Sie sind auf Seite 1von 14

Marine Fisheries ISSN 2087-4235

Vol. 6, No. 2, November 2015


Hal: 129-142

PRODUKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR


MENGGUNAKAN PANCING ULUR YANG BERPANGKALAN
DI KABUPATEN MAJENE

Large Pelagic Fisheries Productivity by Using Handline Based in Majene District

Oleh:

Alfa FP. Nelwan1*, Sudirman1, Mukti Zainuddin1, Muh. Kurnia1


1 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin

* Korespondensi: alfanelwan@gmail.com

Diterima: 08 Januari 2014; Disetujui: 01 September 2015

ABSTRACT
Large pelagic fish is a fishery commodity which has a high economic value, so its
development can improve the economy of communities and regions. The aim of this study was to
determine the fishing productivity of large pelagic fisheries using handline. This research was
conducted in July until September 2012. This study examines the fishing productivity of handling
with operated by a fisherman in Majene district, West Sulawesi. Fishing activity utilizing FADs as a
fishing ground. Fishing Productivity was obtained from the weight ratio of the amount of catches
and duration of fishing time. Fishing productivity is determined for each type of fish catches, namely
skipjack tuna (Katsuwonus Pelamis), yellowfin tuna (Thunnus albacares), and mackerel tuna (Auxis
thazard). The proportion of the total catches of skipjack tuna showed greater than other fish
species. The relationship between fishing productivity with the time fishing is declining with
increasing duration of time fishing. Cluster analysis showed that there are two clusters of fishing
productivity for 23 fishing activity. Fishing ground with the largest production was in the FADs in
118031'44,8''E and 118°34'16.0"E, and 04030'25.6"S and 118029'37,3''BT. Large pelagic fish
species observed is the skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), yellowfin tuna (Thunnus albacares),
and tongkol (Auxis hazard). Fishing productivity shows the downward trend and the fishing ground
for the production of tuna, mackerel and yellowfin tuna fish highest in FADs at position
04026’06,3”S and 118031’44,8’’E ; 04030’25.6”S and 118029’37,3’’E.
Keywords: FADs, fishing productivity, handline, large pelagic, majene

ABSTRAK
Ikan pelagis besar merupakan salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomi
yang relatif tinggi, sehingga pengembangan perikanan pelagis besar dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat dan daerah. Tujuan penelitian ini adalah menentukan produktivitas penangkapan ikan
pelagis besar menggunakan pancing ulur. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli-September
2012. Penelitian ini mengkaji produktivitas penangkapan pancing ulur yang dioperasikan nelayan di
Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Aktivitas pemancingan memanfaatkan rumpon sebagai daerah
penangkapan ikan. Produktivitas penangkapan diperoleh dari perbandingan berat jumlah hasil
tangkapan dengan lama waktu pemancingan. Produktivitas penangkapan ditentukan pada masing-
masing jenis ikan hasil tangkapan, yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna ekor kuning
(Thunnus albacares), dan tongkol (Auxis thazard). Proporsi jumlah hasil tangkapan menunjukkan
cakalang lebih besar dibandingkan jenis ikan lainnya. Hubungan antara produktivitas penangkapan
dengan lama waktu pemancingan menunjukkan kecenderungan menurun dengan bertambahnya
lama waktu pemancingan. Analisis kluster menunjukkan terdapat dua kluster produktivitas
130 Marine Fisheries 6 (2): 129-142, November 2015

penangkapan selama 23 aktivitas pemancingan. Daerah penangkapan ikan dengan produksi


terbesar berada pada rumpon dengan posisi geografi 04026’06,3”LS dan118031’44,8’’BT ;
04030’25.6”LS dan 118029’37,3’’BT. Produktivitas penangkapan menunjukkan tren menurun.
Posisi geografi rumpon yang memiliki produksi tuna, cakalang dan tongkol adalah pada posisi
04026’06,3”LS dan 118031’44,8’’BT ; 04030’25.6”LS dan 118029’37,3’’BT.
Kata kunci: rumpon, produktivitas penangkapan, pancing ulur, pelagis besar, Majene

