Sie sind auf Seite 1von 9

TUGAS

KIMIA DASAR 2

OLEH

NAMA : MARIA CLARIANA APRISTA MANIKIN


NPM: : 52180032
SEMESTER : II

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2019
1. TEORI VSEPR

Teori Tolakan pasangan elektron (VSEPR) akan menjelaskan susunan elektron dalam suatu
atom yang berikatan. Posisi elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri
molekulnya.Geometri (bentuk) molekul adalah gambaran tentang susunan atom-atom dalam
molekul berdasarkan susunan ruang pasangan elektron atom dalam pusat dalam molekul,
pasangan elektron ini baik yang berikatan maupun yang bebas. Teori VSEPR (Valence Shell
Electron Pain Repulsion) yaitu teori tolak menolak pasangan – pasangan elektron pada kulit
terluar atom pusat. Teori ini menekankan pada kekuatan tolak menolak diantara pasangan -
pasangan elektron pada atom pusat urutan kekuatannya adalah sebagai berikut : Pasangan
Elektron Ikatan (PEI) ; Pasangan Elektron Bebas (PEB), sehingga kekuatan tolakan antara
PEI vs PEI< PEI vsPEB < PEB vs PEB.

Dari Tabel tabel diatas dapat dijelaskan bahwa apabila dalam membentuk ikatan terdapat 2
pasang elektron, maka bentuk molekul yang stabil adalah linear, hal ini karena pada molekul
tersebut tolakan minimum terjadi pada sudut 1800. Sedangkan apabila terdapat 3 pasang elektron
tolakan minimum terjadi apabila sudut ikatan yang dibentuk adalah 1200, atau dengan kata lain
bentuk molekul yang terbentuk adalah segitiga. Untuk menggambarkan bentuk molekul tersebut
gunakan malam dan lidi atau atau jarum pentol (yg berwarna). Bentuk linear dibentuk dengan
cara buatlah bentuk bola dan ambilah 2 jarum. Tancapkan jarum pada bola yang terbuat dari
malam, apbila ada 2 pasang maka bentuk yang stabil adalah linear.

Jika terdapat 3 pasang elektron ikatan maka ambilah 3 jarum dan bentuk molekul yang stabil
adalah segitiga sama sisi.

Untuk molekul yang terbentuk dengan 4 pasang elektron, bentuk molekul yang terbentuk adalah
tetrahedral, hal ini karena apabila pada 3 pasang elektron bentuknya adalah segitiga, dan apabila
terdapat 1 pasang lagi ditambahkan, 1 pasang elektron tersebut akan masuk dari atas atau bawah
sehingga membentuk tetrahedral dengan susut ikatan 109,50. Dengan bentuk tetrahedral ini
tolakan yang kan terjadi pada molekul akan minimum. Hal ini ditampilkan pada dalam gambar
berikut ini :

Pada pembentukan molekul dengan 5 pasang maka bentuk tetrahedral (4 pasang elektron)
ditambahkan 1 pasang elektron dari arah atas atau bawah sehingga akan terbentuk trigonal
bipiramida (tolakan anatar pasangan elektron mimimum), begitipula untuk pembentuka molekul
dengan 6 pasang dapat dijelaskan dengan bentuk trigonal bipiramida (5 pasang elektron)
ditambah dengan pasang elektron dari arah (sumbu) horisontal sehingga akan membentuk
oktahedral(tolakan pasanga elektron miminum)
Pengaruh PEB dapat dijelaskan sebagi berikut : Make Google view image button visible again:

Bandingkan Bentuk Molekul CH4 , NH3 dan H2O · Bentuk Molekul CH4 Atom Pusatnya
adalah atom C Elektron Valensi dari C = 4 Ada 4 x 1 elektron dari atom H = 4 Jumlah 8
elektron PEI = 4, PEB = 0, sehingga pasangan elektron = 4 Bentuk dasar : Tetrahedral
Bentuk Molekul : Tetrahedral Make Google view image button visible again:

· Bentuk Molekul NH3 Atom Pusatnya adalah atom N Elektron Valensi dari N
= 5 Ada 3 x 1 elektron dari atom H = 3 Jumlah 8 elektron PEI = 3, PEB = 1,
sehingga pasangan elektron = 4 Bentuk dasar : Tetrahedral, karena ada 1 PEB sehingga ada satu
ikatan yang tidak terlihat (imajiner), sehingga : Bentuk Molekul :
2. TEORI TOLAKAN DOMAIN ELEKTRON
Suatu area dalam molekul yang ditempati elektron disebut sebagai domain elektron .
Domain elektron meliputi pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas
(PEB) dan elektron tuggal ayng dalam banyak kasus merupakan elektron bebas.
Unsur-unsur yang saling berikatan memiliki bentuk molekul berbeda-beda tergantung
jumlah pasangan elektron yang terlibat. Bentuk molekul dipengaruhi oleh susunan ruang
pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) pada atom pusat suatu
molekul.
INGAT : PEI dan PEB ditentukan dari atom pusat.
Teori domain elektron menyatakan bahwa pasangan elektron ikatan dan pasangan
elektron bebas saling tolak-menolak sehingga tiap-tiap pasangan elektron cenderung
berjauhan satu sama lain untuk meminimalkan gaya tolakan tersebut. Teori ini disebut
juga teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) yang dikembangkan oleh R.J
Gilespie (Kanada,1957)

