Sie sind auf Seite 1von 11

Rejeki et al.

/ Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency

Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency


Service Program (PONED) at Health Centers, Tegal

Sri Tanjung Rejeki¹), Muhammad Akhyar²), Supriyadi Hari R³)


1)School
of Health Sciences Bhakti Mandala Husada, Slawi, Central Java
2)Masters
Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta
3)Department of Obstetrics and Gynecology, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta

ABSTRACT

Background: Maternal mortality reached 33 cases in Tegal in 2015. Some measures had been
taken to reduce maternal mortality rate and infant mortality rate, among others was basic obstetric
and neonatal emergency service program (PONED). The PONED program was operated by health
centers with inpatients services 24 hours a day and 7 days a week. This study evaluated the
Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency Service Program (PONED) at Health
Centers, Tegal.
Subjects and Method: This was an evaluation study with qualitative approach and CIPP
(context, input, process, product) framework. This study was conducted in Tegal, Central Java. A
total of 10 key informants, including Head of Family Health and Nutrition Division at the District
Health Office Tegal, Head of Health Centers, Midwife responsible for operating PONED, mothers
with post heavy pre-eclampsia, were selected for this study. The data were collected by in-depth
interview, observation, and document review.
Results: From the context perspective, the objective of PONED at the health centers conformed
with the policy. The number of health personnel was sufficient. But nurses have not been involved
in the PONED health centers. There was no special fund for operating PONED health centers. The
number of facilities was sufficient. From the input perspective training on emergency service had
been well carried of. An effort to increase facilities had been plan from the process perspective the
health centers PONED services had conformed with the SOP. The health personnel performed task
according to the job description. Intersectoral collaboration and program were well implemented.
The impeding factors included the long process of BPJS claim, and low community awareness.
From the product perspective, patients reported high satisfaction of the health centers PONED
services.
Conclusion: The basic obstetric and neonatal emergency services program (PONED) has been
well implemented in Tegal.

Keywords: PONED program, evaluation, CIPP, maternal mortality

Correspondence :
Sri Tanjung Rejeki. School of Health Sciences Bhakti Mandala Husada, Slawi. Email: sritanjung-
rejeki@yahoo.co.id.

LATAR BELAKANG hiran total (RPJMN, 2013). Hasil Survai


Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI)
sasaran pembangunan kesehatan adalah tahun 2012 sebesar 359/100,000 Kelahiran
meningkatnya umur harapan hidup, menu- Hidup (KH). Sedangkan tahun 2007 228/
runnya angka kematian ibu melahirkan, 100,000 Kelahiran Hidup (KH) dan target
menurunnya angka kematian bayi, menu- Millenium Development Goals (MDGs)
runnya prevalensi kekurangan gizi pada tahun 2015 yaitu 102/100,000 KH.
anak balita, dan menurunnya angka kela-

e-ISSN: 2549-0257 (online) 257


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(4): 257-267
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.04.07

