Sie sind auf Seite 1von 8

ISSN 2087-0725

UJI EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN SURUHAN (Peperomia Pellucida)


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus

Nurbani Fatmalia*), Efi Sunariska Dewi


*)
Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik
email korespondensi: baniwafa@gmail.com

ABSTRACT

Subcutaneous plants (Peperomia pellucida) are included in medicinal plants,


parts of plants that can be used as medicines usually leaves, stems, flowers and roots,
which is used as medicine in the form of decoction. Pepperomia pellucida has the ability
to treat diseases such as ulcers, pimples and skin inflammations because of the content
contained in the plants such as alkaloids, tannins, saponins, and essential oils. This study
was conducted to test the inhibitory power of decoction of leaf stew on the growth of
Staphylococcus aureus bacteria which usually cause infection of skin. The purpose of this
study was to determine the effect of decoction of leaf stew on the Staphylococcus aureus
bacteria inhibition. This study used a laboratory randomized experimental design with
disc diffusion method. The sample of this research is leaf soup (Peperomia pellucida)
which is boiled and diluted to concentration 60%, 50%, 40%, 30%, 20%, 10%, 0%. A 0%
concentration is used as a control containing aquadest without added leaf stew.
Decoction of leaves leaves (Peperomia pellucida) at concentrations of 10% - 60% can
inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The higher the concentration of
decoction of leaves leaves (Peperomia pellucida) the lower the ability to inhibit the
growth of Staphylococcus aureus bacteria, and the lower the concentration of leaf stew
(Peperomia pellucida) the higher the ability to inhibit the growth of Staphylococcus
aureus bacteria. The conclusion of this research is that there is influence of decoction of
leaf stew to the growth of Staphylococcus aureus bacteria.

Key word : Rebusan daun suruhan, Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN (Lauma dkk, 2015). Infeksi yang


disebabkan seperti jerawat, bisul dan
Bakteri Staphylococcus adalah infeksi luka yang ada dikulit. Selain itu
bakteri flora normal yang banyak bakteri Staphylococcus aureus juga bisa
ditemukan pada saluran pernafasan atas, menyebabkan infeksi yang lebih
kulit dan selaput lendir manusia. Spesies berbahaya lagi seperti meningitis,
dari Bakteri Staphylococcus ini juga infeksi saluran kemih, keracunan
banyak salah satunya staphylococcus makanan dan toxic shock syndrome yang
aureus. Bakteri staphylococcus aureus bisa menyebabkan kematian. Infeksi
adalah bakteri yang paling banyak toxic shock syndroma bisa muncul
menginfeksi, biasanya infeksi karena secara tiba – tiba yang ditandai gejala
bakteri Staphylococcus aureus ini tertentu (Ryan, et al., 1994 ; Warsa,
banyak ditemukan pada kulit dan hidung 1994) dalam (Kusuma, 2009). Bakteri
(L.soedjoto dkk, 2015) Staphylococcus aureus juga masuk ke
Bakteri Staphylococcus aureus dalam daftar bakteri yang resistensi
dapat menyebabkan beberapa infeksi terhadap antibiotik atau sudah kebal
yang biasanya ditandai dengan akan antibiotik (Lusia Kus
peradangan yang membentuk abses Anna/Kompas.com, 2017).

Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 8


ISSN 2087-0725

Dari banyaknya dampak terhadap manfaat untuk mengobati beberapa


kesehatan manusia yang dapat penyakit, seperti radang, sakit perut,
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus demam, bisul, mengobati asam urat,
aureus membuat kita harus semakin menurunkan kadar kolestrol dan
waspada dan mencari cara untuk mengobati penyakit ginjal (Dalimartha,
mencegah atau mengendalikan 2002). Menurut Dalimartha (2006)
pertumbuhan bakteri tersebut. Salah dalam Mappa dkk (2013) Senyawa
satunya adalah dengan cara menghambat alami yang terdapat dalam tumbuhan
pertumbuhan dari bakteri tersebut. suruhan (Peperomia pellucida)
Menurut Ati (2009) dalam Retnowati diantaranya adalah alkaloid, tanin,
(2011) pada umumnya antibakteri / saponin, minyak atsiri dan kalsium
antiseptik yang digunakan berasal dari oksalat. Dari hasil fitokimia yang di
bahan – bahan kimia sintetik yang justru lakukan Angelina dkk (2015) tumbuhan
dapat menimbulkan dampak negatif suruhan (Peperomia pellucida) ini
terhadap kesehatan. sehingga kita harus mengandung senyawa alkaloid,
bisa mencari cara lain pengendalian flavonoid, saponin, tanin dan
pertumbuhan bakteri dengan triterpenoid. Dengan senyawa yang
menggunakan bahan – bahan yang alami terkandung dalam tumbuhan suruhan
atau herbal. (Peperomia pellucida) bisa diasumsikan
Saat ini sudah banyak dilakukan bahwa tumbuhan ini dapat menghambat
penelitian tentang tumbuhan yang pertumbuhan bakteri Staphylococcus
mengandung senyawa – senyawa yang aureus.
bisa berpotensi untuk menghambat Tumbuhan suruhan (Peperomia
pertumbuhan dari bakteri pellucida) sangat mudah di temukan di
Staphylococcus aureus dan bisa menjadi tempat – tempat lembab yang tidak
antibakteri. Hasil penelitian yang terlalu terpapar sinar matahari. Dan
dilakukan Sudirman (2014) tentang untuk mengolah tumbuhan ini untuk
ekstrak daun salam yang mengandung dijadikan sebagai obat herbal juga
flavonoid, tanin dan minyak atsiri yang sangat muda, cepat dan tidak
dapat menghambat pertumbuhan memerlukan banyak biaya.
Staphylococcus aureus. Selain itu hasil
penelitian dari Retnowati dkk (2011)
tentang infus daun sambiloto yang
mengandung flavonoid, tanin, saponin, BAHAN DAN METODE
alkaloid, apigenin dan panikolina yang
mampu menghambat pertumbuhan penelitian ini menggunakan
Staphylococcus aureus pada konsentrasi rancangan acak eksperimental
terendah 25%. Dari hasil dua penelitian laboratoris untuk mengetahui daya
yang dilakukan oleh Sudirman dan hambat dari rebusan daun suruhan
Retnowati dkk, dapat di ketahui bahwa (Peperomia pellucida) pada
tumbuhan yang mengandung senyawa pertumbuhan bakteri Sataphylococcus
flavonoid, tanin, saponin dan alkanoid aureus dengan menggunakan metode
dapat menghambat pertumbuhan bakteri difusi cakram.
Staphylococcus aureus. Menurut Penelitian ini dilakukan di
Harbone (1987) dalam Fitri (2015) laboratorium mikrobiologi kampus
Tanin dan flavonoid mempunyai Akademi Analis Kesehatan Delima
aktifitas antiseptik dan antibakteri. Husada Gresik, di jalan Arif Rahman
Salah satu tumbuhan yang bisa Hakim 2B pada bulan maret 2017
dijadikan sebagai penghambat aktivitas sampai bulan juli 2017.
pertumbuhan bakteri atau antibakteri Alat yang digunakan penelitian ini
adalah tumbuhan suruhan (Peperomia adalah erlenmenyer 250 ml; pipet ukur
pellucida). Tumbuhan ini memiliki ml dan 10 ml; tabung reaksi; pinset ;
batang pengaduk; cawan petri; gelas
Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 9
ISSN 2087-0725

