Sie sind auf Seite 1von 14

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar | p-ISSN 2085-1243

Vol. 8. No.1 Januari 2016 | Hal 34-47

PERILAKU PROSOSIAL (PROSOCIAL BEHAVIOR) ANAK USIA


DINI DAN PENGELOLAAN KELAS MELALUI PENGELOMPOKAN
USIA RANGKAP (MULTIAGE GROUPING)

Elvrida Sandra Matondang1


Tk Global Cendekia School, Bandung
ABSTRACT

Abstract: The aspect of moral development is of great concern of early childhood caregivers. Moral
development, which is now better known as prosocial behaviors include behaviors such as empathy,
generosity, cooperation, caring, and many more. Various attempts to build prosocial behavior has
been carried out in kindergarten, including in one of international preschools in Bandung that
management class is using the multiage grouping. According to this phenomenon which needed to
be achieved, such as the form of prosocial behavior of the child at the multiage grouping, factors
that affect the incidence of prosocial behavior in multiage grouping, teachers intervention to any
problems relate to prosocial behavior in the multiage grouping, the efforts of teachers to develop
prosocial behavior in multiage grouping, the efforts of teachers to manage classes with the concept
of multiage grouping. The purpose of doing this research on the grounds of how the management
class that uses multiage grouping can increase prosocial behavior of children between the age range
of 3-6 years. The method used in this study is a qualitative approach using case studies, data
collection is done by observation, interview and documentation. The findings of this study represent
children’s prosocial behavior in the form of cooperative behavior, friendship, helping, sharing, and
caring. Children prosocial behavior should practically continually place in their environment and
if the foundation is strong enough, they will easily adjust to school environment, especially in a
school where the class management is using multiage grouping.
Keywords: Early Childhood, Multiage Grouping, Pro-social Behavior

Abstrak: Aspek perkembangan moral adalah perhatian besar dari pengasuh anak usia dini.
perkembangan moral, yang sekarang lebih dikenal sebagai perilaku prososial mencakup perilaku
seperti empati, kedermawanan, kerjasama, peduli, dan banyak lagi. Berbagai upaya untuk
membangun perilaku prososial telah dilakukan di TK, termasuk di salah satu TK internasional di
Bandung yang kelas manajemen menggunakan pengelompokan multiage. Menurut fenomena ini
yang perlu dicapai, seperti bentuk perilaku prososial anak di kelompok multiage, faktor yang
mempengaruhi timbulnya perilaku prososial dalam pengelompokan multiage, guru intervensi untuk
masalah berhubungan dengan perilaku prososial dalam pengelompokan multiage , upaya guru untuk
mengembangkan perilaku prososial dalam pengelompokan multiage, upaya guru untuk mengelola
kelas dengan konsep pengelompokan multiage. Tujuan melakukan penelitian ini dengan alasan
bagaimana manajemen kelas yang menggunakan pengelompokan multiage dapat meningkatkan
perilaku prososial anak-anak antara usia 3-6 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan studi kasus, pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Temuan penelitian ini merupakan perilaku prososial anak-
anak dalam bentuk perilaku kooperatif, persahabatan, membantu, berbagi, dan peduli. Anak-anak
perilaku prososial harus praktis terus menempatkan di lingkungan mereka dan jika yayasan cukup
kuat, mereka akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, terutama di sekolah
di mana manajemen kelas menggunakan pengelompokan aneka usia.
Kata Kunci: Usia Dini, Perilaku Prososial, Pengelompokan Aneka Usia

PENDAHULUAN perilaku yang menjadikan mereka


Anak usia dini memiliki individu-individu yang unik. Tanggung
karakteristik perkembangan, fisik, dan jawab guru anak usia dini adalah

1
Tk Global Cendekia School, Bandung, Email: dora_matondang@yahoo.com

34 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


meningkatkan dan mendorong peneliti menemukan anak-anak yang
perkembangan sosial dan emosi anak. secara spontan lebih sering berbagi
Perkembangan sosial dan emosi yang mainannya degan teman sekelas,
positif memudahkan anak belajar dengan menunjukkan perilaku prososialnya
lebih baik dan berhasil dalam semua hingga 19 tahun kemudian (Eisenberg et
aktivitas di sekolah dan dalam hidup. al, 1999).
Perkembangan yang optimal adalah Perkembangan sosial adalah salah
tercapainya tugas-tugas perkembangan satu manfaat yang mencolok dari konsep
dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pengelompokan usia rangkap (multiage
yang sesuai dengan anak usia dini. grouping). Belajar dengan kelompok
Pertumbuhan fisik dan perkembangan yang beragam usia ini merangsang minat
kognitif, motorik, emosi, bahasa serta yang lebih besar serta mendorong anak
sosial merupakan beragam tugas untuk bekerjasama. Merawat anak-anak
perkembangan yang seyogyanya dicapai dalam pengelompokan usia rangkap
oleh anak-anak usia dini. Untuk mencapai adalah apa yang disebut dengan
perkembangan tersebut diperlukan perawatan keluarga. Banyak manfaat dari
pendidikan dan pembelajaran yang dapat pengelompokan usia rangkap
menstimulasi anak mencapai dibandingkan dengan pengelompokan
perkembangan dan pertumbuhannya. usia sebaya (same-age grouping).
Manusia adalah makhluk sosial. Pengelompokan usia rangkap ini
Perkembangan sosial dibutuhkan oleh mempunyai keuntungan dalam menjaga
anak usia dini untuk belajar mengetahui saudara kandung dari seorang anak dan
dan memahami lingkungannya. Di dalam menawarkan suasana rumah yang nyaman
perkembangan sosial, anak dituntut untuk serta aman untuk anak-anak yang usianya
memiliki kemampuan yang sesuai dengan lebih muda, berkesempatan
tuntutan sosial di mana mereka berada. mengembangkan dan mempraktekkan
Dalam perkembangan sosial terdapat keterampilan sosialnya. Anak-anak
perilaku prososial dan anti- sosial. dalam pengelompokan usia rangkap dapat
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam menerima perbedaan usia dan
hubungan dengan orang lain, baik dengan perkembangan anak-anak lainnya. Sangat
teman sebaya, guru, orang tua maupun tidak realistis mengharapkan anak-anak
saudara-saudaranya. Saat berhubungan menyukai sesuatu yang sama pada saat
dengan orang lain, terjadi peristiwa- bersamaan atau tahap perkembangan yang
peristiwa yang sangat bermakna dalam sama dengan anak-anak lain yang sebaya.
kehidupan anak yang dapat membentuk Ada perilaku-perilaku dan prestasi-
kepribadiannya, dan membentuk prestasi yang mungkin akan diterima dan
perkembangannya menjadi manusia yang ditolerir oleh orang dewasa maupun anak-
sempurna. anak.
Para pendidik ingin anak-anak
didiknya menjadi seorang yang murah METODOLOGI PENELITIAN
hati, baik, dan empati. Awal kanak-kanak Penelitian ini menggunakan
sangat penting karena prososial awal pendekatan kualitatif dengan
biasanya cenderung berlanjut hingga rancangan/desain studi kasus yang berupa
tahun-tahun berikutnya. Anak-anak yang analisa terhadap perilaku prososial
perilaku prososialnya lebih terlihat pada (Prosocial Behavior) anak usia dini pada
saat mereka mulai sekolah, perilaku ini pengelompokan usia rangkap (Multiage
akan berlanjut hingga ke sekolah dasar Grouping). Dipilihnya studi kasus
(Eisenberg, Fabes, & Spinrad 2006). Saat sebagai rancangan penelitian karena
melakukan penelitian pada anak usia dini, peneliti berkeinginan untuk