Penyebab terbanyak kematian mater- kegawatdaruratan yang terjadi pada ibu


nal di Indonesia adalah perdarahan pasca hamil, melahirkan dan nifas (Kemenkes RI,
persalinan, hipertensi, infeksi dalam keha- 2013).
milan misal abortus septik dan sepsis puer- Puskesmas PONED adalah Puskes-
puralis, perdarahan selama kehamilan (an- mas rawat inap yang mampu menyeleng-
tepartum), infeksi yang bukan karena keha- garakan pelayanan obstetri dan neonatal
milan, dan penyakit gangguan yang sudah emergensi atau komplikasi tingkat dasar
ada sebelum kehamilan. dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
Salah satu penyebab kematian pada (Kemenkes RI, 2013). Jumlah puskesmas di
ibu yaitu preeklamsia. Preeklamsia meru- Kabupaten Tegal sebanyak 29 puskesmas
pakan penyulit kehamilan yang akut dan dan yang sudah menjadi puskesmas
dapat terjadi ante, intra, dan post partum. PONED sebanyak 10 puskesmas.
Gejala-gejala klinik preeklamsia dapat di- Masih tingginya AKI di Kabupaten
bagi menjadi preeklamsia ringan dan pre- Tegal yang salah satunya disebabkan oleh
eklamsia berat (Prawirohardjo, 2009). pre-eklamsi, sehingga dilakukan penelitian
Data yang diperoleh dari Dinas Kese- evaluasi program yang tujuannya untuk
hatan Kabupaten Tegal tahun 2014 angka mengetahui keefektifan pelaksanaan pro-
kematian ibu sebanyak 47 orang, penyebab gram PONED di Puskemas Kabupaten
kematian ibu seperti preeklamsi/eklamsi Tegal. Metode evaluasi yang digunakan
sebanyak 12 orang (25.5%), decom 9 orang adalah metode evaluasi CIPP (context,
(19%), perdarahan 8 orang (17%) oedem input, process, product) yang dikemukakan
pulmo 6 orang ( 13%) dan penyebab lainnya oleh stufflebeam. Metode CIPP adalah se-
12 orang (25.5%) sedangkan pada tahun buah pendekatan evaluasi yang berorientasi
2015 angka kematian ibu menjadi 33 orang pada pengambil keputusan (a decision
dengan penyebab kematian preeklamsi/ oriented evaluation approach structured)
eklamsi 7 orang (21.2%), perdarahan 8 untuk memberikan bantuan kepada admi-
orang (24.2%), decom 6 orang (18.2%), nistrator atau leader pengambil keputusan.
oedem pulmo 3 orang (9.1%) dan penyebab Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil
lainnya 9 orang (27%). evaluasi akan memberikan alternatif peme-
Melihat permasalahan yang kita cahan masalah bagi para pengambil ke-
hadapi dalam upaya mempercepat penu- putusan.
runan AKI dan AKB termasuk AKN yang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
begitu komplek maka diperlukan upaya menganalisis keefektifan pelaksanaan pro-
yang lebih keras dan dukungan komitmen gram poned di Puskesmas Kabupaten
dari seluruh stakeholder baik pusat mau- Tegal, Jawa Tengah.
pun daerah. Salah satu upaya yang telah
dilaksanakan untuk mempercepat penu- SUBJEK DAN METODE
runan AKI dan AKN melalui penanganan Penelitian kualitatif dengan menggunakan
obstetri dan neonatal emergensi/ kompli- metode evaluasi CIPP (context, input,
kasi di tingkat pelayanan dasar adalah process, product). Pengumpulan data dila-
melalui upaya melaksanakan puskesmas kukan dengan wawancara mendalam, ob-
mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emer- servasi dan studi dokumen. Informan
gensi Dasar (PONED). Puskesmas PONED dalam penelitian ini terdiri dari 10 orang
diharapkan mampu menjadi rujukan antara yaitu Kepala Bidang Kesehatan keluarga
sebelum Rumah sakit untuk mengatasi dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal,

258 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rejeki et al./ Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency

kepala puskesmas, bidan Penanggung kelompok sasaran. Sumber daya manusia


jawab PONED dan ibu post PEB yang telah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
mendapatkan pelayanan kesehatan di pus- program, sebab tanpa sumber daya
kesmas PONED manusia yang handal, pelaksanaan
program akan berjalan lambat.
HASIL 3. Ketersediaan Dana
A. Konteks Anggaran berkaitan dengan kecukupan
1. Kebijakan dan tujuan puskesmas modal atau investasi atas suatu program
PONED atau kebijakan untuk menjamin terlaksana-
Kebijakan adalah suatu ucapan atau tulisan nya kebijakan, sebab tanpa dukungan ang-
yang memberikan petunjuk umum tentang garan yang memadai, program tidak akan
penetapan ruang lingkup yang memberi ba- berjalan dengan efektif dalam mencapai
tas dan arah umum kepada seseorang tujuan dan sasaran. Untuk pendanaan pus-
untuk bergerak menyatakan kebijakan pus- kesmas PONED dari semua informan
kesmas PONED mengacu pada kebijakan mengatakan bahwa pendanaan puskesmas
pemerintah dalam pelaksanaan puskesmas PONED berasal dari penerimaan puskes-
PONED. Surat keputusan penyelenggaraan mas baik dari retribusi, JKN (Jaminan
puskesmas PONED berasal dari bupati Kesehatan Nasional), kemudian dari ang-
langsung. Tujuan dari puskesmas PONED garan program serta dari BLUD.
salah satunya puskesmas PONED itu men- 4. Ketersediaan Fasilitas
jadi tempat untuk rujukan perantara, jadi Puskesmas PONED dalam pelaksanaannya
puskesmas PONED ini akan memiliki membutuhkan fasiltas seperti ketersediaan
kemampuan yang lebih dibanding puskes- ruangan, peralatan dan obat-obatan. Ke-
mas rawat jalan dan mampu persalinan. lengkapan alat dan obat-obatan sangat
Bidan perlu mengetahui secara jelas diperlukan dalam penanganan kegawat-
tentang standar dan tujuan kebijakan ka- daruratan. Dari segi fasilitas semua pus-
rena ketidakjelasan standar dan tujuan kesmas PONED sudah memiliki fasilitas
kebijakan merupakan salah satu faktor yang lengkap seperti adanya ruang tindak-
yang membuat ketidakmaksimalan bidan an, peralatan dan obat-obatan dalam pe-
dalam melaksanakan program puskesmas nanganan PEB juga sudah tersedia lengkap
PONED. beserta ambulan dan supir tersedia jika
2. Kualitas SDM dibutuhkan dalam 24 jam.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan 5. Struktur Organisasi
aset paling penting untuk menunjang ke- Menurut Ivancevich (2008) struktur orga-
berhasilan suatu organisasi. SDM adalah nisasi adalah proses penentuan keputusan
pelaksana seluruh kebijakan organisasi. untuk memilih alternatif kerangka kerja
Keberhasilan suatu program tidak akan jabatan, proyek pekerjaan, dan departe-
berhasil tanpa adanya dukungan dari men. Dengan demikian, keputusan atau
sumber daya manusia yang cukup kualitas tindakan-tindakan yang dipilih ini akan
dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya menghasilkan sebuah struktur organisasi.
manusia berkaitan dengan keterampilan, Di dua puskesmas, struktur organisasi
dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi sudah terpisah dengan puskesmas rawat
di bidangnya, sedangkan kuatitas berkaitan jalan, hanya satu puskesmas yang masih
dengan jumlah sumber daya manusia apa- jadi satu dengan puskesmas, dengan ada-
kah sudah cukup untuk melingkupi seluruh nya struktur organisasi akan ada kejelasan