arloji; timbangan analitik (Acis); 1 ml rebusan daun suruhan (Peperomia


autoclave; inkubator; lampu spirtus; pellucida) dari konsentrasi 100%
push ball; kompor gas. ditambah dengan aquadets steril 9 ml.
Bahan – bahan yang digunakan
untuk peneitian adalah media MH Suspensi Kuman
(muller hilton); aquadest steril; Bacl
1%; H2SO4 1%; Nacl 0,9% steril (PZ Menyiapkan biakan murni bakteri
steril); blank disk. Rebusan daun Staphylococcus aureus. Ambil tabung
suruhan (Peperomia pellucida). Biakan dan diisi dengan Nacl 0,9% steril (PZ
bakteri Staphylococcus aureus. steril) sebanyak 5 ml. Tambahkan
dengan biakan kuman murni sedikit
Sterilisasi Alat demi sedikit hingga kekeruhannya sama
dengan standart mac farland 0,5
Mencuci bersih terlebih dahulu alat
– alat yang akan disteril, dan kemudian Uji Antimikroba
dikeringkan. Lalu bungkus alat – alat
yang akan disteril dengan alumunium Membuat media MH (Muller
foil atau bisa dengan kertas. Kemudian hilton). Mengambil biakan murni
masukkan kedalam autoclave untuk Staphylococcus aureus. Lalu buat
disteril dengan mempertahankan suhu suspensi kuman. Lakukan preparasi
121˚C selama 15 menit. sampel dan buat variasi konsentrasi 0%,
10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 1
Preparasi Sampel kontrol positif (obat ciprofloxacin).
Kemudian tanam suspensi biakan kuman
Daun suruhan (Peperomia murni pada media MH (muller hilton)
pellucida) dicuci bersih dengan dengan metode tanam penuh dan
aquadest steril. Lalu timbang daun diamkan selama 5 – 10 menit. siapkan
suruhan (Peperomia pellucida) yang blank disk, kemudian direndam beberapa
sudah dicuci sebanyak 100 gram. saat pada masing – masing konsentrasi
Masukkan kedalam beaker glass dan add dan kontrol positif. Blank disk yang
kan dengan 100 ml aquadest steril. sudah direndam diletakkan pada media
Kemudian direbus selama 10 menit MH ( diberi jarak sekitar 1 – 1,5 cm ).
dengan suhu 100˚C (konsentrasi 100%). Kemudian diinkubasi selama 24 jam
Saring rebusan tadi dengan kertas pada suhu 37˚C, setelah itu dilihat dan
saring. Hasil saringan dibuat variasi diukur diameter zona terang di sekitar
konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, blank disk dengan menggunakan mistar.
50%, dan 60% dengan cara pengenceran
dari konsentrasi 100%. Misal : HASIL
konsentrasi 10 % Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
M1 x V1 = M2 x V 2 kampus Akademi Analis Kesehatan
Delima Husada Gresik, pada bulan Mei
100% x 1ml = 10% x V2 2017 terhadap rebusan daun suruhan
(Peperomia pellucida) didapatkan hasil
= sebagai berikut, yang bisa dibaca pada
= 10 ( 10 - 1 = 9 ) tabel 5.1.

Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 10


ISSN 2087-0725

Tabel 5.1 Data Hasil Uji Aktifitas Daya Hambat Rebusan Daun Suruhan (Peperomia
pellucida) terhadap Bakteri Staphylococcus aures

Zona Hambat (cm)


N Konsent Rata –
Keterangan
o rasi Data Data Data Data Data Data Data rata
I II III IV V VI VII
ada
1 60% 1 0,9 0 0 0 0,8 0 0,385
hambatan
ada
2 50% 1,3 0,8 0 0 0 0,8 0 0,414
hambatan
ada
3 40% 1,7 0 0 1 0,8 0,9 0 0,628
hambatan
ada
4 30% 2 1,4 0,9 0,8 0,8 0,9 0 0,971
hambatan
ada
5 20% 0,9 1,5 0,8 0,9 0,8 0,8 0,9 0,942
hambatan
ada
6 10% 1,5 0,8 1,5 1,1 1 0 1,2 1,014
hambatan
tidak ada
7 0% 0 0 0 0 0 0 0 0
hambatan
Control ada
8 3,5 3 3,2 3,5 3,5 3,3 3 3,285
+ hambatan
Sumber : Data primer 2017

