Sie sind auf Seite 1von 7

Floribunda 4(7) 2013 175

ANATOMI DAN HISTOKIMIA ORGAN GENERATIF


AMORPHOPHALLUS MUELLERI
Dwi Gusmalawati 1), Serafinah Indriyani 2), Rodiyati Azrianingsih 2)
1)
Program Pascasarjana Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
2)
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
dwi_gusmalawati@yahoo.com

Dwi Gusmalawati, Serafinah Indriyani & Rodiyati Azrianingsih. 2013. Anatomy and Histochemistry of Gen-
erative Organ of Amorphophallus muelleri. Floribunda 4(7): 175–181. —. Porang is a tuber-producing
plants and can be used as foodstuffs, cosmetics, pharmaceuticals and other industries. Porang growth cycle
consists of vegetative phase and generative phase. The vegetative phase, when tuber produces petiole and
lamina, while the generative phase, when tuber produces flower, fruit, and seeds. The aim of this study was
to characterize the anatomy and histochemistry of porang generative organs. This research was conducted on
the observations of anatomical characters, with the making of semi-permanent preparations and
histochemical observations using fresh preparations. The results of the study showed that the surface of the
adaxial and abaxial of the spathe structure of the epidermis was different, superior ovary, hemiantropus
ovule, and bilobus anthers, each consisting of two loci. Porang fruit is a berry, thin pericarp with
parenchymatous tissue that has a raphide sac and druse. Porang seed has thick testa and thin tegmen, as well
as have the raphide sac. Based on testing of histochemistry, porang seeds contain starch, protein and lipid.
Keywords: Amorphophallus muelleri, anatomy, generative organs, histochemistry, porang.

Dwi Gusmalawati, Serafinah Indriyani & Rodiyati Azrianingsih. 2013. Anatomi dan Histokimia Organ
Generatif Amorphophallus muelleri. Floribunda 4(7): 175–181. —. Porang merupakan tumbuhan penghasil
umbi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, kosmetik, obat-obatan dan industri lainnya. Siklus
pertumbuhan porang terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terjadi apabila umbi
menghasilkan tangkai dan lamina, sedangkan fase generatif terjadi apabila umbi menghasilkan bunga, buah,
dan biji. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi anatomi dan histokimia pada organ generatif
porang. Pengamatan karakter anatomi dilakukan dengan pembuatan preparat semi-permanen dan
pengamatan histokimia dilakukan dengan pembuatan preparat segar. Hasil penelitian anatomi menunjukkan
bahwa permukaan abaksial dan adaksial pada seludang mempunyai struktur epidermis yang berbeda, bakal
buah menumpang, ovul hemiantropus, dan kepala sari bercuping rangkap dengan dua lokus. Buah porang
berupa buah buni, perikarp tipis tersusun atas jaringan parenkim yang mempunyai kantung rafid dan
kelenjar. Biji porang memiliki testa tebal dan tegmen tipis, serta mempunyai kantung rafid. Berdasarkan uji
histokimia, biji porang mengandung amilum, lipid, dan protein.
Kata kunci: Amorphophallus muelleri, anatomi, histokimia, organ generatif, porang.