PENDAHULUAN nakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan


ikan.
Perikanan pelagis besar merupakan
salah satu komoditi perikanan yang memiliki Pancing ulur di Kabupaten Majene me-
nilai ekonomi yang relatif tinggi dibandingkan rupakan perikanan skala kecil, karena diupa-
jenis ikan lainnya. Perkembangan produksi yakan secara perorangan, dimana setiap pe-
komoditi utama pelagis besar secara nasional milik memiliki 1-2 unit. Setiap unit pancing ulur
menunjukkan bahwa jenis ikan tuna mengalami melibatkan 5-7 orang ABK. Dengan demikian
pertumbuhan produksi dalam kurun waktu keberlanjutan usaha penangkapan mengguna-
tahun 2007-2011 sebesar 4,77%; dimana kan pancing ulur merupakan faktor penting, ka-
cakalang 3,63%; sedangkan jenis ikan tongkol rena melibatkan beberapa orang sebagai mata
mengalami penurunan sebesar -1,08%. Data pencaharian. Nilai komoditi ikan tuna yang
tersebut menunjukkan bahwa sebagai komoditi secara ekonomi tinggi, menjadikan pancing ulur
utama yang bernilai ekonomis tinggi, maka laju adalah salah jenis alat tangkap yang perlu men-
produksi dalam kurun waktu lima tahun dapat perhatian dalam pengelolaan perikanan
merupakan indikator utama untuk tingkat tangkap. Selain itu pancing ulur juga memiliki
pemanfaatan jenis ikan pelagis besar (tuna, selektivitas yang cukup baik, karena menggu-
cakalang dan tongkol). nakan mata kail yang menangkap tujuan pe-
nangkapan tertentu sesuai ukuran mata kail.
Laju produksi dalam kegiatan perikanan
tangkap ditentukan oleh seberapa besar upaya Kebijakan pengelolaan perikanan pan-
penangkapan dalam memanfaatkan sumber- cing ulur membutuhkan adanya informasi ten-
daya ikan. Upaya penangkapan ditentukan ber- tang kemampuan tangkap pancing ulur. Ke-
dasarkan dimensi alat tangkap, kapal, jumlah mampuan tangkap pancing ulur diestimasi
hari operasi, dan teknologi penangkapan yang berdasarkan produktivitas penangkapan
digunakan. Dengan demikian upaya penang- dengan membandingkan antara produksi dan
kapan akan menentukan jumlah produksi ikan upaya penangkapan. Besaran upaya penang-
pada suatu kawasan perikanan, sehingga upa- kapan akan menentukan seberapa besar
ya penangkapan akan berpengaruh terhadap produktivitas penangkapan dari pancing ulur,
kondisibiologi sumberdaya ikan. Dimana upaya sehingga dapat diketahui kinerja produksi atau
penangkapan menjadi ukuran mortalitas akibat kemampuan tangkap pancing ulur dengan tu-
kegiatan penangkapan (Garcia and Richard, juan utama penangkapan adalah jenis ikan
2005). pelagis besar. Tujuan dari penelitian ini adalah
Ketika tingkat upaya penangkapan lebih menganalisis produktivitas penangkapan pan-
rendah dibandingkan stok ikan yang tersedia, cing ulur yang berpangkalan di Kabupaten Ma-
maka stok ikan yang tersisa masih dapat tum- jene, Sulawesi Barat.
buh dan berkembang. Namun jika tingkat upaya
penangkapan melebihi ketersediaan stok ikan,
maka ketersediaan ikan untuk perikanan akan METODE
berkurang. Dengan demikian produksi ikan Pengambilan data dilakukan dengan
akan meningkat proporsional terhadap upaya mengikuti secara langsung operasi penang-
penangkapan. kapan ikan satu unit pancing ulur yang ber-
Produksi kelompok jenis ikan pelagis be- pangkalan di Kabupaten Majene, Sulawesi
sar oleh nelayan yang berpangkalan di Kota Barat. Penelitian ini menggunakan metode stu-
Majene diperoleh dari alat tangkap pancing ulur di kasus pada satu unit pancing ulur. Pemilihan
dan tergolong perikanan skala kecil dengan satu unit pancing ulur dilakukan secara se-
jumlah sekitar 352 unit (DKP Provinsi Sulawesi ngaja, karena spesifikasi pancing ulur dan uku-
Barat 2010). Pancing ulur di Kabupaten Majene ran kapal yang dioperasikan nelayan di Kelu-
terkonsentrasi di Kelurahan Totoli, Kecamatan rahan Totoli, Kecamatan Banggae relatif sama.
Banggae, dengan tujuan utama penangkapan Ukuran pancing ulur dan kapal yang relartif
adalah jen is ikan pelagis besar, khususnya sama memberikan peluang penangkapan yang
jenis tuna. Pancing ulur dalam pengoperasi- sama, sehingga unit penangkapan pancing ulur
annya setiap trip selama 3-5 hari, menggu- dengan tujuan penangkapan jenis ikan pelagis
Nelwan et al. – Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar menggnakan Pancing Ulur 131

besar yang terdapat di Kelurahan Totoli akan Produktivitas digunakan untuk menje-
memberikan peluang penangkapan yang sama. laskan output pada setiap unit masukan, se-
Selain itu keseluruhan unit penangkapan pan- hingga produktivitas yang lebih tinggi berarti
cing ulur menggunakan rumpon sebagai tek- bahwa lebih banyak dapat diproduksi. Dalam
nologi alat bantu penangkapan. penelitian ini input adalah upaya penangkapan,
dimana lama waktu memancing sebagai ukuran
Operasi penangkapan pancing ulur
upaya penangkapan. Dengan demikian pro-
menggunakan rumpon sebagai alat bantu pe-
duktivitas penangkapan pancing ulur ditentukan
nangkapan ikan, sehingga kegiatan penang-
berdasarkan perbandingan antara produksi
kapan ikan terkonsentrasi pada suatu wilayah
dengan jumlah waktu yang digunakan untuk
perairan tertentu (Gambar 1). Pola operasi
memancing (menit). Perhitungan produktivitas
penangkapan pancing ulur juga relatif sama,
penangkapan dinyatakan dengan persamaan
dimana satu trip penangkapan berlangsung
sebagai berikut:
selama lima hari. Pengambilan data produksi
pancing ulur dilakukan mulai Juli-September
2012. Posisi geografi fishing base dan daerah
penangkapan pancing ulur sebagaimana ter-
lihat pada Gambar 1. Analisis statistik nonparametrik Friedman
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
Konstruksi pancing ulur yang
perbedaan produktivitas penangkapan berda-
digunakan terdiri penggulung, tali utama,
sarkan jenis ikan hasil tangkapan. Hipotesis
pemberat, dan mata pancing. Pancing ulur
yang digunakan dalam uji Friedman, sebagai
yang digunakan memiliki dua tipe, yaitu: 1)
berikut:
pancing ulur yang menggunakan mata pancing
ganda yang terdiri dari 20 rangkaian mata kail; H0 : Peringkat rata-rata produktivitas
2) pancing ulur menggunakan mata pancing penangkapan yang dibandingkan
tunggal. Pancing ulur yang memiliki mata tidak berbeda
pancing ganda ditujukan untuk menangkap
jenis ikan cakalang dan tongkol, sedangkan H1 : Peringkat rata-rata produktivitas
penangkapan yang dibandingkan
penggunaan mata pancing tunggal untuk
berbeda
menangkap jenis ikan tuna. Tipe mata pancing
yang digunakan adalah mata pancing berkait Pengambilan keputusan (Santoso 2012) seba-
balik. gai berikut:
Ukuran kapal digunakan adalah Asymp. Sig. < tarafnyata (α=0.05)  tolak H0
panjang (L) 15 meter, lebar (B) 1,8 meter, dan
tinggi (D) 1,2 meter dan perahu sampan Asymp. Sig. >tarafnyata (α=0.05)  terima H0
sebanyak 5 buah Kapal ini dilengkapi dengan 3 Guna mengetahui kesamaan (similarity)
buah mesin dengan kekuatan 29 PK. Kapal atau kemiripan produktivitas penangkapan jenis
pancing ulur memiliki palka yang difungsikan ikan pelagis besar menggunakan analisis klus-
untuk menyimpan es dan hasil tangkapan. ter hierarki. Penentuan kemiripan didasarkan
Nelayan pancing ulur berjumlah lima orang, pada jarak ukuran euclidean. Semakin besar
empat orang berfungsi sebagai pemancing dan jarak antar produktivitas penangkapan, maka
satu orang bertindak sebagai nahkoda. semakin kecil kemiripannya (Supranto 2004;
Rumpon yang digunakan nelayan Sulistiyarto et al. 2007; Santoso 2012).
sebagai alat bantu penangkapan ikan terdiri
dari tali utama, pemberat, serta atraktor yang
terbuat dari daun kelapa. Pelampung atau rakit HASIL DAN PEMBAHASAN
terbuat dari gabus dilapisi potongan bambu.
Kedalaman lokasi pemasangan rumpon
Produksi
tergantung kedalaman perairan, dimana lokasi Operasi penangkapan pancing ulur yang
pemancingan dalam penelitian berada pada berpangkalan di Kabupaten Majene, meman-
kedalaman ± 1500 m. faatkan rumpon sebagai alat bantu penang-
Kegiatan pemancingan berlangsung kapan, sehingga daerah penangkapan pancing
mulai pagi hari hingga siang hari. Pemancingan ulur adalah juga lokasi rumpon. Jenis hasil
pada pagi hari dimulai pukul 05.00-12.00 dan tangkapan pancing ulur selama penelitian ada-
siang hari pada pukul 12.00-18.00. Selama lah cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol
pengambilan data kegiatan pemancingan (Auxis thazard) dan tuna ekor kuning (Thunnus
berlangsung di lokasi rumpon. Jarak kapal albacares). Komposisi produksi jenis hasil
pemancing dengan rakit rumpon kurang lebih
50 m, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
132 Marine Fisheries 6 (2): 129-142, November 2015

