Sie sind auf Seite 1von 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

THYPOID FEVER

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAL III

Disusun oleh:
ANGGA PRATAMA NPM 08180100093

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM S1 KEPERAWATAN EKSTENSI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Ucapan terima kasih saya berikan kepada pembimbimg mata kuliah
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III” atas tugas yang diberikan kepada kami, karena
melalui pembuatan makalah ini secara tidak langsung memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada kami tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
THYPOID.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembimbing sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan makalah-makalah yang akan kami susun berikutnya.

Cianjur, 21 Febuari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
A. Definisi ............................................................................................................................ 3
B. Etiologi ............................................................................................................................ 3
C. Tanda dan gejala ............................................................................................................. 3
D. Patofisiologi .................................................................................................................... 4
E. Klasifikasi ....................................................................................................................... 5
F. Komplikasi ...................................................................................................................... 5
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 6
H. Penataksanaan ................................................................................................................. 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN THYPOID ...................... 9
A. Pengkajian ....................................................................................................................... 9
B. Analisa Data .................................................................................................................. 15
C. Diagnosa Keperawatan .................................................................................................. 16
D. Intervensi, Implemetasi dan Evaluasi ........................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam thypoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica
serotype paratyphi A, B, atau C (demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara lain
dengan demam tinggi yang terus menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia, denyut nadi
yang relatif lambat, kadang gangguan kesadaran seperti mengigau, perut kembung,
splenomegali dan lekopeni.
Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk
memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara maju
seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan
lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air bersih
yang cukup, mampu menurunkan insidensi penyakit ini secara dramatis.
Di abad ke 19 demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian
utama di Amerika, namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang. Tingginya jumlah
penderita demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi keluraga dan masyarakat.
Besarnya beban ekonomi tersebut sulit dihitung dengan pasti mengingat angka kejadian
demam tifoid secara tepat tak dapat diperoleh.
Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada
perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih
sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang tidak khas,
kemudian menghilang atau sembuh sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12
tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 – 29 tahun 70 – 80
%, 30 – 39 tahun 10 – 20 %, > 40 tahun 5 – 10 %.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan thypoid
2. Tujuan Khusus

1
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang definisi thypoid.
b. Dapat mengetahui dan memahami tentang etiologi thypoid.
c. Dapat mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala thypoid.
d. Dapat mengetahui dan memahami tentang patofisiologi thypoid.
e. Dapat mengetahui dan memahami tentang etiologi thypoid.
f. Dapat mengetahui dan memahami tentang komplikasi thypoid.
g. Dapat mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan penunjang thypoid.
h. Dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan thypoid.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan
bacteremia tanpa keterlibatan struktur edhothelia atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus
dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015)
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella thypi. Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan kesadaran
dan saluran pencernaan (Wijaya A. S., 2013)
Thypoid merupakan penyakit disebabkan oleh bakteri Salmonella Thypi yang
menyerang sistem pencernaan khusunya usus halus. Ditandai dengan adanya demam dan
mual muntah pada penderita.
B. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-negatif,
mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.
Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang
terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.Mempunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel
dan dinamakan endotoksin.Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid factor-R
yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic (Nurarif & Kusuma, 2015)
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)
1. Gejala pada anak : Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, Stupor dan Koma.
4. Ruam muncul pada hari hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

3
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi.
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot.
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegaly, splenomegali, meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.
D. Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh
sel-sel fagosit ketika masuik melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di dalam
lamina propia. Sebagian dari Salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus
mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid
mesenterika.Kemudian Salmonella typhi masuki melalui folikel limpa ke saluran limfatik
dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bacteremia. Bakterimia pertama-tama
menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang kemduian
selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal,
dan jaringan limpa
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain usus
halus dan kolon proksimal juga dihinggapi.Pada mulanya, plakat player penuh dengan
fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrat atau hyperplasia di mukosa
usus. Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih besar
di ileum daripada dikolon sesuai dengan ukuran plak pyer yang ada disana.Kebanyakan
tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan.Perforasi
terjadi pada tukak yang menembus serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus
membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis
Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda
dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan
menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam
intermiten (suhu yang tinggi, naik-turun, dan turunnya dapat mencapai normal). Di
samping itu peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan

4
mobilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya.
Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik
dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada
RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegaly, dan hepatomegali
Pada minggu selanjutnya dimana infeksi local intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu
tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan
berlangsung terus-menerus (demam kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemis, penurunan
peristaltic, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien
merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi, dan
peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltic menurun bahkan hilang,
melena, syok, dan penurunan kesadaran. (Muttaqin & Sari, 2011)
E. Klasifikasi
1. Demam Thypoid Komplikasi
Demam thypoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam berkepanjangan
abdominalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa dan diare pada anak-anak),
sakit kepala, malaise, dan anoreksia.
2. Demam Thypoid dengan komplikasi
Pada demam thypoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi
parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan klinisnya, hingga 10%
pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi, susu dan
peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3. Keadaan Karier
Keadaan karier thypoid terjadi 1-5%pasien, tergantung umur pasien. Karier thypoid
bersifat kronis dalam hal sekresi Salmonella Thypi di feses (Wijaya A. S., 2013).
F. Komplikasi
Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ tubuh dapat diserang
dan berbagai komplikasi serius bisa terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
demam typhoid yaitu :
1. Komplikasi intestinal
a. Pendarahan intestinal
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik

5
2. Komplikasi ekstra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis),
miokarditis, thrombosis, dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, atau koagulasi
intravaskuler diseminata dan sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikais paru : Pneumonia, Empiema, dan Pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : Hepatitis dan Kolelitiasis
e. Komplikasi ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis dan Perinefritis
f. Komplikasi tulang : Osteomielitis, Periostitis, Spondilitis, dan Arthritis
g. Komplikasi neuropskiatrik : Delirium, Meningismus, Meningitis, Polyneuritis
Perifer, SIndrom Gullain Barre, Psikosis dan Sindrom Kotatonia
(Wijaya A. S., 2013)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
a. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
b. SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteria berlangsung.

6
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa sampai
1/10 sedangkan agglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160.
1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal
tetap ditemukan positif karena setiap waktu semua orang selalu terpapar kuman
Salmonella. Tes widal dikatakan positif jika H 1/320 dan O 1/320. Dari ketiga
aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

7
H. Penataksanaan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
3. Diet.
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
4. Obat-obatan.
a. Klorampenikol
b. Tiampenikol
c. Kotrimoxazol
d. Amoxilin dan ampicillin

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN THYPOID

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Haurwangi rt 01/13 Ds. Haurwangi Kecamatan
Cipeuyeum Kab. Cianjur
Status perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Sunda
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Ruangan Rawat : Topaz 7
Dianosa medis : Typoid Fever
Tanggal Masuk : 31 Januari 2019
Tanggal Pengkajian : 01 Febuari 2019
No. RM : 06.44.17
Jam Pengkajian : Jam 08.00 WIB.
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluahan demam sejak 5 hari, mual (+), Muntah (+) 4 x, makan
minum menurun, nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 5 (1-10) nyeri
bertambah ketika bergerak.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.

9
e. Struktur Keluarga/ Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan : Garis Hubungan Keluarga

: Laki-laki Meninggal : Garis Perkawinan

: Perempuan Meninggal : Garis Keturunan

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. GCS = 15 E:4 M:5 V:6
d. Tanda-tanda vital :
 TD : 110/80 mmHg
 RR : 20 x/menit
 HR : 102 x/menit
 Suhu : 38,9 C

10
 BB : 46 kg

e. Pemeriksaan Persystem :
1) Sistem Pernafasan
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum
pergerakan paru kanan dan kiri normal
dengan frekuensi 20 kali/ menit .
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pada sinus prontalit
maksilanus nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : Bunyi resonan pada lapang dada.
Auskultasi : Normal.
2) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada pembesaran dada
kanan atau kiri.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dengan frekuensi nadi
102 x/ menit.
Perkusi : Tidak terdengar suara pekak.
Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2
(dub), Gallop (-), Murmur (-).
3) Sistem Persyarafan
Nervus olfaktorius : Penciuman Normal
Nervus optikus : Penglihatan klien normal dan jelas
Nervus okulomotorius : Pergerakan bola mata klien normal dan klien
tidak juling
Nervus trochlearis : Normal
Nervus trigeminus : Normal
Nervus abdusen : Sensasi wajah baik dan normal
Nervus fasialis : Gerakan otot wajah klien baik
Nervus vestibulokoklealis : Normal
Nervus glasofaringius : Rasa ; Normal
Nervus vagus : Reflek menelan baik
Nervus aksesorius : Gerakan otot baik
Nervus Hipoglosus : Gerakkan lidah baik