Elfrida Sandra Matondang: Perilaku Prososial Anak Usia Dini 35


mempertahankan keutuhan subyek HASIL PENELITIAN DAN
penelitian ini akan lebih mudah dijawab PEMBAHASAN
dengan desain studi kasus. Alasan 1. Bentuk Perilaku Prososial Anak Pada
digunakannya pendekatan kualitatif Pengelompokan Usia Rangkap
dalam penelitian ini adalah karena peneliti Berdasarkan hasil penelitian dari
melihat sifat dari masalah yang diteliti keseluruhan kegiatan yang dilakukan
dapat berkembang secara alamiah sesuai terhadap perilaku prososial pada 16 anak,
dengan kondisi di lapangan, yaitu untuk ditemukan perilaku membantu (aiding),
mendapatkan pemahaman mendalam perilaku berteman (friendship), perilaku
terhadap perilaku prososial anak usia dini berbagi (sharing), perilaku kerjasama
dalam pembelajaran yang menggunakan (cooperating), perilaku peduli (caring).
pengelompokan usia rangkap. Hasil dari lapangan sesuai dengan teori
Penelitian ini secara khusus dari Eisenberg dan Mussen (1998) serta
membidik perilaku prososial dalam Brigham (1991: hlm. 277) yang
pengelolaan kelas melalui menyatakan bahwa perilaku kerjasama
pengelompokan usia rangkap, maka bersedia bekerjasama dengan orang lain
partisipan dalam penelitian ini adalah 1 demi tercapainya tujuan. Kerjasama
orang kepala sekolah, 2 orang guru, 17 biasanya saling menguntungkan, saling
anak usia 3 – 6 tahun, dan 17 orang tua, memberi, saling menolong, dan
sedangkan lokasi penelitian adalah di menenangkan.
salah satu sekolah internasional yang Dari hasil wawancara dengan guru
berlokasi di kota Bandung. Alasan di TK ini, mempunyai pemahaman yang
memilih lokasi ini dengan pertimbangan sama mengenai perilaku prososial anak
di TK ini menggunakan metode yang dengan pembelajaran yang menggunakan
melakukan pengelolaan kelas melalui pengelompokan usia rangkap. Dua orang
pengelompokan usia rangkap yang mana guru yang menjadi fasilitator di kelas
anak berusia 3 – 6 tahun ditempatkan di mengungkapkan bahwa perilaku prososial
dalam satu kelas saat kegiatan belajar anak selama mengajar di kelas
mengajar. pengelompokan usia rangkap tidak pernah
Teknik pengumpulan data dalam ada kendala yang berarti.
penelitian ini dilakukan melalui Sama halnya dengan pernyataan
wawancara, observasi, dan studi dari dua orang yang menjadi perwakilan
dokumentasi. Data wawancara, dari 16 anak pada proses wawancara
pengamatan, dan studi dokumentasi ketika ditanyakan tentang bagaimana
dalam penelitian adalah sumber data perilaku prososial anak terhadap orang
utama yang menjadi bahan analisis data tua, keluarga di rumah, dan lingkungan
untuk menjawab masalah penelitian. sekitar. Orang tua pertama mengatakan
Analisis data dalam penelitian ini bahwa perilaku anak menjadi lebih
dilakukan pada saat pengumpulan data dewasa, perhatian pada adiknya, serta
berlangsung, dan setelah selesai perilaku prososial anak terhadap orang tua
pengumpulan data dalam periode tertentu. dan keluarga di rumah juga baik. Orang
Analisis data dimulai dengan melakukan tua kedua mengatakan bahwa anak lebih
wawancara mendalam dengan partisipan. care pada orang tuanya, sensitif, tidak
Teknik analisis data dalam penelitian ini pelit, mau berbagi dengan adik dan
menggunaka 5 tahapan, yaitu koleksi data, temannya, serta berempati. Orang tua
reduksi data, display data, verifikasi dan pada awalnya mempunyai kekhawatiran
simpulan, dan rencana pengujian untuk menyekolahkan anaknya di TK ini
keabsahan data. karena anak-anak dengan rentang usia 3 –
6 tahun disatukan dalam kegiatan

