Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever,enteric fever) merupakan penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam selama
satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh
kuman Salmonella Thypi dan Salmonella para Thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphois abdominalis (Sudoyo, A.W., & B.Setiyohadi, 2006).
Thypoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh Salmonella Type A,B,C. Penularan terjadi secara pecal, oral melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).
Thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa.
Thypoid adalah infeksi akut pada usus halus yang menimbulkan gejala-gejala. Bakteri ini
disebabkan oleh lalat melalui makanan dan minuman yang masuk dalam perut. Penularannya
terjadi secara fecal oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi sumber utama
Carrier, masa tunas penyakit ini 1-3 minggu, orang yang pernah kena penyakit Thypus
disebut “Corner Thypus”.
Typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
typhi atau Salmonella Paratyphii A, B dan C. Berdasarkan definisi di atas penulis
menyimpulkan bahwa typhoid fever adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typosa dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan bahkan gangguan kesadaran (Soedarto,1992)
2.2 Etiologi
Penyebab penyakit typhoid fever secara umum adalah kuman Salmonellatyphi yang
merupakan kuman gram negatif dan tidak menghasilkan spora. Kuman Salmonella
typhii ini dapat hidup baik pada suhu manusia (36 – 37oC) maupun pada suhu yang lebih
rendah dari 36 oC, serta mati pada suhu 70 oC maupun oleh anti septik. Saat ini diketahui
bahwa kuman ini hanya menyerang manusia. Salmonella typhii mempunyai tiga macam
antigen yaitu:
1) Antigen O = Ohne Hauch: somatic antigen (tidak menyebar)
2) Antigen H = Hauch (menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.
3) Antigen V1 = kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O
antigen terhadap fagositosis.
2.4 Patofisiologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi, setelah
berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak
peyer) dan jaringan limfoid mesenterika.Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis
setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ
retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh
sel-sel fagosit retikulo endotelial sistem(RES) dan kuman yang tidak difagosit berkembang
biak.
Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh
tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa,
kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu
ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.Dalam masa bakteremia ini
kuman mengeluarkan endotoksin.Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan
zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang.Selanjutnya zat pirogen yang beredar
di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya
gejala demam.
Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut monokines yang
menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem, instabilitas vaskuler, depresi
sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh makrofag yang mengandung eritrosit,
kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi
maka terbentuk nodul terutama dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati,
sumsum tulang dan o3Rrgan yang terinfeksi.
Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang hiperplasi (minggu I),
nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III).Pada dinding ileum terjadi
ulkus yang dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi intestinal.Bila sembuh tanpa
adanya pembentukan jaringan parut.
Pathways Typhoid
2.7 Pencegahan
Usaha pencegahan typhoid fever dibagi dalam :
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
a. Penyediaan air minum atau bersih
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis pada tempatnya
c. Pemberantasan lalat dan senantiasa menutup makanan
d. Pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan
2.9.3 Intervensi.
Dx 1 Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
Intervensi Rasional
1) Observasi suhu, N, TD, RR tiap 1) Sebagai pengawasan terhadap adanya
2-3 jam perubahan keadaan umum pasien
sehingga dapat diakukan penanganan dan
perawatan secara cepat dan tepat.
Dx 2 Resiko tinggi kekurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan berlebihan
melalui muntah dan diare.
Intervensi Rasional
1) Observasi masukan dan 1) Memberikan informasi tentang kebutuhan
keluaran, bandingkan dengan BB cairan/elektrolit yang hilang.
harian. Catat kehilangan melalui
usus, contoh muntah dan diare.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer,
pengisian kapiler, turgor kulit dan 2) Indikator volume sirkulasi/perfusi.
membrane mukosa.
4) Dorong pemasukan sari jeruk, 4) Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat
minuman karbonat dan permen lebih mudah dicerna/ditoleran bila makanan
sepanjang hari. lain tidak.
5) Anjurkan makan dalam posisi 5) Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan
duduk tegak. dapat meningkatkan pemasukan.
6) Konsul ahli diet, dukungan tim 6) Berguna dalam membuat program diet untuk
nutrisi untuk memberikan diet memenuhi kebutuhan klien.
sesuai kebutuhan klien.
7) Kolaborasi 7) Hiper glikemia/hipo glikemia dapat terjadi
dalam pengawasan glukosa darah. pada klien dengan anoreksi.
