Sie sind auf Seite 1von 8

Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Ditinjau dari Indikator Peresepan


Menurut World Health Organization (WHO) di Seluruh Puskesmas Kota
Kendari Tahun 2016
1
Sunandar Ihsan, 1Sabarudin, 1Mesi Leorita, 1Andi Sitti Zaenab Syukriadi, 1Merlyn H. Ibrahim

1
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo Kendari
Email: sunandar.elrumi@gmail.com

ABSTRACT
Background: Puskesmas is a first level of health facility in the public health services and for that, rationality drug
used is important to achieve a better quality of life supporting productivity and nationality endurance. Aim: This
study aim to evaluated rationality of drug used thorough WHO prescribing indicator to all subdistrict public health
(Puskesmas) in Kendari City. Method: This was a cross sectional observational study at 15 subdistrict public health
service with restrospective data collected. Total sample was 1680 prescription for 2016 period. Data compare with
WHO standard indicator. Result: Result of this study showed that average drug prescriber was 3.23, average
percentace of medicine prescribed by generic name was 96.08%, average percentage encounters with antibiotic
prescribed was 36.85%, average percentage encounters with injection prescribed was very low 0.16%, average
percentage of medicine with National Formularium was 75.07%. Result showed that drug used at all Puskesmas
was still irrational except injection used and there was significant difference (p<0.005) between Puskesmas except
injection used. There were three Puskesmas (Puskesmas Labibia, Puskesmas Kemaraya, and Puskesmas Benu-
benua) has achieved standard of percentage of drug prescribed. Antibiotic achieved standard used was Puskesmas
Nambo, Puskesmas Benu-benua, Puskesmas Wua-wua, Puskesmas Labibia and Puskesmas Perumnas. There were
no one Puskesmas has achieved generic names and national formularium prescribed.Conclusion: Puskesmas
Benubenua was most rational drug use with prescribing indicator of WHO.
Keywords: Rational Drug Use, Prescribing Indicator, Puskesmas, Kendari City

PENDAHULUAN tidak memiliki akses obat esensial. Hal ini


Dalam pelayanan kesehatan, obat terjadi karena polifarmasi, penggunaan obat
memainkan peran yang sangat penting non-esensial, penggunaan antimikroba yang
dalam tercapainya kesehatan pasien, namun tidak tepat, penggunaan injeksi secara
penggunaan obat yang rasional masih berlebihan, penulisan resep yang tidak
menjadi masalah terbesar dalam tercapainya sesuai dengan pedoman klinis (WHO, 2002).
terapi yang efektif dan efisien. Penggunaan Ketidakrasionalan penggunaan obat juga
obat yang rasional meliputi tepat dalam hal berakibat pada pemborosan biaya terutama
indikasi, tepat pasien, tepat dosis, tepat obat resistensi antibiotik akibat penggunaan obat
dan tepat cara dan lama penggunaan. Akan yang tidak rasional. Kerugian yang
tetapi dalam laporan yang diterima oleh dilaporkan menghabiskan biaya US $4-5
World Helath Organization (WHO) masih miliar pertahun di Amerika Serikat dan €9
terdapat penggunaan obat yang tidak miliar di Eropa), akibat terjadinya reaksi
rasional dimana terdapat lebih dari50% obat yang merugikan dan kesalahan
dariseluruh penggunaan obat-obatan tidak pengobatan (Kemenkes RI, 2011).
tepat dalamperesepan, penyiapan, ataupun Penggunaan obat yang rasional
penjualannya, sedangkan 50% lainnya tidak sangat penting dalam rangka tercapainya
digunakan secara tepat oleh pasien. Selain kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
itu, sekitar sepertiga dari penduduk dunia yang lebih baik (Cippole dkk., 2012).