36 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


pembelajaran, tetapi setelah banyak Kerjasama biasanya saling
masukan dari orang tua lain yang telah menguntungkan, saling memberi,
lebih dahulu menyekolahkan anaknya di saling menolong, dan menenangkan.
TK ini, kekhawatiran orang tua tidak e. Jujur (Honesty), yaitu kesediaan untuk
terbukti. Dikelas tidak pernah ada tidak berbuat curang terhadap orang
bullying, metode pembelajaran yang lain di sekitarnya.
digunakan tidak memaksakan sesuatu f. Menyumbang (Donating) kesediaan
pada anak, menjadi lebih mandiri, anak- untuk membantu dengan pikiran,
anak malah mendapatkan teman lebih tenaga maupun materi kepada orang
banyak, anak yang usianya lebih tua lain yang membutuhkan.
membantu anak-anak yang usianya lebih
muda. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Selain itu, pernyataan dari kepala Timbulnya Perilaku Prososial Dalam
sekolah juga mengatakan bahwa manfaat Pengelompokan Usia Rangkap
dari pengelolaan pengelompokan usia Faktor-faktor yang mempengaruhi
rangkap yang terlihat dari anak anak, salah timbulnya perilaku prososial dalam kelas
satunya yang paling menonjol adalah self- ini pada saat penelitian adalah tanggung
confidence, kemudian berinteraksi dengan jawab yang diberikan oleh guru. Guru
lingkungan sosial menjadi sangat baik, menunjuk semua anak untuk menjadi
anak yang besar menyayangi anak yang leader di kelas. Setiap hari leader akan
kecil dan mereka saling memahami. berganti-ganti berdasarkan abjad atau
Menurut Eisenberg & Mussen berdasarkan foto yang ada di helper’s
(dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009: chart, agar semua anak mendapat
hlm. 175) mengemukakan bahwa perilaku kesempatan menjadi leader. Dengan
prososial mencakup tindakan-tindakan menjadi leader, anak harus bertanggung
berikut: jawab dengan kegiatan dalam sehari,
a. Berbagi (Sharing), yaitu kesediaan antara lain menghitung teman-temannya
untuk berbagi perasaan dengan orang dalam barisan, menyebutkan nama-nama
lain dalam suka maupun duka. yang bertugas menempel dan membaca
Berbagi diberikan bila penerima tanggal hari itu, menempel dan membaca
menujukkan kesukaran sebelum ada ‘bulan’, menempel dan membaca cuaca
tindakan, meliputi dukungan verbal yang dirasakan hari itu.
dan fisik. Selain faktor dari guru, faktor dari
b. Menolong (Helping), yaitu kesediaan anak-anak sendiri juga mempengaruhi
untuk menolong orang lain yang timbulnya perilaku prososial di sekolah
sedang berada dalam kesulitan. ini. Anak-anak mengembangkan rasa
Menolong meliputi membantu orang berkelompok yang kuat dan stabilitas saat
lain, memberitahu, menawarkan berada di sekolah selama kurun waktu 3
bantuan kepada orang lain atau tahun. Kelompok ini memperbaiki
melakukan sesuatu yang menunjang perkembangan anak-anak karena menjadi
berlangsungnya kegiatan orang lain. panutan bagi anak-anak lain. Ada
c. Kedermawanan (Generosity), yaitu beberapa anak yang memang perilaku
kesediaan untuk memberikan secara prososialnya sudah terbentuk, seperti saat
suka rela sebagian barang miliknya melihat temannya yang sedang kesulitan
kepada orang lain yang mengerjakan sesuatu, anak tersebut
membutuhkan. berinisiatif menolong temannya tanpa
d. Kerjasama (Cooperating), yaitu diminta oleh guru.
kesediaan untuk bekerjasama dengan Selain guru dan anak-anak, pola
orang lain demi tercapainya tujuan. asuh orang tua yang demokratis turut

Elfrida Sandra Matondang: Perilaku Prososial Anak Usia Dini 37


mendukung terbentuknya perilaku menolong sangat bergantung pada situasi
prososial. Faktor-faktor lain yang dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan.
mempengaruhi timbulnya perilaku
prososial anak adalah bawaan dari rumah. 3. Intervensi yang Dilakukan Guru
Menurut wawancara dengan orang tua, Terhadap Permasalahan Perilaku
orang tua berupaya membentuk perilaku Prososial Dalam Pengelompokan Usia
prososial anak dalam kegiatan sehari-hari Rangkap
seperti cium tangan saat bersalaman Menurut guru kelas saat
dengan yang usianya lebih tua, melakukan wawancara, selama ini belum
menyayangi adiknya, apabila melakukan pernah ada masalah yang serius antar
kesalahan harus minta maaf, tidak boleh anak. Apabila ada sesuatu yang terjadi
pelit pada orang lain, mau berbagi. Selain dengan seorang anak di kelas, intervensi
memberikan arahan pada anak-anaknya yang dilakukan guru adalah
dirumah, orang tua, kakek-nenek, berkomunikasi dengan anak mengapa
pengasuh juga juga harus memberikan anak tersebut melakukan sesuatu yang
contoh dalam berperilaku prososial. tidak seharusnya dilakukan. Dengan
Lingkungan pengelompokan usia rangkap berkomunikasi seperti itu diharapkan anak
menciptakan atmosfir dimana anak-anak tidak akan mengulangi lagi
belajar membantu ataupun dibantu oleh perlakukannya, tetapi apabila anak masih
anak-anak lain, karena mereka berbuat hal yang sama, guru akan
berinteraksi secara konsisten dengan berkomunikasi dengan orang tua dari anak
anak-anak yang kemampuan dan usianya tersebut. Intervensi lain yang dilakukan
yang berbeda. oleh guru adalah dengan mengatasi
Faktor yang mempengaruhi sendiri (problem solving) atas
timbulnya perilaku prososial dalam permasalahan yang terjadi di antara
pengelompokan usia rangkap adalah salah mereka saat melakukan kegiatan di kelas.
satunya usia anak yang bervariasi dari 3 – Intervensi tidak hanya dilakukan
6 tahun serta setiap hari mereka guru di sekolah, tetapi dilakukan juga oleh
berinteraksi di dalam kelas tanpa melihat orang tua di rumah. menurut hasil
perbedaan usia. Faktor-faktor yang wawancara dengan orang tua, orang tua
terlihat seperti ungkapan Sarwono dan selalu mengajarkan anaknya untuk
Meinarno (2009, hlm. 131 - 136) adalah mengalah ketika berselisih dengan
bystander, anak-anak membantu adiknya dan yang melakukan kesalahan
temannya yang sedang dalam kesulitan sebaiknya meminta maaf terlebih dahulu
ketika melihat teman lain sedang atau saling meminta maaf, tidak
membantu. Selain itu anak-anak mengambil hak orang lain, harus lebih
melakukan tindakan prososial karena mandiri. Intervensi lain yang dilakukan
mereka melihat model di rumah, yaitu oleh orang tua adalah menjadi penengah
orang tua/kakek/nenek/pengasuh dan di saat anak-anaknya berselisih. Orang tua
sekolah, yaitu guru dan teman-teman. menasehati untuk tidak melakukan aksi
Faktor lain yaitu sifat anak yang fisik ketika berselisih dengan
sudah tertanam dalam dirinya untuk selalu kakak/adik/teman. Orang tua juga
menolong dan pola asuh dirumah. Pola berkomunikasi dengan anak apa penyebab
asuh yang demokratis secara signifikan perselisihan dan harus bagaimana
memfasilitasi adanya kecenderungan anak mengatasinya.
untuk tumbuh menjadi seorang yang mau Intervensi adalah tindakan untuk
menolong. Peranan gender terhadap mengembangkan suasana interaksi
kecenderungan seseorang untuk pembelajaran yang dirancang untuk
mencapai tujuan pembentukan karakter