Porang (Amorphophallus muelleri) meru- Lombok, Flores, dan Timor (Yuzammi 2000; Azri-
pakan salah satu tanaman umbi-umbian yang ter- aningsih dkk. 2008; Kurniawan dkk. 2011).
masuk dalam suku Araceae dan kelas Monocotyle- Siklus hidup tanaman porang terdiri dari
doneae. Umbi tanaman ini mengandung gluko- fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif
manan yang bernilai ekonomi tinggi dan telah terjadi apabila umbi yang tumbuh menghasilkan
diekspor ke beberapa negara seperti Taiwan, Ko- batang semu dan daun, sedangkan fase generatif
rea, Cina, Belanda, Inggris, dan berbagai negara menghasilkan bunga, buah, dan biji (Dwiyono
Eropa lainnya. Umbi porang dapat dimanfaatkan 2004). Pola pertumbuhan porang dari biji hingga
sebagai bahan makanan seperti mie yang disebut tanaman berbunga dan menghasilkan biji memerlu-
Shirataki dan Konyaku yang telah di ekspor ke kan waktu empat tahun atau empat periode tumbuh
Jepang. Porang juga dapat dimanfaatkan sebagai dan dorman, setiap periode tumbuh terjadi selama
bahan obat-obatan, kosmetika, kertas, tekstil, karet 5–6 bulan dan demikian juga pada periode dorman
sintetis, perfilman, dan sebagainya (Jansen et.al. (Indriyani 2011). Fase generatif porang terjadi
1996; Prihatyanto 2007). Tumbuhan ini tersebar di apabila bobot dan umur umbi sudah mencapai
wilayah Myanmar, Thailand, Sumatera, Jawa, Bali, ukuran dan waktu tertentu. Waktu yang diperlukan
176 Floribunda 4(7) 2013

dalam fase generatif, dari awal munculnya bunga (Formaldehyde Acetic acid Alcohol), penyayatan
sampai buah masak sekitar 8–9 bulan (Dwiyono dengan mikrotom (clamp on hand microtom),
2004; Indriyani 2011). pencucian dengan akuades, pewarnaan dengan
Bunga porang berbentuk seperti tombak safranin 1 %, dan pencucian dengan akuades.
berujung tumpul dan uniseksual (Sumarwoto Jaringan selanjutnya diletakkan di gelas objek,
2005). Sebagian besar susunan bunga Araceae ter- diberi gliserin, ditutup dengan gelas penutup,
diri dari tiga bagian utama yaitu: gagang bunga direkatkan dengan kutek dan diamati meng-
atau peduncle, seludang bunga atau spatha, dan gunakan mikroskop CX31, serta didokumentasikan
tongkol bunga atau spadiks. Pada tongkol berturut- menggunakan kamera digital.
turut dari pangkal ke ujung terdiri dari bunga bet- Pengamatan histokimia organ generatif
ina, bunga jantan dan bunga mandul atau apendiks menggunakan preparat segar. Pembuatan preparat
(Higaki et al. 1984; Jansen et al. 1996). Bunga po- diawali dengan penyayatan menggunakan mikro-
rang yang telah terfertilisasi akan membentuk buah tom. Hasil sayatan selanjutnya diuji histokimia
yang tersusun dalam satu tangkai buah. Buah po- dengan pereaksi spesifik untuk tiap-tiap uji.
rang berwarna hijau saat muda, merah saat tua dan Potassium Iodidde Test untuk uji amilum,
terdiri dari 1–3 biji (Yuzammi 2000). Coomassie Blue 1 % untuk uji protein, FeCl3 dan
Struktur anatomi seludang Anthurium, yang K2CrO7 1 % untuk uji tanin, dan Sudan III untuk
termasuk dalam suku Araceae terdiri dari satu lapis uji lipid (O’Brien & McCully 198; Ruzin 1999;
sel epidermis atas berbentuk mengetupat Hejnowicz & Barthlott 2005).
(rhomboid) dan pentagonal, dilapisi kutikula, ter-
dapat stomata, sel hipodermis, parenkim bunga HASIL DAN PEMBAHASAN
karang, jaringan pembuluh yang tersebar pada se-
luruh bagian seludang, hipodermis bawah dan epi- Anatomi Organ Genaratif
dermis bawah yang memiliki satu lapis sel dengan Struktur anatomi seludang porang bagian
ukuran lebih kecil dibandingkan dengan epidermis distal berdasarkan sayatan melintang terdiri dari
atas (Higaki et al. 1984). Berdasarkan hasil uji epidermis adaksial, hipodermis adaksial, parenkim
histokimia dengan menggunakan PAS dan pewar- bunga karang, berkas pembuluh, hipodermis
naan Sudan Black B, pada lapisan aleuron biji bawah dan epidermis abaksial (Gambar 1A).
Colocasia esculenta kaya akan protein, sedangkan Epidermis adaksial terdiri dari satu lapis sel
pada endosperm di bawah lapisan aleuron kaya epidermis sekretori dengan permukaan yang rata
akan amilum dan lipid (Scheirer & Strauss 1984). (Gambar 1B), sel hipodermis berukuran besar,
Berdasarkan penjelasan di atas informasi berbentuk bulat, mengetupat, pentagonal dan
mengenai organ generatif pada porang masih san- heksagonal. Parenkim bunga karang terdapat di
gat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk antara hipodermis adaksial dan abaksial, dengan
mengkarakterisasi anatomi dan histokimia pada susunan yang tidak beraturan karena dipisahkan
organ generatif porang, sehingga dapat diketahui oleh ruang antar sel. Berkas pembuluh tersebar
struktur organ generatif pada porang berdasarkan pada permukaan seludang dengan jarak yang
ciri anatomi dan histokimia. seragam. Hipodermis abaksial mempunyai bentuk
yang sama dengan hipodermis adaksial, sedangkan
METODOLOGI sel epidermis abaksial berbentuk pentagonal tanpa
ada epidermis sekretori. Sayatan melintang pada
Umbi yang digunakan untuk menghasilkan seludang bagian proksimal menunjukkan susunan
organ generatif (bunga, buah, dan biji) diperoleh struktur yang berbeda dengan seludang bagian
dari Madiun, Jawa Timur. Umbi tersebut ditanam distal. Pada seludang bagian proksimal permukaan
dalam polibag yang berisi tanah dan kompos (3:1) adaksial berlekuk-lekuk dan dilapisi oleh
dan diletakkan pada tempat yang bernaung di epidermis sekretori (Gambar 1C), hipodermis
kebun Biologi, FMIPA Universitas Brawijaya. adaksial, parenkim bunga karang yang kompak
Tanaman porang yang telah menghasilkan tanpa ruang antar sel, berkas pembuluh tersebar
organ generatif diamati karakter anatomi dan merata, terdapat kumpulan jaringan kolenkim
histokimia. Pengamatan anatomi organ generatif dengan penebalan pada dinding tangensial atau
pada penelitian ini menggunakan preparat semi- disebut dengan kolenkim papan (Gambar 1C).
permanen. Pembuatan preparat mengacu pada Jaringan kolenkim ini terletak di antara berkas
metode Ruzin (1999) yang dimodifikasi. Tahapan pembuluh dengan tepat epidermis abaksial.
pembuatan preparat meliputi: fiksasi dengan FAA Kolenkim pada tumbuhan merupakan jaringan
Floribunda 4(7) 2013 177