402
Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

Penggunaan obat yang rasional akan penggunaan obat pada penyakit ISPA di
memberikan keuntungan pada masyarakat RSU Provinsi Bahteramas Sulawesi
baik dari segi ekonomi maupun peningkatan Tenggara terdapat ketidaktepatan indikasi
derajat kesehatan yang mendukung pada sebesar 84,97%, tidak tepat obat sebesar
produktivitas kerja masyarakat yang 54,96% dan yang tidak tepat dosis sebanyak
mengarah pada terbangunnya ketahanan 6,66%. Di Puskesmas Poasia Kendari untuk
nasional. penyakit ISPA rasionalitas pengobatan dari
Beberapa penelitian di Indonesia segi ketepatan obat hanya 71,2% dan tepat
juga masih menunjukkan ketidakrasionalan dosis 95,7% (Kusuma, 2014). Untuk demam
penggunaan obat seperti yang terjadi di tifoid di puskesmas yang sama masih
salah satu apotek di Jakarta Selatan tahun didapatkan ketidakrasionalan pengobatan
2005 menunjukkan bahwa jenis dan jumlah dimana persentase ketepatan dosis
obat yang didapatkan oleh anak-anak hanya74,13% dan persentase ketepatan lama
dibawah 12 tahun diberikan secara pemberian 70,69% (Ruslan, 2014).
polifarmasi (lebih dari 4 obat) (Sari, 2011). Permasalahan ini dapat disebabkan oleh
Selain itu sebanyak 253 resep (52,7%) dari persediaan obat yang tidak ada atau kurang
total 488 resep dengan 45 resep (9,3%) lengkap di puskesmas tersebut (Ihsan dkk,
diantaranya terdapat lebih dari 8 jenis obat 2016).
per resep, serta 12% diantaranya memicu
timbulnya interaksi obat yang tidak METODE PENELITIAN
diinginkan (Ernie, 2007). Penelitian dilakukan di seluruh
Suatu penelitian di Rumah Sakit puskesmas Kota Kendari baik yang
Panti Nugroho Sleman menunjukkan menyelenggarakan rawat inap maupun non
persentase peresepan obat dengan nama rawat inap. Penelitian ini merupakan studi
generik pada pasien rawat jalan hanya observasional non eksperimental dengan
mencapai 27,92% (Sudarmono, 2011). pengumpulan data secara retrospektif. Data
Selain itu, penelitian pola peresepan untuk dianalisis secara deskriptif. Obyek penelitian
ISPA dan myalgia di puskesmas pada 8 ini adalah 1650 lembar resep terpilih (rata-
kabupaten/kota,provinsi Sumatra Barat pada rata 110 tiap puskesmas) yang mewakili
penggunaan obat untuk ISPA dan myalgia di seluruh dokter/penulis resep yang telah
puskesmas cenderung berlebihan dan memenuhi kriteria inklusi dan eklusi resep
umumnya dalam bentuk polifarmasi. pada bulan Januari – Desember 2016 di tiap
Penggunaan injeksi untuk myalgia juga puskesmas kecamatan Kota Kendari.
sangat tinggi, rata-rata lebih dari 40% Kriteria inklusi dan eklusi resep yaitu
(Dwiprahasto, 2006). sebagai berikut:
Di Sulawesi Tenggara sendiri telah 1) Kriteria inklusi resep
dilakukan beberapa penelitian pendahuluan a. Tanggal resep berada pada periode
terkait penggunaan obat baik di rumah sakit Januari – Desember 2016.
maupun di puskesmas seperti yang b. Resep termasuk resep pasien rawat
dilaporkan oleh (Rianti, 2014) bahwa jalan poli umum.