11
4) Sistem Pencernaan
Inspeksi : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab,
tidak ada stomatitis
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen atas atau
bagian ulu hati skala 5
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 20 x/m
5) Sistem Perkemihan
Inspeksi : Klien mengatakan bentuk alat kelaminnya
normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada vesita urinaria
6) Sistem Penginderaan
 Mata : Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah
Inspeksi muda penglihatan baik, tidak ada alat bantu
penglihatan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
 Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
 Pendengaran
Inspeksi : Bentuk simetris terdapat serumen, dengan
pendengaran baik
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

 Pengecapan
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, bibir simetris dan tidak
terlihat bercak putih atau kotor.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek


menelan.

 Peraba
Inspeksi : Tidak ada kelainan.

Palpasi : Klien bisa membedakan antara panas dan


dingin

7) Sistem Endokrin

12
Pembesaran kelenjar : Tidak ada pembesaran
thiroid
Pemebesaran kelenjar Tidak ada pembesaran
getah bening :
Hiperglikemia Tidak ada masalah
Hipoglikemia : Tidak ada masalah
8) Sistem Muskulokeletal :
Atas Pada tangan kiri terpasang infuse NS 20 tpm.
Bawah : Tidak ada edema pada tangkai, kekuatan otot
: kiri. kanan.
Kekuatan otot 5 5
: 5 5
9) Sistem Integumen
Inspeksi Warna kulit kuning langsat, kulit bersih tidak
: keriput
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan dan kulit tidak
: kasar.

4. Pola istirahat dan tidur


Di Rumah : Klien mengatakan tidur pada malam hari  8 jam .
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan tidur tidak lama  5-6 jam saja karena
klien merasa gelisah, demam pada malam hari dan merasakan
nyeri pada ulu hati.
5. Pola kebersihan
Di Rumah : Klien mengatakan mandi 2-3 kali sehari dengan
menggunakan sabun dan shampo.
Di Rumah Sakit : Di rumah sakit klien mengatakan mandi 1 kali sehari dengan
menggunakan sabun dan menggosok gigi.
6. Pola aktivitas
Di Rumah : Klien mengatakan aktivitas dirumah membersihkan

13
perkarangan rumah sebagai rutinitas tiap pagi dan ikut
gotong royong dengan warga (bakti social) dan berkerja.
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan hanya bisa terbaring lemah, makan dan
minum saja.Skala aktivitas 2 (50% dibantu)

7. Data Psikologis
Klien selalu sabar dengan penyakit yang di derita.
8. Data Sosial
Klien selalu ramah dengan tetangga dan orang disekitar lingkunganya.
9. Data Spiritual
Klien beragama islam, dan klien rajin sembahyang atau sholat tepat waktu.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1) Hematologi
Hb 13,7 13,0 – 17,0
Leukosit *15,900 4,000 – 10,000
Hematokrit *32,0 37 - 47
Eritrosit 5,10 4,20 – 5,40
Trombosit 245,000 150,000 – 400,000
2) Widal
Typhi O *1/320 Negatif
Paratyphi AO Negatif Negatif
Paratyphi BO *1/80 Negatif
Paratyphi CO *1/160 Negatif
Typhi H *1/160 Negatif
Paratyphi AH Negatif Negatif
Paratyphi BH Negatif Negatif
Paratyphi CH *1/80 Negatif
11. Pengobatan/ Therapy
IUFD Nacl 0,9% 20 Tpm
Ceftriaxone 2 x 1 gr iv
Omeprazole 2 x 40 mg iv
Ondancetrone 3 x 4 mg iv