38 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


dengan penerapan pengalaman belajar peduli pada anak, lebih komunikatif, tidak
terstruktur (Samani & Hariyanto, 2011, selalu menuruti apa kemauan
hlm. 239). Penelitian sekarang ini anak/dimanja, memberikan tanggung
mendukung betapa pentingnya jawab, lebih sering diajak bersosialisasi
perkembangan awal kecerdasan dengan teman-teman seusia ataupun orang
emosional anak. Berdasarkan hasil dewasa. Selain itu, setiap hari saat circle
penelitian, banyak penekanan yang time, anak-anak selalu diingatkan dengan
ditempatkan pada awal intervensi strategi, Classroom Rules, yaitu:
seperti penyelesaian konflik, a. Walk in the classroom (Anak tidak
pembelajaran kooperatif, kontroling boleh berlari selama di dalam kelas.
secara impulsif, transfer dan refleksi dari Apabila ada anak yang terlihat berlari,
materi pembelajaran. Memfasilitasi anak guru akan menyuruh anak kembali ke
dalam perkembangan sosialnya, mereka asal dia berlari dan berjalan ke tempat
akan memperoleh keterampilan untuk yang ditujunya).
kehidupannya di masa depan (Anderson b. Be kind to your classmates (Berbuat
& Prawat, 1983). baik dengan teman sekelas)
c. Listen to the teacher (Mendengarkan
4. Upaya yang Dilakukan Guru Dalam saat guru berbicara)
Pengembangan Perilaku Prososial d. Sit down criss-cross (Duduk berbaur)
Dalam Pengelompokan Usia Rangkap e. Raise your hand to talk (Mengangkat
Upaya guru dalam meningkatkan tangan apabila ingin menyampaikan
perilaku prososial anak di TK ini adalah sesuatu)
salah satunya dengan membagi kelompok. f. Use your quiet voice (Anak tidak
Dalam kelompok tersebut dipasangkan boleh berteriak atau menggunakan
anak yang usianya lebih tua dan yang suara yang keras di dalam kelas).
lebih muda, seperti anak-anak Yellow Ada juga 5 Magic Words (5 kata
Team dipasangkan dengan anak-anak ajaib) yang ditempel di dinding untuk
Blue Team. Selama kegiatan, Yellow mengingatkan anak pada kata-kata ini,
Team yang usianya lebih tua harus yaitu Please, Thank you, You’re welcome,
bertanggung jawab terhadap adiknya, Excuse me, dan Sorry.
Blue Team dari awal hingga akhir
kegiatan. 5. Upaya Guru Melakukan Pengelolaan
Upaya lainnya dengan Kelas dengan Konsep Pengelompokan
memberikan perlakuan atau pelayanan Usia Rangkap
yang beraneka ragam untuk semua usia. a. Perencanaan Pembelajaran Dalam
Guru berupaya melakukan perencanaan Pengelompokan Usia Rangkap
yang baik, mencakup perencanaan Perencanaan Pembelajaran di TK
serangkaian kegiatan pembelajaran, ini menggunakan 5 modul pelajaran
merumuskan tujuan berdasarkan indikator utama dan 4 modul pelajaran tambahan
pencapaian kompetensi dasar yang telah dengan menggunakan metode Montessori.
ditetapkan dalam modul, memilih bahan Modul ini disusun setiap awal tahun oleh
ajar yang sesuai, dan menyusun rancangan guru kelas untuk digunakan dalam
kegiatan belajar yang memadai. Orang setahun. 5 modul pelajaran utama sudah
tua juga merupakan guru bagi anak-anak ada kerangka pembelajarannya yang
dirumah, oleh karena itu orang tua juga didapat dari Montessori, sementara untuk
harus berupaya mengembangkan perilaku 4 modul pelajaran tambahan, guru harus
prososial anaknya di rumah dengan mencari dan menyusunnya sendiri.
menanamkan perilaku yang positif, Modul tambahan bisa dicari di website
memberik contoh yang positif, lebih Montessori ataupun buku-buku yang

Elfrida Sandra Matondang: Perilaku Prososial Anak Usia Dini 39


berkaitan dengan Montessori. Dalam 5 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
modul pelajaran utama yang di dapat dari Mingguan (RPPM) dan Rencana
Montessori, pelajarannya mencakup Pelaksanaan Pembelajaran Harian
kehidupan sehari-hari (practical life), (RPPH)
panca indera (sensorial), matematika Rencana Pelaksanaan
(mathematics), bahasa (language), serta Pembelajaran Mingguan dan Rencana
peradaban dan budaya (social studies). Pelaksanaan Pembelajaran Harian
Empat modul pelajaran tambahan berbeda dengan sekolah lain. Guru
yang dicari sendiri oleh guru untuk tahun melaksanakan kegiatan pembelajaran
pelajaran 2014 – 2015 ada kegiatan berdasarkan modul yang sudah dibuat
berkebun (gardening). Untuk tahun untuk satu tahun. Modul diberikan pada
pelajaran 2015 – 2016, kegiatan berkebun guru saat melakukan pembekalan model
akan tercakup didalam peradaban dan pembelajaran Montessori. Pada saat
budaya. Selain peradaban dan budaya, anak-anak libur sekolah pada akhir tahun
akan ditambahkan juga pelajaran ajaran, semua guru dari mulai Preschool,
geografi, sejarah, botani/biologi, seni, Primary School, dan Secondary School
olah raga, karakter building, dan cooking. mendapatkan pembekalan umum
Walaupun 4 modul pelajaran tambahan ini mengenai cari mengajar, manajemen
dicari sendiri oleh guru, tetap harus kelas, dan sebagainya, yang disampaikan
berkaitan dengan 5 modul pelajaran oleh direktur akademik. Modul yang
utama, seperti misalnya berkebun diberikan ada dalam bahasa Indonesia dan
berkaitan dengan social studies, seni bahasa Inggris. Selain modul diberikan
berkaitan dengan motorik halus yang saat pelatihan, ada juga yang di dapat dari
terdapat di practical life, olah raga link Montessori, kemudian digabungkan
berkaitan dengan motorik kasar, serta dengan modul yang sudah ada. Satu set
cooking bisa berkaitan dengan motorik modul dapat dikerjakan anak usia 5 – 6
halus. tahun dalam satu tahun pelajaran, tetapi
1) Program Tahunan untuk anak usia 3 tahun, modulnya dibuat
Guru membuat rencana tahunan untuk pembelajaran selama tiga tahun.
yang dibagi menjadi empat kwartal, Tidak ada tuntutan dari guru agar anak
dimana didalamnya terdapat kegiatan dapat menyelesaikan semua kegiatan yang
guest visit, field trip, serta kunjungan ke terdapat di dalam modul.
dokter gigi satu kali dalam satu semester. Untuk tahun pelajaran 2015 –
Rencana tahunan ini kemudian dibuat 2016 ini, guru mencoba untuk membuat
lesson plannya, setelah itu baru modul selama satu tahun dan memilah-
diserahkan kepada kepala sekolah untuk milahnya menjadi kegiatan satu bulan.
di periksa, apabila semuanya sesuai Misalnya pada bulan Agustus apa saja
dengan rencana pembelajaran untuk tahun judul, fokus, dan tujuan dari kegiatan yang
itu, lesson plan bisa digunakan untuk akan dilakukan. Inti dari semuanya agar
pembelajaran. Apabila tidak sesuai, guru objektifitasnya sama, apakah itu tentang
diminta untuk mengoreksinya hingga motorik halus, kemandirian, atau
mendapat persetujuan dari kepala sekolah. kordinasi mata dan tangan. Kegiatan-
Rencana tahunan dibuat untuk jangka kegiatan ini bisa diajarkan pada semua
waktu satu tahun, kemudian dibagi anak, bisa juga tidak. Misalnya ada 7 anak
menjadi rencana bulanan, mingguan, dan yang belum tertarik pada kegiatan
harian. Pembagian ini hanya untuk matematika, guru tidak bisa
mengalokasikan pelajaran agar tujuan mengajarkannya pada anak-anak ini.
pembelajaran bisa tercapai. Lesson plan tidak bisa diberlakukan pada

