Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Hidrosephalus.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Asuhan
Keperawatan Hidrosephalus ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTA ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
A. Definisi
B. Etiologi
C. Pathway
D. Manifestasi klinis
E. Pemeriksaan penunjang
A. Pengkajian focus
B. Diagnnosa keperawatan
C. Intervensi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN PENULIS
1. Agar Mahasiswa Mampu Memahami Asuhan Keperawatan Yang Bisa
Diterapkan Pada Pasien Anak Hidrosephalus
D. MANFAAT PENULIS
1. Mahasiswa Mampu Memahami Asuhan Keperawatan Yang Bisa
Diterapkan Pada Pasien Anak Hidrosephalus
BAB II
TINJAUAN MEDIA
A. DEFINISI
Hidrosephalus adalah penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi system ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosephalus
eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga araknoid.
(Aplikasi nanda,2015)
Hidrosefalus sering dikenal sebagai keadaan atau kondisi dimana terjadi
penambahan terhadap cairan serebrospinal didalam ventrikel otak manusia. Pada
bagian fontanel (bagian lunak yang berada diantara pelat tengkorak kepala bayi
bagian atas dan belakang) bayi dan sutura kranial yang belum tertutup, akan
mengakibatkan terjadi pelebaran pada lingkar kepala bayi (Toma, 2015).
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani: hydro (water atau air) dan cephalus
(head atau kepala).
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus
1. Identitas
2. Keluhan Utama
5. Riwayat Perinatal
a. Antenatal
b. Intra natal
Lahir prematur, bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi
pedarahan intraventicular (perdarahan dalam vertikel otak). Kelahiran
yang prematur dengan neonatal menginitis, perdarahan subaracnoid,
infeksi intra uterin, perdarahan perinatal, dan trauma/ cidera persalinan.
c. Post natal
c. Pola eliminasi
Pada klien hidrosefalus biasanya pola eliminasi juga kadang-kadang
terjadi gangguan apabila klien sudah mengalami kelumpuhan anggota
gerak dan kesadarannya menurun, klien biasanya terpasang dower kateter.
a. B1 (Breathing)
Perubahan pada sistem pernafasan berhubungan dengan inaktivitas.
Pada beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari sistem ini
akan didapatkan hal-hal sebagai berikut :
1) Inspeksi umum
Sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Terdapat retraksi klavikula/dada,
pengembangan paru tidak simetris. Ekspansi dada : dinilai
penuh/tidak penuh, dan kesimetrisannya. Pada observasi ekspansi
dada juga perlu dinilai retraksi dada dari otot-otot intercostal,
substernal pernafasan abdomen dan respirasi paradox (retraksi
abdomen saat inspirasi). Pola nafas ini terjadi jika otot-otot
intercostal tidak mampu menggerakan dinding dada.
2) Palpasi
Taktil primitus biasanya seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi
Resonan pada seluruh lapang paru.
4) Auskultasi
Bunyi nafas tambahan, sering didapatkan pada klien
hidrosefalus dengan penurunan tingkat kesadaran.
b. B2 (Blood)
Frekuensi nadi lambat dan lemah berhubungan dengan homeostasis
tubuh dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi
brakikardia merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak.
Kulit kelihatan pucat merupakan tanda penurunan hemoglobin dalam
darah. Pada keadaan lain akibat dari trauma kepala akan merangsang
pelepasan antideuretik hormone yang berdampak pada kompensasi
tubuh untuk melakukan retensi atau pengeluaran garam dan air oleh
tubulus. Mekanisme ini akan meningkatkan konsentrasi elektrolit
sehingga menimbulkan resiko gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada sistem kardiovaskuler.
c. B3 (Brain)
Hidrosefalus menyebabkan berbagai deficit neurologis terutama
disebabkan pengaruh peningkatantekanan intracranial akibat adanya
peningkatan CSF dalam sirkulasi vertikel. Kepala terlihat lebih besar
dari tubuh. Gejala khas pada hidrosefalus tahap lanjut adalah adanya
dimensia. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien hidrosefalus
biasanya berkisar pada tingka latergi, stupor, semikomatosa sampai
koma. Pengkajian fungsi serebral, meliputi :
1) Status mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah dan aktivitas motoric klien. Pada klien hodrosefalus tahap
lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pada
bayi dan anak-anak pemeriksaan status mental tidak dilakukan.