BENTUK MOLEKUL

Bentuk molekul senyawa kovalen ditentukan oleh susunan ruang pasangan elektron di
sekitar atom pusat. Untuk bisa menentukan domain elektron maka dipergunakanStruktur
Lewis. Karena dengan struktur Lewis dapat diketahui PEI dan PEB. Berdasarkan teori
domain elektron ada 5 macam bentuk dasar molekul kovalen, yaitu :

1. Linear

Bentuk melekul ini disusun oleh tiga atom yang berikatan dalam satu garis lurus dan
sebuah atom yang menjadi atom pusatnya. Terdapat 2 domain dengan sudut ikatan 180

2. Segitiga Datar

Bentuk melekul ini segitiga sama sisi yang disusun oleh 4 buah atom. 1 buah atom pusat
yang berikatan dengna 3 atom lainnya dengan sudut ikatan 120o

3. Tetrahedral

Bentuk melekul ini seperti piramida yang tersusun oleh 5 atom dengan 1 buah atom
bertindak sebagai atom pusat yang berikatan dengan 4 elektron ikatan dengan sudut
ikatan 109,5o
4. Trigonal Bipiramidal

Bentuk melekul ini seperti dua piramida yang bergabung menjadi satu dimana atom pusat
dikelilingi oleh 5 atom lainnya dengan sudut 90o dan 120o

5. Oktahedral

Bentuk melekul ini terdiri atas delapan bidang yang merupakan segitiga sama sisi dimana
atom pusat akan dikelilingi oleh 6 atom lainnya dengan dusut ikatan 90o

Kelima bentuk dasar molekul kovalen hanya menggambarkan geometri domain elektron
yang mengandung PEI, namun dalam teori VSEPR gaya tolakan yang dihasilkan oleh
pasangan elektron bebas berpengaruh terhadap bentuk molekul. Bentuk molekul diberi
notasi khusus untuk menunjukkan jumlah PEI dan PEB, yaitu :

AXnEn

Dimana A = atom pusat, X = PEI, E = PEB, n = jumlah masing-masing PEI/PEB

Cara menentukan domain elektron :

1. Buat konfigurasi elektron masing-masing unsur dari Nomor Atomnya


2. Ketahui elektron valensi masing-masing unsur dari konfigurasinya
3. Buat struktur Lewisnya
4. Tentukan domainelektron (PEI dan PEB) pada atom pusat
5. Buat notasi VSEPR

Untuk meramal bentuk ion poliatomik, harus menggunakan rumus berikut :

1. Hitung jumlah pasangan elektron pada semua atom

Pasangan elektron = Jlh. Elektron valensi ± muatan ion / 2

2. Hitung jumlah pasangan elektron ikatan (PEI) pada atom pusat

PEI = Jumlah atom – 1

3. Hitung jumlah pasangan elektron yang berada di sekitar atom pusat

Pasangan pusat = pasangan elektron – (3 x jlh.atom ujung, kecuali H)

4. Hitung jumlah pasangan elektron bebas

PEB = pasangan pusat – PEI


3. HIBRIDISASI
Teori Hibridisasi – Hibridisasi tidak hanya menyangkut tingkat energi, tetapi juga
bentuk orbital gambar. Berdasarkan teori Hibridisasi, sebagai contoh C dengan 4 orbital
hibrida sp3 (peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp), dapat membentuk 4 ikatan
kovalen yang equivalen.
Jadi, teori hibridisasi merupakan peleburan orbital-orbital dari tingkat energi yang
berbeda menjadi orbital-orbital yang setingkat. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi
sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul.
Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi.
Sejarah Perkembangan Teori Hibridisasi
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan struktur
molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-
sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas,
dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan
struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan
kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan
orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun
skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari
tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana,
pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang
terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang
bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi.
Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah
satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis
yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-
atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini,
teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan.
Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul,
namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori
hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk
menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S).
Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.
Contoh Berbagai Macam Hibridisasi
Jumlah orbital hibrida (hasil hibridisasi) sama dengan jumlah orbital yang terlihat pada
hibridasi itu. Berbagai tipe hibridisasi disajikan dalam tabel berikut:

Namun Teori Hibridisasi berbeda dengan Teori domain elektron yang dapat digunakan untuk
meramalkan bentuk molekul, tetapi teori ini tidak dapat digunakan untuk mengetahui penyebab
suatu molekul dapat berbentuk seperti itu.
Sebagai contoh, teori domain elektron meramalkan molekul metana (CH4) berbentuk tetrahedron
dengan 4 ikatan C-H yang ekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai dengan ramalan tersebut,
akan tetapi mengapa molekul CH4 dapat berbentuk tetrahedron?
Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom = 6) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut.
Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom C hanya dapat membentuk 2 ikatan kovalen (ingat,
hanya elektron tunggal yang dapat dipasangkan untuk membentuk ikatan kovalen). Oleh karena
ternyata C membentuk 4 ikatan kovalen, dapat dianggap bahwa 1 elektron dari orbital 2s
dipromosikan ke orbital 2p, sehingga C mempunyai 4 elektron tunggal sebagai berikut.

Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengan satu pada satu orbital 2s
dan tiga pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan penyebab C pada CH4 dapat
membentuk 4 ikatan ekuivalen yang equivalen. Untuk menjelaskan hal ini, maka dikatakan
bahwa ketika atom karbon membentuk ikatan kovalen dengan H membentuk CH4, orbital 2s dan
ketiga orbital 2p mengalami hibridisasi membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital hibridanya
ditandai dengan sp3 (peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp) untuk menyatakan
asalnya, yaitu satu orbital s dan 3 orbital p.

Das könnte Ihnen auch gefallen