403
Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

c. Resep yang memiliki tanggal resep, dilakukan uji parametrik menggunakan uji
nama pasien, umur pasien, jenis One-way ANOVA dengan uji alternatif
kelamin pasien, nama poli, dan nama menggunakan uji Kruskal-Wallis apabila
obat yang diberikan. distribusi data tidak normal. Kemudian,
d. Resep untuk pasien yang berusia 15 untuk mengetahui kelompok yang berbeda
– 55 tahun. secara bermakna (p<0.05) maka dilakukan
2) Kriteria eksklusi resep analisis Post-Hoc dan bila dipakai uji
a. Resep untuk pasien poli gigi, KIA Kruskal-Wallis, maka uji Post-Hoc yang
(Kesehatan Ibu dan Anak), lansia digunakan adalah Mann-Whitney.
(lanjut usia), dan balita.
b. Tulisan pada resep tidak dapat HASIL
terbaca. 1. Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat
3) Kriteria perhitungan jumlah obat pada Indikator Peresepan WHO di Seluruh
tiap resep adalah: Puskesmas Kota Kendari
a. Semua obat yang berbeda nama Penelitian ini dilakukan untuk
dalam satu resep dihitung sebagai melihat rasionalitas penggunaan obat di
obat yang berbeda. seluruh Puskesmas Kota Kendari tahun 2016
b. Obat dengan nama yang sama tetapi berdasarkan indikator peresepan WHO.
berbeda bentuk sediaan dihitung Pengambilan data dilakukan secara
sebagai obat yang berbeda. retrospesktif dengan melihat data resep
c. Vitamin yang diberikan dalam resep pasien poli umum periode tahun 2016
juga dihitung sebagai obat. sebanyak 1680 lembar resep dengan rata-
d. Kombinasi obat yang dihitung rata 112 resep per fasilitas kesehatan.
sebagai satu obat adalah kombinasi Tingkat rasionalitas penggunaan obat di
obat yang telah dijadikan standar seluruh Puskesmas Kota Kendari yang
terapi tetap untuk penyakit tertentu terdiri dari 10 puskesmas non rawat inap dan
berdasarkan pedoman pengobatan lima puskesmas rawat berdasarkan indikator
dasar di puskesmas tahun 2007. peresepan WHO yang telah distandarisasi
Analisis data dilakukan dengan sesuai deskripsi dan ukuran sampel melalui
menggunakan software PASW SPSS 19.0. uji lapangan di beberapa negara berkembang
Nilai α yang digunakan adalah 0,05% oleh WHO sehingga tidak diperlukan
dengan Confidence Interval 95%. Untuk penyesuaian nasional (Veronika, 2011)
melihat rasionalitas tiap puskesmas maka dapat dilihat pada Tabel 1.

404
Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

Tabel 1. Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan Indikator Peresepan


menurut WHO di seluruh Puskesmas Kota Kendari Tahun 2016
No. Parameter Indikator Puskesmas Target Standar WHO
Peresepan Kota Kendari Kemenkes RI 1993/2009
1. Rata-rata jumlah obat tiap pasien 3,23 2,6 ≤3
2. Persentase peresepan obat generik 96,08% 100% 100%
3. Persentase peresepan antibiotik 36,85% - ≤ 30%
4. Persentase peresepan injeksi 0,16% - ≤ 10%
5. Persentase peresepan obat dari 75,07% 100% 100%
formularium nasional
Sumber: Data primer (2016)

2. Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Kendari yang terdiri dari 10 puskesmas


Indikator Peresepan WHO di Tiap non rawat inap dan 5 puskesmas rawat
Puskesmas Kota Kendari inap berdasarkan kemampuan
Penggunaan obat rasional penyelenggarannya dapat dilihat pada
berdasarkan indikator peresepan WHO Tabel 2.
dilakukan pada seluruh puskesmas Kota

Tabel 2. Tingkat rasionalitas penggunaan obat di tiap puskesmas Kota Kendari tiap
parameter indikator peresepan WHO
No. Parameter Jumlah Generik Antibiotik Injeksi Formularium
Puskesmas Obat Nasional
1 Mokoau 3,02 95,10% 39,81% 0% 83,79%
2 Wua-wua 3,37 94,23% 25,92% 0% 76,64%
3 Jati raya 3,13 99,41% 55,55% 0% 79,35%
4 Perumnas 3,65 91,39% 28,70% 0% 60,83%
5 Mekar 3,33 93,88% 35,18% 0% 69,72%
6 Benu-benua 2,93 98,42% 25% 0% 76,97%
7 Kemaraya 2,87 93,24% 35,18% 0% 72,66%
8 Nambo 3,39 97,27% 12,03% 0% 77,92%
9 Mata 3,38 98,08% 52,77% 0% 83,33%
10 Labibia 2,82 98,68% 27,77% 0% 74,75%
11 Lepo-Lepo 3,3 95,25% 37,5% 0,83% 78,25%
12 Puuwatu 3,67 95,91% 54,16% 0% 70,74%
13 Poasia 3,3 97,75% 31,66% 0,83% 77%
14 Abeli 3,2 96,09% 46,66% 0% 70,57%
15 Kandai 3,13 96,54% 45% 0,83% 73,67%
Sumber: Data primer (2016)

3. Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Tabel 3 menunjukan analisis statistik


Indikator Peresepan WHO di Tiap untuk seluruh puskesmas di Kota Kendari
Puskesmas Kota Kendari tingkat penggunaan obat yang rasional
berdasarkan indikator peresepan WHO.