40 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


semua anak, tergantung pada kesiapan dan Blue Team, berusia 3 – 5 tahun di
anak. damping oleh satu orang guru juga (Miss
3) Penilaian atau Evaluasi A). Walaupun anak-anak yang berbeda
Penilaian yang di lakukan usia ini digabungkan dalam satu kelas,
berdasarkan observasi. Menurut guru pada saat kegiatan inti (Working Time)
kelas, sekolah ini tidak mempunyai rapor mereka melakukan kegiatannya sendiri-
khusus, sehingga mereka membuat sendiri sendiri (Individual Working).
rapor anak, walaupun banyak sekolah Untuk mengantisipasi hal ini, guru
yang menggunakan metode Montessori akan memilih dan fokus pada beberapa
dan melakukan kegiatan pembelajaran anak dalam satu hari, dan fokus pada
yang sama, rapor tiap-tiap sekolah ini anak-anak lain di hari berikutnya.
tidak pernah sama. Guru mencari sendiri Misalnya hari ini Miss W dan Miss A
format rapor yang konkrit agar bisa masing-masing fokus pada 5 orang anak
diaplikasikan di TK, sesuai dengan anak, saja, anak-anak lain bereksplorasi sendiri-
serta mudah dipahami oleh orang tua/wali sendiri, karena saat working time anak
murid. bisa memilih sendiri kegiatan yang ingin
Terdapat tiga penilaian yang di dilakukannya meskipun ada anak yang
lakukan di TK ini yaitu, Master (M), belum bisa melakukan kegiatan tersebut.
Progress (P), dan Not Applicated (NA) Tidak ada interupsi dari guru saat anak-
dalam bentuk check list. Penilaian M anak yang sedang bereksplorasi dengan
menerangkan bahwa anak sudah kegiatannya, kecuali guru melihat ada
menguasai pembelajaran, P menerangkan anak yang mulai tidak sabaran. Guru akan
bahwa anak sedang dalam proses dan meminta anak tersebut untuk berhenti
menurut guru kelas, ada anak yang sudah melakukan kegiatannya dan akan dicoba
dalam tahap M dalam tahap latihan, dan lagi setelah anak tersebut mulai tenang.
NA menerangkan bahwa anak belum mau Menurut Miss W, terkadang anak-anak
diajarkan atau belum diajarkan oleh guru. ingin melakukan hal-hal yang jauh diatas
Saat anak mendapat penilaian M, tidak kemampuan mereka karena didorong rasa
jarang mereka akan kembali diberikan keingintahuannya dan ini tidak dilarang
penilaian P oleh guru karena mereka oleh guru.
sering lupa dan ini sering terjadi pada anak Guru harus bisa menyiasati
yang usianya lebih kecil. Penilaian guru bagaimana melakukan penilaian pada
tidak hanya hasil akhirnya saja, tetapi anak dengan membuat catatan apa saja
lebih pada proses dari awal hingga akhir yang telah mereka lakukan pada hari itu,
kegiatan. Misalnya, dimulai dari anak termasuk berapa kegiatan yang telah
mengambil media yang ingin mereka lakukan, apakah anak tersebut
dilakukannya hari itu, membawa media dalam penilaian P atau M, dan sebagainya.
tersebut, berkegiatan dengan media, Setelah itu, guru akan membahas
merapikan media yang sudah dilakukan, penilaian yang mereka dapatkan pada hari
hingga menyimpannya ke tempat semula. tersebut. Misalnya ada satu orang anak
Menurut guru kelas, mereka cukup yang masih belum bisa mengikat tali
kesulitan apabila harus benar-benar sepatu, guru akan fokus pada anak
melihat semua anak dalam melakukan tersebut dengan membimbingnya dari
penilaian. Ini terlihat dari kegiatan sehari- awal cara mengikat tali sepatu hingga tali
hari di TK dimana anak-anak usia 3 – 6 sepatunya terikat. Apabila masih belum
tahun digabungkan dalam satu kelas dan bisa juga, akan dicoba lagi pada hari-hari
dibagi menjadi dua kelompok. Yellow berikutnya. Apabila ternyata anak
Team, berusia 5 - 6 tahun dengan tersebut tetap belum bisa mengikat tali
didampingi oleh satu orang guru (Miss W) sepatu hingga dia menyelesaikan