14
Ketorolac iv (ekstra)
Sulcrafat 3 x 15 ml p.o
Paracetamol 3 x 500 mg p.o

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Terjadi inflamasi Hipertermi
Klien mengatakan demam
sejak 5 hari. Endotoksin melepaskan
DO : pirogen
- Suhu Klien 38,9 C
- Akral Hangat IL-1 ke hipotalamus
- Klien tampak gelisah
Peningkatan suhu tubuh
2 DS : Bakteri Salmonella Nyeri
Klien mengatakan nyeri ulu
hati sperti ditusuk-tusuk Sistem pencernaan
DO :
 Skala nyeri 5 (1-10) Invasi ke usus halus
 Klien tampak meringis
kesakitan Inflamasi
 Nyeri tekan abdomen
3 DS : Inflamasi Perubahan pola
Klien mengatakan mual, nutrisi kurang dari
muntah 5 x, makan minum Mual, muntah, perut kebutuhan tubuh
menurun. kembung, obstruksi usus
DO :
 Klien tampak lemas Anoreksia
 Klien menghabiskan
makan hanya 5-6 Ketidakseimbangan intake
sendok. pada tubuh

15
C. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan asam lambung
c. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah

16
D. Intervensi, Implemetasi dan Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Implementasi Evaluasi
Kriteria Hasil
1 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan 1. Berikan kompres 1. memberikan kompres S :
dengan proses perjalanan perawatan selama 2 hangat basah hangat basah Klien mengatakan tidak
penyakit x 24 jam 2. Anjurkan klien untuk 2. Menganjurkan klien demam
diharapkan suhu tidak menggunakan untuk tidak O :
tubuh klien normal pakaian yang tebal atau menggunakan pakaian Suhu pasien 36,5
dengan kriteria selimut ketika demam. yang tebal atau selimut A :
hasil : ketika demam. Masalah teratasi
 Suhu tubuh 36 3. Monitoring tetesan 3. Memonitoring tetesan P :
C infuse 20 tetes per infuse 20 tetes per menit. Intervensi dilanjutkan
 -Klien terlihat menit.
tenang 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengolaborasi
obat Piresik dan pemberian obat Piresik
Antibiotik dan Antibiotik

2 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri 1. Mengkaji skala nyeri S:
dengan peningkatan tindakan 2. Berikan posisi nyaman 2. Memberikan posisi Klien mengatakan nyeri
asam lambung keperawatan nyaman sedikit berkurang
selama 3 x 24 jam. 3. Ajarkan tenik distraksi 3. Mengajarkan tenik O :

17
Diharapkan nyeri dan relaksasi. distraksi dan relaksasi.  Skala nyeri 3 (1-10)
klien hilang dengan 4. Kolaborasi dengan 4. Mengkolaborasi dengan  Klien tampak
criteria hasil : dokter pemberian obat dokter pemberian obat sedikit santai
 Skala nyeri 1 analgesik analgesik A:
 Klien terlihat Masalah belum teratasi
santai P:
Intervensi dilanjutkan
3 Perubahan pola nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji pola nutrisi. 1. Mengkaji pola nutrisi. S:
kurang dari kebutuhan tindakan 2. Berikan makanan 2. Memberikan makanan Klien mengatakan
tubuh berhubungan keperawatan selagi hangat. selagi hangat. makan mulai lahap
dengan mual dan muntah 3 x 24 jam 3. Anjurkan makan 3. Menganjurkan makan O :
diharapkan klien sedikit tapi sering. sedikit tapi sering.  Mual dan muntah
DO tidak mual dan 4. Kolaborasi dengan 4. Mengkolaborasi dengan berkurang
muntah dengan dokter untuk pemberian dokter untuk pemberian  Makan habis ½
criteria hasil : obat suplemen. obat suplemen. possi
 Klien mau A:
makan Masalah belum teratasi
 Klien terlihat P:
lahap saat Intervensi dilanjutkan
makan

18
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba medika.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Matrnitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA JILID 1. Yogyakarta: Medi Action.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wilkinson, J. (2016). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

19

Das könnte Ihnen auch gefallen