penyokong, sehingga secara morfologi organ yang sedangkan bagian abaksial berbentuk heksagonal.
mempunyai jaringan kolenkim akan terlihat kaku Pada ke dua permukaan epidermis seludang ini
dan kokoh, hal ini terlihat pada seludang bagian terdapat stomata seperti pada umumnya di daun,
proksimal secara morfologi lebih kaku diban- namun jumlahnya sangat sedikit. Satu bidang
dingkan seludang bagian distal. Hejnowicz & pandang pengamatan menggunakan mikroskop
Barthlott (2005) menyatakan bahwa pada struktur hanya ditemukan satu stomata. Ravi dkk. (2009)
anatomi tangkai Amorphophallus titanum tersusun menyatakan bahwa stomata terdapat pada bagian
atas jaringan perenkim yang kompak dan terdapat semua tumbuhan yang terdedah ke udara, tetapi
kumpulan kolenkim yang berada diantara berkas paling banyak terdapat pada daun. Frekuensi
pembuluh dan epidermis abaksial, diameter stomata sangat bervariasi pada bagian yang
kumpulan kolenkim ini 180–1000 µm. berbeda dari organ yang sama dan dari organ yang
Bentuk epidermis adaksial dan abaksial pada berbeda pada tumbuhan yang sama, serta
seludang bunga porang berbeda (Gambar 1D,E), dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya.
bagian adaksial selnya berpapila dan terlihat bulat,

ep hy es
ep ep
hy
es

sp sp

bp bp
co

50 µm A 5 µm B 50 µm C 5 µm D 5 µm E
ep hy

Gambar 1. Anatomi seludang pada bunga porang, A,B. sayatan melintang seludang bagian distal, C. sayatan
melintang seludang bagian proksimal, D. epidermis adaksial pada seludang, E. epidermis abaksial
pada seludang. ep. epidermis, hy. hipodermis, sp. parenkim bunga karang, bp. berkas pembuluh,
co. kolenkim, es. epidermis sekretori, tanda panah=stomata.