e-ISSN: 2549-0257 (online) 259


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(4): 257-267
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.04.07

kedudukan. Kejelasan kedudukan seseo- Alat dan obat menjadi salah satu syarat
rang dalam struktur organsisasi akan mem- yang harus dipenuhi puskesmas PONED.
permudah dalam melakukan koordinasi C. Proses
maupun hubungan karena adanya keter- 1. Pelayanan puskesmas PONED ter-
kaitan penyelesaian suatu fungsi yang di- hadap pasien dengan PEB dilak-
percayakan kepada seseorang. sanakan sesuai dengan SOP
B. Input Penatalaksanan preeklamsi berat pada pus-
1. Upaya peningkatan kualitas SDM kesmas PONED sudah sesuai dengan SOP
Kualitas SDM harus selalu ditingkatkan yang ada yaitu dengan SOP yaitu dilakukan
salah satunya dengan cara mengikuti pe- stabilisasi terlebih dahulu seperti mema-
latihan-pelatihan untuk meningkatkan pe- sang infus, memasang kateter, memberikan
ngetahuan keterampilan. Dalam rangka tablet nifedipin dan memberikan MgSO4
meningkatkan pengetahuan dan keteram- kemudian memantau pernapasan dan
pilan, Puskesmas PONED mengikutserta- segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
kan tenaga kesehatan dalam pelatihan- Berdasarkan Permenkes 1464/2010
pelatihan kegawatdaruratan dan dengan pasal 10 ayat 3 bidan dalam memberikan
mengadakan drill emergensy. Drill Emer- pelayanan kesehatan ibu berwenang untuk
gency adalah suatu kegiatan khusus untuk penanganan kegawatdarurat, dilanjutkan
mengkaji kesigapan kelompok-kelompok dengan rujukan. Untuk penanganan kasus
pekerja bila suatu ketika mereka meng- PEB harus dilaksanakan sesuai SOP, dan
hadapi kondisi darurat yang bisa terjadi SOP yang digunakan di puskesmas PONED
sewaktu-waktu di tempat kerja mereka dan merupakan Guidance dari program emas.
sekitarnya. Drill emergency dilakukan se- 2. Pelaksanaan pelayanan sesuai
cara rutin di puskesmas PONED dengan dengan job description
tujuan meningkatkan dan menjaga skill pe- Semua puskesmas PONED yang diteliti
tugas agar selalu siap dalam setiap kasus sudah memiliki job description. Pembagian
kegawatdaruratan. tugas di dalam puskesmas PONED dibagi
2. Upaya peningkatan fasilitas menjadi tiga tim, yaitu tim merah, hijau
Peningkatan atau pembelian sarana pra- dan kuning, setiap memiliki tugas dan
sarana dianggarkan tiap tahun dalam pe- tanggung jawab yang berbeda. Pembagian
rencanaan awal, Dinas Kesehatan hanya tugas tim merah (koordinator) yaitu meng-
menyediakan sesuai dengan standar mini- atasi, menenangkan pasien dan keluarga,
mal yang diperlukan puskesmas di awal anamnesa terarah, pemeriksaan awal cepat,
pembentukan puskesmas PONED dan membuat keputusan klinik, koordinasi
sesuai dengan perkembangannya untuk penatalaksana awal, pasang infus, ambil
penyediaan sarana dan prasarana puskes- contoh darah, mengikuti instruksi dokter,
mas menganggarkan sendiri lewat angga- tetap bersama pasien.
ran Badan Layanan Umum Daerah. Tugas tim kuning mempersiapkan
Puskesmas PONED merupakan bagi- persedian meja troley emergency (setiap
an dari jaringan pelayanan obstetrik dan ganti dinas, setiap selesai tindakan), saat
neonatal. Namun ada beberapa kriteria pe- emergensi (membawa meja dorong emer-
ngembangan untuk menjamin kualitas, di- gensi ke tempat kejadian, melakukan ob-
antaranya adalah ketersedian, kelengkapan servasi bersama, bersama dengan koordi-
dan kecukupan alat kesehatan dan obat. nator tetap bersama pasien, dokumentasi
semua tindakan dan hasil observasi serta

260 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rejeki et al./ Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency

obat-obatan dan cairan). Tugas tim hijau diberikan oleh tenaga kesehatan yang ada
membawa alat-alat seperti tiang infus, suc- di puskesmas PONED.
tion unit, memberi informasi dan memangil 2. Manfaat adanya Puskesmas
dokter, menghubungi serta bila perlu PONED
mengambil hasil laboratorium. Berdasarkan hasil peneltitian manfaat ada-
3. Kerjasama nya puskesmas PONED adalah peningkatan
Pihak-pihak yang dapat bekerjasama skill tenaga kesehatan dan kepatuhan dari
dengan puskesmas PONED antara lain SOP apakah pasien dengan PEB sebelum
lintas sektoral, organisasi profesi kesehat- dirujuk dilakukan stabilisasi dahulu atau
an, tokoh masyarakat dan agama, LSM atau tidak. Dengan adanya puskesmas PONED
masyarakat peduli, media massa yang ada pada puskesmas P pada tahun 2016 tidak
di wilayah kerjanya. Semua puskesmas PO- ada kematian, puskesmas T terdapat satu
NED yang diteliti sudah melakukan kerja- kematian karena KPD. Puskesmas B ter-
sama dengan lintas program maupun lintas dapat 2 kematian karena perdarahan dan
sektor. Lintas program dilakukan oleh PEB dan semua kematian terjadi di rumah
bidan-bidan dan kader pada saat melaku- sakit.
kan kelas ibu hamil untuk memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil baik yang PEMBAHASAN
risiko tinggi maupun tidak tentang kebera- A. Konteks
daan puskesmas PONED, sedangkan lintas a. Kebijakan dan tujuan puskesmas
sektoral seperi kecamatan, kepala desa Kebijakan puskesmas PONED mengacu pa-
dikumpulkan untuk diberikan sosialisasi da kebijakan pemerintah dalam pelak-
tentang keberadaan puskesmas PONED sanaan puskesmas PONED. Tujuan dari
yang siap melayani 24 jam. puskesmas PONED salah satunya puskes-
4. Faktor penghambat pelaksanaan mas PONED itu menjadi tempat untuk
rujukan perantara, jadi puskesmas PONED
Puskesmas PONED
ini kan memiliki kemampuan yang lebih
Faktor penghambat akan mempengaruhi dibanding puskesmas rawat jalan dan
pelayanan puskesmas PONED, sehingga mampu persalinan.
harus segera diatasi agar mutu pelayanan b. Kualitas SDM
menjadi lebih baik, hambatan-hambatan SDM adalah pelaksana seluruh kebijakan
tersebut adalah komitmen tenaga kese- organisasi. Kualitas sumber daya manusia
hatan yang belum 100%, kurangnya kesa- berkaitan dengan keterampilan, dedikasi,
daran masyarakat untuk bersalin di puskes- profesionalitas, dan kompetensi di bidang-
mas masih rendah, dokter tidak berada di nya, sedangkan kuatitas berkaitan dengan
puskesmas dalam 24 jam, pengklaiman jumlah sumber daya manusia apakah sudah
BPJS yang terlalu lama. cukup untuk melingkupi seluruh kelompok
D. Produk sasaran.
1. Kepuasan klien terhadap pelayan- Menurut Kemenkes (2010) Tim inti
an puskesmas PONED dalam puskesmas PONED terdiri dari satu
Kepuasan adalah tingkat perasaan sese- dokter, satu perawat dan satu bidan.
orang setelah membandingkan kinerja Namun berdasarkan hasil wawancara dari
(hasil) yang dirasakan dengan harapannya. ketiga puskesmas tenaga kesehatan seperti
Berdasarkan hasil wawancara semua pasien dokter dan bidan sudah ada, tetapi perawat
mengatakan puas terhadap pelyanan yang belum dilibatkan di dalam puskesmas

e-ISSN: 2549-0257 (online) 261


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(4): 257-267
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.04.07

PONED, perawat hanya ditempatkan di d. Ketersediaan fasilitas


rawat inap. Puskesmas PONED dalam pelaksanaannya
Hal ini sejalan dengan penelitian membutuhkan fasilitas seperti ketersediaan
Handayani et al., (2009) mengatakan tena- ruangan, peralatan dan obat – obatan. Dari
ga kesehatan merupakan sumber daya stra- segi fasilitas semua Puskesmas PONED su-
tegis. Sebagai sumber daya stategis, tenaga dah memiliki fasilitas yang lengkap seperti
kesehatan mampu secara optimal meng- adanya ruang tindakan, peralatan dan
gunakan sumber daya fisik, finansial dalam obat–obatan dalam penanganan PEB juga
tim kerja. sudah tersedia lengkap serta ambulance
SDM atau tenaga kesehatan di Pus- dan supir tersedia dalam 24 jam.
kesmas berperan sebagai pelaksana pela- Hal ini sesuai dengan Handayani
yanan kesehatan. Dalam peran tersebut bahwa suatu program harus didukung oleh
diharapkan agar tugas pokok dan fungsi ketersedian sarana dan prasarana.Tanpa
tenaga kesehatan sesuai dengan pendidikan danya sarana dan prasaranan maka tugas
dan ketrampilan yang mereka miliki. pekerjaan tidak dapat diselesaikan sebagai-
Kualitas SDM yang diperlukan di pus- mana seharusnya, pekerjaan tidak mungkin
kesmas PONED adalah tenaga kesehatan dapat dilakukan. Ketersediaan sarana dan
yang memiliki kompetensi yang baik seperti prasarana merupakan faktor penentu
sudah terlatih manajemen puskesmas PO- kinerja.
NED, PPGDON, manajemen asfiksia dan Hal ini didukung oleh Muslimah
manajemen BBLR. Berdasarkan hasil pene- (2011) bahwa fasilitas yang tersedia hen-
litian semua tim inti yang di ada di pus- daknya dalam jumlah serta jenis yang
kesmas PONED sudah memiliki sertifikat memadai dan selalu dalam keadaan siap
pelatihan PONED dari P2KS Semarang. pakai sehingga dapat terlaksananya suatu
c. Ketersediaan Dana perilaku.
Anggaran berkaitan dengan kecukupan mo- e. Struktur Organisasi
dal atau investasi atas suatu program atau Menurut Ivancevich (2008) struktur orga-
kebijakan untuk menjamin terlaksananya nisasi adalah proses penentuan keputusan
kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran
untuk memilih alternatif kerangka kerja
yang memadai, program tidak akan ber-
jalan dengan efektif dalam mencapai tujuan jabatan dan proyek pekerjaan.
dan sasaran Di dua puskesmas, struktur organisasi
Hal ini sejalan dengan penelitian sudah terpisah dengan puskesmas rawat ja-
Wijaya (2012) kendala persiapan puskes- lan, hanya satu puskesmas yang masih jadi
mas PONED yaitu kalau tidak ada dana, satu dengan puskesmas, dengan adanya
SDM, dan sarana prasarana yang tidak me- struktur organisasi akan ada kejelasan ke-
menuhi standar. Alokasi dana khusus dudukan. Kejelasan kedudukan seseorang
untuk program PONED juga merupakan dalam struktur organsisasi akan memper-
faktor yang terpenting. Dengan adanya mudah dalam melakukan koordinasi mau-
dana tersebut maka kegiatan PONED bisa pun hubungan karena adanya keterkaitan
dilaksanakan karena dapat memenuhi penyelesaian suatu fungsi yang dipercaya-
pengadaan alat-alat dan obat-obat emer- kan kepada seseorang.
gensi yang dibutuhkan dalam penanganan Hal ini sesuai dengan penelitian Han-
kasus kegawatdaruratan. dayani bahwa salah satu faktor yang men-
dukung program PONED berjalan dengan
baik di puskesmas adalah adanya struktur

262 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rejeki et al./ Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency

organisasi PONED secara lengkap, sehing- Menurut penelitian Mujiati et al.,


ga keberadaan program tersebut dapat ter- (2014) rendahnya ketersedian dan kecu-
organisir dengna baik, mempunyai tujuan kupan alat dan obat dapat menyebabkan
dan langkah yang jelas yang memberikan tidak optimalnya pelayanan atau penang-
gambaran secara nyata kepada anggota anan yang seharusnya dapat dilakukan jika
organisasi. alat dan obat tersedia dan lengkap. Sarana
1. INPUT dan prasarana harus selalu ditingkatkan
a. Upaya peningkatan kualitas SDM untuk menunjang pelayanan kesehatan
Puskesmas PONED mengikutsertakan te- yang berkualitas
naga kesehatan dalam pelatihan-pelatihan 2. PROSES
kegawatdaruratan dan mengadakan drill a. Pelayanan puskesmas PONED ter-
emergency untuk meningkatkan pengeta- hadap pasien dengan PEB dilaksa-
huan dan ketrampilan mereka. nakan sesuai dengan SOP
Menurut Moekijat (2003) menyata- Penatalaksanan preeklamsi berat pada pus-
kan bahwa pelatihan adalah suatu bagian kesmas PONED sudah sesuai dengan SOP
pendidikan yang menyangkut proses bela- yang ada yaitu dengan SOP yaitu dilakukan
jar untuk memperoleh dan meningkatkan stabilisasi terlebih dahulu seperti mema-
keterampilan diluar sistem pendidikan sang infus, memasang kateter, memberikan
yang berlaku. Dalam waktu relatif singkat tablet nifedipin dan memberikan MgSO4
dan dengan metode yang lebih meng- kemudian memantau pernapasan dan sege-
utamakan praktik daripada teori. Kegiatan ra melakukan rujukan ke rumah sakit.
pelatihan merupakan proses membantu Menurut Tjipto Atmoko, Standart
peserta belajar untuk memperoleh keefek- Operasional Prosedur merupakan suatu pe-
tifan dalam melakukan pekerjaan mereka doman atau acuan untuk melaksanakan tu-
baik pada saat sekarang maupun masa yang gas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
akan datang melalui pengembangan kebia- penilaian kinerja instansi pemerintah ber-
saan pikiran dan tindakan-tindakan, keca- dasarkan indikator-indikator teknis, admi-
kapan, pengetahuan dan sikap-sikap. nistratif dan prosedural sesuai tata kerja,
Hal ini sejalan dengan penelitian En- prosedur kerja dan sistem kerjapada unit
dang (2009) bahwa bidan yang sudah me- kerja yang bersangkutan.
ngikuti pelatihan mempunyai ketrampilan Dengan adanya SOP, para pelaksana
yang lebih baik jika dibandingkan dengan dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia
bidan yang belum mengikuti pelatihan. dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan
b. Upaya peningkatan fasilitas tindakan-tindakan pejabat dalam organi-
Peningkatan atau pembelian sarana pra- sasi yang kompleks dan tersebar luas,
sarana dianggarkan tiap tahun dalam pe- sehingga dapat menimbulkan fleksibilitas
rencanaan awal, Dinas Kesehatan hanya yang besar dan kesamaan yang besar dalam
menyediakan sesuai dengan standar mini- penerapan peraturan.
mal yang diperlukan puskesmas di awal b. Pelaksanaan pelayanan sesuai
pembentukan puskesmas PONED dan se- dengan job description
suai dengan perkembangannya untuk pe- Semua puskesmas PONED yang diteliti su-
nyediaan sarana dan prasarana puskesmas dah memiliki job description. Pembagian
menganggarkan sendiri lewat anggaran tugas di dalam puskesmas PONED dibagi
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). menjadi tiga tim, yaitu tim merah, hijau

e-ISSN: 2549-0257 (online) 263


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(4): 257-267
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.04.07

dan kuning, setiap memiliki tugas dan tingginya kesadaran masyarakat adalah pe-
tanggungjawab yang berbeda. nyuluhan berkelanjutan yang dilakukan bi-
Menurut Stone (2005) job description dan dan kader posyandu kepada ibu hamil
adalah pernyataan tertulis yang menje- akan kehamilan resiko tinggi dan bahaya
laskan mengapa pekerjaan ada, apa yang yang ditimbulkan.
dilakukan pemegang pekerjaan sebenarnya, Kerjasama juga dilakukan dengan ru-
bagaimana mereka melakukannya dan da- mah sakit PONEK sebagai tempat rujukan.
lam kondisi apa pekerjaan itu dilakukan. Di Indonesia sudah sangat terkenal istilah
Dengan adanya job description tenaga “3 terlambat” yang menjadi penyebab ke-
kesehatan akan bekerja sesuai dengan tugas matian ibu dan neonatal yaitu terlambat
dan tanggung jawabnya masing-masing se- pengambilan keputusan di tingkat kelu-
hingga pada saat melakukan tindakan lebih arga, terlambat mencapai fasilitas pela-
terarah dan terorganisir dengan baik se- yanan dan terlambat mendapat pertolong-
hingga pasien dapat di tangani secara cepat an di tingkat fasilitas kesehatan. Dengan
dan tepat. adanya kerjasama yang baik dengan rumah
Hal ini sejalan dengan penelitian sakit akan mempermudah proses rujukan
Handayani et al., (2008) menyebutkan sehingga penanganan kegawatdaruratan
uraian tugas sebagai salah satu item dalam akan lebih cepat dilakukan.
kegiataan pembagian tugas di puskesmas d. Faktor penghambat pelaksanaan
selain jadwal kegiatan per petugas dan per puskesmas PONED
kegiatan, sedangkan pembagian tugas ada- Faktor penghambat akan mempengaruhi
lah salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pelayanan puskesmas PONED, sehingga
dan pengendalian manajemen puskesmas. harus segera diatasi agar mutu pelayanan
Dengan adanya job description akan me- menjadi lebih baik, hambatan-hambatan
nyebabkan tenaga kesehatan memahami tersebut adalah komitmen tenaga kesehat-
perannya dalam pelaksanaan pelayanan. an yang belum 100%, kurangnya kesadaran
c. Kerjasama masyarakat untuk bersalin di puskesmas
Pihak-pihak yang dapat bekerjasama de- masih rendah, dokter tidak berada di pus-
ngan puskesmas PONED antara lain lintas kesmas dalam 24 jam, pengklaiman BPJS
sektoral, organisasi profesi kesehatan, yang terlalu lama.
tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM atau 3. Produk
masyarakat peduli, media massa yang ada a. Kepuasan klien terhadap pelayan-
di wilayah kerjanya. an puskesmas PONED
Lintas program dilakukan oleh bidan- Layanan di puskesmas dapat dinyatakan
bidan dan kader pada saat melakukan kelas berkualitas, kalau layanan dapat member-
ibu hamil untuk memberikan penyuluhan kan kepuasan kepada penggunanya, artinya
kepada ibu hamil baik yang risiko tinggi apa yang diperoleh dari pelayanan yang
maupun tidak tentang keberadaan pus- diterima sesuai dengan apa yang diharap-
kesmas PONED, sedangkan lintas sektoral kan ketika akan mencari layanan yang
seperti kecamatan, kepala desa dikumpul- dibutuhkan.
kan untuk diberikan sosialisasi tentang ke- Layanan dikatakan memuaskan apa-
beradaan puskesmas PONED yang siap bila harapan penggunanya terpeuhi ketika
melayani 24 jam. menerima layanan dan dikatakan layanan
Sejalan dengan penelitian Zulhadi prima apabila layanan yang diterima me-
(2013) beberapa faktor yang menyebabkan lampaui harapannya, harapannya tidak da-

264 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rejeki et al./ Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency

pat terpenuhi, citra layanan menjadi buruk Chabib T (2003). Teknik evaluasi pendidi-
di mata pengguna. Dalam kondisi ini belum kan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
tentu secara teknis layanan tidak berkuali- Cunningham FG (2005). Obstetri Williams.
tas, atau penyakitnya tidak sembuh, tetapi Jakarta : EGC.
kualitas personal/fungsional yang belum Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2013).
dapat memenuhi permintaan konsumennya Profil Kesehatan Provinsi Jawa Te-
(Kemenkes RI, 2013). ngah 2013.
b. Manfaat adanya puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal. (2014).
PONED Profil Kesehatan Kabupaten Tegal
Salah satu upaya untuk mempercepat 2014.
penurunan AKI dan AKN melalui penanga- _____ (2015). Profil kesehatan kabupaten
nan obstetri dan neonatal emergensi/kom- tegal 2015.
plikasi di tingkat pelayanan dasar adalah Eko PW (2009). Evaluasi program pem-
melalui upaya melaksanakan puskesmas belajaran: panduan praktis bagi pen-
PONED. didik dan calon pendidik. Yogyakarta:
Layanan kesehatan di puskesmas ber- Pustaka Pelajar.
hasil mencapai tujuan, kalau pasien yang Fraser DM, Margaret AC (2009). Buku ajar
berada dalam kondisi sakit cukup berat dan bidan. Jakarta : EGC.
atau dalam kondisi kegawatdaruratan Ghojazadeh M, Azami AS, Mohammadi M,
medik yang dirujuk ke fasilitas puskesmas Vosoogh S, Mohammadi S, Naghavi
PONED, sudah dilayani sesuai kompetensi BM (2013). Prognostic risk factor for
dan kewenangannya berdasarkan standar early diagnosing of preeclampsia in
pelayanan medik dan SPO. Apabila pasien nulliparas. Nigerian Medical Journal.
tidak dapat ditangani sampai tuntas dapat Hamid H (2009). Evaluasi kurikulum (II).
dipersiapkan dan dirujuk tepat waktu dan Bandung: Remaja Rosdakarya.
tujuan, sehingga mendapatkan layanan Handayani L (2006). Peran tenaga kese-
secara adekuat di fasilitas rujukan yang hatan sebagai pelaksana pelayanan
lebih mampu. kesehatan puskesmas. Buletin Peneli-
tian Sistem Kesehatan. 13(1).12-20
DAFTAR PUSTAKA Ivancevich, John M (2008). Perilaku dan
Adi NP, Puspanegora A, Risma KK (2012). Manajemen Organisasi, jilid 1 dan 2
Efektifitas Sistem Rujukan Maternal Jakarta: Erlangga.
dan Neonatal di Jakarta Timur. J In- Kemenkes RI (2010). Meningkatkan profe-
don Med Assoc 62(11). sionalisme PNS Kesehatan melalui
Atilda L (2012). Faktor-faktor yang berhu- diklat berbasis kompetensi. Badan
bungan dengan rujukan kasus kega- pengembangan dan pemberdayaan
watdaruratan obstertri neonatal oleh SDM kesehatan
bidan desa ke puskesmas poned di _____ (2013). Pedoman penyelenggaraan
Kabupaten Maluku Tengah. Jakarta: puskesmas mampu PONED. Jakarta:
Universitas Indonesia. Kemenkes RI.
Atmoko T (2008). Standar operasional pro- Kementrian Perencanaan Pembangunan
sedur dan akuntabilisasi kinerja ins- Nasional (2013). Evaluasi paruh wak-
tansi pemerintah. Unpad: Bandung tu RPJMN 2010-2014. Jakarta: Ke-
Bothamley J, Boyle M (2011). Patofisiologi mentrian Perencanaan Pembangunan
dalam kebidanan. Jakarta: EGC. Nasional.

e-ISSN: 2549-0257 (online) 265


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(4): 257-267
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.04.07

Merviel P, Touzart L, Deslandes V, Delmas SDKI. (2012). Survei demografi kesehatan


M, Coicaud M, Gondry J (2008). Risk indonesia 2012. Jakarta: Depkes RI.
factors of preeclampsia in single preg- Silva LM, Coolman M, Steegers EA, Jadde
nancy. Journal Gyneology Obstetric VW, Moll Ha, Hofman A, Mackenbach
Biologi 37(5): 477-482. JP, Raat H. (2008). Low socioeco-
Mochtar R (2007). Sinopsis obstetri. Ja- nomic status is a risk factor for pre-
karta: EGC. eclampsia: the generatio study. Jour-
Moekijat (2013). Latihan dan pengemba- nal of Hypertension 26(6): 1200-8.
ngan sumber daya manusia. Bandung: Sofian A (2011). Sinopsis Obstetri. Jakarta:
PT Mandiri Maju. EGC.
Moeloeng JL (2013). Metode penelitian Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kuan-
kualitatif edisi revisi. Bandung: PT titatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Remaja Rosda Karya. Alfabeta.
Mujiati (2014). Kesiapan puskesmas poned Suharsimi A, Cepi S (2009). Evaluasi pro-
(pelayanan obstetri neonatal emer- gram pendidikan: pedoman teoritis
gensi dasar) di lima regional indone- praktis bagi mahasiswa dan praktisi
sia. Media Litbangkes 24 (1): 36-41. pendidikan, cetakan ketiga. Jakarta:
Nugroho T (2012). Patologi kebidanan. Bumi Aksara.
Yogyakarta: Nuha Medika. Sularsih E (2009). Pengaruh pelatihan ter-
Prawirohardjo S (2009). Ilmu kebidanan. hadap motivasi, sikap, ketrampilan
Jakarta: PT.Bina Pustaka. bidan dalam pelaksanaan asuhan per-
Ramesh K, Sangeetha G, Vishwas R (2014). salinan normal di wilayah Kabupaten
Socio demographic and other risk fac- Karanganyar. Tesis
tors of pre eclampsia at a tertiary care Utama YS (2008). Faktor risiko yang ber-
hospital, karnata: case control study. hubungan dengan kejadian preeklam-
Journal of Clinicl and Diagnostic si berat pada ibu hamil di RSD Raden
Research, 8(9): JC01-JC04. Mataher Jambi. Jurnal Ilmiah Uni-
Robson ES dan Waugh J (2011). Patologi versitas Batanghari Jambi 8(2): 2-4.
dalam kehamilan, manajemen dan Wahyuni S, Budi I, Destriatania S (2014).
asuhan kebidanan. Jakarta: EGC. Analisis sistem pelayanan obstetri dan
Rozanna FR, Dawson A, Lohsoonthorn V, neonatal emergensi dasar (PONED) di
Williams MA (2009). Risk factors of Puskesmas Tanjung Batu Kabupaten
early and late onset preeclampsia Ogan Hilir. Tesis: Universitas Sriwi-
among thai women. Journal Medical jaya.
Association 3(5): 477-486. Wijaya K (2012). Evaluasi persiapan pus-
Rozikhan (2007). Faktor-Faktor Risiko Ter- kesmas pelayanan obstetri neonatal
jadinya Preeklamsi Berat Di Rumah emergensi dasar (PONED) di Kabu-
Sakit Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal paten Brebes. Jurnal Kesehatan Ma-
Ilmiah Universitas Diponegoro Sema- syarakat 1(2): 72-81.
rang 10(3): 4-5. Wulan AN (2012). Analisis implementasi
Rukiyah Ai Y, Lia Y (2010). Asuhan kebi- program pelayanan obstetri neonatal
danan 4 ( Patologi ). Jakarta: TIM. emergensi dasar (PONED) Puskesmas
Saifuddin AB (2009). Buku acuan nasional Tlogosari Kulon dan Karangmalang
pelayanan kesehatan maternal dan Kota Semarang.Tesis
neonatal. Jakarta : PT. Bina pustaka.

266 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rejeki et al./ Implementation of Basic Obstetric and Neonatal Emergency

Yulifah R, Yuswanto TJA (2012). Asuhan daerah dalam mendukung sistem ru-
kebidanan komunitas.Jakarta: Salem- jukan maternal di Kabupaten Kari-
ba Medika. mun Provinsi Kepri tahun 2012. Jur-
Zulhadi (2013). Problem dan tantangan nal Kebijakan Kesehatan Indonesia
puskesmas dan rumah sakit umum 2(4).

e-ISSN: 2549-0257 (online) 267

Das könnte Ihnen auch gefallen