Gambar 1 Lokasi fishing base dan darah penangkapan pancing ulur yang berpangkalan
di Kabupaten Majene

Gambar 2 Lokasi pemancingan di area rumpon (lingkaran merah adalah rakit rumpon)

tangkapan dengan pancing ulur sebagaimana terjadi satu kali penangkapan. Rata-rata pro-
terlihat pada Gambar 3. duksi ikan tongkol sebesar 60 ekor dan jumlah
produksi tertinggi sebesar 163 ekor dan teren-
Selama 23 kali penangkapan dengan
dah sebanyak 20 ekor.
pancing ulur, Gambar 3 menunjukkan jenis ikan
cakalang dominan tertangkap dibandingkan Frekuensi produksi cakalang yang ter-
tongkol dan tuna ekor kuning, yaitu sebesar tangkap pancing ulur sebagaimana terlihat pa-
49%. Jenis tongkol dan tuna ekor kuning, ma- da Gambar 5 menunjukkan frekuensi tertinggi
sing-masing sebanyak 28% dan 23%. Freku- pada kisaran produksi 34-78 ekor terjadi se-
ensi produksi pancing ulur selama 23 kali pe- banyak 11 kali penangkapan. Kisaran produksi
nangkapan berdasarkan jenis ikan hasil tang- 169-213 ekor dan 250-303 ekor sebanyak satu
kapan, disajikan pada Gambar 4, 5, dan 6. Pe- kali. Rata-rata produksi ikan cakalang yang ter-
nentuan frekuensi kelas kisaran produksi meng- tangkap dengan pancing ulur selama 23 kali
gunakan persamaan Sturges (Pranowo 1982). penangkapan sebesar 154 ekor, jumlah pro-
duksi cakalang tertinggi sebesar 251 ekor dan
Kisaran produksi tongkol pada Gambar 4
terendah sebesar 41 ekor.
menunjukkan tertinggi tertangkap pada kisaran
46-101 ekor dengan jumlah frekuensi sebanyak Gambar 6 menunjukkan frekuensi pro-
13 kali penangkapan. Pada kisaran produk- duksi tuna ekor kuning tertinggi pada kisaran
si154-178 ekor, frekuensi produksi ikan tongkol produksi 46-101 ekor, dengan frekuensi
Nelwan et al. – Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar menggnakan Pancing Ulur 133