Hidayat (1995) menyatakan bahwa epider- bunga, tetapi bagian samping bakal buah tidak per-
mis sekretori pada beberapa suku Araceae meng- nah berlekatan dengan dasar bunga (Gambar 2A).
hasilkan amonia dan terpen sehingga menyebabkan Bakal buah berumah satu (unilokularis), yaitu
adanya bau tidak sedap seperti daging busuk pada dalam satu karpel terdapat satu bakal buah
saat bunga mekar. Pada beberapa tumbuhan, bau (Gambar 2C). Pada porang dalam satu buah terdiri
harum, atau bau busuk berasal dari kelenjar khusus dari 1–4 ovule (bakal biji), tiap tiap bakal biji
yang disebut osmofor. Kelenjar ini dapat berdife- berada dalam satu karpel. Tangkai putik pada
rensiasi menjadi osmofor, berupa jaringan yang porang tunggal, berongga dan berpapila, kepala
terspesialisasi bagi sintesis dan sekresi zat, teru- putik seperti cakram dengan rambut-rambut
tama terpen yang mudah menguap. Sel epidermis pendek. Buah Araceae merupakan buah yang
atas pada Amorphophallus gigas terdapat papila sederhana karena hanya mempunyai satu bakal
berbentuk kerucut yang sangat padat di seluruh buah dalam satu karpel (Kulkarni et al. 1990).
permukaan petiola dan menghasilkan kelenjar sek- Bakal biji pada porang terdiri dari kulit
resi (Hejnowicz & Barthlott 2005). bakal biji (integument), badan bakal biji (nuselus),
Putik (pistil) merupakan alat kelamin betina kandung lembaga, liang bakal biji (micropyle) dan
yang tersusun atas daun-daun buah (karpel) dan tali pusar (funiculus). Tipe bakal biji pada porang
daun-daun buah sebagai keseluruhan yang menyu- adalah setengah mengangguk (hemiantropus),
sun putik. Bagian putik pada porang terdiri bakal yaitu ujung tali pusar yang membengkok, tali pusar
buah (ovarium), tangkai putik (style) dan kepala dengan liang bakal biji membentuk sudut 900 satu
putik (stigma). Bakal buah menumpang, yaitu sama lain (Gambar 2B). Menurut Yuzammi (2000)
bakal buah duduk di atas dasar bunga, sehingga pada satu bunga jantan memiliki 3–4 cuping dan
kedudukannya lebih tinggi, daripada tepi dasar tangkai putik tunggal 0,1 cm.
178 Floribunda 4(7) 2013

Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat 2E). Lapisan terluar dari bunga jantan adalah
kelamin jantan. Bunga jantan pada porang mem- epidermis sekretori bersel satu. Lapisan sub-
punyai ukuran lebih kecil dari bunga betina, terdiri epidermal adalah endotesium, penghubung ruang
dari tangkai sari dan kepala sari dua cuping sari (konektivum), lapisan tengah, tapetum kantung
(bilobus) (Gambar 2D), masing-masing cuping serbuk sari dan serbuk sari (Gambar 2D).
terdapat dua lokus yang berisi serbuk sari (Gambar