405
Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

Tabel 3. Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Berdasarkan Indikator Peresepan WHO


Tiap Puskesmas Kota Kendari Tahun 2016
No. Parameter P-value*
1 Rata-Rata Jumlah Obat <0,05
2 Generik <0,05
3 Antibiotik <0,05
4 Injeksi <0,05
5 FORNAS <0,05
Keterangan: *Uji Statistik: Post Hoc Mann-Whitney, p-value <0,05 : terdapat perbedaan signifikan antar
Puskesmas

PEMBAHASAN kuman terhadap antibiotik (Kemenkes,


Jumlah obat tiap lembar resep 2011). Selain itu, penggunaan antibiotik
didapatkan rata-rata 3,23 yang menunjukan secara tidak tepat dapat menimbulkan
tingkat pemakaian obat tiap pasien melebihi terjadinya peningkatan efek samping dan
standar WHO (≤3/resep) maupun Kemenkes toksisitas antibiotika, pemborosan biaya dan
RI (rata-rata 2,6/resep). Puskesmas yang tidak tercapainya manfaat klinik yang
memenuhi target yaitu Puskesmas Benu- optimal dalam pencegahan maupun
benua, Kemaraya dan Puskesmas Labibia, pengobatan penyakit infeksi (Kaparang dkk.,
dan untuk puskesmas Puuwatu adalah paling 2014). Oleh karena itu, dasar penggunaan
tinggi dalam meresepkan obat. Penggunaan antibiotik harus tepat dan sesuai dengan
obat berlebih terkait dengan polifarmasi penyebab timbulnya penyakit.
yang berpotensi menimbulkan masalah pada Untuk penggunaan injeksi di seluruh
penggunaan obat tersebut. Hal ini perlu puskesmas Kota Kendari telah mencapai
dinilai rasionalitas penggunaan obat pada target di bawah 10% yaitu hanya 0,16%.
pasien untuk mencegah timbulnya drug Angka yang kecil ini disebabkan hanya tiga
related problems. puskesmas yang meresepkan injeksi yaitu
Persentase penggunaan obat generik puskesmas yang menyelenggarakan rawat
didapat 96,08% yang menujukkan masih di inap yaitu Puskesmas Lepo-lepo, Kandai,
bawah standar WHO maupun Kemenkes RI dan Puskesmas Poasia. Penggunaan obat
yang harus 100%. Puskesmas Jati Raya yang termasuk dalam Formularium Nasional
adalah yang mendekati standar yaitu 99,41% didapatkan masih jauh dari standar yaitu
dalam penggunaan obat generik. hanya mencapai 75,07% dari 100% yang di
Penggunaan obat generik diwajibkan targetkan. Puskesmas yang paling mendekati
terutama pada Puskesmas sebagai fasilitas target adalah puskesmas Mokoau (83,79%)
kesehatan tingkat pertama (Permenkes, dan yang paling rendah adalah puskesmas
2010). Untuk penggunaan antibiotik Perumnas (60,83%).
didapatkan 36,85% melebihi yang Jika dibandingkan antara puskesmas
ditargetkan oleh WHO yaitu ≤30%. yang menyelenggarakan rawat inap dan non
Penggunaan antibiotik yang berlebihan rawat inap, puskesmas non rawat inap lebih
dapat menyebabkan terjadinya resistensi baik dibanding puskesmas rawat inap

