus Tindakan
VP shunt
pembedahan
Desakan pada jaringan
otak

Desakan pada Desakan pada


Resiko
Sakit dan nyeri kepala medulla oblongata otak dan selapu
infeksi
meningen

Nyeri akut Gangguan


mekanisme Gangguan aliran darah
persarafan di ke otak
medulla oblongata

Hipoksia serebral
vomitus

Resiko ketidakefektifan
Anoreksia
perfusi jaringan otak

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Das könnte Ihnen auch gefallen