stg
in ep
an

st kl ib lb
st
ns fn oy ol ol
oy
ol ol ol

A B C fl
50 µm 25 µm 50 µm D
50 µm

ep ed
5 µm
lt
cn tp
tp
pl op
pl

lk tp
in
pl
E F
50 µm ek

Gambar 2. A. Sayatan membujur bunga betina: stg: stigma (kepala putik), st: style, oy. Ovarium, ol. Ovule.
B. Sayatan membujur 1/3 bagian bunga betina dari proksimal; in: integumentum, kl. Kandung
lembaga,, ns. Nuselus, ol. Ovule.C. Sayatan melintang 1/3 bagian bunga betina dari proksimal. D.
Sayatan membujur bunga jantan; fl. filamentum, lb. lobus, an. Kepala sari (antera). E. Sayatan
melintang bunga jantan; ep. epidermis, ed. Endotesium, lt. lapisan tengah, tp. tapetum, cn.
Konektivum, lk. Lokus (kantung pollen). F. pollen (serbuk sari); op. operculum, tp. tabung polen,
pl. pollen, in. intin, ek. eksin.

kl kd
pr
ep bp
ts
tg ts
pr en
en
kr tg
25 µm A 5 µm B

Gambar 3. Anatomi buah dan biji porang. A. sayatan melintang buah dengan biji, B. sayatan melintang biji.
kl. kutikula, ep. epidermis, pr. perikarp, kr. kantung rapid, kd. kantung kelenjar, bp. berkas
pembuluh, ts. testa, tg. tegmen, dan en. endosperm.

Serbuk sari dalam kantung serbuk sari intin, satu celah (apertura), tabung serbuk sari, dan
berpelekat, sehingga saat serbuk sari keluar dari operkulum. Pada satu kantung sari terdapat dua
kepala sari mudah melekat pada tubuh serangga morfologi serbuk sari yang berbeda (dimorfik).
polinator. Serbuk sari porang terdiri dari eksin, Morfologi pertama berwarna putih/bening,
Floribunda 4(7) 2013 179

diameter 3,5–6,75 µm dan morfologi kedua merupakan buah buni, perikarp tersusun oleh
berwarna coklat sampai hitam, diameter 7–10 µm. jaringan parenkim dan tegmen pada biji tipis.
Beberapa serbuk sari ini akan mengeluarkan endosperm pada biji kaya akan pati, embrio
tabung serbuk sari saat bunga mekar (Gambar 2F). berkembang dengan baik, dan jarang yang
Ulrich & Hess (2012) menyatakan bahwa serbuk apomiksis.
sari pada suku Araceae tidak mempunyai apertura.
Serbuk sari pada C. esculenta dalam satu kantung Histokimia Organ Generatif
serbuk sari bersifat dimorfik (Beevi & Sreekumari Berdasarkan uji histokimia, organ generatif
2009). porang positif menggandung amilum, lipid, tanin,
Buah dan biji porang berdasarkan sayatan dan protein, namun pada biji negatif menggandung
melintang terdiri dari satu lapis sel epidermis, tanin. Uji positif amilum dengan menggunakan IKI
dilapisi oleh kutikula yang tebal, daging buah ditandai dengan reaksi warna hitam kebiruan pada
(perikarp) tipis yang tersusun oleh parenkim, jaringan (Gambar 4A), uji positif lipid dengan
mempunyai kantung rafid, kelenjar, berkas menggunakan Sudan III ditandai dengan adanya
pembuluh, dan sel tanin (Gambar 3A). Testa pada globulus berwarna terang (Gambar 4B), uji positif
biji tebal, tersusun atas 6–12 lapis sel, mempunyai tanin dengan menggunakan FeCl3 3 % dan K2CrO7
kantung rafid dan beberapa sel pigmen (Gambar 1 % ditandai dengan adanya warna coklat tua pada
3B). Pada suku Araceae ditemukan beberapa tipe sel tanin (Gambar 4C), dan pada uji positif protein
kristal, yaitu rafid, kelenjar, stiloid, prisma dan dengan menggunakan Coomassie Blue 1 %
kristal pasir (Prychid et al. 2008). Kulkarni et al. ditandai adanya globulus pada jaringan berwarna
(1990) menyatakan bahwa buah dari suku Araceae biru (Gambar 4D).