Hasil uji efektifitas rebusan daun suruhan juga masih dapat menghambat
suruhan (Peperomia pellucida) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
bakteri Staphylococcus aureus dengan aureus dengan rata – rata diameter zona
beberapa variasi konsentrasi, yang hambat 1,014 cm.
dilakukan pengulangan sebanyak tujuh
kali didapatkan hasil bahwa pada Dari hasil penelitian juga
konsentrasi 60% rebusan daun suruhan didapatkan hasil bahwa rebusan daun
(Peperomia pellucida) sudah bisa suruhan (Peperomia pellucida) pada
menghambat pertumbuhan bakteri setiap konsentrasi memiliki pengaruh
Staphylococcus aureus dengan rata – yang berbeda – beda terhadap daya
rata diameter zona hambat 0,385 cm, hambat pertumbuhan bakteri
dan pada konsentrasi 10% rebusan daun Staphylococcus aureus. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 5.2.

Gambar 5.2 Pengaruh konsentrasi rebusan daun suruhan (Peperomia pellucida) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 11


ISSN 2087-0725

Variasi konsentrasi rebusan daun maka semakin tinggi zona hambat yang
suruhan (Peperomia pellucida) terhadap dihasilkan.
pertumbuhan bakteri Staphylococcus Pada dasarnya uji daya hambat
aureus sangat berpengaruh, dapat dilihat akan memberikan hasil yang mana
dari masing – masing konsentrasi semakin tinggi konsentrasi maka
terdapat perbedaan rata – rata lebar zona semakin besar zona hambatnya, dan
hambat yang dihasilkan. semakin rendah konsentrasi maka
semakin kecil juga zona hambatnya. Hal
ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh
PEMBAHASAN Sudirman (2014) dan Ajizah (2004).
Pada hasil uji efektifitas rebusan daun
Dari hasil penelitian tentang uji suruhan (Peperomia pellucida) terhadap
efektivitas rebusan daun suruhan bakteri Staphylococcus aureus pada
(Peperomia pellucida) terhadap daya penelitian ini menunjukkan hasil yang
hambat pertumbuhan bakteri terbalik, yang mana semakin tinggi
Sthaphylococcus aureus dapat diketahui, konsentrasi maka semakin kecil zona
bahwa rebusan daun suruhan hambatnya, dan semakin rendah
(Peperomia pellucida) mampu konsentrasi maka semakin besar zona
menghambat pertumbuhan dari bakteri hambatnya. Hal ini dapat diasumsikan
Sthaphylococcus aureus pada terjadi karena dari rebusan daun suruhan
konsentrasi 60% – 10%. Kemempuan (Peperomia pellucida) terdapat
yang dimiliki tumbuhan suruhan kandungan senyawa alkaloid dan tanin.
(Peperomia pellucida) dalam Menurut Achmad (1986) dalam Emilia
menghambat pertumbuhan bakteri (2010) Alkaloid merupakan senyawa
disebabkan karena tumbuhan ini organik yang bersifat basa . Selain
mengandung senyawa – senyawa aktif alkaloid rebusan daun suruhan
yaitu, seperti alkaloid, tanin, saponi, dan (Peperomia pellucida) juga mengandung
minyak atsiri, dimana senyawa – senyawa tanin, yang mana senyawa
senyawa tersebut memiliki fungsi yang tanin merupakan senyawa yang besifat
salah satunya adalah sebagai antibakteri, asam (Ismarani, 2012). Dari sifat asam
dan senyawa tersebut tidak rusak pada dan basa yang dimilki dua senyawa
pemanasan suhu 100˚C (Retnowati, tersebut akan membentuk reaksi Asam –
2011). Basa. Reaksi asam – basa merupakan
Dari penelitian yang dilakukan reaksi penetralan, selain disebut reaksi
didapatkan hasil bahwa konsentrasi dari penetralan reaksi asam – basa juga
rebusan daun suruhan (Peperomia disebut sebagai reaksi penggaraman,
pellucida) dapat berpengaruh pada karena reaksi asam – basa ini
lebarnya zona hambat. Dimana pada menghasilkan garam (Samsiarti dkk,
konsentrasi terendah rebusan daun 2004).
suruhan (Peperomia pellucida) yaitu Saat sifat basa yang dimiliki
konsentrasi 10% dapat menghambat alkaloid bereaksi dengan senyawa tanin
pertumbuhan bakteri Staphylococcus yang bersifat asam akan menghasilkan
aureus dengan rata – rata lebar zona garam. Bakteri Staphylococcus aureus,
hambat 1,014 cm. Dan pada konsentrasi merupakan bakteri halofilik atau bakteri
rebusan daun suruhan (Peperomia yang suka dengan kadar garam yang
pellucida) tertinggi yaitu 60% didapat tinggi (Rizki, 2017). Saat bakteri
rata – rata lebar zona hambat adalah Staphylococcus aureus yang ditanam
0,385 cm. Hasil penelitian ini pada media MH dan ditambahkan
menunjukkan semakin tinggi rebusan daun suruhan (Peperomia
konsentrasi, maka semakin kecil zona pellucida) dengan konsentrasi tinggi,
hambat yang dihasilkan, dan begitu juga maka garam yang dihasilkan juga akan
sebaliknya, semakin rendah konsentrasi, semakin banyak, dan menyebabkan

Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 12


ISSN 2087-0725

bakteri Staphylococcus aureus akan semua antibakteri dapat membunuh


lebih tahan, karena selain pertumbuhan bakteri, tapi ada juga yang hanya
bakteri Staphylococcus aureus itu menghambat pertumbuhannya saja. Pada
dihambat oleh senyawa – senyawa lain konsentrasi tinggi rebusan daun suruhan
yang ada ditumbuhan suruhan (Peperomia pellucida) juga hanya dapat
(Peperomia pellucida), pertumbuhan penghambat pertumbuhan dari bakteri
bakteri Staphylococcus aureus itu juga tanpa mematikan bakteri tersebut,
dibantu dengan nutrisi garam yang sehingga zona hambat yang di daerah
dihasilkan oleh reaksi asam – basa dari sekitar blank disk masih ditumbuhi
senyawa alkaloid dengan tanin, sehingga bakteri, tapi pertumbuhannya kurang
daya hambat oleh rebusan daun suruhan subur, dan lazimnya disebut zona
(Peperomia pellucida) tidak dapat irradikal. Zona irradikal merupakan
bekerja maksimal, dan hanya daerah di sekitar disk yang mana
menghambat sedikit bahkan tidak bisa pertumbuhan bakteri dihambat oleh
menghambat. Sedangkan pada rebusan antibakteri tapi tidak dimatikan (Pelczar
daun suruhan (Peperomia pellucida) dan chan, 1986) dalam (Ningsih dkk,
dengan konsentrasi rendah, kadar garam 2013).
yang dihasilkan tidak akan terlalu Bakteri Staphylococcus aureus
banyak, maka senyawa – senyawa lain merupakan bakteri gram positif yang
yang ada ditumbuhan suruhan dinding selnya memiliki lapisan
(Peperomia pellucida) dapat bekerja peptidoglikan yang tebal (Karimela,
secara maksimal untuk mengahambat 2017). Mekanisme kerja alkaloid dalam
pertumbuhan bakteri Staphylococcus menghambat pertumbuhan bakteri
aureus, sehingga pada konsentrasi adalah dengan cara merusak komponen
rendah zona hambat yang dihasilkan penyusun peptidoglikan (Robinsom,
lebih besar dari pada konsentrasi yang 1998) dalam (Ajizah, 2004). Pada
tinggi. penelitian ini di asumsikan bahwa
Senyawa alkaloid juga memilki alkaloid yang bersifat basa akan bereaksi
kemampuan untuk membentuk garam dengan tanin yang bersifat asam,
saat berinteraksi dengan senyawa sehingga senyawa yang seharusnya
organik seperti, tartarat dan sitrat, atau menghambat pertumbuhan bakteri
saat berinteraksi dengan senyawa dengan merusak komponen penyusun
anorganik sepeti asam hidroklorida dan peptidoglikan tidak dapat bekerja secara
sulfat (Kusrahman, 2012). Menurut maksimal dan menyebabkan
Hadiotomo (1995) dalam Astriani peptidoglikan dari dinding sel bakteri
(2017) Bakteri menggunakan sitrat tidak dapat dirusak.
sebagai satu – satunya sumber energi, Berdasarkan dari hasil penelitian ini
sehingga saat alkaloid dari rebusan daun diketahui bahwa rebusan daun suruhan
suruhan (Peperomia pellucida) (Peperomia pellucida) pada konsentrasi
berinteraksi dengan sitrat yang rendah memiliki daya hambat tinggi
digunakan bakteri sebagai sumber energi terhadap bertumbuhan bakteri
akan menghasilkan garam, terbentuknya Staphylococcus aureus, dan pada
garam dengan kadar yang banyak pada konsentrasi rebusan daun suruhan
konsentrasi tinggi rebusan daun suruhan (Peperomia pellucida) yang tinggi
(Peperomia pellucida) maka zona pengaruh daya hambat yang dihasilkan
hambat yang dihasilkan kecil, dan kadar terhadap pertumbuhan bakteri
garam yang sedikit pada konsentrasi Staphylococcus aureus rendah.
rendah rebusan daun suruhan
(Peperomia pellucida) maka zona
hambat yang dihasilkan besar.
Menurut Lay (1994) dalam Miranti
(2013) yang menyatakan bahwa tidak

Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 13


ISSN 2087-0725

KESIMPULAN Ismarani. 2012. Potensi senyawa tanin


dalam menunjang produksi
Variasi konsentrasi rebusan daun ramah lingkungan, Jurnal
suruhan (Peperomia pellucida) memiliki agribisnis dan pengembangan
pengaruh dalam pertumbuhan bakteri wilayah, Volume 3, Nomor 2,
Staphylococcus aureus. Rebusan daun Juni
suruhan (Peperomia pellucida) dapat Karimela, ely john., dkk. 2017.
menghambat pertumbuhan bakteri Karakteristik Staphylococcus
Staphylococcus aureus pada konsentrasi aureus yang diisolasi dari ikan
10% - 60%. Konsentrasi yang paling asap pinekuhe hasil olahan
optimal dalam menghambat tradisional kabupaten sangihe,
pertumbuhan bakteri Staphylococcus Jurnal JPHPI, Volume 20,
aureus adalah konsentrasi 10% dengan Nomor 1, April, Manado
diameter zona hambat 1,014 cm. Kusrahman, asep. 2012. Isolasi,
karakterisasi senyawa aktif dan
uji farmaka ektrak biji kebiul
pada mencit (Mus musculus)
REFERENSI serta penerapannya dalam
Ajizah, aulia. 2004. Sensitivitas pembelajaran kimia di SMAN 1
Salmonella typhimurium bengkulu selatan, [Tesis],
terhadap ekstrak daun psidium Program pascasarjana (S2)
guajava L., Jurnal bioscientae, pendidikan ipa fakultas
Volume 1, Nomor 1, Januari, hal keguruan dan ilmu pendidikan,
: 31 – 38 Universitas Bengkulu
Angelina, marissa., dkk. 2015. Kusuma, sri agung fitri. 2009. Makalah
Karakterisasi ekstrak etanol Staphylococcus aureus
herba ketumpangan air universitas padjadjaran fakultas
(peperomia pellucida L.kunt), farmasi. Jatinegoro
Jurnal biopropal industri, Lauma, sartika widia., dkk. 2015. Uji
Volume 6, Nomor 2, Desember, efektivitas perasan air jeruk
Tanggerang, hal : 53 – 61 nipis (Citrus aurantifolia S)
Astriani, meli. 2017. Skrining bakteri terhadap pertumbuhan bakteri
selulotik asal tanah kebun Staphylococcus aureu secara in
pisang (Musa paradisiaca), vitro, Jurnal ilmiah farmasi,
Jurnal Biota, Volume 3, Nomor Volume 4, Nomor 4, ISSN :
1, Januari, hal : 6 2302 – 2493
Emilia, ita. 2010. Isolasi dan identifikasi L. soedjoto, dkk. 2015. Penuntun
senyawa alkaloid dari daun praktikum bakteriologi. Gresik
tumbuhan sengugu Mappa, tiara., dkk. 2013. Formasi gel
(Clerodendron serratum ektrak daun sasaladahan
spreng), Jurnal sainmatika, (Peperomia pellucida
Volume 7, Nomor 2, Desember, (L.)H.B.K) dan uji efektivitasnya
hal : 46 - 53 terhadap luka bakar pada kelinci
Fitri, nur. 2015. Penggunaan krim ektrak (Oryctolagus cuniculus), Jurnal
batang dan daun suruhan ilmiah farmasi, Volume 2,
(Peperomia pellucida L.H.B.K) Nomor 2, Mei, ISSN : 2302 –
dalam proses penyembuhan luka 2493
bakar pada tikus putih (Rattus Miranti, mira., dkk. 2013. Perbandingan
norvegicus), Jurnal biopendix, aktivitas antimikroba ektrak
Volume 1, Nomor 1, Maret, etanol 30% dan 96% kelopak
Ambon, hal : 193 – 203 bunga rosella (Hibiscus
sabdariffal) terhadap bakteri

Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 14


ISSN 2087-0725

Staphylococcus aureus, Jurnal Rizki, khofifu., dkk. 2017. Isolasi


ekologia, Volume 13, Nomor 1, bakteri Staphylococcus aureus
April, hal : 9 – 18 pada ikan asin talung – talung
Ningsih, ayu putri., dkk. 2013. Uji (Scomberoides
efektivitas antibakteri ekstrak commersonnianus) di kecamatan
kental tanaman pisang kepok lempung kabupaten aceh besar,
kuning (Musa paradisiaca linn.) Jurnal JIMVET, Volume 1,
terhadap Staphylococcus aureus Nomor 3, hal : 366 – 376. ISSN
dan Escherichia coli, Jurnal : 2540 – 9492
Biologi Universitas Andalas, Samsiarti, sunardiyah., dkk. 2004.
Volume 2, Nomor 3, September, Materi kimia kelas 2 SMA.
hal : 207 – 213. ISSN 2303 - Surabaya. Galeri wacana
2162 surabaya
Retnowati, yuliana., dkk. 2011. Sudirman, taufik azhari. 2014. Uji
Pertumbuhan bakteri efektivitas ektrak daun salam
Staphylococcus aureus pada (Eugenia polyantha) terhadap
media yang diekspos dengan pertumbuhan Staphylococcus
infus daun sambiloto aureus secara in vitro, [Skripsi],
(Andrographis paniculate), Universitas hasanuddin fakultas
Jurnal saintek, Volume 6, kedokteran gigi Makasar
Nomor 2

Jurnal Sains Vol.8 No.15 (2018) 15

Das könnte Ihnen auch gefallen