Elfrida Sandra Matondang: Perilaku Prososial Anak Usia Dini 41


pendidikannya di Preschool, guru tidak diluar kelas selama lebih
memaksa dan akan membuat catatan kurang 30 menit. Anak
bahwa anak ini belum mampu dalam menyimpan tas nya di rak tas
kegiatan mengikat tali sepatu. yang terdapat di dalam kelas,
Penilaian dilakukan setiap 4 kali mengganti sepatu mereka
dalam satu tahun pelajaran dalam bentuk dengan sandal yang memang
rapor. Orang tua/wali anak akan sudah disimpan di sekolah,
dijadwalkan untuk mengambil raport meletakkan tas bekal yang
tersebut sambil guru menjelaskan dibawa dari rumah,
perkembangan anak mereka seperti apa. memberikan buku agenda
Apa saja yang sudah berubah dari (communication book) pada
penilaian P menjadi M, mana saja yang guru, dan bergabung dengan
masih tetap pada penilaian P. Selaian teman-temannya. Saat
penilaian P dan M, ada juga penilaian bermain diluar kelas, anak-
perilaku yang didalamnya terdapat anak yang rentang usianya 3 –
absensi anak, tinggi dan berat badan, 6 tahun dapat bermain bersama
kegiatan apa saja yang dilakukan anak, dan ini meningkatkan interaksi
intinya lebih pada laporan singkat sosial mereka. Anak-anak ini
perkembangan anak selama tiga bulan berinteraksi dengan
terakhir. menggunakan bahasa
b. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Indonesia dan bahasa Inggris.
Pengelompokan Usia Rangkap Saat bermain, tidak terlihat ada
Pelaksanaan pembelajaran di salah perbedaan usia diantara
satu TK internasional di Kota Bandung ini mereka. Mereka bermain
disesuaikan dengan pelaksanaan bersama, apabila saat bermain
pembelajaran Montessori. Kegiatan terjadi sesuatu konflik, mereka
dilakukan dari hari Senin sampai dengan memberitahukannya pada
hari Jum’at dari pukul 08.00 – 11.30 WIB. guru, dan guru akan membantu
Terdapat lima area kegiatan di dalam mereka untuk menyelesaikan
kelas, yaitu Sensorial Area, Math Area, permasalahan yang terjadi.
Language Area, Practical Life, dan Saat anak-anak bermain diluar
Culture Studies. Adapun jadwal kegiatan kelas, guru menyiapkan media
setiap hari adalah : dan meminta anak untuk
08.00 – 08.30 : Outside mengumpulkan buku agenda.
Time Setelah bermain, anak-anak
08.30 – 09.00 : Circle merapikan mainan-mainan dan
Time mengembalikannya ke tempat
09.00 – 10.00 : Working semula. Mereka tidak pilih-
Time pilih dalam membereskan
10.00 – 10.20 : Snack mainan dan saling membantu
Time temannya.
10.20 – 10.50 : Story Circle Time : Setelah bermain
Time diluar kelas, anak-anak
10.50 – 11.20 : Physical mencuci tangannya dan
Education berbaris untuk masuk ke dalam
11.30 : Go Home kelas. Guru menunggu hingga
Time anak-anak berbaris dengan
Outside Time : Setelah diantar oleh teratur, leader pada hari itu
orang tua / wali, anak bermain menghitung teman-temannya.

42 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


Saat masuk ke dalam kelas, ingin mereka lakukan. Untuk
anak-anak menyimpan sendiri yellow team yang usianya 5 – 6
sepatunya di rak sepatu, tahun, Miss W meminta anak-
kemudian duduk di karpet. anak untuk memilih sendiri
Saat circle time, anak-anak dan kegiatannya, boleh di math
guru duduk melingkar, area atau di language area
mengucap salam, bernyanyi, untuk membaca dan menulis.
dan memberikan kesempatan Setelah itu mereka juga boleh
pada anak apabila ada diantara memilih beberapa kegiatan lain
mereka yang ingin yang ingin dilakukan. Anak-
menceritakan atau berbagi anak tidak harus melakukan
sesuatu. Leader hari itu kegiatannya sendiri-sendiri
membacakan tugas teman- tetapi boleh saling bantu.
temannya yang terdapat di Snack Time : Setelah working time,
Helper’s Chart. Leader anak-anak diminta untuk
ditentukan berdasarkan foto mencuci tangan karena
yang diputar setiap harinya. kegiatan berikutnya adalah
Misalnya MMF (inisial nama snack time. Anak-anak
anak) menempel dan membaca mencuci tangan dan memilih
tanggal hari itu, JW menempel sendiri tempat duduknya,
dan membaca bulan ini, RMT menyiapkan alas makannya,
menempel dan membaca cuaca mengambil peralatan makan
yang terlihat saat itu. Setelah seperti piring, sendok, gelas,
anak melakukan tugasnya lalu mengambil bekal makanan
masing-masing, semua anak yang dibawa dari rumah. Alas
membaca tulisan yang telah dan peralatan makan harus
ditulis oleh guru di papan tulis tetap di siapkan walaupun anak
bersama-sama. Saat itu yang hanya membawa makanan
dibaca oleh anak-anak adalah ringan yang tidak memerlukan
“Wednesday, January 14th piring, sendok, dan garpu.
2015”. Setelah itu bersama- Setelah makan, anak
sama membaca peraturan kelas membawa dan membereskan
(classroom rules). Guru sendiri peralatan makannya,
menentukan siapa yang akan meletakkannya ke wadah
menjadi guru inti dan siapa piring kotor yang sudah
yang akan menjadi guru bantu disiapkan sekolah. Setelah
seminggu sekali. makan ada anak yang menyikat
Working Time : Saat working time, gigi ada juga yang tidak.
guru yang bertanggung jawab Makanan anak yang tidak
untuk blue team adalah Miss A habis, disimpan kembali ke
dan yellow team adalah Miss wadah bekal anak untuk
W. Untuk blue team yang dibawa pulang.
usianya 3 – 5 tahun, Miss A Story Time : Kegiatan selanjutnya
memberikan contoh setelah snack time adalah story
menggunting, menempel, dan time. Setelah anak-anak
mewarnai snow man. Setelah selesai merapikan peralatan
selesai dengan kegiatan inti, makannya, anak diajak ke area
anak-anak boleh memilih membaca dimana satu orang
beberapa kegiatan lain yang anak diminta untuk memilih