10 µm A 10 µm B 10 µm C 10 µm D

Gambar 4. Hasil uji histokimia pada sayatan melintang organ generatif porang. A. uji amilum pada biji
(tanda panah, warna hitam = amilum), B. uji lipid pada biji (tanda panah, globulus terang = lipid),
C. uji tanin pada seludang (tanda panah, globulus warna coklat tua = tanin), D. uji protein pada
bunga jantan (tanda panah, globulus biru = protein).

Butir amilum banyak terdapat pada biji, esculenta mengandung lipid dan butir amilum.
terutama pada endosperm. Pada kulit biji juga me- Organ generatif yang paling banyak me-
ngandung amilum, namun jumlahnya lebih sedikit. ngandung butir amilum adalah biji, sedangkan
Selain amilum, pada biji juga positif mengandung pada seludang paling sedikit. Lipid banyak ter-
lipid dan protein. Tiga senyawa utama ini (amilum, dapat pada biji dan apendiks, sedangkan tanin
lipid, dan protein) umum terdapat di dalam biji, banyak ditemukan pada apendiks dan protein
karena digunakan sebagai cadangan makanan dan sangat banyak ditemukan pada bunga jantan,
untuk pertumbuhan selanjutnya. Protein pada apendiks, dan biji (Tabel 1). Villavicensio et al.
bunga jantan tersebar merata di lapisan tengah, (2007) Kandungan senyawa kima yang terdapat
endotesium, tapetum, dan kantung serbuk sari pada jaringan organ generatif merupakan hasil
berupa globulus berwarna biru. Tanin pada metabolisme yang diperlukan untuk pertumbuhan
apendiks tersebar merata di jaringan parenkim dan dan perkembangan dalam tanamam, khususnya
di sekitar berkas pembuluh, sedangkan pada membantu dalam proses reproduksi. Hidayat
seludang terdapat pada jaringan mesofil, terutama (1995) menyatakan bahwa pada biji terdapat bahan
di bawah lapisan epidermis. Scheirer & Straussg utama berupa karbohidrat, lipid, dan protein.
(1984) menyatakan bahwa pada kotiledon C.
180 Floribunda 4(7) 2013

Tabel 1. Hasil uji amilum, lipid, protein dan tanin pada organ generatif porang.

Uji Histokimia
Organ Genaratif
Amilum Lipid Protein Tanin
Bunga:
Seludang + ++ ++ ++
Bunga betina ++ ++ +++ ++
Bunga jantan +++ ++ ++++ +++
Apendiks +++ +++ ++++ ++++
Buah ++ + ++ +
Biji ++++ +++ ++++ _