sebanyak 17 kali penangkapan. Pada kisaran bahnya waktu (Gambar 9), yang mana laju pe-
produksi 154-178 ekor hanya terdapat satu kali nurunan produktivitas penangkapan sebesar
penangkapan. Rata-rata produksi tuna ekor 0,005 seiring bertambahnya lama waktu pe-
kuning sebesar 66 ekor, dimana jumlah pro- mancingan. Koefisien determinan pada hu-
duksi tertinggi sebesar 157 ekor dan terendah bungan antara produktivitas penangkapan ikan
sebesar 14 ekor. tongkol dengan lama waktu pemancingan
sebesar 0,5.Hal tersebut menunjukkan bahwa
lama waktu pemancingan menjelaskan peru-
Daerah Penangkapan Ikan bahan produktivitas penangkapan. Produk-
Daerah penangkapan pancing ulur sela- tivitas penangkapan tongkol tertinggi sebesar
ma pengambilan data berada pada posisi geo- 1,49 ekor/menit dengan lama waktu peman-
grafi 030 33’13.3”LS dan 1180 56‘45.9”BT sam- cingan selama 41 menit. Produktivitas penang-
pai 04030’25.6” LS dan 118029’37,3”BT. Kegi- kapan terendah sebesar 0,13 ekor/menit
atan penangkapan pancing ulur sebanyak 23 dengan lama waktu pemancingan selama 155
kali penangkapan seluruhnya berlangsung di menit dan 251 menit.
rumpon. Aktivitas pemancingan dilakukan pada Tren hubungan produktivitas penang-
tujuh rumpon secara bergantian, dimana posisi kapan tuna ekor kuning dengan lama waktu
geografi ke tujuh rumpon tersebut berbeda. pemancingan menunjukkan kecenderungan
Hasil pengamatan menunjukkan terdapat per- yang menurun (Gambar 10). Laju penurunan
bedaan produksi ketiga jenis ikan pelagis yang menunjukkan sebesar 0,006 ekor/menit setiap
tertangkap berdasarkan posisi rumpon. Des- peningkatan lama waktu pemancingan, yang
kripsi kinerja produksi setiap rumpon sebagai- mana lama waktu pemancingan dapat men-
mana terlihat pada Tabel 1. jelaskan sebesar 50% terhadap penurunan
produktivitas penangkapan tuna ekor kuning
Produksi pancing ulur pada setiap rum- dengan menggunakan pancing ulur. Pro-
pon sebagaimana terlihat pada Tabel 1 menun- duktivitas penangkapan tuna ekor kuning ter-
jukan adanya variasi produksi ikan, baik ber- tinggi sebesar 2,07 kg/menit dengan lama wak-
dasarkan rumpon maupun jenis ikan pelagis tu pemancingan sebesar 41 menit. Pro-
besar yang tertangkap. Rumpon sebagai alat duktivitas penangkapan terendah sebesar 0,07
bantu penangkapan ikan memberikan indikasi kg/menit dengan lama waktu pemancingan
potensial sebagai daerah penangkapan ikan sebesar 226 menit.
alat tangkap pancing ulur. Produksi ikan ber-
dasarkan posisi rumpon sebagaimana terlihat Tren produktivitas penangkapan caka-
pada Gambar 7. lang dengan pancing ulur menunjukkan tren
menurun hubungannya dengan lama waktu
Gambar 7 menunjukkan produksi ikan pemancingan. Laju penurunan produktivitas
cakalang tertinggi di rumpon 7, tongkol tertinggi penangkapan cakalang sebesar 0,004 ekor/
pada rumpon 2, dan ikan tuna ekor kuning menit untuk setiap penambahan satuan waktu
tinggi pada rumpon 3. Produksi ikan pelagis (menit) pemancingan. Koefisien determinan
besar berdasarkan posisi rumpon, menun- pada tren hubungan produktivitas penangkapan
jukkan produksi ikan di rumpon 4 lebih rendah dengan lama waktu pemancingan sebesar 0,15
dibandingkan rumpon lainnya. Operasi penang- atau lama waktu pemancingan menjelaskan
kapan di rumpon 1 dan 4, hanya dilakukan perubahan produktivitas penangkapan sebesar
sekali, sedangkan pada rumpon lainnya 15% (Gambar 11). Produktivitas penangkapan
aktivitas penangkapan lebih dari dua kali. Posisi ikan cakalang tertinggi sebesar 2,17 kg/menit
rumpon 1 sampai 7 disajikan pada Gambar 8. dengan lama waktu pemancingan sebesar 41
menit, sedangkan produktivitas penangkapan
Produktivitas Penangkapan ikan cakalang terendah sebesar 0,67 kg/menit
dengan lama waktu pemancingan sebesar 251
Produktivitas penangkapan adalah ukur- menit.
an kemampuan produksi suatu alat tangkap Tren produktivitas penangkapan hu-
dalam satuan upaya penangkapan. Penelitian bungannya dengan lama waktu pemancingan
produktivitas penangkapan diukur berdasarkan menunjukkan kecenderungan menurun pada
perbandingan jumlah hasil tangkapan dengan semua jenis ikan hasil tangkapan. Lama waktu
lama waktu pemancingan. Tren hubungan pemancingan berkaitan dengan waktu makan
antara produktivitas penangkapan dengan lama ikan, hal ini diduga karena pengoperasian
waktu pemancingan sebagaimana terlihat pada pancing ulur menggunakan umpan.
Gambar 9, 10, dan 11.
Produktivitas penangkapan ikan tongkol Uji beda statistik non parametrik Fried-
dengan menggunakan pancing ulur menun- man menunjukkan nilai signifikansi sebesar
jukkan tren yang menurun seiring bertam- 0,00. Nilai signifikansi uji non parametrik
134 Marine Fisheries 6 (2): 129-142, November 2015

Friedman menyatakan terdapat perbedaan menunjukkan terdaapat dua kelompok atau


produktivitas penangkapan diantara jenis ikan kluster. Hasil analisis kluster ini memberikan
tongkol, cakalang, dan tuna ekor kuning. gambaran bahwa aktivitas penangkapan ikan
Perbedaan produktivitas penangkapan diantara pelagis besar menggunakan pancing ulur
ketiga jenis ikan pelagis besar juga dapat terdapat perbedaan produktivitas penangkapan.
diketahui dari pengelompokkan menggunakan Perbedaan tersebut terlihat pada antara
analisis cluster hirarki (Gambar 12). Hasil pemancingan pertama sampai kesembilan dan
pengelompokkan berdasarkan jarak terjauh pemancingan ke-10 sampai ke-23.