Elfrida Sandra Matondang: Perilaku Prososial Anak Usia Dini 43


buku yang akan dibacakan oleh tiap anak yang disimpan dalam portofolio
guru. Anak boleh mengajukan anak. Untuk melakukan asesmen, guru
pertanyaan tentang buku yang memperhatikan perilaku anak,
telah dibaca dan dijawab oleh kegembiraannya, kebaikannya pada orang
guru. lain, menyenangi belajar, konsentrasi, dan
Go Home Time : Kegiatan terakhir melakukan kegiatannya. Tidak ada tes
pada hari itu adalah Go Home standar yang diberikan pada anak hingga
Time. Setelah membaca buku, anak memasuki pendidikan yang lebih
leader bersiap di depan tinggi. Tidak ada kompetisi di kelas
gerbang untuk melihat siapa Montessori karena anak-anak bekerja
orang tua / wali yang sudah sendiri dengan medianya. Dr. Montessori
datang menjemput. Leader berkeyakinan bahwa kompetisi dalam
akan memanggil temannya pendidikan dikenalkan pada anak saat
apabila anak tersebut sudah mereka sudah merasa yakin dalam
dijemput. Bagi anak-anak melakukan hal-hal yang mendasar.
yang belum dijemput tidak Ketika Montessori
boleh keluar dari gerbang, mengembangkan metode pembelajaran
harus menunggu sampai yang saat ini metode itu menggunakan
dijemput. namanya, ia banyak melakukan
perubahan apa yang sekarang disebut
Metode pengajaran Montessori pendidikan anak. Kursi dan meja dibuat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu sesuai dengan ukuran anak. Anak
pendidikan motorik, sensorik, dan bahasa diberikan kegiatan secara nyata, dan
dengan penekanan melalui obeservasi menjadi kunci untuk
pengembangan kelima indera. Anak mengetahui progres anak. Perubahan
belajar dengan tahapan yang berbeda- lainnya adalah anak dikelompokkan
beda sesuai dengan kebutuhan dan dalam kelas dengan usia rangkap, tidak
kecakapan-kecakapan individunya. dalam usia yang sama. Menurut Angeline
Metode Montessori mengembangkan Stoll Lillard (2005) dalam reviu
kepribadian anak secara keseluruhan. penelitiannya. Montessori: The Science
Metode Learning to Learn merupakan Behind the Genius menjelaskan bahwa
metode yang dilatihkan pada anak di seting pengelompokan usia rangkap
sekolah Montessori. Selama tahap awal dalam Montessori adalah: “Montessori
pembelajaran, anak memerlukan motivasi menganjurkan pembelajaran dengan
dari orang dewasa, maka berikanlah pengelompokan rentang usia tiga tahun.
pujian untuk memperoleh kepercayaan Ini memastikan bahwa saat anak
dalam dirinya. Aturan dan disiplin serta berkegiatan dalam kelas, mereka akan
kontrol diri harus dilatihkan pada anak. berpapasan dengan teman yang lebih tua
Keteladan dari orang dewasa merupakan dan yang lebih muda, ini akan
metode yang menonjol dalam Montessori, memfasilitasi imitasi pembelajaran dan
sebab anak belajar segala hal dengan cara pengajaran pada teman sebaya.”
meniru orang dewasa. Perluas wawasan Praktek Montessori menunjukkan
anak dengan mengadakan kegiatan untuk bahwa anak-anak dalam program
memberikan pengalaman-pengalaman pengelompokan usia rangkap
baru, bertemu orang-orang baru, dan menunjukkan progress secara akademis
melihat hal-hal baru. sambil membangun perilaku sosial,
Tidak ada penilaian dalam sekolah pembelajaran, dan keterampilan karakter.
Montessori. Guru melakukan asesmen Filosofi Montessori menempatkan bahwa,
dengan melakukan observasi pada tiap- untuk menyentuh hati dan pikiran anak-

44 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


anak, mereka harus belajar karena rasa anak lain, berbagi, mengajarkan, dan
penasaran dan menarik hatinya. Untuk berkolaborasi untuk menguasai media-
membandingkan antara satu anak dan media, anak-anak ini lah yang mempunyai
anak lainnya, kurikulum diberikan secara ketangguhan dalam kemampuan
individu berdasarkan prinsip-prinsip ini: interpersonal. Filosofi Montessori
a. Gaya pembelajaran individu, jadwal, mendukung perbedaan-perbedaan dan
dan kapasitas anak sangat dihargai. memahami bahwa anak-anak juga
Anak-anak harus mengembangkan bertransisi dari pembelajaran satu ke
diri mereka masing-masing. Orang pembelajaran lain saat mereka
dewasa bertindak sebagasi sumber berkembangan selama tahun-tahun
daya dan katalisator untuk formatif.
pengembangan. Anak-anak belajar
mengelola dirinya sendiri. KESIMPULAN DAN SARAN
b. Anak-anak diberikan kesempatan Berdasarkan hasil penelitian dan
untuk memilih apa yang ingin di pembahasan yang telah diuraikan diatas,
observasi dan dipelajarinya. Anak- dapat disimpulkan bahwa perilaku
anak memotivasi pelajarannya sendiri. prososial anak usia dini dalam
c. Anak-anak bertanggung jawab dalam pengelolaan kelas melalui
me’master’kan keterampilan dan inti pengelompokan usia rangkap sangat baik.
pengetahuan dasarnya. Anak-anak Berdasarkan penelitian yang dilakukan
mengikuti rencana kegiatan menulis terhadap perilaku prososial anak dalam
setiap minggu, yang mana dilakukan pengelompokan usia rangkap pada TK ini
bersama-sama oleh guru dan anak. didapatkan hasil bahwa perilaku
Anak-anak harus memenuhi tujuan berteman, perilaku berbagi, perilaku
akademik dan di evaluasi secara membantu, perilaku kerjasama, dan
teratur. perilaku peduli terjadi saat anak-anak
d. Anak-anak akan di dukung saat berinteraksi dengan teman-temannya
mereka merencanakan jadwal yang berusia 3 – 6 tahun.
individualnya dalam menyelesaikan Mengenai Faktor-faktor yang
tugas-tugas. Anak-anak belajar untuk mempengaruhi timbulnya perilaku
mengelola waktunya. prososial dalam kelas ini antara lain peran
Media dan kegiatan di desain guru yang sangat penting untuk
untuk mendukung gaya pembelajaran memberikan dukungan dan arahan serta
yang lain dan kecerdasan majemuk, bimbingan pada saat anak-anak
seperti linguistic, matematika, spasial, melakukan kegiatan di sekolah. Guru
music, kinestetik, dan interpersonal. dapat memberikan contoh pada anak yang
Sebagian anak adalah pembelajar usianya lebih tua bagaimana melindungi
kinestetik, dapat belajar dengan diri mereka sendiri dari gangguan anak-
menggunakan tangannya, melakukan anak yang lebih muda. Peran orang tua
pengukuran pada media-media, dan juga tidak kalah penting dalam
dengan demikian memetakannya secara mendukung perilaku prososial anak di
mental. Anak-anak lain ada yang rumah. pola asuh orang tua yang
pembelajar linguistik, penuh perhatian demokratis turut mendukung
pada isyarat yang menggunakan lisan dan terbentuknya perilaku prososial. Faktor
mempunyai kemampuan bawaan untuk dari anak-anak sendiri juga
pengetahuan verbal, serta belajar dengan mempengaruhi timbulnya perilaku
mendengarkan. Anak-anak lain prososial pada pengelompokan usia
kemungkinan mendapatkan banyak rangkap. Kelompok usia rangkap
manfaat dari berinteraksi dengan anak- memperbaiki perkembangan anak-anak