Keterangan: - tidak ada, + sedikit, ++ sedang, +++ banyak, ++++ sangat banyak

KESIMPULAN Hejnowicz Z & Barthlott W. 2005. Structural And


Mechanical Peculiarities of The Petioles Of
Struktur anatomi seludang bunga porang Giant Leaves Of Amorphophallus (Araceae).
bagian proksimal dan distal berbeda, terutama pada American Journal Of Botany 92(3): 391–
susunan epidermis adaksial dan abaksial, jaringan 403.
bunga karang dan ada tidaknya kolenkim. Hidayat EB. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji.
Perbedaan ini dikaitkan dengan fungsi dari masing- Penerbit ITB. Bandung.
masing jaringan pada organ tumbuhan porang. Higaki T, Rasmussen HP & Carpenter WJ. 1984.
Bakal buah menumpang, bakal biji bertipe A Study of some Morphological and
hemiantropus dan kepala sari bercuping dua Anatomi-cal Aspect of Anthurium adreanum
dengan dua lokus. Buah porang mempunyai Lind. College of Tropical Agriculture and
perikarp tipis, pada jaringan parenkim terdapat Human Resources. University Hawaii.
kantung rafid dan kelenjar. Biji porang memiliki Indriyani S. 2011. Pola Pertumbuhan Porang
testa tebal, tegmen tipis, dan mempunyai kantung (Amorphophallus muelleri Blume) dan Pe-
rafid. Berdasarkan uji histokimia, organ generatif ngaruh Lingkungan Terhadap Kandungan
porang mengandung amilum, protein, lipid, dan Oksalat dan Glukomannan. Disertasi. Pro-
tanin, hanya pada biji yang tidak mengandung gram Pascasarjana Universitas Airlangga.
tanin. Surabaya.
Jansen PCM, van der Wilk C & Hetterscheid
DAFTAR PUSTAKA WLA. 1996. Amorphophallus Blume ex De-
caisne.In M. Flach and F. Rumawas (Eds.).
Azrianingsih R, Wahono T & Ekowati G. 2008. PROSEA: Plant Resources of South-East
Seleksi Varian Porang (Amorphophallus Asia No 9. Plant Yielding Non-Seed Carbo-
oncophyllus ex Hook.) Berdasarkan hydrates. Backhuys Publishers. Leiden:. 45–
Morfologi Tanaman, Kadar Glukomanan 50.
dan Ca-oksalat Umbinya. Laporan Hasil Kulkarni AR, Dosi D & Manoj VM. 1990. Fruit
Penelitian Program Research Grant I- and Seed Structure Araceae. Proceedings:
MHERE. Universitas Brawijaya. Malang. Plant Sciences 100(1): 61–69.
Beevi PN & Sreekumari MT. 2009. Pollen Kurniawan A, Wibawa IPGH & Adji B. 2011.
Morphology of Taro (Colocasia esculenta) Species Diversity of Amorphophallus
Journal of Root Crops 35(2): 158–163. (Araceae) In Bali and Lombok With Atten-
Dwiyono K. 2004. Fenologi Pembungaan dan tion to Genetic Study in A. Paeoniifolius
Pembuahan Tanaman Iles-iles (Dennst.) Nicolson. J. Biodiversitas 12(1):
(Amorphophallus muelleri Blume). Thesis. 7–11.
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian O’Brien TP & McCully ME. 1981. The Study of
Bogor. Bogor. Structure Principles and Selected Methods,
Floribunda 4(7) 2013 181

Blackwell Scientific Publications. Oxford. Huntington Avenue. Boston, Massachusetts


London Edinburgh. Boston Melbourne. 02115. USA.
Prihatyanto T. 2007. Budidaya tanaman Porang Sumarwoto. 2005. Iles-Iles (Amorphophallus muel-
(iles-iles) untuk Meningkatkan Kese- leri Blume); Deskripsi dan Sifat-Sifat Lain-
jahteraan Masyarakat di Dalam dan di Seki- nya. J. Biodiversitas 6(3): 185–190.
tar Hutan. Majalah Kehutanan, Indonesia, Ulrich S & Hess M. 2012. Schismatoglottis and
Edisi II Tahun 2007. Apoballis (Araceae): A New Example for
Prychid CJ, Jabaily RS & Rudall PJ. 2008. Cellular The Significance of Pollen Morphology in
Ultrastructure and Crystsal Development in Araceae Systematics. Taxon 61(2): 281–292.
Amorphophallus (Araceae). J Annals of Bo- Villavicensio MLH, Altoveros NC & Borromeo
tany 101: 983–995. TH. 2007. Histochemical Change in the
Ravi V, Ravindran CS & Suja G. 2009. Grawth Seed Coats Structure of Three Species of
and Productivity of Elephant Foot Yam Abelmoschus (Medik.) Under Different
(Amor-phophallus paeoniifolius) Dennst. Moisture Content Levels. Philippine Journal
Nicol-son): an Overview. J. Root Corps 35 of Science 136(2): 109–118.
(2): 131–142. Yuzammi. 2000. A Taxonomic Revision of The
Ruzin SE. 1999. Plant Microthecnique and Micros- Terrestrial and Aquatic Aroids (Araceae) in
copy. Oxford University Press. New York. Java. Thesis. School of Biological Science.
Scheirer DC & Strauss MS. 1984. Anatomy and Faculty of Life Science University of New
Histochemistry of Taro Seed. Departement South Wales: 87.
of Biology, Northeastern University. 360

Das könnte Ihnen auch gefallen