Gambar 3 Komposisi produksi pancing ulur dalam kurun waktu 23 aktivitas pemancingan

Gambar 4 Frekuensi produksi tongkol dengan menggunakan pancing ulur

Gambar 5 Frekuensi produksi cakalang yang tertangkap pancing ulur


Nelwan et al. – Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar menggnakan Pancing Ulur 135

Gambar 6 Frekuensi produksi tuna ekor kuning yang tertangkap pancing ulur

Gambar 7 Produksi pancing ulur berdasarkan rumpon

Gambar 8 Posisi rumpon yang merupakan daerah penangkapan ikan pelagis besar mengunakan
pancing ulur
136 Marine Fisheries 6 (2): 129-142, November 2015

Gambar 9 Tren hubungan produktifitas penangkapan ikan tongkol dengan lama pemancingan

Gambar 10 Tren hubungan produktifitas penangkapan ikan tuna ekor kuning dengan lama
pemancingan

Gambar 11 Tren hubungan produktifitas penangkapan ikan cakalang dengan lama waktu
pemancingan
Nelwan et al. – Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar menggnakan Pancing Ulur 137

Gambar 12 Dendogram analisis cluster hirarki produktivitas penangkapan dengan pancing ulur
(TK= tongkol; CK= cakaang; TN= tuna. Angka dibelakang huruf adalah kegiata pnangkapan)
138 Marine Fisheries 6 (2): 129-142, November 2015

Tabel 1 Produksi ikan berdasarkan rumpon sebagai daerah penangkapan pancing ulur
berpangkalan di Kabupaten Majene

Produksi Ikan (ekor)


Rumpon Posisi Tongkol Cakalang Tuna
pagi sore Pagi Sore pagi Sore
04010’36,5’’ LS
R1 (1;-) 163 149 90
118040’09.2’’ BT
04026’06,3’’LS
R2 (3;3) 182 240 270 274 168 133
118031’44,8’’BT
04030’25.6”LS
R3(4;3) 236 140 337 281 221 201
118029’37,3’’BT
04001’53.3’’LS
R4 (1; -) 80 66 74
118045’50.5’’BT
04017’46.6’’LS
R5(-;2) 82 449 87
118038’54’’BT
04 26’10.8’’LS
R6(-;2) 109 149 121
118033’53.7’’BT
04°20'22,0"LS
R7 (3;1) 140 66 435 234 60 34
118°27'10,1"BT

Jumlah 801 637 1257 1387 613 576

PEMBAHASAN perairan. Lokasi rumpon tempat pemancingan


nelayan pancing ulur berada pada kedalaman ±
Pancing ulur termasuk alat tangkap yang 1500 m.
sederhana, karena hanya terdiri dari tali pan-
cing, mata pancing dan umpan. Pancing ulur Perbedaan hasil tangkapan ikan pelagis
yang digunakan nelayan Majene, memiliki tali besar berdasarkan rumpon dapat disebabkan
utama sepanjang 200 meter dan menggunakan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan
mata pancing sebanyak 20 buah. Umpan yang sifat bergerombol kelompok jenis ikan pelagis
digunakan adalah umpan alami dan umpan besar dan bermigrasi untuk mencari makan dan
buatan. Umpan buatan terbuat dari serat-serat pemijahan (Matsumoto et al. 2006). Penelitian
kain sutra berwarna mencolok dan ada juga ini tidak secara spesifik mengkaji penyebab
yang dibentuk menyerupai cumi-cumi. Peng- banyaknya hasil tangkapan pada setiap rumpon
gunaan warna dan bentuk umpan buatan yang juga merupakan daerah penangkapan
bertujuan untuk memikat ikan mendekat kearah pancing ulur. Namun demikian setiap rumpon
mata pancing. tertangkap tongkol, cakalang dan tuna ekor
kuning, yang mana berdasarkan kemiripan pro-
Hasil tangkapan pancing ulur menun- duktivitas penangkapan terdapat dua kelompok
jukkan adanya perbedaan proporsi baik jenis berdasarkan analisis kluster. Kelompok terse-
ikan maupun berdasarkan rumpon. Selama but membentuk karakteristik produktivitas pe-
pengambilan data terdapat tujuh unit rumpon
nangkapan yang diduga berkaitan dengan ke-
yang menjadi lokasi penangkapan. Rumpon tertarikan (preferensi) terhadap makanan (Ban-
yang digunakan nelayan yang berpangkalan di djar dan Safri 1994; Mallawa et al. 2010; Brill et
Kabupaten Majene terbuat dengan konstruksi al. 2005; Young et al. 2010).
sederhana, yaitu terdiri dari tali utama, pem-
berat, atraktor terbuat dari daun kelapa, dan Rumpon 2 (04026’06,3’’LS dan 118031’
pelampung atau rakit yang terbuat dari gabus 44,8’’BT), dan rumpon 3 (04030’25.6”LS dan
dilapisi potongan bambu. Kedalaman lokasi 118029’37,3’’BT) adalah rumpon yang selama
pemasangan rumpon tergantung kedalaman penelitian memiliki frekuensi pemacingan yang
Nelwan et al. – Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar menggnakan Pancing Ulur 139