Elfrida Sandra Matondang: Perilaku Prososial Anak Usia Dini 45


karena menjadi panutan bagi anak-anak pelajaran tambahan, guru harus mencari
lain. Faktor gender juga merupakan dan menyusunnya sendiri. Guru membuat
faktor yang mempengaruhi timbulnya program tahunanyang dibagi menjadi
perilaku prososial dalam pengelompokan empat kwartal, dimana didalamnya
usia rangkap, anak-anak perempuan lebih terdapat kegiatan guest visit, field trip,
sering terlihat berperilaku prososial pada serta kunjungan ke dokter gigi satu kali
teman-temannya dari pada anak laki-laki. dalam satu semester.
Intervensi yang dilakukan oleh Berdasarkan hasil penelitian dan
guru antara lain dengan memberi kesimpulan yang ada, maka disarankan
pengertian pada anak yang perilakunya kepada:
kurang baik. Selain memberikan 1. Kepala Sekolah untuk memberikan
pengertian pada anak, guru juga arahan pada guru, orang tua, dan anak
menyerahkan problem solving yang harus bagaimana meningkatkan perilaku
mereka lakukan saat terjadi perselisihan. prososial dalam pengelolaan kelas
Setelah anak-anak menyelesaikan sendiri melalui pengelompokan usia rangkap.
konflik diantara mereka, guru hanya Program yang berkaitan dalam
bertanya apa yang harus dilakukan peningkatan perilaku prososial anak
selanjutnya, yaitu saling meminta maaf. sudah ada, yaitu dengan
Dari awal tahun pembelajaran, guru sudah mengelompokkan anak dalam
memberikan arahan seperti ini agar anak kegiatan kelas, diharapkan lebih
lebih mandiri dan bertanggung jawab atas banyak lagi program yang melibatkan
apa yang dilakukannya. anak dalam kegiatan pembelajaran
Membagi anak-anak dalam dan juga kerjasama antara sekolah dan
kelompok merupakan upaya yang orang tua.
dilakukan oleh guru dalam 2. Guru untuk dapat memunculkan
mengembangkan perilaku prososial dalam perilaku prososial lain dari anak selain
pengelompokan usia rangkap. Upaya dari perilaku berteman, membantu,
lainnya dengan memberikan perlakuan berbagi, kerjasama, dan peduli. Selain
atau pelayanan yang beraneka ragam atas itu juga guru harus memfasilitasi
semua usia. Guru berupaya melakukan kegiatan interaksi yang positif bagi
perencanaan yang baik, mencakup anak-anak melalui beberapa strategi.
perencanaan serangkaian kegiatan 3. Orang tua untuk memfasilitasi dan
pembelajaran, merumuskan tujuan meningkatkan perilaku prososial anak
berdasarkan indikator pencapaian di rumah. Dengan dasar inilah, orang
kompetensi dasar yang telah ditetapkan tua sebagai fasilitator sekaligus
dalam modul, memilih bahan ajar yang pembimbing sangat dibutuhkan
sesuai, dan menyusun rancangan kegiatan kehadirannya dalam mendampingi
belajar yang memadai. anak-anak ini.
Upaya yang dilakukan guru pada 4. Bidang pendidikan anak usia dini
pengelompokan usia rangkap adalah untuk menentukan langkah yang tepat
perencanaan pembelajaran dalam untuk membekali anak sejak usia dini.
pengelompokan usia rangkap dengan
menggunakan 5 modul pelajaran utama
dan 4 modul pelajaran tambahan. Modul DAFTAR PUSTAKA
ini disusun setiap awal tahun oleh guru Anderson, LM. & Prawat, RS. (1983).
kelas untuk digunakan dalam setahun. 5 Responsibility in the Classroom: A
modul pelajaran utama sudah ada Synthesis of Research on Teaching
kerangka pembelajarannya yang didapat Self-Control. Association for
dari Montessori, sementara untuk 4 modul

46 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016


Supervision and Curriculum Katz, LG. (1992). Nongraded and Mixed-
Department. Age Grouping in Early Childhood
Baron, RA. & Byrne, D. (2005). Dalam Programs. Diakses dari:
Ratna Djuwita (Terjemahan). www.ericdigests.org/1992-
Psikologi Sosial, Jilid II. (hlm. 92). 1/age.htm.
Jakarta: Erlangga Katz, LG. (1995). The Benefits of Mixed Age
Dayakisni, T dan Hudaniah. (2003). Grouping. Diakses dari:
Psikologi Sosial. Malang: UMM http//eric.ed.gov/?id=ED382411.
Press. Kinsey, SJ. (2001). Multiage Grouping and
Eisenberg, N. (2006). Handbook of Child Academic Achievement. Diakses
Psychology. Sixth Edition. Volume dari:
Three: Social, Emotional, and http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED44
Personality Development. New 8935.pdf.
Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Montessori, M (2008). The Absorbent Mind
Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi (Pikiran yang Mudah Menyerap).
Sosial. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Terjemah: Daryanto. Yogyakarta :
Forgaty, R. (1993). The Multiage Pustaka Pelajar.
Classroom: A Collection. Illiniois: Montessori Institute. (t.t). Module Outline
IRI/Skylight Publishing, Inc. for the Montessori Teacher
Gaustad, J. (1992). Nongraded Primary Education Program. Pdf. Diakses
Education. Diakses dari: dari: http://montessori-institue.ca.
http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED40 Mussen, P. H. Conger, J. J and Kagan, J.
6740.pdf. (1989). Child development and
Goodlad, JI., and Anderson, RH. (1987). The personality (Fifth Edition). Harper
Nongraded Elementary School. New and Row Publishers.
York: Teachers College Press. Samani, M dan Hariyanto. (2011 : hlm 239).
Hurlock, E. (1987). Perkembangan Anak, Konsep dan Model Pembelajaran
Jilid 1, alih bahasa Meitasari Karakter. Bandung: PT. Remaja
Chandra, Jakarta: Erlangga. Rosdakarya.
International Centre of Montessori Sarlito WS dan Eko AM. (2009). Psikologi
Education. (2001). The Montessori Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Method. Diakses dari Sears, DO. dkk. (1991). Psikologi Sosial,
http://www.montessori- Jilid V. (terj. Michael Adryanto).
icme.com/method.html. Staub, E. (1978). Positive Social Behavior
Johnson, D. (1998). Critical Issue: and Morality: Social and Personal
Enhancing Learning Through lnfluences. New York: Academic
Multiage Grouping. Diakses dari: Press.
www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/met Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
hods/in500.htm. Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Kartono, K. (1986). Psikologi Abnormal. Bandung: CV. Alfabeta.
Bandung : Mandar Maju Wrightsman, L. S. & Deaux, K. (1981).
Katz, LG. (1989). The Case for Mixed-Age Social Psychology in The 80’S. Third
Grouping in Early Education. Edition. Monterey: Brooks/Cole
Diakses dari: Publishing Company.
http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED30 Yusuf, S. (2002). Psikologi Perkembangan
8991.pdf. Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Elfrida Sandra Matondang: Perilaku Prososial Anak Usia Dini 47

Das könnte Ihnen auch gefallen