406
Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

dimana tidak ada satupun parameter yang berdasarkan indikator peresepan untuk
memenuhi standar rasionalitas penggunaan seluruh parameter selain parameter
obat selain parameter penggunaan injeksi peresepan injeksi antar seluruh puskesmas
pada puskesmas rawat inap. Namun untuk Kota Kendari dengan p-value <0,05.
penggunaan antibiotik yang paling tinggi Hasil analisis statistik perbandingan
yaitu antara puskesmas non rawat inap untuk seluruh puskesmas digunakan uji
(puskesmas Jati Raya sebanyak 55,55%) dan Kruskal-Wallis dan post hoc Mann-whitney
rawat inap (puskesmas Puuwatu sebanyak dapat dilihat di Tabel 3. Untuk rata-rata
54,16%) tidak ada perbedaan signifikan jumlah obat tiap pasien, terdapat perbedaan
dengan p-value 0,834 (p>0,05). bermakna antara puskesmas yang jumlah
Untuk tingkat rasionalitas penggunaan obatnya sesuai standar yaitu
penggunaan obat indikator peresepan WHO puskesmas Benu-benua, Kemaraya dan
di tiap Puskesmas Kota Kendari pada Labibia dengan puskesmas yang di atas
parameter jumlah obat tiap resep yang standar (p<0,05). Untuk parameter
mencapai standar adalah puskesmas Benu- peresepan generik terdapat perbedaan yang
benua, Kemaraya dan Labibia sedangkan bermakna pada setiap puskesmas yang
yang paling tinggi adalah puskesmas mendekati standar yaitu Jati Raya (99,41%)
Puuwatu. Parameter penggunaan obat dengan Mata (98,08%) dan Labibia
generik yang paling mendekati standar (98,68%) p-value <0,05. Untuk parameter
adalah puskesmas Jati Raya (99,41%) peresepan antibiotik pada puskesmas yang
dengan yang paling rendah adalah paling tinggi yaitu Jati Raya (55,55%) dan
puskesmas Perumnas (91,39%). Parameter Puskesmas Mata (52,77%) tidak terdapat
penggunaan antibiotik yang paling tinggi perbedaan yang bermakna. Sedangkan pada
dan melebihi standar adalah puskesmas Jati puskesmas yang mencapai standar yaitu
Raya dan Puuwatu, namun terdapat puskesmas Wua-wua (25,42%), Benu-benua
puskesmas yang memenuhi standar (≤30%) (25,00%) dan Labibia (27,77%) tidak
yaitu puskesmas Wua-wua, Perumnas, terdapat perbedaan secara bermakna antar
Benu-benua, Nambo dan Puskesmas puskesmas tersebut. Untuk ketiga puskesmas
Labibia. Pada parameter penggunaan obat yang memenuhi standar tersebut disebabkan
yang masuk dalam FORNAS, baik yang oleh pola peresepan dokter yang cenderung
paling tinggi maupun yang paling rendah jarang memberikan antibiotik pada pasien
adalah puskesmas non rawat inap berturut- terutama ISPA non pneumonia dan diare,
turut yaitu puskesmas Mokoau dan selain itu juga dapat dipengaruhi oleh faktor
puskesmas Perumnas. Secara keseluruhan pasien yang tidak banyak (Ihsan dkk, 2017).
tingkat rasionalitas penggunaan obat Pada parameter peresepan yang masuk
berdasarkan indikator peresepan menurut FORNAS terdapat perbedaan bermakna
WHO di tiap puskesmas untuk setiap dengan p-value <0,05 pada puskesmas yang
parameter dapat dilihat pada Tabel 2. paling mendekati standar yaitu puskesmas
Terdapat perbedaan yang bermakna Mokoau (83,79%) dan puskesmas Mata
tingkat rasionalitas penggunaan obat (83,33%).