lebih tinggi dibandingkan rumpon lainnya. Hal lokasi rumpon yang merupakan daerah
tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi ikan penangkapan ikan dapat dipengaruhi oleh
pelagis besar lebih banyak dibandingkan rum- berbagai faktor khususnya berkaitan dengan
pon lainnya, sehingga memberikan peluang ketertarikan terhadap rumpon. Ketertarikan
mendapatkan hasil tangkapan lebih besar terhadap rumpon disebabkan oleh keterse-
dibandingkan rumpon lainnya. Ketertarikan ke- diaan makanan dan kesesuaian habitat (Leho-
lompok jenis ikan pelagis besar pada suatu dey et al. 1998; Bandjar dan Bahar, 1994;
rumpon tidak dapat disebutkan secara pasti Fréon dan Dagorn. 2000; Dagorn et al. 2000;
penyebabnya, namun pada berbagai hasil pe- Matsumoto et al. 2013; Buckley dan Bruce
nelitian menyebutkan bahwa hasil tangkapan 1994). Keterkaitan kesesuaian habitat dan
ikan pelagis besar yang terbesar diperoleh jika ketersediaan makanan dapat dilihat dari
aktivitas penangkapan dilakukan di rumpon frekuensi pemancingan di tujuh rumpon yang
(Dagorn dan Fréon 1999; Buckley and Bruce digunakan nelayan selama pengambilan data.
1994). Hal ini juga sudah merupakan indikasi Ketujuh rumpon tersebut merupakan indikasi
bahwa pada rumpon 2 dan rumpon 3 me- awal tentang keterkaitan dengan kesesuaian
rupakan rumpon yang suitable untuk kebutuhan habitat. Penelitian ini tidak mengamati tentang
sesuai kebutuhan jenis ikan tongkol, cakalang, ketersediaan makanan, namun berdasarkan
dan tuna (madidihang) (Morgan 2011). Rumpon produksi dari tujuh rumpon yang dilakukan
dimanfaatkan kelompok ikan pelagis besar pemancingan sudah dapat dijadikan indikasi
untuk berbagai tujuan, antara lain untuk men- tentang struktur komunitas yang terbentuk,
dapatkan makanan maupun sebagai tempat sebagaimana fungsi utama penggunaan rum-
berlindung (Buckley dan Bruce 1994; Fréon dan pon untuk mengkonsentrasikan ikan (Lehodey
Dagorn 2000; Morgan 2011). Sebagaimana et al. 1998: Morgan 2011; Hallier and Daniel.
diungkapkan oleh Hallier dan Daniel (2008), 2008; Brill et al. 2005).
bahwa tuna signifikan isi lambung kosong yang
Selain ketersediaan makanan, menurun-
tertangkap di rumpon (FAD, fish aggregation
nya produktivitas penangkapan seiring dengan
devices), sedangkan cakalang yang tertangkap
lama waktu pemancingan berkaitan dengan
dirumpon 74% isi lambung kosong. Dengan
keadaan isi lambung. Prilaku makan akan
demikian ketersediaan makanan yang menjadi
ditentukan pada lapar, kenyang atau diantara
ketertarikan ikan untuk mendatangi rumpon.
keadaan kedua kondisi tersebut (Dagron et al.
Produktivitas penangkapan adalah ke- 2000; Ménard et al. 2007). Keadaan lapar
mampuan suatu alat tangkap untuk men- terjadi pada saat menjelang pagi hari yang
dapatkan sejumlah hasil tangkapan (sumber- kemudian kenyang dan setelah jam 10 pagi
daya ikan yang menjadi tujuan penangkapan) kelompok ikan pelagis besar kembali mencari
dalam setiap satuan upaya penangkapan. mangsa hingga menjelang malam hari (Josse
Upaya penangkapan berkaitan dengan teknis et al. 1998; Kuhnert et al. 2012). Prilaku
penangkapan, sehingga ukuran upaya penang- tersebut yang diduga menyebabkan kegiatan
kapan dapat berdasarkan trip penangkapan, penangkapan kelompok ikan pelagis besar
frekuensi penangkapan, kekuatan mesin kapal menggunakan pancing ulur setelah lewat pagi
yang digunakan atau lama waktu suatu alat hari membutuhkan durasi waktu yang lebih
tangkap beroperasi (McCluskey dan Lewison lama untuk mendapatkan hasil tangkapan,
2008; Rijndrorp et al. 2000; Brill et al. 2005). selain itu menjelang malam hari kelompok ikan
Produktivitas penangkapan merupakan salah pelagis besar tidak melakukan aktivitas dan
satu indikator penting untuk mengetahui ke- berada pada lapisan yang lebih dalam (Josse et
mampuan atau kinerja kegiatan penangkapan al. 1998; Musyl et al. 2003).
ikan dari suatu alat tangkap. Selain itu, pro-
Sebagaimana uraian tersebut sebelum-
duktivitas penangkapan merupakan indikator
nya, maka dalam penelitian terdapat dua hal
awal distribusi ikan ketika akan digunakan
pokok yang terungkap, yaitu produktivitas pe-
untuk menilai daerah penangkapan ikan
nangkapan yang cenderung menurun dengan
potensil.
bertambahnya lama waktu pemancingan, dan
Produktivitas pancing ulur yang diope- terdapat rumpon yang memiliki produksi yang
rasikan nelayan menunjukkan cenderung me- lebih tinggi dalam luasan yang sempit. Kedua
nurun seiring dengan bertambahnya lama wak- hal pokok tersebut penting untuk dikembangkan
tu pemancingan berdasarkan jenis ikan hasil sebagai informasi dasar untuk menunjang
tangkapan. Waktu operasi penangkapan pan- kebijakan pengelolaan perikanan tangkap
cing ulur dilakukan nelayan mulai sebelum ma- berbasis ekosistem (Friedlander et al. 1994).
tahari terbit hingga pukul 15.00. Kecen- Hasil penelitian Gafa dan Subani (1993), me-
derungan menurunnya produktivitas penang- nyebutkan bahwa kelompok ikan cakalang dan
kapan kelompok jenis ikan pelagis besar di madidihang (tuna ekor kuning) yang berada di
140 Marine Fisheries 6 (2): 129-142, November 2015

