Sie sind auf Seite 1von 10

Pengertian

Sakit kepala atau sefalgia adalah salah satu keluhan fisik paling utama pada manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit
organik (neurologik atau penyakit lain), respons stress, vasodiltasi (migren), tegangan otot
rangka (sakit kepala tegang), atau kombinasi respon tersebut (Brunner&Suddarth,2002).

Klasifikasi
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte
of the International Headache Society pada tahun 1998 sebagai berikut:
a. Migren (dengan atau tanpa aura)
b. Sakit kepala tegang
c. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
d. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural.
e. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.
f. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
g. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
h. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
i. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
j. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau
struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
k. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial.

Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah
kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri
ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan
periostium.Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri.Bangunan-bangunan intrakranial yang peka
nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus
serta arteri-arteri besar pada basis otak.Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
a. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
b. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah
dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
c. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan
lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang
menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
d. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska
contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
e. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster
headache) dan radang (arteritis temporalis)
f. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada
spondiloartrosis deformans servikalis.
g. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis),
baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi)
dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
h. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan
depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.

Manifestasi Klinis

a Migren Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu
tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang.Penyebab migren
tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang
biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam
keluarga.Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat
iskhemia kortikal yang bervariasi.Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit
kepala dam pembuluh darah retina dan serebral.Pembuluh darah intra dan ekstrakranial
mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Migren klasik dapat
dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1. Fase aura. Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan
kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk
mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan
penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan,
sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura ini berhubungan
dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan
fisiologi awal.Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan
autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
2. Fase sakit kepala Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan
tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi
keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
3. Fase pemulihan Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang
dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya
terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
b Cluster Headache Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang
sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau
berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah
dan temporal.Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15
menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya. Tipe sakit kepala ini
dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan
oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin.Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.

c Tension Headache Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-
otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik
dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher.Hal ini
sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”.Sakit kepala ini cenderung
kronik daripada berat.Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini
merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan
untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

Pengkajian

Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
sakit kepala.
1. Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan
interval diantara sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
g. .Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.

2. Data Objektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan.


Diantaranya ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain
atau gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada
waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih
buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi
pada sakit kepala yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan
makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine
demikian juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam lingkungan
kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.

Diagnostik
a. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
b. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
c. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini
tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak,
karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
Diagnosa
Keperawatan Cephalgia
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung
tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Intervensi

DX1: Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan
tekana intrakranial.

Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 Jam diharapkan nyeri dapat b
teratasi.

Kriteria Hasil:

Intervensi Rasional
Pastikan durasi/episode nyeri yang dirasakan untuk mengetahui seberapa paraha nyeri, serta
lokasi dan durasi saat gejala nyeri dirasakan
pasien.
Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan Untuk menegetahui tingkatan nyeri yang
skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, dirasakan
berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor
yang memperburuk atau meredakan.
Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, untuk mengetahui faktor penyebab yang dapat
misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma memicu timbulnya nyeri
servikal, hipertensi atau trauma.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,
menangis/meringis, menarik diri, diaforesis,
perubahan frekuensi jantung/pernafasan,
tekanan darah.
Diskusikan dinamika fisiologi dari Untuk mengurangi ansietas
ketegangan/ansietas dengan pasien/orang
terdekat
Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri Agar pasien mendapatkan pertolongan pertama
dengan segera jika nyeri itu timbul. sesegra mungkin saat pasien sedang merasakan
nyeri
Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan Untuk mengurangi tebisingan yang mungkin
yang tenang. dapat memperburuk sakit kepala
Berikan kompres panans lembab/kering pada Untuk merileks kan saraf
kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, Untuk mengurangi sakit kepala
visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan
reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
Anjurkan pasien untuk menggunakan Agar memberikan sugesti yang baik yang
pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang berdampak pada psikologis pasien
relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan
pasien untuk menyadari dialog eksternal-
internal dan katakan “berhenti” atau “tunda”
jika muncul pikiran yang negatif.
Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, Untuk mencegah atau mengurangi mual dan
minuman yang mengandung karbonat sesuai muntah
indikasi.
Dx 2: Koping individual tidak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem
pendukung tidak adekuat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode
koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 Jam diharapkankoping


individual tidak efektif dapat teratasi

Kriteria Hasil:

Intervensi Rasional
Bantu pasien dalam memahami perubahan Untuk mengurangi dampak negatif yang dapat
pada konsep citra tubuh mempengaruhi pasien
Sarankan pasien untuk mengepresikan Untuk mengurangi tingkat stress
perasaannya dan diskusi bagaimana sakit
kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan
dari hidup ini
Berikan informasi mengenai penyebab sakit Agar pasien memahami mengenai penyakitnya
kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan dan tidak memiliki presepsi yang salah dengan
penyakit yang pasien alami.
Kolaborasi Rujuk untuk melakukan konseling Agar perilaku pasien asertif
dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat
pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.
Dx 3: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 Jam diharapkankurang


pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

Intervensi Rasional
Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala Untuk mengetahui penyabab sakit kepala
bila diketahui. pasien
Bantu pasien dalam mengidentifikasikan Faktor emosional dan psikologis pasien sangat
kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress mempengaruhi rasa sakit kepala pasien
emosi, suhu yang berlebihan, alergi
terhadapmakanan/lingkungan tertentu
Diskusikan tentang obat-obatan dan efek Untuk mengetahui efek dan kesembuhan yang
sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk didapat dari obat tersebut
menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai
indikasi
Anjurkan pasien/orang terdekat untuk Kesenangan pasien dapat membuat hormon
menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan endorphin menigkat untuk mengurangi
bersenang-senang. ketegangan pada saraf
Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak Kesenangan pasien dapat membuat hormon
dengan benar, mencintai dan endorphin menigkat untuk mengurangi
tertawa/tersenyum ketegangan pada saraf
Sarankan pemakaian musik-musik yang Kesenangan pasien dapat membuat hormon
menyenangkan endorphin menigkat untuk mengurangi
ketegangan pada saraf
Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit Untuk mengetahui faktor penyebab sakit
kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang kepala
berhubungan atau faktor presipitasinya
Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang Agar pasien merasa rileks
nyaman
Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko Untuk mencegah resiko bahaya yang terjadi
bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang
bukan terapi medis

Das könnte Ihnen auch gefallen