2.9.4 Implementasi
Sesuai dengan intervensi
2.9.5 Evaluasi
Dx 1
1. Badan terasa nyaman (+), pusing (-), istirahat bisa.
2. Suhu normal, nadi normal, tekanan darah normal,respirasi normal.
3. Pucat (-).
Dx 2
1. Dehidrasi (-).
2. Turgor kulit elastis.
3. Membran mukosa lembab.
Dx 3
1. Mual (-), muntah (-).
2. Nafsu makan (+).
3. Berat badan stabil.
Dx 4
1. Kelemahan (-), Immobilisasi normal.
2. Aktivitas (+).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Laporan Kasus
3.1. Pengkajian Sederhana
1) Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama :Tn.S
Jenis kelamin :Laki laki
Umur :25 Tahun
Alamat :Mutiara Baru,RT 02 RW 11,kec Bojong Gede
Pekerjaan :Karyawan swasta
Status perkawinan :Belum kawin
Agama :Islam
Tanggal masuk RS :02Aapril 2014
Tanggal Pengkajian :03 April 2014
Diagnosa Medis :Demam Thipoid
No. RM :10868105
: Perempuan
: meninggal
: Klien
d. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan khawatir dan cemas terhadap penyakitnya, klien dapat bersosialisasi
dengan baik dengan keluarga dank lien yang lain. Klien juga dapat merespon terhadap tim
medis yaitu perawat dan dokter.
e. Riwayat Spiritual
Klien beragama islam, sebelum masuk RS klien taat beribadah sholat rajin 5 waktu
full, di rumah sakit klien jarang sholat. Klien selalu berdoa agar cepat sembuh.
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
No Pola kebiasaan Di rumah Di rumah sakit
1 Pola nutrisi
- Makan
- Jenis makan - nasi lauk pauk dan - Nasi tim
sayur mayur
- 3x sehari 1 porsi penuh
- frekuensi - 3x sehari, hanya habis
6 sendok atau ½ porsi.
- Minum
- Jenis minum - Air putih, teh dan kopi- Air putih
- Kurang lebih 1 liter
- Frekuensi - Kurang lebih3 gelas
aqua 1 gelas aqua 220
ml
2 Pola eliminasi
- BAB
- Konsistensi - lembek - Tidak bias bab
- Warna - kuning dengan bau - Tidak bias bab
khas
- frekuensi - 1x setiap hari - Selama di rumah sakit
belum pernah bab
- BAK
- Warna - Kuning jernih - Kuning jernih
- Frekuensi - 6x sehari - 3x sehari
- Volume - Kurang lebih 850cc - Kurang lebih425
3 Pola aktivitas - Bekerja - selama di rumah sakit
klien hanya beristirahat
dan berbaring di
tempat tidur
4 Pola istirahat tidur
- Malam - Klien tidur dari jam - Klien tidur dari jam
21.00 s/d 05.00 23.00 s/d 05.00
- - Klien tidur siang 2
Klien tidak pernah tidur
- Siang siangj sampai 3 jam per hari
5 Pola personal hygiene
Mandi - 2x sehari - 1x sehari
Keramas - 2x 1 minggu - Belum
Gunting kuku - 1x 1 minggu - Belum
g. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmetis (CM)
pada saat di kaji GCS klien
Respon Motorik : 6 (mengikuti perintah)
Respon Bicara : 5(orientasi baik)
Respon Mata : 4 (spontan membuka mata)
+
Jumlah score : 15(normal)
c. tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi :110x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 38,oC
d. Pemeriksaan antropometri
BB sblm masuk RS : 67 Kg
BB saat pengkajian : 64 kg
TB : 165 Cm
BB Ideal : ( TB – 100 ) x 90 %
= ( 165 – 100 ) x 90 %
= 65 x
= 58,5 Kg
e. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tampak bersih tidak Nampak luka
atau benjolan
Palpasi :tidak teraba nyeri tekan, ataubenjolan
2. Wajah
Inspeksi : wajah tampak pucat.wajah tampa kkemerahan bentuk wajah oval, warna
kulit sawo matang tidak terdapat luka parut kulit bersih tidak berminyak dan berjerawad
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan atau benjolan
3. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera berwarna putih dan mata
tampak cembung
Palpasi : tidak teraba nyeri tekan ataubenjolan, dan tekanan kedua mata sama
Fungsi : mata masih berfungsi dengan baik dapat melihat dan dapat membaca dalam jarak
jauh mau jarak dekat
4. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tampak bersih tidak terdapat scretdan tidak terdapat
benjolan atau luka
Palpasi : tidak teraba nyari tekanatau benjolan
Fungsi : indera penciuman masih berfungsi dengan baik tanpa ada gangguan.
Klien dapat membedakan antara bau wangi-wangian dan bau minyak angin.
5. Telinga
Inspeksi : bentuk telingan simetris tampak bersih tidak terlihat serumendi sekitar telingan
Palpasi : tidak teraba nyeri tekanatau benjolan
Fungsi : telinga masih berfungsi dengan baik bias mendengan secara normal tanpa
bantuan alat.
6. Mulut
Inspeksi : mulut tampak bersih, gigi lengkap dengan warna kekuning kuningan,
lidah tampak bersih dengan warna merah muda.
Fungsi : pengecapan baik,klien bisamerasakan macam macam rasa, dan tidak ada
gangguan.
7. Leher
Inspeksi : leher tampak bersih turgor kulit sedang tidak terlihan pembengkakan di area
leher.
Palpasi : tidak teraba nyeri tekan atau benjolan.Dan tidak ada pembengkakan di area
sekitar leher.
8. Thorax / punggung
Inspeksi : bentuk thorax simetris, pada saat bernafas pengembangan paru paru kanan
dan kiri sama, respirasi normal 22x/menit
Palpasi : tekanan vocal fremitussama, tidak terdapat nyeri tekan pada bagian dada.
Perkusi : terdapat bunyi hiper sonor
Auskultasi : suara nafas klienbronchovesikuler (inspirasi sama dengan ekspirasi) tidak
terdapat suara tambahan
9. Abdomen
Inspeksi :perut klien terlihat buncit, umbilicus tidak menonjol dan berada di tengah,
terlihat adanya massa di perut bagian bawah dan disentri abdomen (kembung)
Auskultasi : terdengar bising usus klien dengan frekuensi 9x/ menit
Palpasi : teraba massa feces dibagian perut bawah kuadran kiri.
Perkusi : saat di ketuk terdengar bunyi suara tympani
10. Ekstermitas atas
Inspeksi : kedua tangan dapat di gerakkan tetapi tanagn kiri terganggu pergerakannya
karena terpasang infus RL,tampak berkeringat
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan , benjolan
11. Ekstermitas bawah
Inspeksi : kedua kaki dapat di gerakkan dengan normal tanpa bantuan alat apapun
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, benjolan
Fungsi : ekstermitas bawah masih berfungsi dengan baik, tidak ada gangguan bias
berjalan , jongkok, hingga lari.
12. Genetalia
Tidak ada keluhan atau masalah di daerah genetalia,
b. Pemeriksaan Darah
Hasil Laboratorium pada tanggal 03 April 2014
Therapy klien
1. Therapy oral :
Paracetamol 2 x 500 mg tab
Dulcolax susp 5 mg
2. Therapy inject :
Ceftriaxone 2 x 1 gr melalui intra vena (iv)
Ondansetron 2 x 4 mg melalui intra vena (iv)
Ranitidine 2 x 25 mg melalui intra vena (iv)
Infus RL 500 cc dalam 8 jam, 20 tpm
2) Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengatakan Kuman salmonella Peningkatan suhu
demam semenjak 4 hari thypi dan parathypi masuk ke tubuh (hipertermi)
yang lalu dalam saluran pencernaan
DO :
S : 380C Invasi kuman salmonella
Wajah thypi
tampakkemerahan,
Ekstrimitas atas Sebagian di musnahkan oleh
tampakklien berkringat asam lambung
Hasil pemeriksaan widal
(+) Menyerang vili usus halus
Demam
Mengekresikan asam
lambung berlebih
Anoreksia
Demam
Meningkatkan permeabilitas
kapiler
Feces keras
Konstipasi
5). Implementasi
Hari/tanggal waktu No.Dx Implementasi Paraf
Kamis 3 14.15 1,2,3,41. Melakukan pendekatan kepada klien
april 2014 Respon :
(dinas siang) DS: Klien mengatakan percaya terhadap
tindakan perawat
DO : Klien dapat berkomunikasi dengan
baik terhadap perawat
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan keadaan
umum klien
14.32 1,2,3,4 Respon :
DS :
DO: Keadaan umum lemas, tingkat
kesadaran composmetis
3. Mengkaji penyebab peningkatan suhu
tubuh
14.46 1 Respon :
DS :Klien mengatakan tidak mengetahui
penyebab suhu tubuh meningkat
DO : klien tampak kebingungan
4. Mengkaji tingkat kecemasan klien
Respon :
DS : Klien mengatakan khawatir dengan
15.00 3 penyakitnya
DO : Klien tampak cemas
5. Mengkaji kebutuhan eliminasi klien
Respon :
DS : Klien mengatakan tidak bias bab dari
2 hari yang lalu
15.27 4 DO : Klien tidak terlihat ke kamar mandi
untuk bab hanya berbaring di tempat tidur.
6. Menganjurkan klien makan makanan
selagi hangat
Respon :
DS : Klien mengatakan nafsu makannya
bertambah
DO: Klien menghabiskan 10 sendok
15.39 2 makan dari porsinya.
7. Menganjurkan klien untuk minum air
hangat
Respon:
DS:
DO: reaksi dari intervensi tidak terlihat
8. Memberikan kompres air hangat pada
16.00 4 kening, ketiak dan daerah lipatan paha
Respon :
DS: Klien mengatakan panas di badannya
sudah berkurang
DO: Suhu tubuh klien menurun
9. Mengobservasi tanda tanda vital
16.43 1 Respon:
DS:
DO:
TD: 130/90 MmHg
N :110x/menit
Rr : 22x/menit
S :380C
17.00 1,2,3,4
10. Membantu perawat dalam pemberian
terapi obat antipiretik dan antibiotic
berupa : paracetamol 3x500 mg(oral),
ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Respon:
DS: Klien mengatakan suhu tubuh
menurun setelah di beri obat
DO: Suhu 37,60C
11. Membantu perawat memberikan terapi
18.00 1 obat mual ondansetron 2x4 mg (iv)
Respon :
DS: klien mengatakan setelah di beri obat
rasa mual berkurang
DO: nafsu makan bertambah
12. Membantu perawat memberikan terapi
obat laktatif berupa dulcolox susp
Respon:
DS : Klien mengatakan dapat BAB
setelah di beri obat
DO : Tidak terdapat massa di perut bawah
18.05 2 13. Memberikan penjelasan tentang penyakit
thypoid penyebab dan pengobatannya
Respon:
DS: Klien mengatakan tidak terlalu cemas
dengan penyakitnya
DO: klien tampak tenang nadi
:100x/menit
18.10 4
19.00 3
18.05 2
18.00 1
6). Evaluasi
Hari/ tanggal No. Dx Catatan perkembangan Paraf
Kamis 3 april 1 S : Klien mengatakan demam, setelah di beri
2014 (siang) obat panas menurun kemudian naik lagi
O:
Keadaan umum lemah
Klien mengeluarkan keringat
Terpasang infus RL 20 tpm
Suhu bada 380C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Demam
Thypoid yang di mulai dari tangga 3 april 2014 sampai dengan 5 april 2014 di ruangan
Flamboyan kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong. Maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa :
1. Pengkajian
Pengkajian klien Tn.S dengan demam Thypoid, meliputi :
b. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian klien mengatakan merasa lemas, demam, serta mual.
c. Riwayat Kesehatan
1) Merasa lemas, demam, serta mual.
2) Tidak Pernah mengalami penyakit serupa.
3) Tidak Mempunyai penyakit turunan
d. Pemeriksaan Fisik
Kondisi klien sedang ( Compos Metis ).
e. Pemeriksaan penunjang
Cek Lab Urine, Cek lab darah
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.S denga demam Thypoid yaitu
sebagai berikut :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dalam tubuh.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
dan anoreksia.
3. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan proses peradangan pada usus
halus.
3. Perencanaan
Perencanaan pada Tn.S dengan Demam Thypoid, sesuai dengan Diagnosa
Keperawatan, yang meliputi :
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dalam tubuh.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
dan anoreksia.
3) Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4) Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan proses peradangan pada usus
halus.
4. Implementasi
Implementasi pada Tn.S dengan Demam Thypoid dilakukan berdasarkan perencanaan
yang di dalam nya rasional (tujuan).
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dalam tubuh.
a) Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan)
b) Anjurkan klien untuk banyak minum.
c) Berikan kompres hangat.
d) Berikan cairan intra vena dan obat-obatan sesuai program dokter.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
dan anoreksia.
Kaji keluhan mual yang dialami klien.
Berikan makanan yang mudah di telan.
Catat jumlah/ porsi makan yang di habiskan oleh klien setiap hari.
Berikan obat-obatan antiemertik sesuai program dokter
3. Gangguan rasa aman nyaman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit
Kaji tingkat kecemasan klien
Memberikan penyelasan tentang penyakitnya
4. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan proses peradangan pada usus
halus.
Kaji kebutuhan eliminasi klien
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat laktatif.
5. Evaluasi
a. Suhu tubuh kembali normal.
b. Teratasinya pemenuhan kebutuhan nutrisi
c. Teratasinya rasa cemas
d. Teratasinya pemenuhan eliminasi BAB