rumpon dapat bertahan selama 3 bulan. Prilaku banyak tertangkap pada pagi hari. Jenis ikan
tersebut berdampak terhadap menurunnya cakalang lebih banyak tertangkap pada sore
populasi kelompok ikan pelagis besar yang hari (52,5% dari jumlah tangkapan).
berada di rumpon akibat kegiatan penang-
Produktivitas penangkapan ikan pelagis
kapan. Selain itu semakin menurunnya stok
besar menggunakan pancing ulur menunjukkan
ikan untuk perikanan, maka kelompok ikan pe-
kecenderungan menurun seiring dengan ber-
lagis besar akan mengalami perubahan bio-
tambahnya lama waktu pemancingan. Hasil uji
massa yang semakin menurun (Morgan 2011;
statistik menunjukkan adanya perbedaan pro-
Pauly et al. 2002). Demikian juga secara
duktivitas penangkapan diantara ketiga jenis
ekologi kelompok ikan pelagis besar sebagai
ikan pelagis besar. Rata-rata produktivitas pe-
top predator akan merubah tingkatan tropik,
nangkapan terbesar adalah ikan cakalang di-
yang juga merubah struktur komunitas yang
bandingkan tongkol dan tuna ekor kuning.
menjadi habitatnya (Sibert et al. 2006; Young et
al. 2010; Branch et al. 2010). Analisis kluster berdasarkan produktivitas
penangkapan menunjukkan terdapat dua klus-
Frekuensi pemancingan juga memberi-
ter yang terbentuk. Kedua kluster menunjukkan
kan dampak terhadap penurunan produktivitas
kemiripan produktivitas penangkapan, yaitu
penangkapan. Analisis kluster yang menge-
pertama, produktivitas penangkapan pada pe-
lompokkan dalam dua kluster kemiripan pro-
mancingan pertama sampai kesembilan dan
duktivitas penangkapan, yaitu pertama adalah
kedua, pemancingan kesepuluh sampai pe-
produktivitas penangkapan frekuensi peman-
mancingan ke-23.
cingan pertama sampai kesembilan. Kedua
adalah frekuensi penangkapan kesepuluh
sampai ke-23. Jika memperhatikan grafik tren
produktivitas penangkapan pada ketiga jenis UCAPAN TERIMA KASIH
ikan terlihat awal laju penurunan berada pada Penelitian ini dibiayai oleh Ditjen DIKTI,
frekuensi penangkapan kesepuluh. Selama KEMENDIKBUD melalui Penelitian Prioritas
pengambilan data dilakukan di daerah rumpon Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan
terdapat tiga unit pancing ulur lainnya yang juga Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
melakukan pemancingan. Intensitas penang- tahun anggaran 2012. Al Furkan, S.Pi dan
kapan adalah salah satu faktor penurunan Sudarman, S.Pi sebagai enumerator penelitian.
produktivitas penangkapan yang menggunakan
rumpon sebagai teknologi alat bantu. Kondisi ini
perlu dilakukan kajian sejauhmana keterkaitan DAFTAR PUSTAKA
intensitas penangkapan terhadap berbagai
faktor biologi ikan, sehingga dapat dipertim- Bandjar H, Safri B. 1994. Pengaruh Perbedaan
bangkan intensitas penangkapan yang ideal Panjang Tali Pancing Ulur Dan Posisi
jika kegiatan penangkapan dilakukan dengan Mengkaitkan Kail Pada Umpan Hidup
menggunakan rumpon sebagai teknologi alat Terhadap Hasil Tangkapan Tuna
bantu penangkapan (Vaca-Rodríguez et al. Madidihang (Thunnus albacares) Di
2006; Mapstone et al. 2008; Ohta dan Kakuma Perairan Banda. Jurnal Penelitian
2005). Dengan demikian dibutuhkan penelitian Perikanan Laut. 85: 30-39.
lebih lanjut tentang kondisi oseanografi, eko-
Branch, Trevor A., RegWatson, Elizabeth A.
logi, dan biologi terhadap frekuensi penang-
Fulton, Simon Jennings, Carey R.
kapan dan produktivitas penangkapan, khusus-
McGilliard, Grace T. Pablico, Daniel
nya alat tangkap yang memanfaatkan tekono-
Ricard, Sean R. Tracey. 2010. The
logi rumpon sebagai daerah penangkapan ikan.
Ttrophic Fingerprint of Marine Fisheries.
Nature. 468:431-435
KESIMPULAN Brill RW, Keith AB, Michael KM, Kerstin AF,
Eric JW. 2005. Bigeye Tuna (Thunnus
Pengoperasian pancing ulur untuk me- obesus) Behavior And Physiology And
nangkap jenis ikan pelagis besar menggunakan Their Relevance To Stock Assessments
rumpon sebagai daerah penangkapan ikan. And Fishery Biology. Col. Vol. Sci. Pap.
Proporsi hasil tangkapan terbesar adalah ca- ICCAT. 57(2): 142-161.
kalang (Katsuwonus pelamis), kemudian tong-
kol (Auxis hazard) dan tuna ekor kuning Buckley TW, Bruce SM. 1994. Feeding Habits
(Thunnus albacares). Berdasarkan waktu of Yellowfin Tuna Associated With Fish
pemancingan menunjukkan jenis ikan tongkol Aggregation Device in American Samoa.
(55,7% dari jumlah tangkapan) dan jenis ikan Bulletin Of Marine Sciences. 55(2-3):
tuna (51,6% dari jumlah tangkapan) lebih 445-459.
Nelwan et al. – Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar menggnakan Pancing Ulur 141