2) Fungsi intelektual
Pada beberapa keadaan klien hidrosefalus didapatkan penurunan
dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.pada pengkajian anak, yaitun sering didapatkan
penurunan dalam perkembangan intelektual anak dibandingkan
dengan perkembangan anak normal sesuai tingkat usia.
3) Lobus frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologoik didapatkan jika
jumlah CSS yang tinggi mengakibatkan adanya kerusakan pada
lobus frontal kapasitas, memori atau kerusakan fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi.
4) Pengkajian reflex
Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendo, ligamentum
ta periosteum derajat reflex pada respon normal.
5) Pengkajian sistem sensorik
Kehilangan sensori karena hidrosefalus dapat berupa kerusakan
sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan
propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli
visual, taktil, dan auditorius.
d. B4 (Bledder)
Kaji keadan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Peningkatan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfungsi pada ginjal.
Pada hidrosefalus tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontensia
urine karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sistem
perkemihan karena kerusakan control dan postural. Kadang-kadang
control sfingter urinarius eksternal hilang atau steril. Inkontensia urine
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
serta mual dan muntah pada fase akut. Mual sampe muntah akibat
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltic usus. Adanya konstensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas. Pemeriksaan rongga mulut
dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi. Pemeriksaan
bising usus untuk menilai keberadaan dan kualitas bising usus harus
dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen. Bising usus menurun atau
hilang dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan
observasi bising usus selama kurang lebih 2 menit. Penurunan motilitas
usus dapat terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar
selang endotrakeal dan nastrakeal.
f. B6 (Bone)
Disfungsi motoric paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada
bayi disebabkan pembesaran kepala sehingga mengganggu mobilitas
fisik secara umum. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit.
Adanya perubahan warna kulit ; warna kebiruan menunjukkan adanya
sianosis (ujung kuku, ekstermitas, telinga, hidung,bibir dan membrane
mukosa). Pucat pada wajah dan membrane mukosa dapat berhubungan
dengan rendahnya kadar hemoglobin atau syok. Warna kemerahan pada
kulit dapat menunjukkan adanya demam atau infeksi. Integritas kulit
untuk menilai adanya lesi dan decubitus. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensoria tau
paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
11. Pemeriksaan Fisik
b. TTV
Inspeksi
Telinga : Bersih
d. Dada
Paru : Sonor
Auskultasi : Tidak terdengar suara ronchi dan wheezing
e. Abdomen :
Perkusi : Pekak
f. Kulit
g. Ekstemitas
13. Terapi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d hipoksia cerebral
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologi (peningkatan tekanan intracranial)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makan
4. Resiko infeksi b.d pembedahan (pemasangan shunt)
C. Intervensi Keperawatan
1. Kalibrasi transduser
2. Rekam pembacaan tekanan TIK
3. Monitor kualitas, karakteristik
gelombang TIK
4. Monitor tekanan aliran darah ke otak
5. Monitor status neurologis
6. Berikan antibiotic
7. Berikan agen farmakologi untuk
mempertahankan TIK
Wijaya, Yoppy., 2006. Refrat Hidrosefalus. Smf Ilmu Bedah RSU-USD Gambiran
Kediri Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas_Wijaya_Kusuma_Surabaya._https://es.scribd.com._Diakses
tanggal 25 Januari 2018.
Hipoksia serebral
vomitus
Resiko ketidakefektifan
Anoreksia
perfusi jaringan otak
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh