Sie sind auf Seite 1von 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

A. DEFINISI
Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah
satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi
dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini
biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan.
Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Dikatakan
tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil
(saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil.
Diagnosis hipertensi gestasional adalah ditegakkan bila hipertensi
tanpa proteinuria pertama kali terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu
atau dalam waktu 48 – 72 jam pasca persalinan dan hilang setelah 12
minggu pasca persalinan.
Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada
kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap
kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada
ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan
menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.
Sehubungan dengan timbulnya hipertensi yang unik dan sulit
diterangkan sebab-sebabnya dalam kehamilan,maka toxemia gravidarum
disebut prequency induced hypertension (PIH). Namun demikian istilah
PIH masih mengandung aspek kenaikan tekanan darah, sehingga
terminologi diubah menjadi hipertensi gestasional (gestasional
hipertension).
Definisi hipertensi dalam kehamilan menurut WHO :
1. Tekanan sistol 140 mmHg atau tekanan diastol 90 mmHg.
2. Kenaikan tekanan sistolik 15 mmHg dibandingkan tekanan darah
sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.
B. TERMINOLOGI
Terminologi yang dapat dipakai adalah :
- Hipertensi dalam kehamilan, atau
- Preeklampsia-eklampsia
C. ETIOLOGI
Penyebab Hipertensi Gestional
Meskipun sebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di
mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction dimana “Reaksi
penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak
pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu
perubahan kimia total pada reaksi yang tidakdapat diadaptasi yang dapat
menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil,”
Akibat Hipertensi Gestasional
Menurut Prof DR H Mohamammad Anwar Mmed Sc SpOG, hipertensi
yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin :
1. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil
akan merusak sistem vascularasi darah,sehingga mengganggu
pertukaran oksigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin.
Hal ini bisa menyebabkan prematuritas placental dengan akibat
pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.
2. Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu
pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal
janin.
3. Hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin sebelum
lahir. Padahal,air seni janin merupakan cairan penting untuk
pembentukan amnion,sehingga dapat terjadi oligohydromnion
(sedikitnya jumlah air ketuban).
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National
High Blood Pressure Edukation Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy tahun 2001 ialah :
1. Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pascapersalinan
2. Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklampsia
Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita
preeklampsia, yang juga dapat disertai koma
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipetensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia
tetapi tanpa proteinuria.
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII (2003)
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80 Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89 Hipertensi stadium I
140 – 159 90 – 99 Hipertensi stadium II >= 160 >= 100
E. FAKTOR RISIKO
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut.
1. Primigravida
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple,
diabetes mellitus, hisdrops fetalis, bayi besar
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsi
5. Penyakitpenyakit ginjal dan hiperensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas
F. PATOFISIOLOGI
Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak
benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami
vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga
aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia
plasenta.
Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
1. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi
dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spirali s”,
dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami
iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal
bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima electron
atau atom/molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia
adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu
hipertensi dalam kehamian disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan
merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak
jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak
membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel.
Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis,
selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
2. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,
khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal
vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi
dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi.
Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini
akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan akan merusak
membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap
oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
3. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan
ini disebut disfungsi endotel.
Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi
HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat
invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar
jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan
terjadinaya reaksi inflamasi.
Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor hilang sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipert ensi dalam kehamilan sudah
terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan
yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan
pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai
prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang
penting yang pernah dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh
diet pada preeklampsia beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia
ke II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan
perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud
minyak hati halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia.
Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam
sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi.
Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar,
sehingga reaksi inflamasi juga msih dalam batas normal. Berbeda dengan
proses apoptosis pada preeklampsia, dimana ada preeklampsia terjadi
peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan
nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta,
misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress
oksidatif kan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga
makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam
darah ibu menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi pada
kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel,
dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi
reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala pada
preeklampsia pada ibu
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipertensi gestasional perlu dilakukan dengan tujuan
untuk mencegah jangan sampai berlanjut menjadi eklamsia yang akan
menimbulkan kelainan serius pada ibu dan mengganggu kehidupan serta
kesehatan janin dalam rahim.
Bila didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera
dipondokkan saja dirumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total
akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental.
Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air
seni), menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema. Pada
prinsipnya penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah
terjadinya eklamsia, monitoring unit feto-placental, mengobati hipertensi
dan melahirkan janin dengan baik
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi Prenatal Dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia
kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
2. Penatalaksanaan Di Rumah Sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :
 Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk
mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang
pesat.
 Berat badan saat masuk
 Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling
tidak setiap 2 hari
 Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam
kecuali antara tengah malam dan pagi hari
 Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit,
trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang
ditentukan oleh keparahan hipertensi
 Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik
secara klinis maupun USG
 Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah
rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi
kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi
dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi
persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal,
diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih
parah.
3. Terapi Obat Antihipertens
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan
atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit
hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi
perhatian.
4. Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani
pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh
dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan
wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu” terhadap
kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin
tanpa mengurangi keselamatan ibu.
H. KIAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA HIPERTENSI
GESTASIONAL
1. Turunkan Kelebihan Berat Badan
Diantara semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan
adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi.
Dibandingkan dengan orang yang kurus, orang yang gemuk (kelebihan
berat badan) lebih besar peluangnya terkena hipertensi (Edward Price,
M.D).
2. Olahraga
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskuler. Gerak fisik
hingga taraf tertentu dibutuhkan tubuh untuk menjaga mekanisme
pengatur tekanan darah agar tetap bekerja sebagaimana mestinya.
Olahraga yang disarankan untuk ibu hamil seperti senam hamil,
renang, atau gerakan statis (seperti berjalan kaki).
3. Diet
a. Mengurangi asupan garam
Seperti kasus hipertensi pada umumnya, pada penderita hipertensi
gestasional pengurangan asupan garam dapat menurunkan tekanan
darah secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi garam lebih
banyak garam daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Idealnya, kita
cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5
gram garam per hari.
b. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak serat atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan
menahan sebagian natrium. Sebaiknya ibu hamil yang mengalami
hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji
dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan
kurang serat. Dari penelitian ditemukan bahwa dengan
mengkonsumsi 7 gram serat per hari dapat membantu menurunkan
tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin. Serat pun mudah didapat
dalam makanan, misalnya semangkuk sereal mengandung sekitar 7
gram serat.
c. Memperbanyak asupan kalium
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500
miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium,
sehingga dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali
tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dan
senyawanya. Sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-
hari. Misalnya, sebutir kentang rebus mengandung 838 miligram
sehingga 4 butir kentang (3352 miligram) akan mendekati
kebutuhan tersebut. Atau dengan semangkuk bayam yang
mengandung 800 miligram kalium cukup ditambahkan tiga butir
kentang. Banyak jenis buah yang juga dapat menurunkan tekanan
darah salah satunya pisang merupakan sumber zat potasium yang
dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi
pembekuan cairan dalam tubuh. Selain pada buah pisang potasium
juga bisa ditemui pada kismis, yogurt, bit, Brussels sprout (sejenis
kubis), alpukat, dan jeruk.
d. Penuhi kebutuhan magnesium
Ditemukan antara rendahnya asupan magnesium dengan hipertensi.
Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang
dibutuhkan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan magnesium
menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA
(Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram.
Kekurangan asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya
makanan olahan yang dikonsumsi.
Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah,
kacang polong, dan makanan laut. Kandungan asam lemak omega
3 dalam ikan dapat membantu melancarkan aliran darah dan
melindungi dari efek tekanan darah tinggi serta mengurangi
peradangan. Saat mengkonsumsi ikan hindari jenis ikan yang
mengandung kadar merkuri tinggi seperti tuna, swordfish (ikan
cucut), makarel, ikan halibut, serta kakap putih. Sebaliknya pilihlah
ikan yang mengandung kadar mercuri rendah seperti ikan
anchovies, ikan char, ikan flounder, ikan harring, ikan gindara,
ikan salmon, dan ikan sturgeon.
e. Lengkapi kebutuhan kalsium
800 miligram kasium per hari (setara dengan tiga gelas susu) sudah
lebih dari cukup untuk memberikan pengaruh terhadap penurunan
tekanan darah.
4. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mrngurangi ketegangan, kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat rilek otot-otot di dalam tubuh. Teknik
relaksasi dapat dilakukan dalam hipnobirting, dimana dalam relaksasi
ibu hamil duduk dengan tenang, pikiran fokus, tidak menatap cahaya
langsung kemudian ibu hamil dibimbing untuk melakukan relaksasi
pada kelompok otot-otot secara bertahap sampai keseluruh bagian
tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Data-data yang perlu dikaji adalah berupa
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan
berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat
berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein
dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang
dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas
(epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita
diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau
skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas,
ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan
sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari
pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan
yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan
resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung
hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah
diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya
7. Pengkajian Sistem Tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan
meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu
terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin
menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan
gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar
antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi,
penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan
darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar ,
S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat
hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan
CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan
hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya
kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam
jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi,
euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan
kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan
pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh
darah cerebral
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan
obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya
terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein
dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy
ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus
yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik
periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol,
mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada,
nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi,
peningkatan tahanan vaskuler.
2. Resiko cedera ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan, kejang,
profik darah abnormal.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum
lahir
C. Intervensi Keperawatan
No NDX NOC NIC
1 Penurunan curah  Cardiac pump Cardiac Care
jantung berhubungan effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
dengan hipovolemi,  Circulation status (intensitas, lokasi, durasi)
 Vital sign status
peningkatan tahanan 2. Catat adanya disritmia jantung
vaskuler. Kriteria Hasil : 3. Catat adanya tanda dan gejala
 Tanda vital dalam rentang penurunan cardiac output
normal (TD, nadi, respirasi) 4. Monitor status kardiovaskuler
 Dapat mentoleransi 5. Monitor status pernafasan
aktivitas, tidak ada kelelahan yang menandakan gagal
 Tidak ada edema paru, jantung
perifer, dan tidak ada asites
6. Monitor abdomen sebagai
 Tidak ada penurunan
kesadaran indikator penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan
tekanan darah
9. Monitor respon klien terhadap
efek pengobatan anti aritmia
10. Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas
pasien
12. Monitor adanya dispneu,
fatigue, takipneu, dan
ortopneu
13. Anjurkan pasien untuk
menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, Nadi, Suhu,
dan RR
2. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
3. Monitor TD, Nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
4. Monitor bunyi jantung
5. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
6. Monitor suara paru
7. Monitor pola pernafasan
abnormal
8. Identifikasi penyebab dan
perubahan vital sign
2 Resiko cedera ibu  Risk Control Environmenr Management
berhubungan dengan 1. Sediakan lingkungan yang
hipoksia jaringan, Kriteria Hasil : aman untuk pasien
kejang, profik darah  Klien terbebas dari cidera 2. Identifikasi kebutuhan
 Klien mampu menjelaskan keamanan pasien, sesuai
abnormal. dengan kondisi fisik dan
cara / metode untuk mencegah
fungsi kognitif pasien dan
injury / cidera riwayat penyakit terdahulu
 Klien mampu menjelaskan pasien
faktor resiko dari lingkungan / 3. Menghindari lingkungan
perilaku personal yang berbahaya
 Mampu memodifikasi gaya 4. Memasang side rail tempat
hidup untuk mencegah injury tidur
5. Menyediakan tempat tidur
 Menggunakan fasilitas
yang nyaman dan bersih
kesehatan yang ada 6. Membatasi pengunjung
 Mampu mengenali 7. Mengontrol lingkungan dari
perubahan status kesehatan kebisingan
8. Memindahkan barang –
barang yang dapat
membahayakan
9. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit
3 Ansietas berhubungan  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
dengan ancaman cedera  Anxiety level kecemasan)
pada bayi sebelum lahir  Coping 1. Gunakan pendekatan yang
menyenangkan
2. Nyatakan dengan jelas
Kriteria Hasil : harapan terhadap perilaku
 Klien mampu pasien
mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan gejala cemas dan apa yang dirasakan
 Mengidentifikasi, selama prosedur
mengungkapkan, dan 4. Pahami perspektif pasien
terhadap situasi stress
menunjukkan teknik untuk
5. Dorong keluarga untuk
mengontrol cemas menemani anak
 Vital sign dalam batas 6. Dengarkan penuh perhatian
normal 7. Dorong pasien
Postur tubuh, ekspresi wajah, mengungkapkan perasaan,
bahasa tubuh, dan tingkat ketakutan, persepsi
aktivitas menunjukkan 8. Intstruksikan pasien
menggunakan teknik
berkurangnya kecemasan.
relaksassi

D. Evaluasi
a. Curah jantung adekuat
b. Cidera ibu tidak terjadi
c. Kecemasan berkurang

Das könnte Ihnen auch gefallen