Dagorn L, P Fréon. 1999. Tropical Tuna Mallawa A, Syafruddin, Mahfud P. 2010. Aspek
Associated With Floating Objects: A Perikanan dan Pola Distribusi Ikan
Simulation Study Of The Meeting Point Cakalang (Katsuwonus pelamis) di
Hypothesis. Canadian Journal Fisheries Perairan Teluk Bone, Sulawesi
And Aquatic Sciences. 56(6): 984-993. Selatan.Torani. 20 (1): 17-24
Dagorn L, Erwan J, Pascal B, Arnaud B. 2000. Mapstone BD, LR Little, AE Punt, CR Davies,
Modelling Tuna Behavior Near Floating ADM Smith, F Pantus, AD McDonald, AJ
Objects From Individuals to Williams, A Jones. 2008. Management
Aggregations. Aquatic Living Resources. Strategy Evaluation for Line Fshing in
13: 203-2011. The Great Barrier Reef: Balancing
Conservation and Multi-Sector Fishery
DKP Provinsi Sulawesi Barat. 2010. Laporan
Objectives. Fishery Research. 94: 315-
Statistik Perikanan Tangkap Provinsi
329
Sulawesi Barat. Mamuju. Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat. Matsumoto T, H Okamoto, M Toyonaga. 2006.
Behavioral Study of Small Bigeye,
Fréon P, Dagorn L. 2000. Review of Fish
Yellowfin and Skipjack Tunas Associated
Associative Behavior: Toward a
With Drifting FADs Using Ultrasonic
Generalisation of The Meeting Point
Coded Trasmitter in The Central Pacific
Hypothesis. Fish Biology And Fisheries.
Ocean. Manila. Western and Central
10: 183-207.
Pacific Fisheries Commision.
Gafa B, Waluyo S. 1993. Studi Pengaruh
Matsumoto T. Takashi K, Shingo K. 2013.
Rumpon Terhadap Perilaku Ruaya Ikan
Vertikal Behavior of Bigeye Tuna
Cakalang, Katsuwonus pelamis,dan
(Thunnus Obesus) in The Northwestern
Madidihang, Thunnus albacares Dengan
Pacific Ocean on Archival Tag Data.
Metode Tagging Kawasan Indonesia
Fisheries Oceanography. 22(3): 234-246
Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut.
73: 65-78. McCluskey S, Lewison RL. 2008. Quantifying
Effort: a Synthesis of Current Methods
Garcia, Serge M., dan Richard J. R. Grainger.
and Their Applications. Fish and
2005. Gloom and doom? The future of
Fisheries. 9: 188-200.
marine capture fisheries. Phil. Trans. R.
Soc. B. 360: 21-46 Ménard Frédéric, Anne Lorrain, Michel Potier,
Francis Marsac. 2007. Isotopic evidence
Hallier JP, Daniel G. 2008. Drifting Fish
of distinct feeding ecologies and
Aggregation Devices Could Act as an
movementpatterns in two migratory
Ecological Trap for Tropical Tuna
predators (yellowfin tunaand swordfish)
Species. Marine Ecology Progress
of the Western Indian Ocean. Mar Biol.
Series. 353: 255-264
153:141–152
Josse E, Pascal B, Laurent D. 1998.
Morgan AC. 2011. Fish Aggregating Devices
Simultaneous Observation of Tuna
(FADs) and Tuna: Impacs and
Movements and Their Prey by Sonic
Management Options. Ocean Science
Tracking and Acoustic Surveys.
Division. PEW Environment Group,
Hydrobiologia. 371/372: 61-69
Washington DC.
Kuhnert, Petra M., Leanne M. Duffy., Jock W.
Musyl, Michael K., Richard W. Brill, Christofer
Young., Robert J. Olson. 2012.
H. Boggs, Daniel S.Curran, Thomas K.
Predicting Fish Diet Composition Using a
Kazama, Michael P. Seki. 2003. Vertical
Bagged Classification Tree Approach: a
Movements of Bigeye Ttuna (Thunnus
Case Study Using Yellowfin Tuna
obesus) Associated with Islands, Buoys,
(Thunnus albacares). Mar Biol (2012).
and Seamounts Near the Main Hawaii an
159:87–100
Islands from Archival Tagging Data.
Lehodey P, Jean MA, Michel B, John H, Anne Fish. Oceanogr. 12(3): 152–169.
S, Christophe M, Laurent M, Nicolas G.
Ohta,I. and S. Kakuma. 2005. Periodic
1998. Predicting Skipjack Tuna Forage
Behavior and Residence Time of
Distributions in The Equatorial Pacific
Yellowfin and Bigeye Tuna Associated
Using a Coupled Dynamical Bio-
with Fish Aggregating Devices Around
Geochemical Model. Fisheries
Okinawa Islands, as Identified with
Oceanography. 7(3/4): 317-325
Automated Listening Stations. Marine
Biology. 146: 581–594.
142 Marine Fisheries 6 (2): 129-142, November 2015

Pauly, Daniel., Villy Christensen, Sylvie Sulistiyarto, Bambang, Dedi Soedharma,


Guénette, Tony J. Pitcher, U. Rashid Mohammad Fadjar Rahardjo, Sumardjo.
Sumaila, Carl J. Walters, R. Watson, Dirk 2007. Pengaruh Musim terhadap
Zeller. 2002. Towards sustainability in Komposisi Jenis dan Kemelimpahan Ikan
world fisheries. Nature. 418: 689-695. di Rawa Lebak, Sungai Rungan,
Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Pranowo. 1982. Statistik Praktis. Yogyakarta.
Biodiversitas. 8(4): 270-273.
Penerbit Ananda
Supranto. 2004. Analisis Multivariat. Arti dan
Rijndsdorp AD, Dol W, Hoyer M, Pastoors MA.
Interpretasi. Jakarta. Rineka Cipta. 359
2000. Effects Of Fishing Power and
hal.
Competitive Interactions Among Vessels
on the Effort Allocation on the Trip Level Vaca-Rodríguez, Juan G, Roberto R,
of the Dutch Beam Trawl Fleet. ICES Enríquez-Andrade. 2006. Analysis of
Journal of Marine Science. 57: 927-937 The Eastern Pacific Yellowfin Tuna
Fishery Based On Multiple Management
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPPS pada
Objectives. Ecological Modelling. 191:
Statistik Non Parametrik. Jakarta. PT.
275-290.
Elex Media Komputindo.
Young, Jock W., Matt J. Lansdell., Robert A.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPPS pada
Campbell., Scott P. Cooper., Francis
Statistik Multivariat. Jakarta. PT. Elex
Juanes., Michaela A. Guest. 2010.
Media Komputindo.
Feeding Ecology and Niche Segregation
Sibert J, John H, Pierre K, Mark M. 2006. in Oceanic Top Predatorsoff Eastern
Biomass, Size, and Trophic Status of Australia. Mar Biol. 157:2347–2368.
Top Predators in The Pasific Ocean .
Science. 314: 1773-1776.

Das könnte Ihnen auch gefallen