407
Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

Untuk hasil seluruh puskesmas baik Manajemen Pelayanan Kesehatan. 9


yang rawat inap maupun non rawat inap (2).
didapatkan bahwa hanya parameter Ernie, H.P., dan Hafiz, I.. 2007. Pemberian
peresepan injeksi yang mencapai standar Obat secara Polifarmasi pada Anak
yaitu 0,16% (<10%) dalam hal rasionalitas dan Interaksi Obat yang
penggunaan obat berdasarkan indikator Ditimbulkan. Media Litbang
peresepan menurut WHO 1993/2009. Kesehatan. XVII (1).
Kaparang, P.C.,Tjitrosantoso,H., dan
SIMPULAN Yamlean, P.V.Y. 2014. Evaluasi
Rasionalitas penggunaan obat di Kerasionalan Penggunaan
seluruh puskesmas Kota Kendari Tahun Antibiotika Pada Pengobatan
2016 berdasarkan indikator peresepan WHO Pneumonia Anak di Instalasi Rawat
yaitu belum rasional kecuali parameter Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
pesentase peresepan injeksi. Terdapat Manado Periode Januari-Desember
puskesmas yang memenuhi standar 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi 3 (3).
penggunaan obat yang rasional berdasarkan Kemenkes. 2011. Modul Penggunaan Obat
indikator peresepan WHO yaitu rata-rata Rasional. Kementrian Kesehatan
jumlah antibiotik dan jumlah penggunaan Republik Indonesia. Jakarta.
obat yaitu Puskesmas Benu-benua, Kusuma, S.M.S. 2014. Rasionalitas
Kemaraya dan Labibia. Penggunaan Antibiotik PEnyakit
Infeksi Saluran Pernapasan akut
UCAPAN TERIMA KASIH (ISPA) Pada Pasien Anak di Instalasi
Terimakasih kami sampaikan kepada Rawat Inap Puskesmas Poasia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari, Skripsi. Universitas Halu Oleo.
seluruh Kepala Puskesmas non rawat inap Kendari.
Kota Kendari yang telah memberi izin Peraturan Menteri Kesehatan Republik
penelitian ini dan Kementerian Riset, Indonesia Nomor
Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang HK.02.02/MENKES/068/I/2010
mendanai penelitian ini. tentang Kewajiban Menggunakan
DAFTAR PUSTAKA Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah.
Cippole R.J, Strand L.M., dan Morley P.C. Rianti, R. 2014. Studi Kerasionalan
2012. Pharmaceutical Care Practice: Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Patient-Centered Approach to Pediatrik Penyakit Infeksi Saluran
rd
Medication Management3 edition. Pernafasan Akut di Instalasi Rawat
McGraw Hill. New York City. Jalan Rumah Sakit Umum (RSU)
Dwiprahasto, I. 2006. Peningkatan Mutu Bahteramas Provinsi Sulawesi
Penggunaan Obat Di Puskesmas Tenggara Tahun 2013. Skripsi.
Melalui Pelatihan Berjenjang Pada Universitas Halu Oleo. Kendari.
Dokter Dan Perawat. Jurnal

408
Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN: 2443-0218

Ruslan, I.I. 2014. Rasionalitas Penggunaan World Health Organization. 1993. How to
Antibiotik Penyakit Demam Tifoid Investigate Drugs Use in Health
Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Facilities (selected drug use
Inap Puskesmas Poasia. Skripsi. indicators). World Health
Universitas Halu Oleo. Kendari. Organization. Geneva.
Sari, K.C.D.P. 2011. Evaluasi Rasionalitas World Health Organization. 2002.Promoting
Penggunaan Obat Ditinjau Dari Rational Use Of Medicine: Core
Indikator Peresepan Menurut World Component. WHO Policy
Health Organization (WHO) Di Perspective On Medicine. World
Seluruh Puskesmas Kecamatan Kota Health Organization. Geneva.
Depok Pada Tahun 2010. Skripsi. World Health Organization. 2009.
Universitas Indonesia. Depok. Medicines Use in Primary Care in
Sudarmono, C.A., Purnomo, A., dan Developing and Transitional
Sudjaswadi R. 2011. Analisis Countries World Health
Penggunaan Obat Pada Pasien Rawat Organization. Geneva.
Jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Veronika, M. 2011. Analisis Pelayanan
Sleman Periode Oktober 2008. Pasien Sebagai Salah Satu Indikator
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Penggunaan Obat Rasional di
Farmasi 1 (1). Seluruh Puskesmas Kecamatan Kota
Ihsan S, Jabar A, Alifah N, Sonaru F, Depok. Skripsi. Universitas
Ramadhan R. 2017. Evaluasi Mutu Indonesia. Depok.
Pelayanan Kefarmasian di Seluruh
Puskesmas Kota Kendari Tahun
2016, Prosiding Seminar Nasional
Kefarmasian/SNF. Farmasi UHO
2016. Kendari.

409

Das könnte Ihnen auch gefallen